Batasan Perilaku Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan

43 2.6.3.Diagnosa Administratif Diagnosis administratif yaitu penetapan intervensi yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini ada 3 tahap yang perlu dilakukan yaitu: 6 Within Program Analysis: analisa untuk menetapkan dalam program yang mana kegiatan ini akan dilakukan. Dalam analisa ini perlu dipertimbangkan jumlah dan kemampuan SDM program tersebut serta dana yang ada. 7 Within Organizational Analysis: adalah analisa untuk melihat perlunya kerja sama dengan program-program yang ada dalam organisasi tersebut kerja sama lintas program. 8 Inter Organizational Analysis: adalah analisa untuk menetapkan perlu tidaknya sektor-sektor yang lain dan sektor yang mana yang akan diajak kerjasama kerja sama lintas sektoral Harbandinah, 2006:8.

2.7. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan

2.7.1. Batasan Perilaku

Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007:114 seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons yaitu: 44 1 Respondent Respons atau Reflexive yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons yang relatif tetap. 2 Operant respons atau instrumental respons yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan menjadi dua yaitu: 1 Perilaku tertutup covert behaviour atau unobservabble behaviour yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup covert. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2 Perilaku terbuka overt behaviour yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik practise, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. 45 Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut: 1 Melakukan identifikasi tentang hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. 2 Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat uuntuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. 3 Menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut. 4 Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan komponen yang relah disusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku tindakan tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen perilaku yang kedua yang kemudian diberi hadiah komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi. Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk Soekidjo Notoatmodjo, 2003:114. 46

2.7.2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Health Maintanance

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

2 41 80

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok

2 12 128

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA PADA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA PADA PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER.

0 2 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

1 2 16

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan dan Penaggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Hegarmanah Jatinangor.

0 1 1

(ABSTRAK) EFEKTIVITAS PENDEKATAN VERBAL SECARA INDIVIDUAL OLEH KADER KESEHATAN TERHADAP IBU RUMAH TANGGA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DETEKSI DINI PENYAKIT DIARE PADA BALITA DAN KETERAMPILAN PENERAPAN TERAPI REHIDRASI ORAL DI DESA ROWOBUNGKUL KECAMATAN

0 0 3

PENGARUH MANAJEMEN DIARE DITATANAN RUMAH TANGGA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PENANGANAN DIARE ANAK

0 0 7

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN ANEMIA DALAM UPAYA MENURUNKAN AKI PADA KADER POSYANDU

0 0 6

Keterampilan Kader Dalam Deteksi Dini Masalah Gizi Balita Di Posyandu Desa Jambuwok Kecamatan Trowulan Mojokerto

0 0 14