Faktor-Faktor yang Menyebabkan Insomnia Dampak Insomnia

terkait dengan tidur, cenderung melanggengkan insomnia dan diperburuk oleh pasien yang obsessive berkaitan dengan tidur mereka. Dua gangguan tidur lainnya yang tidak termasuk insomnia : 5. Primary Sleep Disorder : Kelainan primer atau intrinsik tidur adalah salah satu hal yang mengemukakan tentang proses psikologis dari tidur. Contoh dari kelainan tidur primer yang mengganggu adalah sleep apnea, restless leg syndrome, periodic limb movement disorder atau parasomnia.

6. Daytime Impairment : Konsekuensi siang hari dari insomnia yang di

dalamnya termasuk: dysphoric kecemasan yang berlebihan seperti iritabilitas; ketidakmampuan kognisi seperti melemahnya konsentrasi dan daya ingat, dan kelelahan dalam keseharian. Konsekuensi siang hari dari insomnia harus mempunyai efek yang substansial pada kualitas hidup individu agar bisa dianggap berarti. Berdasarkan penjabaran teori tingkat insomnia di atas, maka peneliti dalam penelitian ini mengambil teori dari WHO dalam Lanywati, untuk digunakan dalam membuat angket insomnia, yang mengatakan bahwa tingkat insomnia terdiri dari : tingkat insomnia sementara transient insomnia, tingkat insomnia jangka pendek short term insomnia dan tingkat insomnia jangka panjang atau kronis chronic insomnia.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Insomnia

Menurut Rafknowldege 2004: 58, jika diambil garis besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu : a. Stres atau Kecemasan : seseorang yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi. b. Depresi : selain menyebakan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu, karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia dapat menyebabkan depresi. c. Kelainan-kelainan kronis : Kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur. d. Efek samping pengobatan : Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia. e. Pola makan yang buruk : Mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur. f. Kafein, nikotin, dan alcohol : Kafein dan nikotin adalah zat stimulant penekan syaraf. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur seseorang. g. Kurang berolahraga : hal ini juga bisa menjadi factor sulit tidur yang signifikan. Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti : a. Usia lanjut insomnia lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. b. Wanita hamil. c. Riwayat depresi atau penurunan. Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh : a. Stres b. Suasana ramai atau berisik c. Perbedaan suhu udara d. Perubahan lingkungan sekitar e. Masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur f. Efek samping pengobatan Insomnia kronis lebih kompleks lagi dan seringkali diakibatkan faktor gabungan, termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental. Bagaimanapun, insomnia kronis bisa juga karena faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, atau obat-obat berbahaya.

2.1.5 Dampak Insomnia

Rafknowledge 2004: 60 mengatakan bahwa insomnia memberi sedikit atau banyak dampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan seseorang. Pada kondisi yang parah, dampaknya bisa lebih serius, seperti misalnya: a. Orang yang insomnia lebih mudah menderita depresi dibandingkan mereka yang biasa tidur dengan baik. b. Kekurangan tidur akibat insomnia member kontribusi pada timbulnya suatu penyakit, termasuk penyakit jantung. c. Dampak mengantuk atau ketiduran di siang hari dapat mengancam keselamatan kerja, termasuk mengemudi kendaraan. d. Orang dengan insomnia bisa kehilangan banyak waktu dari pekerjannya. e. Tidur malam yang buruk, dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi tugas harian serta kurang menikmati aktivitas hidup.

2.1.6 Three P-Model Model Psikologi untuk Insomnia

Dokumen yang terkait

Hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia

0 15 185

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS ILMU KESEHATAN Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 7 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMP Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Merokok Dengan Perilaku Merokok Di SMPMuhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Depresi Dengan Kecenderungan Perilaku Merokok Pada Remaja.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT AKIBAT MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penyakit Akibat Merokok dengan Perilaku Merokok Pada Usia Dewasa Awal di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT AKIBAT MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penyakit Akibat Merokok dengan Perilaku Merokok Pada Usia Dewasa Awal di Desa Kacangan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

0 3 16

Hubungan Antara Perilaku Merokok Dengan

0 0 4

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN RISIKO INSOMNIA PADA LANSIA DI DUSUN DALEMAN GADINGHARJO SANDEN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Perilaku Merokok dengan Risiko Insomnia pada Lansia di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA

0 0 95