Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok

(1)

DALAM PENANGANAN DIARE BALITA DI SEKITAR UPT TPA

CIPAYUNG, DEPOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : LULU YUNITA

1112104000012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016

Lulu Yunita, NIM: 1112104000012

Effectiveness of Health Education With Lectures Against The Mother's Level of Knowledge In Handling Toddler Diarrhea Around UPT Cipayung, Depok xviii+ 107 pages + 8 tables + 5 charts + 6 appendixes

ABSTRACT

Figures for the incidence of diarrhea in toddlers is still quite high (40 per 1000 KH), this condition can be caused by lack of knowledge of the mother in handling diarrhea. To increase the knowledge of mothers, one effort that can be done is to give health education. The purpose of this research is to know the influence of the health education method using lectures to increas knowledge of the mother role in the handling diarrhea. This research uses quasi experiment design methods with pre and post test without control. The research sample is 15 mothers who have babies at RT 01/07 Cipayung Village, Depok. The results of the analysis using the paired t test bivariat-test, obtained a value of p = 0.000, this means smaller than α value 0.05 (p < 0.05), then it can be inferred the existence of a difference in knowledge about the handling of the diarrhea before and after given the handling of diarrhea. Based on the results of the analysis of the test of Eta Squared in the get the value 0.6867, this value indicates that the level of effectiveness of methods lectures have a profound effect in increasing the knowledge of the mother in the handling diarrhea. Researchers suggested that the health officer to further enhance health promotion about the handling of the diarrhea.

Keyword: diarrhea, lecture method, the mother of „toodler‟ References: 55 (2003-2016)


(7)

vii Skripsi, Juni 2016

Lulu Yunita, NIM 1112104000012

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok

xviii + 107 halaman + 8 tabel + 5 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Angka kejadian diare pada balita masih cukup tinggi (40 per 1000 KH), kondisi ini bisa diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan ibu dalam penanganan diare yang tepat.Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalan penanganan diare. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen design dengan rancangan pre and post test without control. Sampel penelitian adalah 15 ibu yang memiliki balita di RT 01/07 Kelurahan Cipayung, Depok. Hasil analisis bivariat menggunakan uji paired t-test, didapatkan nilai p=0,000, ini berarti lebih kecil dari nilai α 0,05 (p<0.05), maka dapat disimpulkan adanya perbedaan pengetahuan tentang penanganan diare sebelum dan sesudah diberikan penanganan diare. Berdasarkan hasil analisis uji Eta Squared di dapatkan nilai 0.6867, nilai ini menunjukkan bahwa tingkat efektifitas metode ceramah memiliki efekyang besar dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam penangana diare. Peneliti menyarankan agar petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang penanganan diare.

Kata kunci :Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan Ibu, Diare pada Balita Referensi : 55 (tahun 2003-2016)


(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lulu Yunita

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juni 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Sawangan RT 03 RW 09 No. Rangkapan Jaya Baru, Pancoran mas – Depok 16434

Telepon/Hp : +6287784609808

Email : luluyunita86@ymail.com

Riwayat Pendidikan:

1. TK Al-Hamidiyah Depok 1999 – 2000

2. SDN Depok Baru 6 2000 – 2006

3. MTS Al-Hamidiyah Depok 2006 – 2009

4. MA Al-Hamidiyah Depok 2009 – 2012

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – sekarang

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota PRAMUKA Al-Hamidiyah Depok 2007 – 2011 2. Bendahara II Ikatan Satri Pondok Pesantren Alhamidiyah 2010 – 2011


(9)

ix Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayat. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di sekitarUPT TPA Cipayung, Depok.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes , selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB,

selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

3. Ibu Ita Yuanita , S.Kp., M.Kep dan Ibu Yenita Agus S.Kp., M.Kep.,Sp.Mat.,PhD selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Walikota Depok dan Kelurahan Cipayung, Depok yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan penelitian

7. Kedua Orangtua saya dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan saya kasih sayang, do‟a, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materi yang tidak pernah habis dari mulai saya dilahirkan hingga sekarang.

8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta kekompakan yang selama ini tidak akan terlupakan.


(11)

xi

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Januari 2016


(12)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I :PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Pertanyaan Peneliti ... 8

D. Tujuan ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

E. Manfaat ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II:TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Diare ... 11

B. Penanganan diare ... 18

C. Sampah ... 22

D. Pendidikan Kesehatan ... 23

E. Metode-Metode Pendidikan Kesehatan ... 25

F. Media atau peraga ... 34

G. Pengetahuan (knownlwdge)-kognitif ... 37

H. Penelitian terkait ... 42

I. KerangkaTeori ... 48

BAB III:KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 49 A. Kerangka konsep ... 49


(13)

xiii

BAB IV:METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Desain Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel ... 53

C. Kriteria Responden ... 54

D. Lokasi dan Waktu penelitian ... 54

E. Metode Pengumpulan Data ... 55

F. Pengelolaan Data ... 56

G. Etika penelitian ... 58

BAB V:HASIL PENELITIAN ... 61

A. Gambaran Lokasi ... 61

B. Data Demografi ... 62

C. Uji Normalitas ... 65

D. Pengaruh pengetahuan tentang penanganan diare sebelum dan sesudah intervensi ... 66

BAB VI:PEMBAHASAN ... 69

A. Karakteristik Responden ... 69

B. Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan ... 71

C. Keterbatasan Peneliti ... 79

BAB VII:KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional 51

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 62 Tabel 5.2 Karakteristik Resonden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 63 Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 63 Tabel 5.4 Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan Responden 64

Pre Test-Post Test

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan pretest-post test 64 Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Pengetahuan Responden Sebelum 65

Dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Diare Tabel 5.7 Perbedaan RerataSebelum Dan Setelah Diberikan Pendidikan 66

Kesehatan

Table 5.8 Rerata Pengetahuan Sebelum Dan Setelah Pendidikan 67 Kesehatan Tentang Penanganan Diare


(15)

xv

No Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 49

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 50

Gambar 3.2 Skema Konsep 50

Gambar 4.1 Desain Penelitian 53


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Lampiran 4 Surat Perizinan Penelitian


(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN ASEAN : Asociation of Southeast Asian Nations

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

CFR : Case Fatality Rate

HIV : Human Immunodeficiency Virus IR :Insidensi Ratio

KH : Kelahiran Hidup

KLB : Kejadian Luar Biasa

LGG : Larutan Gula Garam

MDG‟s :Millenium Development Goals MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

TPS : Tempat Pembuangan Sampah

UIN : Universitas Islam Negeri UNNES :Universitas Negeri Semarang UPT : Unit Pelaksana Teknis


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendidikan kesehatan merupakan hak dari setiap manusia, ini sesuai dengan Undang-undang kesehatan No.36 Pasal 6 dan 7 “Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan dan setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab”.Kondisi Sehat menurut WHO adalah keadaan seimbang yang sempurna baik dari segi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan (Asmadi,2008). Sedangkan pengertian sehat menurut Undang-undang kesehatan RI No.36 tahun 2009 BAB 1 pasal 1 “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis” (Depkes,2009).

Kondisi pembangunan kesehatan suatu negara secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu salah satunya adalah angka kematian anak.Tingkat kematian bayi tahun periode 2008-2012 mengalami penurunan yaitu sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, walaupun angka ini merupakan angka yang masih jauh jika dibandingkan dengan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 dan target MDGs yaitu 23 perkelahiran hidup di tahun 2015. Sementara angka


(19)

kematian balita tahun 2012 sebesar 40 per 1000 angka kelahiran hidup yang masih dikategorikan dalam MDGs sedang dan Indonesia masih menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya se-ASEAN (Depkes,2012). Diwilayah Jawa Barat jumlah kematian bayi sebesar 4,803 dengan angka kematian bayi sebanyak 5.2 per 1.000 KH balita di Jawa Barat sebanyak 5.167 dengan angka kematian balita sebanyak 5,5 per 1000 KH (Depkes, 2012). Pada SDGs angka kematian balita (AKBa) 40/100 KH, dan target pada tahun 2030, mengakhiri kematian balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan angka kematian balita sebesar 25 Per 1.000 KH(Depkes, 2015)

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG‟s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai


(20)

3

pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Kejadian diare dapat terjadi pada beberapa karakteristik yaitu berdasarkan kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan pendapatan.Berdasarkan kelompok umur kejadian diare penderita lama dan baru pada umur <1 tahun sebesar 11,2 periode prevalence diare pada umur 1-4 tahun merupakan tertinggi diantara umur yang lain yaitu 12,2 dan periode prevalence

diare 5-14 tahun sebesar 6,2. Berdasarkan pendidikan, pendidikan yang rendah memiliki kejadian diare yang jumlah kejadian lama dan baru yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat-tingkat pendidikan diatasnya yaitu sebesar 8,0. Karakteristik berdasarkan pekerjaan, seseorang yang pekerjaan petani/buruh dan pelayan dengan pekerjaan lainnya jumlah insiden diare yang lama dan baru sama tingginya yaitu 7,1. Berdasarkan tempat tinggal kejadian diare baru perkotaan dan perdesaan sama yaitu 3,5 walaupun kejadian jumlah lama dan baru diperdesaan lebih besar daripada perkotaan. Karakteristik selanjutnya berdasarkan kuitil indeks kepemilikan (pendapatan) adalah nilai kepemilikian terendah memiliki kejadian diare dengan jumlah yang lama dan baru yang lebih besar dari pada tingkat nilai kepemilikan yang lain yaitu sebesar 9,3(Rikesdas,2013)

Kasus diare di Kota Depok sebanyak 80.815 kasus pada laki-laki dan perempuan, dan diare yang di tangani hanya sebesar 19.860. Angka kesakitan diare di Depok tahun 2008-2012 sebesar 22,44%. Beberapa wilayah di Depok memiliki angka dengan kejadian diare yang tinggi salah satunya di Kecamatan


(21)

Pancoran Mas puskesmas jembatan serong kelurahan Cipayung, yang memiliki angka kejadian diare sebanyak 2,174 kasus pada balita (Data Profil Kesehatan Depok,2008). Pada tahun 2015 angka kejadian diare di puskesmas Cipayung sebanyak 1.880 kasus balita yang mengalami diare.

Diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adalah infeksi (bakteri, virus, dan parasit), penurunan daya tahan tubuh dan faktor lingkungan (Depkes,2011). Dampak diare yang sangat berpengaruh pada balita yaitu, dehidrasi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian. Kematian pada balita dapat disebabkan penanganan yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Jadi, upaya dalam menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Diare pada anak merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh perilaku ibu dan lingkungan tempat tinggalnya (Renstra,2015-2020). Namun, jika orang tua dapat melakukan penanganan diare secara tepat, diare bukan merupakan penyebab kematian utama pada anak (Depkes, 2011).

Berdasarkan penelitian Dini, dkk (2015) dipuskesmas Lengayang Padang diare pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pembuangan tinja yang tidak bersih, sumber air yang tidaksehat, pembuangan air limbah yang buruk dan pengelolaan sampah yang yang buruk. Faktor-faktor tersebut berhubungan terhadap peningkatan kejadian diare balita. Berdasarkan penelitian Palancoi (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian diare akut di kelurahan Pabundukang dan terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan yang tidak sehat terhadap kejadian diare akut pada


(22)

5

balita dikelurahan Pabundukang Makasar. Penelitian lain, yaitu penelitian Widjaya (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, riwayat pemberian ASI, kebiasaan ibu mencuci tangan, jenis jamban keluarga dan kepadatan lalat terhadap tingkat kejadian diare di sekitar TPS banaran kampus UNNES.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan sesuai dengan pasal yang diatas yaitu pasal 6 dan 7 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak pendapatkan informasi dan pendidikan tentang kesehatan.Menurut WHO (2012) pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya untuk pembelajaran dalam rancangan komunikasi dan informasi untuk meningkatkan kesehatan, termasuk meningkatkan pengetahuan.Ada beberapa metode pendidikan kesehatan salah satunya yaitu metode ceramah.Metode ceramah merupakan bagian dari metode pendidikan dalam kelompok besar dengan jumlah sasaran sebanyak lebih dari 15 orang. Metode ceramah merupakan penyampaian informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau pendidik. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik (Nursalam dan Effendi, 2008).

Berdasarkan dari beberapa penelitian metode ceramah sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan kesehatan yaitu pada penelitian Habsari (2015) tentang efektifitas pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang Surakarta


(23)

tahun 2015, menyatakan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan dalam pemberian informasi dalam metode ceramah dan leaflet terhadap penanganan diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang tahun 2015. Dan dari penelitian Munawaroh, dkk (2010) tentang efektifitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengethuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun Ponorogo didapatkan hasil bahwa efektif pemberian metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas. Dikuatkan lagi dengan penelitian Pramiputra (2014) tentang efektifitas pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dengan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan pencegahan demam berdarah dengue di desa Wonorejo Polokarto bahwa hasil uji menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan ceramah, rata-rata skor pengetahuan sebelum diberi ceramah 10,82 meningkat menjadi 12,18.

Berdasarkan dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT TPA Cipayung kota Depok, hasil observasi peneliti, lingkungan UPT TPA Cipayung memiliki ketinggian tumpukan sampah yang tinggi, bau yang sangat menyengat dan lalat berterbaran terutama saat hujan ke rumah-rumah sekitar TPA. Dan berdasarkan hasil wawancara peneliti di UPT TPA Cipayung, Depok diketahui bahwa 10 ibuyang memiliki anak balita pernah mengalami diare, 3 ibu yang mengetahui dan memberikan oralit jika balita diare. Dari semua ibu yang diwawancara didapatkan bahwa ibukurang memiliki mengetahui tentang penanganan yang tepat pada diare dengan kurangnya pemberian cairan, makanan, dan tanda dehidrasi akibat diare. Ibu balita hanya memberikan minuman atau


(24)

7

makanan jika anaknya meminta, dan membawa anaknya ke puskesmas jika anaknya sudah demamdan menurut ibu balita di Sekitar UPT TPA Cipayung diare merupakan hal yang biasa yang terjadi pada anak.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare balita di sekitarUPT TPA Cipayung, Kota Depok.

B. Rumusan masalah

Penanganan diare pada anak sangat penting untuk diketahui oleh keluarga, yaitu dengan caramencegah terjadinya dehidrasi, pemberian makanan yang sesuai, dan membawa anak kepetugas kesehatan jika tidak membaik.

Keterlambatan penangan diare sangat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan jika anak diare dengan dehidrasi dapat menimbulkan kematian.Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan kesehatan adalah memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat yaitu dengan metode ceramah. Dari penelitian Habsari (2015) tentang efektifitas informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakt diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang Surakarta, didapatkan hasil bahwa pada kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberikan intervensi) mendapatkan hasil yang rendah jika dibandingkan dengan keompok ceramah dan leaflet. Kelompok ceramah terjadi kenaikan nilai yang tinggi dibandingkan dengankelompok leaflet. Kelompok ceramah terjadi peningkatan nilai sebesar 20,02%, dikarenakan pada kelompok ceramah mendapatkan informasi secara lisan dari penceramah,dapat


(25)

membaca slide show presentasi penceramah, mendapatkan hangout slide materi, danjika tidak mengerti dapat ditanyakan langsung kepada penceramah. Hal ini responden pada kelompok ceramah menggunakan penginderaan (mata, mulut, dan telinga), sedangkan pada kelompok leaflet hanya bisa membaca isi dari leaflet

yang diberikan dua hari sebelumdiadakan post test. Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan seseorang didapat dari indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).

Berdasarkan dari penjelasan tersebut, peneliti berkeinginan untuk meneliti efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung, Kota Depok.

C. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah peneliti diatas, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan

2. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita sebelum diberikan pendidikan kesehatan

3. Apakah terjadi peningkatan pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita setelah diberikan pendidikan kesehatan

4. Apakah berpengaruh dan efektif pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dalam peningkatan kesehatan.


(26)

9

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode ceramah dalam tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada balita

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden peneliti berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan

b. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare sebelum diberikan pendidikan kesehatan

c. Diketahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare setelah diberikan pendidikan kesehatan

d. Diketahuinya pengaruh dan efektifitas pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam penanganan diare balita

E. Manfaat

1. Bagi responden, ibu dapat mengetahui tentang penyakit diare, dan penanganan diare yang tepat pada balita.

2. Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan informasi dan sumber yang dapat menambah pengetahuan tentang efektifitas metode ceramah dalam pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita.


(27)

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang efektifitas metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam penanganan diare dan sebagai penerapan ilmu yang yang sudah didapat selama studi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektvitas metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam penangana diare balita. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen atau eksperimen semu dengan design pre and post test without control. Metode mengambilan data dengan mengisi kuisioner pengetahuan penanganan diare pada balita. Penelitian dilaksanakan di sekitar UPT TPA Cipayung, Kelurahan Cipayung, kota Depok.


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Diare

1. Definisi

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare mungkin dalam volume besar atau sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah (Corwin,2008). Sedangkan WHO, mendefinisikan bahwa diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek dan cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekunsinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2011).

Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi 2 yaitu: diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes,2011).

2. Epidemiologi

Pada diare terdapat gangguan dari resopsi, sedangkan sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehingga pelintasan

chymus dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja.Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan diusus akibat terganggunya


(29)

resorpsi air dan atau terjadi hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Pada proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resopsi oleh enkefalin (morfin endogen, analagetika narkoba) sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neuro hormon V.I.P (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya resopsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar dari reabsopsi dan terjadilah diare. Keadaan ini sering kali terjadi radang lambung-usus (gastroenteritis) yang disebabkan oleh virus, kuman dan toksinnya (Tan dan Kirana,2008).

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberap jenis gastroenteritis dan diare sebagai berikut:

a. Diare akibat virus

influenza perut‟ dan „travelers diarehoa‟ yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas resopsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan.Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Menurut taksiran 90% dari semua diare disebabkan oleh virus atau kuman E.coli spec (tidak ganas) (Tan dan Kirana,2008).

b. Diare bacterial invasive (bersifat menyerbu)

Agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubungan semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat.Kuman pada keadaan tertentu menjadi invasive dan menyerbu kedalam mukosa, dimana terjadi


(30)

13

perbanyakan diri sambil membentuk toksin.Enterotoksi ini dapat diresopsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang.Selain itu mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir.Penyebab terkenal dari pembentukan enterotoksin ialah bakteri E. coli spec, Shigella, Salmonella

dan Campylobacter. Bakteri ini bersifat self-limiting, artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun lama 5 hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel-sel-sel mukosa baru (Tan dan Kirana,2008). c. Diare parasit

Akibat protozoa seperti entamoeba histolytica dan giardia lamblia, yang terutama terjadi di daerah sub tropis. Diare akibat parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang intermitten dan bertahan lebih lama dari sat minggu. Gejala lainya berupa nyeri perut, demam, anoeksia, nausea, muntah-muntah, dan rasa letih (Tan dan Kirana,2008).

d. Akibat penyakit

Penyakit colitis ulceros, p. crohn, Irritable Bowel Syndrome (IBS), kanker colon dan infeksi HIV. Juga akibat gangguan-gangguan seperti alergi terhadap makanan/minuman, proteinsusu sapi dan gluten serta intoleransi untuk laktosa karena defisiesi enzim laktase yang dapat menyebabkan diare (T.H, Tjay dan Rahardja,2008).

e. Akibat obat

Yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-blockers, dan antibiotikaberspektrum luar (ampisislin, amoksilin, dan yang lainnya),


(31)

semua obat ini dapat menimbulkan diare baik tanpa kejang perut dan perdarahan (Tan dan Kirana,2008).

f. Akibat keracunan makanan

Biasanya terjadi pada anak-anak sekolah atau karyawan perusahaan dan biasanya disertai pula dengan muntah-muntah.Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit bersifat infeksi atau toksis dan diperkirakan atau disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Penyebab utamanya adalah tidak memadainya kebersihan pada waktu pengelolahan, penyimpanan dan distribusi dari makanan/minuman yang akibat pencemaran meluas (Tan dan Kirana,2008).

3. Patofisiologi

Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap didalam feses, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna.Penyebab tersering diare dalam volume besar akibat iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus atau usus besar (Corwin, 2009).

Iritasi usus oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi peningkatan produk sekretorik, termasuk mucus.Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas.Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang.Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan ketidakteraturan elektrolit.Toksin kolera yang dikeluarkan bakteri kolera adalah contoh dari zat yang sangat menstimulasi


(32)

15

motilitas dan secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur-usur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar. Agens infeksius lain juga dapat menyebabkan diare berat atau ringan. Infeksi Escherichia Coli ditemukan didalam daging giling yang tidak matang, dapat menyebabkan diare berdarah berat (Corwin, 2009).

4. Dampak diare 1. Dehidrasi

Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh.Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi.Kematian ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan tubuh dikarenakan, asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit.Banyak orang mengganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal yang biasa pada diare.Namun, akibatnya sungguh berbahaya.Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru dapat menyebabkan kematian.Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10 % saja sudah membahayakan jiwa.Pada bayi, keadaan ini dapat menyebabkan kematian setelah sakit selama 2-3 hari. Sebelum kematian terjadi, dehidrasi berat akan muncul yang gejalanya adalah kulit berkerut, mata cekung, ubun-ubun cekung, serta mulut dan bibir kering bahkan pecah-pecah.

Dehidrasi dibagi menjadi 3 macam, yakni, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat.Dehidrasi ringan jika cairan tubuh hilang 5 %.Jika cairan yang hilang sudah lebih dari 10 % disebut dehidrasi berat.


(33)

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah rendah, penderita lemah, kesadaran menurun,dan penderita sangat pucat.

Derajat dehidrasi diare 1. Diare tanpa dehidrasi

Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.Tanda-tanda diare tanpa dehidrasi balita tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kulit kembali segera.

2. Diare dehidrasi ringan/sedang

Kehilangan cairan 5-10% Berat Badan penderita diare.Tanda-tandanya adalah, balita gelisah atau rewel, mata cekung, ingin minum terus atau rasa haus meningkat dan turgor kulit kembali lambat.

3. Diare dehidrasi berat

Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya adalah balita terlihat lesu, lunglai dan tidak sadar, mata cekung, malas minum, dan turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik (Depkes,2011)

2. Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akanmenjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orang tua,


(34)

17

cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak dan perubahan makan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare. Disamping itu, pemberian makanan tambahan yang dilakukan sebelum waktunya juga dapat menyebabkan diare. Pemberian makanan tambahan terlalu dini akan menyebabkan gangguan selaput lender usus. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan balita karena mengandung unsur kekebalan alami yang membantu pertahanan tubuh anak (Widjaja,2008).

Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam waktu singkat akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak yang terus menurun. Akibatnya, anak kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya (Widjaja,2008).

Seperti diketahui, 60% pertumbuhan otak anak terjadi sejak anak masih berada didalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Diare yang terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun dan balita akan menganggu perkembangan otaknya. Volume otak akan menjadi kecil dan jaringan otaknya menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang pertumbuhannya normal. Kondisi kurang gizi ini juga akan diikuti oleh rentetan lain yang memperburuk kondisi fisik bayi, diantaranya daya tahan tubuh yang menurun pada bayi kurang gizi akan membuat pertahanan


(35)

tubuhnya rapuh dan mudah diserang berbagai kuman penyakit (Widjaja,2008).

Dibandingkan dengan diare akut, diare kronis (menahun) paling sering menyebabkan kematian.Kematian ini juga dapat disebabkan oleh infeksi sekunder yang terjadi akibat diare. Seandainya tidak meninggal, bayi akan terus-menerus mengalami penurunan berat badan sehingga pertumbuhan fiskinya terhambat (Widjaja,2008).

5. Pencegahan diare (Depkes, 2007)

Pencegahan diare dengan cara pemberian ASI pada bayi karena ASI terjamin kebersihannya dan cocok untuk bayi. Kemudian siapkan dan berikan makanan pendamping ASI yang baik dan benar. Lalu gunakan air bersih yang cukup dan cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan sabun. Semua anggota keluarga BAB di jamban yang sehat, buanglah tinja bayi dan anak kecil di jamban dan berikan imunisasi campak

B. Penanganan diare

Tiga cara untuk pengobatan dirumah seorang anak penderita diare (Depkes,2007):

1. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan memberikan cairan lebih banyak daripada biasa

a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi yang masih menyusui (0-2 tahun atau lebih).


(36)

19

b. Segera berikan cairan/minuman yang biasa tersedia dirumah, seperti: kuah sop, kuah sayur, air tajin, air teh, air matang dan teruskan pemberian ASI pada bayi lebih banyak dan sering.

c. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti (Depkes, 2011) dan larutan gula garam (LGG) (Warner, dkk, 2010)

1) ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.

a. Manfaat ORALIT

ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT.Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. b. Cara membuat cairan ORALIT

Cuci tangan dengan air dan sabun, lalu Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc), masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc dan aduk sampai larut benar lalu berikan larutan ORALIT kepada anak.


(37)

Berikan dengan sendok atau gelas, Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelas larutan ORALIT berikutnya. Larutkan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam.

d. Takaran pemberian oralit (Depkes, 2007) 1. Umur < 1 tahun = ½ gelas

2. Umur 1-4 tahun = 1 gelas 3. > 5 tahun = 1 ½ gelas 4. Dewasa = 2 gelas

2) Larutan gula garam (LGG) (Tan dan Kirana,2010)

Sediakan air masak 1 gelas. Tambahkan gula pasir 1 sendok makan, garam ½ sendok the. Aduklah sampai larut dan larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan

Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT dirumah, bisa diberikan air minum.

2. Teruskan pemberian makanan pada anak

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Cara pemberian makanan anak dengan cara:


(38)

21

Berikan makanan seperti biasa atau makanan yang dilunakkan, mudah dicerna dan tidak merangsang (pedas, asam). Makanan diberikan sedikit-sedikit, tetapi sering. Pemberian ASI bagi bayi ditingkatkan. Susu kaleng (formula) dapat diteruskan dan setelah diare, berikan makanan ekstra sampai 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak

3. Bawa anak kepetugas kesehatan, jika tidak membaik

Bawa anak ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau Tempat Praktek bila : Diare tidak membaik sampai 3 hari, atau ada satu/lebih tanda-tanda: Diare terus menerus, muntah berulang, demam, tidak mau makan/minum, mata/ubun-ubun cekung, kelihatan sangat haus, ada darah dalam tinja dan mengobati masalah lain.

Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi.

Obat-obatan untuk diare untuk mengobati masalah lain :

Sebagian besar kasus mencret tidak memerlukan obat.Namun, pada kasus-kasus tertentu, penggunaan obat secara tepat merupakan tindakan penting. Banyak obat yang sering dipakai untuk mengatasi mencret tidak begitu manjur atau tidak manjur sama sekali. Sebagian obat bahkan berbahaya.

Antibiotik seperti ampicillin dan tetracycline sangat baik untuk beberapa kasus mencret seperti pada anak dengan diare yang berdarah.Tetapi obat-obatan itu sendiri kadang-kadang menyebabkan mencret, khususnya pada anak-anak kecil.Jika setelah minum antibiotic selama 2-3 hari, dan mencretya


(39)

bahkan bertambah, hentikanlah penggunaan obat tersebut, mungkin antibiotika menjadi penyebab mencret.

Obat-obatan “anti diare” tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian menimbulkan efek samping yang bahaya, dan bisa berakibat fatal.Obat antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

C. Sampah

Kamus lingkungan (1994), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barak rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan atau buangan. Menurut Tanjung, sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Dan menurut Basriyanta, sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar (Basriyanta,2011).

Keberadaan sampah hingga saat ini masih cenderung dianggap sebagai suatu yang tidak bermanfaat dan bahkan merugikan.Tempat dan pengelolaan sampah yang kurang memadai atau pembuangan sampah yang tidak terkontrol merupakan tempat yang cocok bagi beberapa mikroorganisme (bakteri, virus, kuman penyakit, jamur, dan sebagainya) untuk hidup dan berkembang.Kondisi demikian,


(40)

23

juga menarik bagi lalat, nyamuk, anjing. Nah, semua binatang tersebut akan dapat menjadi perantara penyebaran penyakit. Sampah akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungannya (Basriyanta,2011).

1. Dampak bagi kesehatan manusia

Sampah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diare, tifus, muntaber, demam berdarah, dan sebagainya yang dapat menyebar dengan sangat cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat (Basriyanta,2011).

2. Dampak bagi lingkungan

Sampah cair atau cairan rembesan sampah yang masuk ke aliran sungai atau aliran tanah, dapat mencemari air. Berbagai organism termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis (Basriyanta,2011).

3. Dampak bagi sosial ekonomi

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap, dan pemandangan yang buruk. Pembuangan sampah ke badan air dapat menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan banjir (Basriyanta,2011).

D. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha sadar yang menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat serta baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran


(41)

dan latihan yang diperlukan bagi perannya saat ini maupun di masa yang mendatang (Efendy dkk, 2009).

WHO (2012) Juga mendefinisikan bahwa pedidikan kesehatan adalah peluang sadar yang di bangun untuk belajar dalam rancangan komunikasi dan informasi untuk meningkatkan kesehatan, termasuk meningkatkan pengetahuan (Efendy dkk, 2009).

Dan menurut Tim pengembangan ilmu pendidikan FIP-UPI (2007), pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu atau sekelompok individu belajar untuk berperilaku dalam suatu kebiasaan yang konduktif terhadap peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan adalah memodifikasi perilaku yang positif. Pendidikan kesehatan dimulai dari setiap orang, apapun minatnya, yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi dan taraf kehidupannya. Tujuannya adalah mebangun sikap dan tanggungjawabnya terhadap kondisi kesehatan, sebagi individu ataupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Efendy dkk, 2009). Tujuan pendidikan kesehatan juga adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur

2. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat

3. Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan


(42)

25

4. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hai yang sesuai dengan syarat kesehatan

5. Peserta dididk dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

(Efendy dkk, 2009).

E. Metode-Metode Pendidikan Kesehatan a. Jenis metode pendidikan kesehatan

Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik

1. Metode didaktif

Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode ini sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif misanya ceramah, folm, leaflet, buklet, poster, dan siaran radio (kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak) (Maulana,2009).

2. Metode sokratif

Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersifat aktif dan kreatif (misalnya diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzgroup,

seminar, bermain peran, sisiodrama, curah pendapat (brain storming), demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan penugasan perorangan (Maulana,2009).


(43)

b. Aspek pemilihan metode

Pemilihan metode belajar yang efektif dan efisien harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan, bergantung pada kemampuan pendidiknya, kemampuan pendidik, bergantung pada besarnya kelompok sasaran, harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan tersebut dan hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada

(Maulana,2009).

c. Klasifikasi metode-metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasi menadi 3 bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan masa.

1. Metode pendidikan individu

a. Bimbingan dan konseling (guidance dan counseling)

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung.

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan,2005). Koseling


(44)

27

menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor dipusat pendidikan. Konseling membantu konseli (peserta didik) memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan atau konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan atau mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode pendidikan kelompok

a. Untuk kelompok besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang ), dapat digunakan metode ceramah dan seminar

1. Ceramah

Ceramah/kuliah adalah metode memberikan informasi, motivasi, dan pengaruh terhadap cara berpikir sasaran mengenai satu topik. Disini pemberi kuliah menjadi lebih tahu daripada sasaran kuliah. Semua sasaran mendengar informasi yang sama dengan cara yang sama dalam waktu yang terbatas (Nursalam,2008).


(45)

Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa/pendidik, yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik (Nursalam,2008).

Ceramah adalah pidato yang disampaikan seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut: waktu untuk penyampaian informasi terbatas, orang yang mendengarkan sudah termotasi, pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata, kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain, ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari dan mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran atau aktivitas dan sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan (Simamora,2009)

Kelebihan metode ini adalah sebagai berikut.

Dapat dipakai pada orang dewasa, menghabiskan waktu dengan baik, dapat dipakai pada kelompok yang besar, tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu (Nursalam,2008), pendidik mudah menguasai kelas, pendidik mudah menerangkan banyak


(46)

29

bahan ajar berjumlah besar dan mudah dilaksanakan (Simamora,2009)

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah

Membuat peserta didik pasif, mengandung unsur paksaan kepada peserta didik, mengandung sedikit daya kritis peserta didik, bagi peserta didik dengan tipe belajar visual akan lebih sulit menerima pelajaran dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe belajar audio, sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman belajar peserta didik, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme dan jika terlalu lama dapat membuat jenuh (Simamora,2009)

b. Untuk kelompok kecil

Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang dapat menggunakan metode:

1. Metode diskusi

Muhibin syah (2000) dalam Simamora (2009), mendefinisikan metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sering disebut diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama (socialized recitation). Tujuan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah :

Mendorong pesera didik berpikir kritis, mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong pesera didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan


(47)

masalah bersama dan mengambil satu atau beberapa alternatif jawaban untuk memecakan masalah berdasarkan pertimbangan yang cermat (Simamora,2009).

Penggunaan metode diskusi kelompok harus memenuhi ketentuan berikut

Peserta diberi kesempatan saling mengemukakan pendapat, problema dibuat menarik, peserta dibantu mengemukakan pendapatnya, problema perlu dikenal dan diolah, ciptakan suasana informasi, dan orang yang tidak suka bicara harus diberi kesempatan Kelebihan metode diskusi :

Menyadarkan pesera didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstrukif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan peserta didik bersikap toleransi , memungkinkan saling mengemukakan pendapat, merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan, memperluas pandangan, menghayati kepemimpinan bersama, membantu mengembangkan kepemimpinan dam memperoleh pandangan dari orang yang tidak suka bicaraa


(48)

31

Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar, peserta diskusi dapat informasi yang terbatas, cenderung dikuasai oleh orang-orang yang suka bicara, biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal, diskusi mudah berlarut-larut, membutuhkan pemimpin yang terampil, mungkin didominasi orang-orang yang suka belajar dan biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Simamora,2009)

2. Metode demontrasi

Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan (Syah,2000 dalam Simamora,2009). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan ajar (Djamarah,2000 dalam Simamora,2009).

Manfaat psikologis pengajaran dari metode demonstrasi adalah Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan, proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik (Daradjat,1985 dalam Simamora,2009)


(49)

Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan yang dapat terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Djamarah,2000 dalam Simamora,2009).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:

Peserta didik kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang akan diperagakan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, dan sukar dimengerti jika didemostrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemostrasikan (Simamora,2009).

3. Metode eksperimental

Metode ekperimental atau percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah,2000 dalam Simamora,2009). Metode ekperimental merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali, misalnya percobaan kimia di laboratorium. Kelebihan metode eksperimental adalah :

a. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan beradasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata pendidik pengajar atau buku.


(50)

33

b. Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi

c. Dengan ini, diharapkan peserta didik yang akan menciptakan terobosan atau penemuan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kelemahan metode ekperimental adalah :

a. Tidak cukupnya ketersediaan alat menyebabkan tidak setiap peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus menunggu untuk melanjutkan pelajaran. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

(Simamora,2009) 3. Metode pendidikan masa

Metode pendidikan masa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat.Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan.Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus dirancang agar dapat ditangkap oleh masa tersebut.Pendekatan ini digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi meskipun belum sampai pada perubahan perilaku.


(51)

Umumnya bentuk pendekatan masa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau media masa salah satu contoh metode ini adalah ceramah umum (public speaking)

Ceramah umum (public speaking)

Metode ini dilakukan dengan memberikan pidato dihadapan massa dengan sasaran yang sangat besar, misalnya pejabat berpidato dihadapan rakyat. Hal ini membutuhkan partisipasi masyarakat, kelompok, koordinasi antar sektor dan media cetak serta elektronik.

(Simamora,2009)

F. Media atau peraga 1. Definisi

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan juga disebut sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panciandra (Maulana, 2009).

2. Manfaat alat peraga atau media Manfaat alat peraga sebagai berikut.

Menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain, memudahkan penyampaikan


(52)

35

informasi, memudahkan penerimaaan informasi oleh sasaran, menurut penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan pengetahuan adalah mata. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampain dan penerimaan informasi oleh masyarakat (Maulana, 2009).

3. Pembagian alat bantu peraga secara umum 1. Alat bantu lihat (visual aids)

Alat bantu ini untuk membantu menstimulasi indra penglihatan pada saat proses pendidikan. Terdapat dua bentuk alat bantu lihat

a. Alat yang diproyekskan (misalnya, slide, overhead projector OHP, dan film strip)

Alat yang diproyeksikan seperti Microsoft Powerpoint, berkaiatan dengan computer privasi, menawarkan penyiapan materi yang cepat dan mudah untuk diproyeksikan melalui televisi atau proyektor (Van,2012)

b. Alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, gambar, peta, bagam leaflet, poster, lembar balik, buklet, boneka, dan bola dunia)

2. Alat bantu dengar (audio)

Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya, DVD, tape, radio, CD, dan alat bantu dengar dan lihat misalnya TV, film, dan video

(Maulana, 2009)


(53)

a. Media cetak

1. Buklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar

2. Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau kombinasi.

3. Flyer (selembara), bentuk seperti leafleat, tetapi tidak dilipat

4. Flip chart biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar berikut.

5. Rubric atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster, Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel pada dinding. Biasanya berisi pemberitahuan dan propaganda foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

(Maulana, 2009). b. Media elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagaimedia pendidikan kesehatan, antara lain sebagai berikut.


(54)

37

Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat

2. Radio

Bentuk penyampaian informasi diradio dapat berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, radio spot 3. Video

Penyampaian informasi kesehatan melalui video 4. Slide

Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan 5. Film strip

(Maulana, 2009).

G. Pengetahuan (knownlwdge)-kognitif 1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overtbehavior) (Efendy dkk, 2009). 2. Proses adopsi perilaku


(55)

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni sebagai berikut.

a. Timbul kesadaran (awareness), yakni orang tersebut menyakini (mengetahui) stimulus terlebih dahulu

b. Ketertarikan (interest), yakni orang tersebut mula tertarik kepada stimulus

c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation), yakni sikap orang tersebut sudah lebih baik lagi

d. Mulai mencoba (trial), yakni orang tersebut memutuskan untuk mencoba perilaku baru

e. Mengadaptasi (adoption), yakni orag tersebut berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun dari penelitian selanjutnya, Rogersmenyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama(Efendy dkk, 2009).


(56)

39

3. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunai enam tingkatan sebagai berikut.

a. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah(Efendy,2009).

b. Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari(Efendy dkk,2009).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Efendy dkk,2009).


(57)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya(Efendy dkk,2009).

e. Sintesis (synthentic)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Contohnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.(Efendy dkk,2009).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Efendy dkk,2009).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2010)

a. Faktor Internal 1) Pendidikan


(58)

41

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan


(59)

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Nursalam (2008) mengkatagorikan pengetahuan dengan tingkatan: a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang : Hasil presentase < 56%

H. Penelitian terkait

1. Berdasarkan Jurnal Rauf dkk (2013) tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Takalar di dapatkan hasil terdapat hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap derajat diare pada kejadian diare pada balita. Hasil penelitian Rauf dkk (2013) terdapat 31 responden diantaranya 21 responden dengan pengetahuan cukup terhadap kejadian diare dan dari data tersebut terdapat 18 orang (58,1%) responden mengalami diare tanpa dehidrasi dan 3 orang (9,7%) mengalamu dehidrasi. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang (32,3%) responden yang diantaranya 2 orang (6,5%) responden yang mengalami diare


(60)

43

tanpa dehidrasi dan 8 orang (25,8%) responden lannya mengalami dehidrasi. Sikap ibu dengan angka kejdian diare berdasarkan dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa dari 31 orang (58,1%) responden memiliki sikap yang positif terhadap kejadian diare dan dari data tersebut terdapat 17 orang (54,8%) responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 1 orang (3,2%) responden lainnya yang mengalami dehidrasi. Sedangkan responden yang memiliki sikap yang negatif terhadap kejadian diare tercatat sebanyak 13 orang (41,9%) responden yang diantaranya 3 orang (9,7%) responden mengalami diare tanpa dehidrasi dan 10 orang (32,3%) responden lainnya mengalami dehidrasi. Berdasarkan penelitian ini juga terdapat hubungan perilaku ibu dengan derajat kejadian diare dengan hasil penelitian yaitu dari 31 responden, terdapat 19 orang (61,3%) responden memiliki perilaku yang baik terhadap kejadian diare dan dari data tersebut terdapat 18 orang (58,1%) responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 1 orang (3,2%) responden lainnya yang mengalami dehidrasi. Sedangkan responden yang memiliki perilaku kurang baik terhadap kejadian diare terhadap kejadian diare tercatat sebanyak 12 orang (38,7%) responden yang diantaranya 2 orang (6,5%) responden yang mengalami diare tanpa dehidrasi dan 10 orang (32,3%) responden lainnya ang mengalami dehidrasi.

2. Jurnal Rahmah dkk (2013) tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang diare terhadap tindakan pemberian cairan rehidrasi pada anak balita diare, studi kasus diwilayah Puskesmas Patrang Kabupaten Jember didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden


(61)

tentang diare dengan tindakan responden dalam pemberian cairan rehidrasi pada balita diare. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan 83 responden didapatkan hasil 15 orang (18,1%) responden memiliki pengetahuan tinggi dengan diantaranya 11 orang (13,25%) memberikan cairan rehidrasi pada balita diare dan 4 orang (4,81%) responden tidan memberikan cairan rehidrasi pada balita. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan sedang didapatkan hasil sebanyak 64 orang (77,1%) dengan diantaranya 21 orang (25,31%) responden memberikan cairan rehidrasi pada balita dan 43 orang (51,8%) responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita. Responden yang memiliki pengetahuan rendah didapatkan hasil sebanyak 4 orang (4,8%) dengan diantaranya 1 orang (1,21%) responden memberikan cairan rehidrasi pada balita sedangkan 3 orang (3,62%) responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita. Dari hasil penelitian ini juga terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita dengan sikap responden yang positif didapatkan hasil sebanyak 39 orang (47%) dengan diantaranya 20 orang (24,1%) responden memberikan cairan rehidrasi pada balita dan 19 orang (22,89%) tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita. Responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 44 responden (53%) dengan diantaranya 13 orang (15,66%) memberikan cairan rehidrasi sedangkan 31 orang (37,35%) responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita. 3. Jurnal Mus dkk (2013) tentang gambaran perilaku ibu rumah tangga tentang


(62)

45

Kabupaten Sula Provinsi Maluku Utara, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 91 responden yang merupakan ibu dari balita menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok usia 20-25 tahun. Berdasarkan pekerjaan paling banyak sebagai IRT (51,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penanggulangan diare pada balita yaitu sebanyak 75 orang (82,4%);terbanyak responden memiliki sikap yang baik tentang penanggulangan diare pada balita yaitu sebanyak 48 orang (52,7%); dan terbanyak responden yang memiliki tindakan yang cukup baik tentang penanggulangan diare pada balita yaitu sebanyak 63 orang atau 69,2%.

4. Jurnal S Fiesta dkk (2012), tentang hubungan kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian diare di Desa Sialang Buah kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antar kondisi lingkungan perumahan dengan kejadian diare salah satunya adalah sarana membuangan sampah, berdasarkan penelitian yang berjumlah 88 responden, didapatkan hasil sarana pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 3 orang (3,4%) dengan diantaranya 2 orang (66,7%) responden yang mengalami diare dan 1 orang (33,33%) responden yang tidak mengalami diare. Sedangkan 85 orang (96,6%) responden tidak memenuhi syarat sarana pembuangan sampah dengan diantaranya 43 orang (50,6%) responden yang mengalami diare dan 42 orang (49,4%) tidak mengalami diare. Dari penelitian ini terdapat hubungan antara kepadatan lalat dengan kejadian diare yaitu didapatkan hasil bahwa


(63)

lingkungan perumahan dengan kepadatan lalat yang rendah sebanyak 12 (13,6%) dengan diantaranya 5 (41,7%) balita yang mengalami kejadian diare dan 7 (58,3%) balita yang tidak mengalami diare. Lingkungan perumahan kepadatan lalat yang rendah sebanyak 36 (40,9%) dengan diantaranya 16 (44,4%) balita yang mengalami diare dan 20 (55,6%) balita tidak mengalami diare. Lingkungan perumahan dengan kepadatan lalat yang tinggi 40 (45,5%) dengan diantaranya 24 (60%) balita mengalami diare dan 16 (40%) balita tidak mengalami diare.

5. Penelitian Munawaroh, dkk (2010), tentang efektifitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngarayun hasil penelitian terlihat perbedaan nilai mean antara sebelum dilakukan ceramah dan sesudah dilakukan ceramah yaitu 2,063 dengan standart deviasi 1,501, dan p value 0,000 yang artinya metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang seks bebas.

6. Penelitian Alfianur (2015), tentang metode ceramah dengan media leaflet terhadap perubahan perilaku siswa kelas 5 dalam pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) di SDN 029 Karang Harapan Kota Tarakan menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan metode ceramah dengan media leaflet dan metode ceramah tanpa media berpengaruh dalam perubahan perilaku responden dalam pencegahan DBD.

7. Penelitian Hirawati (2014) pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genitalia di SMA Negeri 1 Ungaran, berdasarkan


(64)

47

hasil analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney, didapatkan nilai p-value 0,002 < (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode ceramah, p-value 0,000 < (0,05) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode diskusi kelompok dan p-value 0,277 < (0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia.

8. Penelitian Citra (2010), tentang efektifitas metode ceramah dan film dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas 1 di sekolah menengah pertama „B‟ kotamadya Jakarta Selatan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap siswa sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan metode ceramah maupun dengan film tetang bahaya merokok pada siswa kelas 1 SMP „B‟(p<0,05).


(65)

I. KerangkaTeori

\\

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari (Wawan dan Dewi, 2010, Simamora, 2009 dan widjaja, 2008) Faktor internal

- pendidikan - umur - pekerjaan

Faktor eksternal - Lingkungan - Sosial budaya

Pengetahuan dalam penanganan

diare (definisi, penanganan, tanda dan gejala

bahaya diare )

Mengurangi dampak dari diare

- Dehidrasi

- Tumbuh kembang anak

- Kematian

Metode ceramah Penanganan diare pada balita


(66)

49

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Skema konsep penelitian ini sebagai berikut:

Pre intervensi intervensi post intervensi

Gambar 3.2 Skema Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah tentang penanganan diare, sedangkan variable dependennya adalah tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan

Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah

Tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare balita

Tingkat

pengetahuan ibu terhadap

penangana diare

Pendidikan

kesehatan (metode ceramah)

Tingkat

pengetahuan ibu terhadap


(67)

diare.Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung, Depok.

B. Hipotesis

1. H1 = Ada pengaruh metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam

menangani diare di rumah

2. H0 = Tidak ada pengaruh metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu

dalam menangani diare di rumah

C. Definisi operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala Usia umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

Ceklist Kuesioner a. Masa akhir remaja (17-25 tahun),

b. Masa dewasa awal (26-35 tahun), c. Masa dewasa

akhir (36-45 tahun).

(Depkes RI, 2009)

Nominal Jenjang Pendidikan Tahap dalam pendidikan yg dicantumka n di dalam kurikulum (KBBI)

Ceklist Kuesioner a. Pendidikan dasar b. Pendidikan

menengah c. Pendidikan

tinggi

(UU No.20 tahun 2003)

Ordinal

Pekerjaan kebutuhan yang harus

Ceklist Kuesioner a. Bekerja b. Tidak bekerja


(68)

51 dilakukan untuk menunjang keehidupan (dewi dan wawan, 2010)

(UU RI no.13 )

Pengetahuan Pemahaman informasi yang didapat ibu tentang pengertian, gejala, dan penanganan diare Menghitun g skor pada pertanyaan yang sudah dijawab responden

Kuesioner a. Baik: Hasil presentase 76%-100%. b. Cukup: Hasil

presentase 56% - 75%. c. Kurang: Hasil

presentase <56%

(Nursalam,200 8)

Dilakukan 2 uji pretest dan post test


(69)

52 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini digunakan untuk menguji efektifitas pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam

penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung Depok. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode quasi experimen

design dengan rancangan pre and post test without control. Pada metode ini

peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa kelompok

pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre

test dengan post test (Dharma, 2011). Bentuk rancangan metode ini adalah

sebagai berikut:

Pretest Perlakuan

Posttest

Gambar 4.1 desain penelitian


(1)

(2)

Hasil Olahan SPSS

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 33 100.0

Excludeda 0 .0

Total 33 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

17.70 27.968 5.288 32

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.808 32

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Asi 16.76 27.689 .086 .809

makanan lunak 16.76 28.127 -.085 .812

makanan padat 17.06 25.934 .361 .800

Jumlah 17.45 26.193 .356 .801

Frekuensi 17.42 25.814 .424 .798

air putih 16.70 27.968 .000 .809

kuah sayur 16.88 26.172 .410 .799

air tajin 17.36 25.926 .372 .800

susu formula 17.33 25.667 .417 .798

air buah 17.00 25.563 .464 .796

air the 17.15 24.883 .561 .791

jumlah pemberian cairan 17.09 25.960 .348 .801

Oralit 16.85 25.883 .527 .796

LGG 17.18 25.903 .350 .801

jumlah oralit (cc) 17.39 24.996 .590 .791

Jumlah garam LGG 17.39 25.996 .369 .800

jumlah gula LGG 17.48 26.320 .346 .801

larutan LGG 17.42 25.752 .438 .797

Cairan yang lain 17.15 27.508 .039 .814

Kader 17.39 27.559 .039 .813

Puskesmas 16.91 26.398 .328 .802

rumah sakit 17.21 25.797 .371 .800

dokter/paramedic 17.00 28.063 -.063 .817

Dukun 16.88 26.922 .219 .806

Warung 17.67 27.854 .045 .809

toko obat 17.39 26.621 .234 .806

mencret terus 16.88 28.360 -.131 .817

sangat haus 17.27 25.330 .472 .795

mata/ubunu-buncekung 17.24 26.064 .319 .802

Demam 17.03 26.030 .350 .801

tidak bisa maka/minum 16.97 26.155 .348 .801

keadaan anak tidak bertambah baik 16.91 25.710 .495 .796


(3)

Statistics

usia Pendidikan Pekerjaan

N Valid 15 15 15

Missing 0 0 0

Mean 1.47 1.47 1.07

Std. Error of Mean .133 .133 .067

Median 1.00 1.00 1.00

Std. Deviation .516 .516 .258

Variance .267 .267 .067

Minimum 1 1 1

Maximum 2 2 2

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

18-25 8 53.3 53.3 53.3

26-35 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

pendidikan dasar 8 53.3 53.3 53.3

pendidikan menengah 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak bekerja 14 93.3 93.3 93.3

Bekerja 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Statistics

skorpre skorpos

N Valid 15 15

Missing 0 0

Mean 17.13 24.33

Std. Error of Mean 1.417 1.330

Median 18.00 25.00

Std. Deviation 5.489 5.150

Variance 30.124 26.524

Range 17 20

Minimum 7 10


(4)

Statistics

kategoripretes kategoripostest

N Valid 15 15

Missing 0 0

Mean 2.33 1.47

Std. Error of Mean .187 .165

Median 2.00 1.00

Std. Deviation .724 .640

Variance .524 .410

Range 2 2

Minimum 1 1

Maximum 3 3

Kategoripretes

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 2 13.3 13.3 13.3

Cukup 6 40.0 40.0 53.3

Kurang 7 46.7 46.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Kategoripostest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 9 60.0 60.0 60.0

Cukup 5 33.3 33.3 93.3

Kurang 1 6.7 6.7 100.0


(5)

Descriptives

Statistic Std. Error

totalskorpretest

Mean 54.61 4.605

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

44.74

Upper Bound 64.49

5% Trimmed Mean 55.17

Median 57.60

Variance 318.123

Std. Deviation 17.836

Minimum 22

Maximum 77

Range 54

Interquartile Range 35

Skewness -.307 .580

Kurtosis -1.200 1.121

totalskorpostest

Mean 77.87 4.255

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

68.74

Upper Bound 86.99

5% Trimmed Mean 79.41

Median 80.00

Variance 271.604

Std. Deviation 16.480

Minimum 32

Maximum 96

Range 64

Interquartile Range 22

Skewness -1.564 .580

Kurtosis 3.304 1.121

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

totalskorpretest .123 15 .200* .933 15 .300

totalskorpostest .164 15 .200* .857 15 .022

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction


(6)

Pair 1 totalskorpretest 54.61 15 17.836 4.605

totalskorpostest 77.87 15 16.480 4.255

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 totalskorpretest & totalskorpostest 15 .487 .066

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 45 64

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMASI DENGAN CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN PENANGANAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 3 16

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMASI DENGAN CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN PENANGANAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 2 12

PENDAHULUAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 4 16

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dengan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Wonorejo Polokarto.

0 3 16

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dengan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Wonorejo Polokarto.

0 3 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DESA GLADAGSARI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Des

0 0 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

1 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

0 3 6