12 Keresahan-keresahan ini membuat sebahagian masyarakat meminta jaminan
keadilan dan kepastian hukum di bidang cyber space. Selain itu, perkembangan hukum di Indonesia terkesan lambat, karena
hukum hanya akan berkembang setelah ada bentuk kejahatan baru. Jadi hukum di Indonesia tidak ada kecenderungan yang mengarah pada usaha
preventif atau pencegahan, melainkan usaha penyelesaiannya setelah terjadi suatu akibat hukum. Walaupun begitu, proses perkembangan hukum tersebut
masih harus mengikuti proses yang sangat panjang, dan dapat dikatakan, setelah negara menderita kerugian yang cukup besar, hukum tersebut barn
disahkan. Kebijakan hukum nasional kita yang kurang bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi tersebut, justru akan mendorong timbulnya
kejahatairkejahatan baru dalam masyarakat yang belum dapat dijerat dengan menggunakan hukum yang lama. Padahal negara sudah terancam dengan
kerugian yang sangat besar, namun tidak ada tindakan yang cukup cepat dari para pembuat hukum di Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas tentang penanganan cyber crime di sektor perbankan di Indonesia, sebab saat ini
telah begitu banyak kasus-kasus cyber crime yang terjadi dalam dunia perbankan Indonesia, yang memerlukan penanganan dengan segera, praktis maupun teoritis.
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
13 1.
Bagaimana pengaturan tentang cybercrime dalam peraturan perundang- undangan Indonesia?
2. Bagaimana penanganan cyber crime yang terjadi di sektor perbankan
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk pengaturan tentang cybercrime dalam peraturan perundang-
undangan Indonesia b.
Untuk mengetahui penanganan cyber crime yang terjadi di sektor perbankan Indonesia
2. Manfaat Penulisan
a. Secara Teoritis
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
pidana, khususnya yang berkaitan dengan penanganan cyber crime di sektor perbankan di Indonesia
2. Dapat memberi masukan kepada masyarakat, lembaga hukum,
pemerintah, aparat penegak hukum tentang eksistensi Undang- undang serta pasal-pasal yang berkaitan dengan penanganan cyber
crime di sektor perbankan di Indonesia yang terdapat dalam berbagai Undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
14 b.
Secara Praktis Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa, masyarakat, lembaga penegak hukum, praktisi hukum dan pemerintah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan
penanganan cyber crime di sektor perbankan di Indonesia
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada pada perpustakaan pusat Universitas Sumatera Utara dan perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai “Penanganan Cyber Crime di Sektor Perbankan di Indonesia” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini
merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila
ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Teknologi Komputer dan Cyber
Pada mulanya komputer hanyalah sebuah alat untuk menghitung, dan komputer merupakan alat pengolah data elektronis. Ia bekerja dengan
bantuan berbagai peralatan elektronis dan elektromagnetis. Seperti yang
Universitas Sumatera Utara
15 ditunjuk oleh namanya, computer berasal dari bahasa Inggris. Namun,
setelah melalui berbagai fase perkembangan, komputer telah menjadi alat yang mempunyai fungsi yang sangat luas dan mempunyai kemampuan
yang tinggi. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan oleh komputer atau dilakukan dengan bantuan komputer. Mulai dari pengolahan data,
pembuatan grafik, pemecahan perhitungan-perhitungan rumit, pengontrolan peralatan-peralatan yang canggih elektronis dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat yang menguraikan pengertian atau definisi komputer, walau demikian semua pendapat itu mempunyai arti, maksud
dan tujuan yang sama. Pendapat pertama, yang dimaksud dengan komputer adalah serangkaian
atau sekumpulan mesin elektronik yang bekerja bersama-sama, dan dapat melakukan rentetan atau rangkaian pekerjaan secara otomatis melalui
instruksiprogram yang diberikan kepadanya.
4
Pendapat kedua, yang dimaksud dengan komputer adalah suatu rangkaian peralatan dan fasilitas yang bekerja secara elektronik, bekerja di bawah
control suatu operating system, melaksanakan pekerjaan berdasarkan rangkaian instruksi-instruksi yang disebut program, serta mempunyai
internal storage yang digunakan untuk menyimpan operating system, program dan data yang diolah.
5
4
Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, Yogyakarta: Andi Offset, 1995, hal. 12
5
Institute Komputer Indonesia, Pengenalan Komputer Introduction to Computer, Yogyakarta: Andi Offset, 1995, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
16 Kedua pendapat di atas memberikan gambaran bahwa komputer itu
memiliki beberapa ciri sebagai berikut: a.
Komputer merupakan sistem, yaitu serangkaian atau sekelompok peralatan yang bekerja bersama-sama secara elektronis.
b. Komputer itu mempunyai suatu alat penyimpan data dan program yang
disebut internal storage atau memory computer. c.
Komputer itu bekerja di bawah kontrol operating system atau sistem operasi dan melaksanakan tugas berdasarkan instruksi-instruksi yang
disebut program. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa operating system
merupakan “silent partner” pada waktu memakai komputer, dimana operating system merupakan suatu program yang bisa bertindak sebagai
penyelaras atau jembatan kerja antara hardware komputer dengan segala macam sistem software yang ada.
2. Kejahatan Komputer
a. Ruang Lingkup Kejahatan Komputer
Kejahatan komputer merupakan terjemahan dari “computer crime”. Pada saat ini belum ada istilah yang baku terhadap pengertian kejahatan
komputer. Beberapa literatur dan undang-undang dari Amerika Serikat dan negara-negara bagian lainnya dikenal beberapa istilah, yaitu:
1. Computer crime;
2. Computer fraud;
Universitas Sumatera Utara
17 3.
Computer related crime; 4.
Computer assisted crime and computer abuse
6
. Beberapa negara melalui undang-undangnya menggunakan beberapa
istilah sekaligus dan memberikan pengertian pada masing-masing istilah tersebut. Sebaliknya ada pula negara-negara yang hanya menggunakan
satu istilah tertentu saja sebagai implementasi dari kejahatan dengan menggunakan komputer.
Sekelompok ahlipakar yang dibentuk oleh OECD Organization for Economic Cooperation Development memilih hanya menggunakan istilah
computer crime atau computer related crime untuk menerangkan setiap perbuatan yang tidak sah, tidak etis, atau tidak berwenang melibatkan
automatic data processing dan atau transmisi data-data. “Any illegal, unethical or unauthorized behaviour involving automatic data processing
andor transmission of data.
7
Ahli komputer dari LPKIA Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika mengatakan definisi kejahatan komputer adalah penggunaan
komputer secara ilegal. Pada kesempatan lain dijelaskan bahwa kejahatan komputer bermaksud menyalahgunakan munculnya teknologi komputer.
8
Mardjono Reksodiputro memberikan istilah yang sama antara kejahatan komputer dengan penyalahgunaan komputer. Andi Hamzah tidak
6
Jogiyanto H. M, Pengenalan Komputer, Jogyakarta: Andi Offset, 1992, hal. 867-913.
7
Widoyopramono, Kejahatan di Bidang Komputer, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, , 1994, hal. 29.
8
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
18 memandang kejahatan komputer sebagai kejahatan baru, melainkan
menganggap sebagai kejahatan yang biasa tradisional.
9
Pengertian computer crime yang mensyaratkan adanya pengetahuan akan teknologi komputer diberikan dalam Ecyclopedia of crime and justice: …
a computer crime is defined as any illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpetration, investigation, or
prosecution….”.
10
Dari beberapa pendapat tentang pengertian dari istilah kejahatan komputer tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belum ada definisi yang
baku dari kejahatan komputer, unsur-unsurnya dan klasifikasinya. Beberapa orang malahan tidak sependapat mengenai istilah kejahatan
komputer tersebut dan menganggapnya sebagai kejahatan biasa.
11
Demi mendapatkan keseragaman dalam pemakaian defenisi yang bermacam-macam tersebut, penulis memilih memadukan definisi-definisi
dari pendapat para ahli tersebut. Kejahatan komputer intinya berbicara tentang penggunaan teknologi komputer secara ilegal. Walaupun
demikian, kejahatan komputer adalah pengembangan langsung dari kejahatan-kejahatan yang telah ada sebelumnya hingga sifat dan unsur-
unsur suatu kejahatanpun berlaku pula terhadap kejahatan komputer. Perbedaannya hanya terletak pada metode atau cara melakukan kejahatan
yang semakin canggih adanya.
9
Ibid.
10
Kadish Stanford, Encyclopedia of Crime and Justice, New York: Free Press, 1983, Vol. 4, hal. 218.
11
www.google.com, Hukum dan Telematika, diakses 12 Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
19 Berdasarkan hal tersebut, maka secara rinci kejahatan komputer tersebut
mempunyai sifat dan unsur-unsur sebagaimana yang dimiliki oleh tindak pidana pada umumnya dengan pengkhususan tersendiri:
12
1. Dipandang dari sifatnya yang umum setiap tindak pidana akan
mengakibatkan: a.
Pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum; Suatu kelakuan dikatakan sebagai tindak pidana apabila kelakuan
tersebut tidak lagi mengindahkan kepentingan hukum. Jika tingkah laku tersebut tetap dilakukan akan terjadi perkosaan terhadap jiwa,
badan, kehormatan, kemerdekaan, harta benda, ketentraman, dan keamanan negara.
b. Sesuatu yang membahayakan kepentingan hukum.
Membahayakan berarti berbahaya terhadap kepentingan hukum yang dituju. Dalam keadaan ini kepentingan umum belum
diperkosa, sungguhpun demikian, ancaman “berbahaya” sudah dilarang oleh undang-undang. Dasarnya adalah tingkah laku ini
menimbulkan keadaan yang sedemikian rupa, hingga oleh karenanya, menurut perhitungan yang layak akan mengakibatkan
terlanggarnya kepentingan hukum. 2.
Dipandang dari sudut unsur-unsurnya: a.
Unsur-unsur pokok 1.
Suatu perbuatan manusia;
12
Rifky Pradana, “Sekilas Tentang Pertanggungjawaban Pidana”, www.google.com, 01 Februari 2006, diakses tanggal 3 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
20 Perbuatan dapat dikategorikan positif dan negatif. Positif
artinya kejahatan terjadi karena adanya suatu perbuatan aktif tertentu yang dilarang atau sering juga disebut “tindak”.
Bersifat negatif yaitu bahwa tindak pidana terjadi apabila orang tidak melakukan suatu perbuatan tertentu yang wajib
dilakukan, sehingga suatu peristiwa terjadi atau sering disebut sikap
Dahulu umumnya perbuatan diartikan secara sempit, yaitu gerakan otot yang dikehendaki yang diadakan untuk
menimbulkan suatu akibat. Pendapat ini ditentang oleh Pompe sehingga pengertiannya diperluas meliputi sikap badan dan
pandangan mata tertentu.
13
Moeljatno lebih menyukai gerakan otot tersebut menjadi sikap jasmani, dengan demikian
pengertiannya lebih luas tidak hanya tingkah laku positif, tetapi juga negatif. Vos menambahkan bahwa sikap jasmani itu
haruslah disadari, tetapi batasan disadari ini tidak diartikan bahwa sikap itu selalu dan untuk seluruhnya harus tegas
diinsyafi, tetapi harus diartikan secara negatif, yaitu tidak termasuk kelakuan jika sikap jasmani yang tertentu betul-betul
tidak disadari.
14
13
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Offset Gajah Mada University Press, 1982, hal. 55
14
Ibid, hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
21 Perbuatan dalam tindak pidana ketentuan bersifat positif,
artinya tindak pidana komputer harus selalu dimulai dengan suatu perbuatan atau aksi tertentu yang disadari. Aksi itu
berupa tindakan mengaktifkan, menjalankan program, dan memerintahkan komputer untuk bekerja atau memproses,
karena komputer merupakan hardware atau suatu benda yang tidak dapat berbuat apapun tanpa digerakkan terlebih dahulu
oleh manusia. Aksi itu juga harus disadari karena komputer tidak dijalankan oleh sembarangan orang, minimal orang
tersebut harus berpengetahuan komputer. Perbuatan sebagai syarat dari suatu kejahatan haruslah tidak sah atau ilegal.
Artinya perbuatan tersebut dilakukan tidak menurut yang seharusnya atau bertentangan dengan hukum dan undang-
undang yang berlaku. 2.
Perbuatan melawan hukum; Melawan hukum mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian
formil dan pengertian materil. Suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum yang bersifat formil bila
perbuatan tersebut dilarang dan diancam oleh undang-undang tertulis. Jadi perbuatan tersebut disandarkan pada undang-
undang tertulis. Perbuatan melawan hukum yang bersifat materil bila perbuatan tersebut dilarang dan diancam hukum
atau sanksi oleh hukum dalam pengertian luas, yaitu dalam
Universitas Sumatera Utara
22 pengertian tertulis dan tidak tertulis, termasuk norma-norma
atau kenyataan-kenyataan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, menggunakan “melawan hukum formil
atau materil” masih dipertentangkan oleh para sarjana hukum. KUHP sendiri dengan adanya Pasal 1 ayat 1 KUHP menganut
asas melawan hukum formil walaupun tidak tertutup kemungkinan untu berlakunya melawan hukum materil dengan
penafsiran yang negatif. 3.
Perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh si pelaku Pertanggungjawaban si pelaku sangat berkaitan erat dengan
kesalahan yang dibuatnya tiada hukuman tanpa kesalahan. Pertanggungjawaban si pelaku adalah pertanggungjawaban
pidana, dimana si pelaku tidak diliputi oleh hal-hal atau keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan dirinya tidak
dapat dihukum. Kesalahan si pelaku berkaitan erat dengan kesengajaan dolus dan kesalahan culpa yang sangat
menentukan pertanggungjawaban si pelaku. b.
Unsur-unsur khusus Adanya penggunaan teknologi komputer.
Dilihat dari tindak pidana komputer, unsur-unsur khusus yang menyertai perbuatannya adalah keharusan adanya teknologi
komputer yang digunakan. Teknologi komputer dapat diartikan segala pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan komputer
Universitas Sumatera Utara
23 untuk produksi yang dikembangkan melalui daya pikir manusia
secara teratur melalui pengalaman dan percobaan. Unsur inilah yang membedakan tindak pidana komputer dengan
tindak pidana biasa pada umumnya, yaitu ada atau tidaknya teknologi komputer yang digunakan. Jadi jika terjadi kelakuan
melawan hukum tanpa menggunakan teknologi komputer, maka perbuatan tersebut tetap disebut tindak pidana sepanjang memenuhi
unsur-unsur kejahatan, tetapi perilaku tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana komputer.
Unsur inilah yang menegaskan bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukan kejahatan komputer, karena orang-
orang tersebut haruslah menguasai teknologi komputer. Hal ini dikemukakan oleh mantan Jaksa Agung Andi Andojo: “….
Kejahatan dengan menggunakan komputer tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang, kalau tidak ahlinya, tentu tidak dapat
melakukan kejahatan dengan menggunakan komputer….”.
15
2. Pengertian Perbankan
Pada mulanya bank muncul dan berkembang dari kegiatan tukar-menukar yang dikenal sejak zaman purbakala di Babilonia, Athena, dan Romawi. Pada
zaman itu,di Athena orang yang menjalankan tukar-menukar uang dinamakan trapezites orang yang dihadapan meja atau argentarius di Romawi. Selain
melakukan tugas tukar-menukar uang mereka juga menjalankan tugas menyimpan
15
Ibid, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
24 serta meminjamkan uang bagi yang memerlukan. Usaha tukar-menukar dan
simpan-pinjam uang ini menjadi lebih berkembang pada akhir abad pertengahan. Hal ini disebabkan karena perkembangan usaha-usaha perdagangan di Eropa serta
timbulnya berbagai mata uang yang dimiliki oleh beberapa Negara . Khusus dalam peminjaman uang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kemudian diikuti
oleh orang-orang Italia yang berasal dari Lombardia. Itulah sebabnya dalam dunia perbankan banyak dikenal istilah-istilah dalam bahasa Italia.
16
Lembaga perbankan merupakan salah satu dari lembaga keuangan. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah sebagai perantara dari pihak-pihak yang
berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, sehingga peran dari lembaga keuangan yang sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan masyarakat.
Bank sebagai lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan kegiatan peredaran uang dalam
rangka melancarkan seluruh aktivitas keuangan masyarakat. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan jasa bank misalnya fasilitas
kredit, sehingga perlu dicari pengertian dari bank. Pengertian bank ada bermacam-macam baik yang dikemukakan oleh para
sarjana maupun dalam perundang-undangan. Ada beberapa pengertian tentang bank yang perlu dikemukakan disini antara lain sebagai berikut :
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 yang menyatakan bahwa:
16
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2002, hal 245
Universitas Sumatera Utara
25 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
17
Dari pengertian tersebut, menurut Rachmadi Usman, jelaslah bahwa bank
sebagai infancial intermediary dengan usaha utama menghimpun dana masyarakat serta menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran.
18
Sedangkan menurut Marhainis Abdul Hay, bank adalah: “Salah satu lembaga keuangan di samping perusahaan asuransi dan
lembaga-lembaga kredit lainnya”.
19
Menurut Kamus Ekonomi Inggris-Indonesia, bank dapat diartikan sebagai: Suatu lembaga yang bergerak antara lain penyimpanan, peminjaman,
penukaran dan penerbitan uang, pengeluaran kredit, pemindahan dana dan sebagainya”.
20
Menurut G.M. Verrijn Stuart mengatakan bank, adalah:
“Suatu lembaga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kredit dengan modal sendiri dan atau modal asing dengan atau jalan
mengeluarkan alat tukar baru dalam bentuk uang bank atau giral”.
21
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil mengatakan pada hakekatnya bank
ialah: “Semua badan usaha yang bertujuan untuk menyediakan jasa-jasa jika
terdapat permintaan atau penawaran akan kredit”.
22
17
UU Perbankan No.10 Tahun 1998
18
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 59.
19
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 1997, hal. 2.
20
T. Guritno, Kamus Ekonomi Inggris-Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, hal. 16.
21
Winardi, Istilah Ekonomi, Bandung: Mandar Maju, 1996, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
26 Menurut O.P. Simorangkir, Bank merupakan salah satu badan usaha
lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana
yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat- alat pembayaran baru berupa uang giral.
23
Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud bank adalah suatu lembaga atau badan yang melakukan kegiatan-kegiatan yang
usahanya meliputi pemberian kredit, menerima simpanan dari masyarakat, memberi jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
F. Metode Penelitian
Didalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini penulis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung
penulisan skripsi ini dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini agar dapat memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang relevan dengan skripsi ini.
Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu, maka penulis menerapkan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
22
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2002, hal. 246
23
O.P. Simorangkir, Kamus Perbankan Inggris-Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1989, hal 33.
Universitas Sumatera Utara
27 Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan law in books atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif ini sepenuhnya menggunakan data sekunder.
24
2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
25
Data sekunder diperoleh dari : a.
Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini di antaranya adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti dokumen-dokumen yang merupakan informasi dan artikel-artikel
24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hal. 118.
25
Ibid, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
28 yang berkaitan dengan penanganan cyber crime di sektor perbankan di
Indonesia, hasil penelitian, pendapat pakar hukum serta beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus,
ensiklopedia dll.
3. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik
koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan objek penelitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-
undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut:
a. melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya
yang relevan dengan objek penelitian. b.
melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan
perundang-undangan. c.
mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
29 d.
menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.
4. Analisa data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan
topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan
kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II : Bab ini akan membahas tentang tinjauan umum tentang cyber
crime, yang isinya antara lain memuat pengertian cyber crime, jenis-jenis cyber crime secara umum dan pengaturan tentang cyber
crime di Indonesia BAB
III :
Bab ini akan membahas tentang cyber crime dan permasalahannya di sektor perbankan, yang memuat tentang
Universitas Sumatera Utara
30 tindakan yang termasuk cyber crime di sektor perbankan,
permasalahan yang timbul dari tindak pidana cyber crime di sektor perbankan, dan perlindungan hukum dari tindak pidana cyber
crime. BAB IV
: Bab ini akan dibahas tentang penanganan cyber crime di sektor perbankan di Indonesia, yang isinya memuat antara lain tentang
penyidikan cyber crime di sektor perbankan dan upaya antisipasi cyber crime di sektor perbankan di Indonesia.
BAB IV : Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang
dibahas.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CYBER CRIME
A.
Pengertian Cyber Crime
Berbicara masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi berbasis internet dalam era global ini,
apalagi jika dikaitkan dengan persoalan informasi sebagai komoditi. Informasi sebagai komoditi memerlukan kehandalan pelayanan agar apa yang disajikan
tidak mengecewakan pelanggannya. Untuk mencapai tingkat kehandalan tentunya informasi itu sendiri harus selalau dimutaakhirkan sehingga informasi yang
disajikan tidak ketinggalan zaman. Kejahatan dunia maya cyber crime ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.
Untuk lebih mendalam ada beberapa pendapat di bawah ini tentang apa yang dimaksud dengan cyber crime? Di antaranya adalah Menurut Kepolisian Ingris,
Cyber crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan criminal danatau criminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan
kemudahan teknologi digital.
26
Sedangkan menurut Peter, Cyber crime adalah “The easy definition of cyber crime is crimes directed at a computer or a computer system. The nature of
cyber crime, however, is far more complex. As we will see later, cyber crime can take the form of simple snooping into a computer system for which we have no
authorization. It can be the feeing of a computer virus into the wild. It may be
26
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara Cyber Crime, Jakarta: PT. Refika Aditama, 2005, hal.. 40.
Universitas Sumatera Utara