Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

(1)

PENGARUH PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE

TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN DIARE DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

Roni Gunawan

NIM. 041000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE

TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN DIARE DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan Oleh

RONI GUNAWAN

NIM. 041000028

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 26 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji

Penguji I

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si

dr. Heldy BZ, M.P.H

NIP. 19680320 199308 2 001

NIP. 19520601 198203 1 003

Penguji II

Penguji III

Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes

dr.Fauzi, S.K.M

19730803 199903 2 001

NIP. 140052649

Medan, 3 Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

NIP. 19531018 198203 2 001


(3)

ABSTRAK

Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan balita memiliki peran besar dalam

melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Persepsi ibu yang salah dalam

memandang penyakit diare bisa memengaruhi tindakan ibu dalam melakukan

pencegahan terhadap penyakit diare . Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan kota

Medan pada tahun 2009 Kecamatan Medan Marelan menduduki urutan tertinggi

untuk kasus diare untuk usia balita yaitu 1497 kasus, dari Kecamatan tersebut

Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan yang paling tinggi insiden diarenya yaitu

sebesar 11,19 orang per 1000 penduduk.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk

menjelaskan persepsi keseriusan tentang penyakit diare dan persepsi kerentanan

tentang penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang

memiliki bayi dan balita dan penetapan jumlah sampel menggunakan teknik cluster

sampling sebanyak 198 responden . Data dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh

signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi keseriusan terhadap

penyakit diare (p=0,000), sedangkan persepsi kerentanan terhadap penyakit diare

tidak memiliki pengaruh (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan Puskesmas Terjun

melakukan penyuluhan tentang diare secara berkesinambungan dalam upaya

meningkatkan pengetahuan ibu tentang diare sehingga ibu memiliki persepsi yang

tepat terhadap diare

.


(4)

ABSTRACT

Mothers as caregivers closest to the infant has a major role in preventing the

incidence of diarrhea. Maternal perception is wrong in view of diarrheal disease can

affect the actions of mothers in preventing diarrheal diseases. Based on the profile

data of Medan District of Health in 2009,

Medan Marelan District is highest ranks

for diarrhea cases under five year old for 1497 cases, the Village of Terjun is the

highest incidence of diarrhea that is equal to 11,19 persons per 1000 population.

This explanatory research was aims to explain the perception of the

seriousness of diarrheal disease and the perception of vulnerability about diarrheal

disease prevention measures against diarrhea. The population were mothers who

have children nd infant and determining the number of sampling was used cluster

sampling, 198 respondents. Data was used questionnaires and analyzed multiple

linear regression test.

The results of research that the variables which had significant impact on

prevention of diarrhea was the perception of the seriousness of diarrheal disease (p

= 0.000), while perceptions of susceptibility diarrheal disease didn’t show influance

(p> 0.05).

Based on the result of research, health officers of Terjun Health Center have

to health promotion about diarrhea on an ongoing basis in an effort to improve the

knowledge of mothers about diarrhea so that mothers have the right perception of

diarrhea.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: RONI GUNAWAN

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan, 19 Desember 1985

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga

: Anak ke-3 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah

: Jl.Mangaan I Lingk VI. No. 97 Mabar

Riwayat Pendidikan

:

1. 1992 - 1998

: SD Swasta Bahagia

2. 1998 - 2001

: SLTP Swasta Tut Wuri Handayani Medan

3. 2001 – 2004

: SMU Swasta Dharmawangsa Medan

4. 2004 – 2010

: FKM USU


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kehendaknya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul:

Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit

Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2010, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis sadar bahwa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan

yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak

yang bersifat membangun.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa

dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat selesai. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1.

Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2.

Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan, motivasi, saran dan masukan kepada penulis.


(7)

3.

Bapak dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Pembimbing Skripsi II atas bantuan

kesediaan waktu, motivasi, bimbingan dan pengarahan untuk kesempurnaan

skripsi ini.

4.

Ibu Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, dan Bapak dr. Fauzi, S.K.M selaku

Penguji Skripsi atas bantuan kesediaan waktu, motivasi, semangat, bimbingan

dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5.

Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, M.P.H, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6.

Bapak Hazwar , selaku Kepala Kelurahan Terjun yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian.

7.

Bapak Dr.Drs. Surya Utama, M.S yang telah memberi banyak pelajaran dan

pengalaman hidup bagi penulis serta para dosen dan Staf di FKM USU,

khususnya Departemen AKK yang telah membimbing selama perkuliahan.

8.

Semua saudara-saudara yang hari ini banyak memberikan

pengalaman-pengalaman penting dalam hidup : Dedy, Afif, Icunk, Kamto, Hery, Hamid,

Habib, Deasy, Dani, Fandi, Siska, Yani yang selalu menjadi teman dalam

pembelajaran dalam hidup dan kehidupan, semoga kita semua selalu memerbaiki.

9.

Sahabat-sahabat yang selalu jadi teman-teman belajar dari awal hingga saat ini :

Anas, Ari, Ruri, Afnel, Fitri, Lidya, Endah dan Komala yang selalu membantu

penulis dengan caranya masing – masing hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, mudah-mudahan apa yang kita cita-citakan tercapai


(8)

10. Adik-adik : Boy, Rina Pabol, Tania, Ratna, Inur, Evy, Julai, Rina Kecik, Afdhol,

Hara, Linda, Putri, Nanda, Winda, Hilma, Titan, Dani, Fandi yang sampai

sekarang ini selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

11. Keluarga besar HMI FKM USU pengurus, senior, anggota – anggota yang selalu

menjadi teman – teman dalam belajar dari awal hingga saat ini

12. Saudara – saudara di S2 IKM FKM USU, Kakak Iin, Ibu Nur, Abang Husni,

Abang Rosihan, Fauzi, Dani O , Mang Ngapul , Putri dan Kakak Wati yang telah

membantu dan memberikan izin waktu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

13. Teman-teman seperjuangan akademik di FKM USU secara khusus Departemen

AKK FKM USU yang terus menjadi teman yang selalu akrab dan solid dengan

semua proses yang terjadi pada kita semua, hari ini dan selamanya.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada

kedua orang tua yang paling disayangi dan dihormati Giatmo dan Rohani yang dengan

kesederhanaan dan izin kebebasan belajar memberi pengajaran berarti dalam hidup ini..

Selanjutnya kepada kakak dan adikku tersayang Kakak Rani, Yuni, Adik Rini, Wiwit,

Tika yang selalu mendoakan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja serta

untuk kemajuan ilmu pengetahuan Amin.

Medan, Juli 2010

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan ...

i

Abstrak ...

ii

Abstract ...

iii

Riwayat Hidup Penulis ...

iv

Kata Pengantar ...

v

Daftar Isi ...

viii

Daftar Tabel ...

x

Daftar Gambar ...

xii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

6

1.3. Tujuan Penelitian ...

7

1.4. Manfaat Penelitian ...

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...

8

2.1.Pengertian Diare ...

8

2.2.Gejala Diare ...

11

2.3.Pencegahan Penyakit Diare ...

12

2.3.1.Pencegahan Primer ...

13

2.3.2.Pencegahan Sekunder ...

19

2.3.3.Pencegahan Tertier ...

20

2.4. Pengertian Perilaku ...

20

2.4.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan ...

21

2.4.2.Model Perilaku Kesehatan Health Belief Model ...

22

2.5.Persepsi ...

25

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ...

27

2.7.Definisi Konsep ...

27

BAB III. METODE PENELITIAN ...

28

3.1. Jenis Penelitian ...

28

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...

28

3.2.1. Lokasi Penelitian ...

28

3.2.2. Waktu Penelitian ...

28

3.3. Populasi dan Sampel ...

29


(10)

3.4.1. Jenis Data ...

30

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ...

30

3.5.1. Variabel ...

30

3.5.2.Definisi Operasional ...

30

3.6. Aspek Pengukura ...

31

3.7. Teknik Analisa Data ...

32

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...

33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...

33

4.2. Data Demografis ...

33

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden ...

35

4.4.Persepsi tentang Penyakit Diare ...

37

4.4.1. Persepsi Tentang Keseriusan Penyakit Diare ...

37

4.4.2. Persepsi Tentang Kerentanan Terhadap Penyakit Diare ...

40

4.5. Pencegahan Penyakit Diare ...

43

4.6. Hasil Pengamatan ...

46

4.7. Hasil Analisa Statistik Bivariat ...

47

4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat ...

48

BAB V. PEMBAHASAN ...

50

5.1. Pengaruh Pesepsi tentang Keseriusan Penyakit Diare terhadap

Tindakan Pencegahan Diare ... 50

5.2. Pengaruh Persepsi Kerentanan terhadap Penyakit Diare terhadap

Tindakan ... 52

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...

55

6.1. Kesimpulan ...

55

6.2. Saran ...

56

DAFTAR PUSTAKA ...

58

LAMPIRAN:

Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data dari Instansi Terkait

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1. Angka Insidens Diare Menurut Umur Penderita Diare per 1000

Penduduk Berdasarkan Tempat di Wilayah Kerja Puskesmas

Terjun Bulan Januari – Oktober Tahun 2009 ... 3

Tabel 3.1. Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 31

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2009 ……….. ... 33

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk di Kelurahan Terjun berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2009 ……….. ... 34

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun berdasarkan Pekerjaan

Tahun 2009 ……….. ... 34

Tabel 4.4. Distribusi Identitas Responden Kelurahan Terjun Tahun 2009 ... 35

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Persepsi

KeseriusanTerhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun

Tahun 2010 ……….. ... 39

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tentang Persepsi

Keseriusan Terhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun

Tahun 2010………. ... 40

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Persepsi

KerentananTerhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun

Tahun 2010 ……….. ... 41

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tentang Persepsi

Kerentanan Terhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun

Tahun 2010………. ... 42

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Pencegahan

Penyakit Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2010 ... 45

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tentang Pencegahan


(12)

Tabel 4.11. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ……… ... 48

Tabel 4.12. Hasil Regresi Linear Berganda Pengaruh Keseriusan Tentang

Penyakit Diare terhadap Tindakan Pencegahan Diare ... 49


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1.Skema Konsep Health Belief Models ... 24

Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian ... 27


(14)

ABSTRAK

Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan balita memiliki peran besar dalam

melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Persepsi ibu yang salah dalam

memandang penyakit diare bisa memengaruhi tindakan ibu dalam melakukan

pencegahan terhadap penyakit diare . Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan kota

Medan pada tahun 2009 Kecamatan Medan Marelan menduduki urutan tertinggi

untuk kasus diare untuk usia balita yaitu 1497 kasus, dari Kecamatan tersebut

Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan yang paling tinggi insiden diarenya yaitu

sebesar 11,19 orang per 1000 penduduk.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk

menjelaskan persepsi keseriusan tentang penyakit diare dan persepsi kerentanan

tentang penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang

memiliki bayi dan balita dan penetapan jumlah sampel menggunakan teknik cluster

sampling sebanyak 198 responden . Data dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh

signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi keseriusan terhadap

penyakit diare (p=0,000), sedangkan persepsi kerentanan terhadap penyakit diare

tidak memiliki pengaruh (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan Puskesmas Terjun

melakukan penyuluhan tentang diare secara berkesinambungan dalam upaya

meningkatkan pengetahuan ibu tentang diare sehingga ibu memiliki persepsi yang

tepat terhadap diare

.


(15)

ABSTRACT

Mothers as caregivers closest to the infant has a major role in preventing the

incidence of diarrhea. Maternal perception is wrong in view of diarrheal disease can

affect the actions of mothers in preventing diarrheal diseases. Based on the profile

data of Medan District of Health in 2009,

Medan Marelan District is highest ranks

for diarrhea cases under five year old for 1497 cases, the Village of Terjun is the

highest incidence of diarrhea that is equal to 11,19 persons per 1000 population.

This explanatory research was aims to explain the perception of the

seriousness of diarrheal disease and the perception of vulnerability about diarrheal

disease prevention measures against diarrhea. The population were mothers who

have children nd infant and determining the number of sampling was used cluster

sampling, 198 respondents. Data was used questionnaires and analyzed multiple

linear regression test.

The results of research that the variables which had significant impact on

prevention of diarrhea was the perception of the seriousness of diarrheal disease (p

= 0.000), while perceptions of susceptibility diarrheal disease didn’t show influance

(p> 0.05).

Based on the result of research, health officers of Terjun Health Center have

to health promotion about diarrhea on an ongoing basis in an effort to improve the

knowledge of mothers about diarrhea so that mothers have the right perception of

diarrhea.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa

selain pendidikan dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh

berbagai faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku

masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat.

Lingkungan adalah salah satu faktor yang memengaruhi derajat kesehatan tersebut.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-macam. Salah

satunya adalah sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat hidup yang paling

sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tergantung dari

sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu ( Hiswani, 2003).

Berkaitan dengan lingkungan, salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang

masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian

anak-anak di Indonesia adalah diare. Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerah

geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi penyakit

berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara

berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi

penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai dengan 34% dari semua


(17)

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkan angka

kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu

balita (Depkes RI, 2005).

Menurut Depkes RI (2009), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100

penduduk, di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak

mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara keseluruhan, rata-rata

mengalami 3 kali episode diare per tahun ( Bela dkk, 2009).

Pada tahun 2007, terjadi KLB di 16 provinsi dan 44 daerah tingkat dua di Indonesia ,

dan salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penderitanya sebesar 10.980 dan

77 penderita meninggal dunia akibat penyakit tersebut (Depkes RI, 2007).

Di kota Medan sendiri, diare merupakan salah satu penyakit yang ada di kota ini

dengan 36.497 kasus dan terbesar terjadi pada kelompok balita yakni sebesar 17.435 pada

tahun 2008. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2009, Kecamatan

Medan Marelan merupakan kecamatan dengan kasus diare tertinggi kedua yakni 2138 kasus

setelah Medan Belawan 2202 kasus, akan tetapi untuk usia balita, kecamatan Medan Marelan

yang tertinggi yaitu sebesar 1497 kasus.

Kecamatan Medan Marelan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan

dengan puskesmas Terjun sebagai ujung tombak pelayanan kesehatannya. Puskesmas Terjun

mencakup lima kelurahan sebagai wilayah kerjanya, yaitu kelurahan Terjun, Rengas Pulau,


(18)

Berdasarkan survei yang dilakukan Bela dkk (2009), diare merupakan penyakit yang

sering terjadi di wilayah Puskesmas Terjun selama tahun 2009 dengan rincian sebagai berikut

:

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kejadian angka insidens paling tinggi terjadi di

Kelurahan Terjun pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 46,75 orang per 1000 penduduk .

Tingginya kasus diare dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku

masyarakat karena penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan

(Depkes RI, 2000). Perilaku masyarakat erat kaitannya dengan tindakan pencegahan yang

dilakukan oleh masyarakat dalam meminimalisir terjadinya diare.

Beberapa ahli kesehatan kemudian menemukan bahwa ada dua faktor penting dari

keadaan lingkungan yang memengaruhi timbulnya diare, yaitu keadaan air untuk rumah

Tabel 1.1. Angka Insidens Menurut Umur Penderita Diare per 1000 Penduduk

Berdasarkan Tempat di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Bulan Januari – Oktober Tahun 2009

No

Umur Terjun R.Pulau T.600 P.Pasir L.Deli

(Tahun) % % % % %

1 0 – 5 46,75 8,16 1,66 45,63 2,43

2 6 – 12 13,43 3,03 2,00 8,03 1,84

3 13 – 17 6,02 1,11 0,83 2,79 0,44

4 18 – 25 1,50 0,22 0,41 4,02 1,59

5 26 – 55 5,47 1,57 7,28 6,95 2,38

6 > 55 11,16 0,44 0,65 5,03 1,53


(19)

tangga dan fasilitas jamban (Suharyono, 1980; WHO, 1985). Risiko kejadian diare dan diare

berulang lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai jamban keluarga, sedangkan

penyediaan jamban umum dapat menurunkan prevalensi diare daripada yang tidak

mempunyai jamban, begitu juga dengan penyediaan fasilitas air bersih sedekat mungkin

dengan pemakai dapat menurunkan risiko diare (Munir, 1983).

Dari profil Kecamatan Medan Marelan diketahui bahwa 88,14 % KK di Kelurahan

Terjun masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersihnya, dan 1,34 % masih

menggunakan air sungai. Adapun untuk sarana jamban keluarga masih ada 3,73% KK yang

belum mempunyai jamban keluarga.

Selain lingkungan, tindakan pencegahan diare juga dipengaruhi oleh pengetahuan

ibu. Berdasarkan hasil penelitian Pratama (2006) di Bali, ibu balita yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang rendah beresiko mengalami kejadian diare.

Menurut Handayani (2007) pengetahuan ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap

pencegahan penyakit diare. Pengetahuan responden yang berada dalam kategori baik

berbanding lurus dengan tindakan terhadap pencegahan.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang

sangat berperan dalam menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman

masa lalu akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang

mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut


(20)

Menurut Wolinsky (1998) bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri

tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan

oleh generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi

akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika

diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya

maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya,

jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu

diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan

mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan.

Menurut Soemarno (1995), didapatkan persepsi ibu yang salah tentang diare di

Boyolali. Menurut ibu penyebab diare ada yang langsung terhadap anak yaitu masuk angin,

terlalu lama mandi, makan makanan rasa asam (kecut), dan tidak langsung bila ibu menyusui

masuk angin atau makan makanan yang pedas-pedas, air susu menjadi jelek dan anak

menderita mencret. Tidak ada kepercayaan bahwa diare disebabkan oleh roh halus. Sehingga

persepsi ibu yang salah tentang diare dan penyebabnya menghasilkan perilaku pengobatan

diare pada anak sebagai berikut, mula-mula ditangani sendiri dengan ramuan tradisional, bila

tidak sembuh diobati dengan pil Ciba yang dijual bebas di warung-warung yang tersebar di

desa, bila tetap belum sembuh baru dibawa ke petugas kesehatan.

Menurut Luthans (2006), persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang,

persepsi berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik


(21)

Menurut Rosenstock dalam Muzaham (1995), kesiapan seseorang untuk melakukan

suatu tindakan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan

persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang penyakit

tersebut.

Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap

tindakan pencegahan diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2009”.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyakit diare

khusus pada anak balita merupakan masalah yang cukup penting hari ini mengingat angka

kesakitannya yang tinggi, dan hal tersebut tidak terlepas dari peran ibu sebagai pengasuh

terdekat dengan balita untuk melakukan melakukan pencegahan. Oleh karena itu dalam

penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh persepsi ibu balita tentang

penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan tahun 2010.

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan persepsi ibu balita tentang penyakit diare

terhadap tindakan pencegahan diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun


(22)

1.4.

Manfaat Peneltian

1.

Manfaat bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan dapat

memberikan informasi tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan

sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan untuk

pencegahan dan penanganan kejadian diare.

2.

Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan informasi baru tentang

penelitian terkait sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian

pengembangan berikutnya

3.

Untuk pengembangan ilmu, penelitian ini dapat membuktikan teori yang

berkaitan sekaligus dapat membuka wacana berpikir untuk pengembangan

teori yang sudah ada


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Diare

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya

defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan

perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan

tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan

menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau

bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap

kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila

diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan

(Soegijanto, 2002).

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu

( Depkes RI, 2007):

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita

yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI


(24)

2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman

karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai

selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus

yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.

Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam

pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau

sebelum makan dan menyuapi anak

6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak

berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar,

tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan

keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: (1) infeksi yang dapat

disebabkan: a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus,

Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas; b) virus

misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus; c) parasit, misal: cacing

perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba

histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto; (2) alergi, (3) malabsorbsi, (4)


(25)

yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran, (5)

Imunodefisiensi dan (6) sebab-sebab lain (Widaya, 2004).

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

kelompok yaitu:

1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang

dari tujuh hari),

2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus

menerus,

4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin

juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan

asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, (2)

Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan

atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan

berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

Diare mengakibatkan terjadinya:

a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan

asidosis metabolik.

b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai


(26)

sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila

tak cepat diobati penderita dapat meninggal.

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan

muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena takut

bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk

diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah

menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat

hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma

(Suharyono, 2008).

2.2. Gejala Diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari

tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,

muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).


(27)

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien

cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang

berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi

pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi

yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

2.3. Pencegahan Penyakit Diare

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi

diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary

prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

2.3.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan

dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme

penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan


(28)

tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian

imunisasi.

1. Penyediaan air bersih

Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70% tubuh

manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan

pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan

kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai

kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit

menular termasuk diare (Sanropie, 1984).

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang

merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air

tanah dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti

hujan dan salju (Soemirat, 1996).

Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya

penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta

penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit

(Soemirat, 1996).

Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber air dapat

diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air salju, b) air tanah seperti air

sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan yang meliputi sungai dan telaga. Untuk


(29)

bermacam-macam saran penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur gali,

sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan, dan sumur artesis

(Sanropie, 1984).

Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang

terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan

kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang

bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan

untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang

tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).

2. Tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.

Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit

tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto, 1983).

Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus membuang

air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada

jamban, maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah

anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran

manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila


(30)

permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan

dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan

risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga

yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo,

2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita berasal dari keluarga yang

menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4%

terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki

septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada

keluaga yang mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota

dan 12,7% di desa.

3. Status gizi

Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan

penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan

dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.

Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;

1) konsumsi makanan; 2) pemeriksaan laboratorium, 3) pengukuran antropometri dan 4)

pemeriksaan klinis. Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan

untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.

Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein energi (KEP) umumnya kecil


(31)

kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan

nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).

4. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan tersedia

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.

ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui

dengan aman dan nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau

susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir,

serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh

mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI

yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama

kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi

yang tidak diberi ASI (Depkes, 2000).

Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih

rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan

dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan keduanya

mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya

mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono,


(32)

5. Kebiasaan mencuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan

perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar

tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan

seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih

makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan

penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta

menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan

mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya mencegah diare.

Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak,

sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan. Kejadian

diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol

susu, cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja anak (Howard &

Bartram, 2003).

Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan oleh

Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan

sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar terkena diare. Heller (1998) juga

mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada


(33)

Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare. Tinja anak, terutama

yang sedang menderita diare merupakan sumber penularan diare bagi penularan diare bagi

orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak sehatpun tinjanya juga dapat menjadi carrier

asimptomatik yang sering kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja

anak penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk, 1990). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera Selatan, kebiasaan ibu membuang

tinja anak di tempat terbuka merupakan faktor risiko yang besar terhadap kejadian diare

dibandingkan dengan kebiasaan ibu membuang tinja anak di jamban.

6. Imunisasi

Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi

campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak

secepat mungkin setelah usia sembilan bulan (Andrianto, 1995).

2.3.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare

atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan

yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.

Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan

mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,

bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis

pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas

penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan


(34)

menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.

Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk

dokter (Fahrial Syam, 2006).

2.3.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami

kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan

pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan

usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang

dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga

keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap

memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak

yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus

dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan

teman sepermainan.

2.4. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa


(35)

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.4.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim

pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku


(36)

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar

tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atas sering disebut

perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit

dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

dan sebagainya

2.4.2. Model Perilaku Kesehatan Health Belief Model

Faktor-faktor yang menentukan model-model perilaku kesehatan sangat banyak dan

rumit, menurut Mckinly dalam Muzaham (1995) mengidentifikasikan enam pendekatan

utama yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yaitu ; dari sudut ekonomi,

sosiodemografi, psikologi sosial, sosial budaya dan organisasional. Masing-masing model

yang dikemukakan berbeda sesuai dengan pandangan teori masing-masing.

Salah satu model perilaku kesehatan adalah Model Perilaku Kesehatan

(Health Belief Model). Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50-an dan didasarkan

atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap


(37)

dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial

;

1.Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau

memperkecil risiko kesehatan.

2.Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3.Perilaku itu sendiri.

Menurut Rosenstock dalam Muzaham (1995), dalam model ini adalah orang tidak

akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit mereka kurang memunyai

pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka memandang

keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu tindakan medis

atau pencegahan, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan

perilaku kesehatan yang disarankan.

Pada dasarnya, model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

1. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Misal: seorang klien

perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada

keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit

jantung.

2. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu. Dipengaruhi oleh variabel

demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak


(38)

3. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil. Seseorang

mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan

kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi

secara langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya

terhadap nilai manfaat dari suatu tindakan kesehatan. Bagaimanapun juga, rasa sakit dan

kurang enak badan yang berkaitan dengan gejala penyakit dapat memengaruhi persespsi

individu terhadap ancaman penyakit dan juga memengaruhi perilaku, sedangkan karakteristik

sosial, tingkat toleransi seseorang terhadap rasa sakit, kekurangan daya dan semangat

diperkirakan memunyai pengaruh tidak langsung atas suatu tindakan atau perilaku.


(39)

2.5. Persepsi

Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif,

artinya persepsi sangat tergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan.

Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap

segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga

menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.

Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami

informasi mengenai lingkungannya. Dalam hubungannya dengan perilaku orang-orang dalam

suatu organisasi, ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat penglihatan,

pendengaran, dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini, menunjukkan

bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut : (1) Objek atau

peristiwa yang dipahami (2) lingkungan terjadinya persepsi, dan (3) orang-orang yang

melakukan persepsi. Dengan demikian, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami

persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran

yang unik terhadap situasi bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha,

1999).

Menurut Notoatmojo (2003) setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek


(40)

proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui

atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat dikatakan sebagai perilaku

kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini sangat berkaitan dengan persepsi.

Menurut Wolinsky (1998) bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri

tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan

oleh generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan terjadi

akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang diare. Artinya, jika

diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius dan tidak mengancam kehidupannya

maka perilaku pencegahan akan penyakit diare pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya,

jika mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu

diwaspadai, otomatis mereka akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan

mengembangkan perilaku-perilaku pencegahan.

Dengan demikian masalah persepsi akan penyakit merupakan aspek penting dalam

memahami perilaku sehat di kalangan masyarakat. Karena itu masalah yang hendak diangkat

dalam penelitian ini menyangkut hubungan antara persepsi masyarakat yang tinggal di

kawasan kumuh dengan perilaku pencegahan yang dikembangkannya dalam menghadapi

penyakit diare.

Tindakan dalam hal ini adalah tindakan ibu balita dalam melakukan pencegahan

khususnya pencegahan primer diare. Pencegahan ini meliputi , tindakan ibu dalam

penyediaan air bersih, tindakan pencegahan yang erat kaitannya dengan tempat pembuangan


(41)

(ASI), dan tindakan ibu yang berkaitan dengan kebiasaan mencuci tangan dan pemberian

imunisasi pada balita.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini dikaji dua variabel bebas dan satu variabel terikat dengan

definisi konsep sebagai berikut :

1. Persepsi tentang keseriusan penyakit adalah pandangan seseorang tentang keparahan

atau kemungkinan akibat fisik bila seseorang terkena penyakit

2. Persepsi tentang kerentanan penyakit adalah pandangan seseorang tentang mudah

tidaknya dirinya terserang penyakit

3. Pencegahan diare adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka menghindari dan

mengurangi resiko terjadinya suatu penyakit

Persepsi

1. Persepsi tentang keseriusan penyakit 2. Persepsi tentang kerentanan terhadap


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research, yaitu

penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian

melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995). Dalam penelitian ini ingin menjelaskan

pengaruh persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare di

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Medan Marelan

khususnya Kelurahan Terjun, dengan alasan berdasarkan data yang diperoleh bahwa insiden

kejadian diare di wilayah tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah kerja puskesmas

Medan Marelan pada tahun 2010 yakni sebesar 11,19 per 1000 penduduk.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian selama 2 (dua) bulan, mulai bulan Mei

sampai dengan Juni 2010. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data,

pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita di Kelurahan Terjun


(43)

a. Bertempat tinggal di dalam wilayah kelurahan Terjun.

b. Ibu yang punya bayi dan balita pada tahun 2010.

c. Bersedia ikut dalam penelitian ini.

Kelurahan Terjun merupakan kelurahan terbesar di wilayah kerja puskesmas, dengan

22 lingkungan sebagai wilayah cakupannya.

3.3.2. Sampel

Dari populasi yang ada maka diperoleh sampel sebesar 198 orang. Pemilihan sampel

dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Proses

pemilihan dengan teknik ini secara umum dilakukan dengan memilih beberapa kluster, dan

untuk kluster yang terpilih tersebut diamati semua satuan sampling yang ada di dalamnya.

Langkah-langkah kerja selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Populasi dibagi-bagi menjadi N buah cluster atau satuan sampling, dalam hal ini populasi

di bagi menjadi 22 lingkungan sesuai dengan wilayah cakupan kelurahan Terjun

2. Dipilih n buah cluster dengan menggunakan simple random sampling. Melalui metode ini

terpilih lingkungan 8 yang berjumlah 148 orang dan lingkungan 20 yang berjumlah 50 orang

, maka keseluruhan unit sampling dari dua lingkungan tersebut yang menjadi sampel dalam

penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data ada 2 yaitu:


(44)

2) Data Sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota Medan, dan

Profil Kecamatan Medan Marelan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas, dan variabel terikat, secara rinci

diuraikan di bawah ini:

a. Variabel bebas : Persepsi ibu tentang penyakit diare ( persepsi tentang keseriusan

dan kerentanan terhadap penyakit diare )

b. Variabel terikat : Tindakan pencegahan penyakit diare.

3.5.2. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam penelitian, maka variabel yang menjadi sasaran

penelitian ini perlu didefinisikan secara operasional, adapun defenisi operasional dari

variabel-variabel penelitian di atas adalah sebagai berikut :

1. Persepsi adalah penilaian ibu balita tentang keparahan dan kerentanan dari ibu balita

terhadap penyakit diare

2. Persepsi tentang keseriusan penyakit diare adalah penilaian ibu balita tentang

kegawatan yang berakibat pada kondisi fisik dan memengaruhi kesehatan bila

terserang penyakit diare

3. Persepsi tentang kerentanan penyakit diare adalah penilaian ibu balita terhadap

kondisi balita yang memungkinkan balita terserang penyakit diare

4. Tindakan pencegahan diare adalah aktivitas yang dilakukan ibu balita sebelum


(45)

dalam penyediaan air bersih, aktivitas ibu berkaitan dengan pembuangan tinja,

aktivitas ibu dalam pemberian ASI, aktivitas ibu berkaitan dengan kebiasaan mencuci

tangan.

3.6.Aspek Pengukuran

Dalam pengumpulan data setiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat

No Variabel Jumlah

Indikator Kategori jawaban indikator Bobot nilai Kategori jawaban variabel Skor

1 Persepsi tentang

keseriusan penyakit

7 Setuju

Kurang setuju Tidak setuju 3 2 1 Serius Cukup Serius Tidak Serius

17 – 21 12 – 16 7 – 11

2 Persepsi tentang

kerentanan penyakit

8 Setuju

Kurang setuju Tidak setuju 3 2 1 Rentan Cukup Rentan Tidak Rentan

20 – 24 14 – 19 8 – 13

3 Tindakan pencegahan

diare

14 Ya

Kadang-kadang Tidak 3 2 1 Baik Cukup Baik Tidak Baik

34 – 42 24 – 33 14 – 23

3.7. Teknik Analisa Data

Untuk pengolahan data yang telah terkumpul dilaksanakan editing untuk mengecek

kelengkapan data, coding untuk memudahkan dalam proses entri data dan tabulasi data untuk


(46)

multivariat dengan uji regresi linear berganda yang ingin mengukur pengaruh lebih dari satu

variabel bebas terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut :


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah

administrasi kecamatan Medan Marelan dari beberapa kelurahan yang lainnya.

Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah 16, 05 Km

2

.

Kelurahan Terjun termasuk wilayah kecamatan Medan Marelan dengan batas-batas

sebagai berikut :

-

Sebelah Utara

: P. Sicanang Medan Labuhan

-

Sebelah Selatan

: Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan

-

Sebelah Barat

: Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang

-

Sebelah Timur

: Kelurahan Paya Pasir/ Rengas Pulau Medan Marelan

4.2. Data Demografis

Jumlah penduduk Kelurahan Terjun sebanyak 23.152 jiwa dengan jumlah Kepala

Keluarga (KK) sebanyak 5.901 KK. Jumlah perempuan lebih banyak (12.036;51,99%)

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 11.116 atau 48,01% ( Tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009

No

Jenis

Kelamin

Jumlah

F

%

1

Laki-laki

11.116

48,01

2

Perempuan

12.036

51,99


(48)

Kelompok umur 26-55 tahun merupakan kelompok umur terbanyak di

Kelurahan Terjun yakni sebanyak 10602 jiwa ( 45, 79%) dan kelompok umur >55

tahun merupakan yang terendah yaitu sebanyak 1254 jiwa ( 5,42%), sedangkan untuk

kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 2738 jiwa atau sebesar 11,82% (Tabel 4.2.).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk di Kelurahan Terjun Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2009

No

Umur

(Tahun)

Jumlah

F

%

1

0-5

2.738

11,82

2

6-12

3.054

13,19

3

13-17

2.161

9,33

4

18-25

3.343

14,44

5

26-55

10.602

45,79

6

> 55

1.254

5,42

Total

23.152

100,00

Sumber : Profil Kelurahan Terjun Tahun 2009

Pekerjaan di sektor swasta merupakan yang terbesar di Kelurahan Terjun

yaitu sebanyak 2725 (35,12%) dan TNI/Polri yang terendah yaitu sebesar 83 atau

1,06 % (Tabel 4.3.)

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Terjun Tahun 2008

No

Pekerjaan

Jumlah

F

%

1

PNS

582

7,50

2

Swasta

2.725

35,12

3

BUMN

938

12,09

4

TNI/ Polri

83

1,06

5

Petani

759

9,78

6

Nelayan

224

2,89

7

Pedagang

2.357

30,38

8

Pensiunan

91

1,17

Total

7.759

100,00


(49)

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 198

responden,

8

orang berusia muda (15 – 24 tahun) atau sebesar 4.1% dan sebanyak 190 orang

berusia dewasa (25 – 49 tahun) atau sebesar 95.9%. Tingkat pendidikan yang

terbanyak yaitu responden yang tamat SLTA yaitu sebesar 110 responden ( 55,6%)

dan terendah sebesar 1 responden atau sebesar 0,5 %. Untuk pekerjaan sebagian besar

responden merupakan ibu rumah tangga 152 atau sebesar 77,2 % dan responden yang

bekerja sebagai PNS hanya 1 orang atau sebesar 0,5%. Usia bayi yang terbesar ada

pada kelompok 1 - < 2 tahun yaitu sebesar 64 responden (34,3%) dan terendah pada

kelompok 4 - < 5 tahun yaitu sebesar 24 reponden atau sebesar 12,1 %. Tingkat

pendapatan responden dari hasil penelitian didapatkan bahwa penghasilan responden

lebih dari Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara ( Rp. 1.020.000,-) sebanyak 148

responden (74,7%) dan di bawah UMP sebanyak 50 responden atau sebesar 25,3 %.

Tabel 4.4. Distribusi Identitas Responden Kelurahan Terjun Tahun 2010

No. Identitas Responden

Jumlah Responden

Persentase

1.

Umur

-

Muda (15 – 24 tahun)

-

Dewasa (25 – 49 tahun)

8

190

4.1

95.9

Jumlah

198

100,0

2.

Pendidikan

-

Tidak Lulus SD

-

SD

-

SMP

-

SMA

-

Perguruan Tinggi

1

24

43

110

20

0,5

12,1

21,7

55,6

10,1


(50)

3.

Pekerjaan

-

Swasta

-

Buruh

-

PNS

-

Ibu Rumah Tangga

31

13

1

153

15,7

6,6

0,5

77,2

Jumlah

198

100,0

4.

Usia Bayi

-

0 - <1 tahun

-

1 - <2 tahun

-

2 - <3 tahun

-

3 - <4 tahun

-

4 - <5 tahun

35

64

42

33

24

17,7

32,3

21,2

16,7

12,1

Jumlah

198

100,0

5

Penghasilan Keluarga

-

> Rp. 1.020.000,-

-

< Rp. 1.020.000,-

148

50

74,7

25,3

Jumlah

198

100,0

6

Sumber Air Bersih

-

Air PDAM

-

Air Sumur

44

154

22,2

77,8

Jumlah

198

100

7

Sumber Air Minum

-

Air PDAM

-

Air Sumur

-

Air Isi Ulang

71

61

66

35,9

30,8

33,3

Jumlah

198

100

8

Ketersediaan Jamban

-

Ya

-

Tidak

198

-

100

-

Jumlah

198

100

9

Jenis Jamban

-

Leher Angsa

-

Wc Cemplung

198

-

100

-

Jumlah

198

100

10

Kondisi lantai jamban

-

Ya

-

Tidak

198

-

100

-

198

100

11

Jarak Septic Tank ( >10m)

-

Ya

-

Tidak

73

125

36,9

63,1

198

100


(51)

4.4. Persepsi tentang Penyakit Diare

Variabel Persepsi tentang penyakit diare dalah variabel bebas yang diteliti,

dalam hal ini persepsi tentang penyakit diare dilihat dari pengukuran terhadap

persepsi ibu tentang keseriusan penyakit diare dan kerentanan dalam terjangkitnya

penyakit diare. Persepsi tentang keseriusan penyakit diare adalah penilaian ibu balita

tentang kegawatan yang berakibat pada kondisi fisik dan memengaruhi kesehatan bila

terserang penyakit diare, sedangkan persepsi tentang kerentanan penyakit diare

adalah penilaian ibu balita terhadap kondisi balita yang memungkinkan balita

terserang penyakit diare.

4.4.1. Persepsi Tentang Keseriusan Penyakit Diare

Khusus untuk persepsi keseriusan tentang penyakit diare diperoleh jawaban

responden dari tujuh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan tujuh

pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan pertama

bahwa 122 responden (61,6%) setuju bahwa diare adalah penyakit parah karena

menyerang segala umur dan berakibat fatal bagi tubuh, sedangkan 57 responden

(28,8%) menjawab kurang setuju dan 19 responden (9,6%) menjawab tidak setuju.

Pertanyaan kedua sebanyak 128 responden (64,6%) menjawab setuju bahwa penyakit

diare merupakan penyakit yang parah karena berlangsung dalam waktu yang lama, 51

responden (25,8) menjawab kurang setuju dan 19 responden (9,6%) menjawab tidak

setuju.


(52)

Pertanyaan (3) sebanyak 157 responden (79,3%) menjawab setuju bahwa

penyakit diare merupakan penyakit yang parah karena dapat menyebabkan penderita

kekurangan cairan, 29 responden (14,6%) menjawab kurang setuju dan 12 responden

(6,1%) menjawab tidak setuju. Pertanyaan (4) sebanyak 150 responden (75,8%)

menjawab setuju bahwa penyakit diare merupakan penyakit parah karena dapat

mengancam pertumbuhan dan perkembangan gizi balita, 31 responden (15,7%)

menjawab kurang setuju dan 17 responden (8,6%) menjawab tidak setuju.

Pertanyaan (5) sebanyak 113 responden (57,1%) menjawab setuju bahwa

penyakit diare adalah penyakit yang parah karena dapat menimbulkan darah pada saat

buang air besar, sedangkan sebanak 52 responden (26,2%) menjawab kurang setuju

dan 33 responden ( 16,7%) menjawab tidak setuju. Pertanyaan (6) sebanyak 104

responden (52,5%) menjawab setuju bahea penyakit diare merupakan penyakit parah

karena dapat menimbulkan penyakit lain, 54 responden (27,3%) menjawab kurang

setuju dan 49 responden (20,2%) menjawab tidak setuju. Pertanyaan (7) sebanyak 81

responden (40,9%) menjawab setuju bahwa diare merupakan penyakit parah karena

dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, sedangkan 44 responden

(22,2%) menjawab kurang setuju dan 73 responden (36,9%) menjawab tidak setuju.


(53)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Keseriusan Terhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun

Tahun 2010

No Pertanyaan

Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

F

%

F

%

F

%

1

Diare adalah penyakit yang parah

karena menyerang segala umur dan

berakibat fatal pada tubuh

122 61,6

57

28,8

19

9,6

2

Diare merupakan penyakit yang

parah karena berlangsung dalam

waktu yang lama

128 64,6

51

25,8

19

9,6

3

Diare merupakan penyakit parah

karena dapat menyebabkan

penderita kekurangan cairan

157 79,3

29

14,6

12

6,1

4

Diare merupakan penyakit parah

karena dapat mengancam

pertumbuhan dan perkembangan

gizi balita

150 75,8

31

15,7

17

8,6

5

Diare merupakan penyakit parah

karena dapat menimbulkan darah

pada saat buang air besar

113 57,1

52

26,2

33

16,7

6

Diare merupakan penyakit parah

karena dapat menimbulkan

penyakit lainnya bagi tubuh

104 52,5

54

27,3

40

20,2

7

Diare merupakan penyakit parah

karena Bila tidak diobati segera

diare dapat menyebabkan kematian

81

40,9

44

22,2

73

36,9

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 198 responden di dapatkan bahwa

sebanyak 135 responden (68,2%) memersepsikan bahwa penyakit diare merupakan

penyakit yang serius, sedangkan 45 responden (45%) cukup serius

memersepsikannya dan sebanyak 18 responden (9,1%) memersepsikan bahwa diare

merupakan penyakit yang tidak serius.


(54)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Tentang Persepsi Keseriusan Terhadap

Penyakit Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2010

No.

Persepsi Keseriusan

Jumlah

%

1.

Serius

135

68,2

2.

Cukup Serius

45

22,7

3.

Tidak Serius

18

9,1

Jumlah

198

100

4.4.2. Persepsi Tentang Kerentanan Terhadap Penyakit Diare

Khusus untuk persepsi keseriusan tentang penyakit diare diperoleh jawaban

responden terhadap delapan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan

delapan pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1)

bahwa 98 responden (49,5%) setuju bahwa di rumah diare mudah menyerang balita

karena ditularkan lewat media yang dekat dengan manusia, 74 responden (37,4%)

kurang setuju dan 26 responden (13,1%) tidak setuju. Pertanyaan (2) sebanyak 86

responden (43,4%) setuju bahwa di rumah diare mudah menular ke balita karena

perilaku keluarga yang tidak sehat, sedangkan 52 responden (26,3%) menyatakan

kurang setuju dan 60 responden ( 30,3%) menyatakan tidak setuju.

Pertanyaan (3) sebanyak 79 responden (39,3%) menjawab setuju bahwa di

rumah penyakit diare dapat menyerang balita karena penggunaan air bersih dan air

minum yang tidak sehat, 44 responden (22,2%) menjawab kurang setuju dan 75

responden (37,9 %) menjawab tidak setuju. Pertanyaan (4) sebanyak 70 responden

(35,4%) menjawab setuju bahwa di rumah penyakit diare dapat menular ke balita

karena tempat pembuangan sampah yang tidak sehat, 50 responden (25,2%)

menjawab kurang setuju dan 78 responden (39,4%) menjawab tidak setuju.


(55)

Pertanyaan (5) sebanyak 51 responden (25,8%) menjawab setuju bahwa di

rumah balita mudah terserang diare karena tidak diberikan ASI, sedangkan sebanyak

55 responden (27,7%) menjawab kurang setuju dan 92 responden ( 46,5%) menjawab

tidak setuju. Pertanyaan (6) sebanyak 65 responden (22,8%) menjawab setuju bahwa

di rumah balita mudah terserang diare karena diberikan susu formula dengan dot yang

tidak sehat, 40 responden (20,2%) menjawab kurang setuju dan 93 responden (47%)

menjawab tidak setuju.

Pertanyaan (7) sebanyak 72 responden (36,4%) menjawab setuju bahwa di

rumah balita mudah tertular diare karena keluarga tidak mencuci tangan saat memberi

makan balita, sedangkan 44 responden (22,2%) menjawab kurang setuju dan 82

responden (41,4%) menjawab tidak setuju. Pertanyaan (8) sebanyak 116 responden

(58,6%) menjawab setuju bahwa di rumah diare mudah menular ke balita karena

kondisi lingkungan di sekitar rumah tidak sehat, 50 responden (25,3%) menjawab

kurang setuju dan 32 responden (16,1%) menjawab tidak setuju.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Kerentanan Terhadap Penyakit Diare di Kelurahan Terjun Tahun

2010

No Pertanyaan

Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

F

%

F

%

F

%

1

Di rumah diare mudah menyerang

balita karena ditularkan lewat

media yang dekat dengan manusia

98

49,5

74

37,4

26

13,1

2

Di rumah diare mudah menular ke

balita karena perilaku keluarga


(1)

KUESIONER

Nomor identitas

l. Karakteristik ibu balita 1 . Nama Ibu

2. Tempat / tanggal lahir (sesuai dengan KTP )

3. A l a m a t

4. Umur Ibu balita ... tahun 5. Umur Bayi

6. Pendidikan ibu 1. [ ] Tidak sekolah 2. [ ] Tidak lulus SD 3. [ ] Lulus SD 4. [ ] Lulus SLTP 5. [ ] Lulus SLTA 6. [ ] Lulus D3 / S1

7. Pekerjaan keluarga 1. [ ] Petani 2. [ ] Swasta 3. [ ] Nelayan


(2)

8. Berapa penghasilan keluarga dalam sebulan

6. [ ] Ibu Rumah Tangga

1. [ ]> Rp. 1.020.000,- 2. [ ]< Rp. 1.020.000,-

I. Persepsi

1. Persepsi terhadap keseriusan

No Pertanyaan

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1 2 3 4 5

1 Diare adalah penyakit yang parah karena menyerang segala umur dan berakibat fatal pada tubuh

2 Diare merupakan penyakit yang parah karena berlangsung dalam waktu yang lama

3 Diare dapat menyebabkan penderita kekurangan cairan 4 Diare dapat mengancam pertumbuhan dan

perkembangan gizi balita

5 Diare dapat menimbulkan darah pada saat buang air besar

6 Diare dapat menimbulkan penyakit lainnya bagi tubuh 7 Bila tidak diobati segera diare dapat menyebabkan


(3)

2. Persepsi terhadap kerentanan

No Pertanyaan Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

1 2 3 4 5

1 Diare mudah menyerang balita karena ditularkan lewat media yang dekat dengan manusia

2 Diare dapat menularkan ke balita karena perilaku keluarga yang tidak sehat

3 Diare dapat menyerang balita di rumah karena penggunaan air bersih dan minum yang tidak sehat 4 Diare dapat menularkan balita di rumah karena tempat

pembuangan tinja tidak sehat

5 Balita dapat terserang diare karena tidak diberikan ASI 6 Balita dapat terserang diare karena diberikan susu

formula dengan dot yang tidak sehat

7 Balita di rumah dapat tertular diare karena keluarga tidak mencuci tangan saat memberi makan balita 8 Diare dapat menyerang balita di rumah karena kondisi

lingkungan di sekitar rumah tidak sehat

II. Pencegahan Diare

1. Sarana Air Bersih dan Air Minum 1. Apakah sumber air bersih di rumah?


(4)

2 Apakah sumber air minum di rumah ? a. Air PDAM

b. Air Sumur c. Air Sungai

No Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak

1 2 3 4 5

1 Apakah untuk keluarga selalu disediakan air bersih? 2 Apakah untuk keluarga selalu disediakan air minum

yang sudah dimasak?

3 Bila sumber air bersih jauh dari rumah, apakah keluarga berusaha untuk memperolehnya?

2. Tempat Pembuangan Tinja

1 Apakah keluarga memunyai jamban? a. Ya

b. Tidak

2 Apakah Jenis Jamban di rumah a. Leher angsa

b. Wc Cemplung

3 Apakah jamban/Wc mempunyai lantai ? a. Ya

b. Tidak

4 Apakah jarak jamban/WC dengan sumber air minum lebih dari 10 m?

a. Ya b. Tidak


(5)

No

Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak

1 2 3 4 5

1 Apakah kelurga selalu buang air besar di jamban ? 2 Apakah keluarga menyediakan sabun dekat dengan

tempat pembuangan tinja ?

3. Pemberian ASI atau Susu Formula

No Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak

1 2 3 4 5

1 Apakah keluarga memberikan ASI kepada bayi (bila usia bayi <2 tahun )

2 Apakah keluarga memberikan susu formula untuk bayi 3 Apakah keluarga selalu mencuci dot sebelum

digunakan ( bagi yang memberikan susu formula dengan dot)?

4 Apakah keluarga langsung memberikan susu langsung seketika saat selesai di buat


(6)

4. Kebiasaan mencuci tangan

No Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak

1 2 3 4 5

1 Apakah keluarga selalu mencuci tangan sebelum memberikan makanan anak ?

2 Apakah keluarga selalu mencuci tangan setelah buang air besar ?

3 Jika “ Ya” apakah keluarga memakai sabun ?

4 Jika tangan keluarga kotor karena bekerja, sedangkan anak ibu menangis minta ASI atau susu formula, apakah keluarga segera mencuci tangan ?

5 Apakah keluarga mengajarkan anak ibu mencuci tangan sebelum makan ?


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012

14 99 93

Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009.

3 54 105

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

1 9 119

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 17

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 8

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 23

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 3

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Persepsi Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2016

0 0 26

i PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PAD

0 0 13