Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SERBANGAN KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN
SKRIPSI OLEH
DEVI ARIYANTI MANURUNG 110308008
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SERBANGAN KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN
SKRIPSI
OLEH: DEVI ARIYANTI MANURUNG 110308008/KETEKNIKAN PERTANIAN
ProposalSebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) Ketua

(Sulastri Panggabean, STP, M.Si) Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

ABSTRAK
DEVI ARIYANTI MANURUNG: Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Serbangan di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Irigasi Serbangan memiliki luas 2.333 Ha termasuk irigasi Teknis. Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan, dengan metode observasi lapangan/survei. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah rusak sedang masing-masing dengan nilai 2, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan adalah sangat baik dengan nilai 4, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, sumber daya manusia adalah kurang memadai dengan nilai 2, dan kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan dikategorikan baik dengan nilai 2,98. Kata kunci : Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi,
Serbangan, Rawang Panca Arga.
ABSTRACT
DEVI ARIYANTI MANURUNG: The operation work evaluation and maintenance of Serbangan irrigation system in Rawang Panca Arga District Asahan regency, suvervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.
Serbangan irrigation area is a technical irrigation area which has an area of 2.333 Ha. Evaluation of the performance of irrigation system is one way to describe the performance level of an irrigation system. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Serbangan irrigation system with observation or survey method. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of functional performance and irrigation network infrastructure was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy was very appropriate water supply with the value of 4, the management of government institution was very good with the value of 4, the availability of funding was adequate,and human resources were not adequate each with the value of 2, the farmer institution performance was very good each with the value of 4. In general, the performance of operation and maintenance of the Serbangan irrigation system categorized good with a value of 2,98. Keywords: Evaluation of the performance, operation and maintenance, irrigation system, Serbangan, Rawang Panca Arga
i

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sei Kepayang, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 20 April 1994 dari Ayah Abdul Mutahir Manurung dan Ibu Rahimah Harahap. Penulis merupakan anak ke pertama dari 2 bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari MAN Kisaran dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kampus, diantaranya anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai BPH bidang pendidikan dan pelatihan kader masa jabatan 2013/2014, Bendahara Acara Seminr Nasional dan Kongres IX Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) 2015. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Hidrologi Teknik. Selain itu, penulis juga pernah memperoleh beasiswa PPA pada tahun 2011.
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Kisaran Palm Oil Mill Sei Balai, Sumatera Utara pada tanggal 15 Juli – 9 Agustus 2014.
ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi di Daerah Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Oktober 2015
Penulis

iii

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK ............................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR TABEL................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 3 Kegunaan Penelitian ........................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi ...................................................................................................................... 4 Jaringan Irigasi.................................................................................................................... 4 Kinerja Sistem Irigasi ......................................................................................................... 6 Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi............................................................... 7 Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi ...................................................... 10 Kinerja Pelayanan Air....................................................................................................... 14 Kinerja Kelembagaan Pemerintah .................................................................................... 16 Kinerja Kelembagaan Petani............................................................................................. 21
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................................... 24 Bahan Penelitian ............................................................................................................... 24 Metode Penelitian ............................................................................................................. 24 Prosedur Penelitian ........................................................................................................... 24 Parameter Penelitian ......................................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Serbangan .......................................... 28 Kondisi Fisik Infrastruktur Daerah Irigasi Serbangan ...................................................... 29 Kondisi Fungsional Infrastruktur Daerah Irigasi Serbangan ............................................ 30 Tingkat Kecukupan Air..................................................................................................... 30 Tingkat Ketepatan Pemberian Air pada Jaringan Irigasi Serbangan................................. 31 Manajemen Kelembagaan Jaringan Irigasi Serbangan ..................................................... 32 Ketersediaan Dana ............................................................................................................ 33 Sumber Daya Manusia pada Jaringan Irigasi Serbangan................................................. 34 Kinerja Kelembagaaan Petani pada Jaringan Irigasi Serbangan....................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................................................... 38 Saran ................................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
iv

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ............. 8 2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ..................... 9 3. Kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ..................................10 4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi ...........................................................11 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi........................................................11 6. Bobot indikator kriteria kondisi fisik jaringan irigasi .......................................12 7. Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan sistem irigasi ......................13 8. Kinerja operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan .........................28 9. Keberadaan P3A Jaringan Irigasi Serbangan....................................................37
v


DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Flowchart pelaksaan penelitian ……………………………………………42 2. Komponen-komponen kinerja sistem irigasi ...............................................43 3. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi kewenangan Provsu ..............44 4. Analisa data kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan ............45 5. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan...47 6. Personalia Sumber Daya Manusia Jaringan Irigasi Serbangan .....................48 7. Hasil wawancara terhadap petugas operasi bendung Irigasi Serbangan .......50 8. Foto Saluran Primer Jaringan Irigasi Serbangan ...........................................52 9. Foto Pintu Bendung Jaringan Irigasi Serbangan ...........................................52 10. Foto Pintu Lantai Bendung dan Sayap Bendungan Irigasi Serbangan..........53 11. Foto Bangunan Bagi Jaringan Irigasi Serbangan ..........................................53 12. Foto Saluran Sekunder Jaringan Irigasi Serbangan .......................................54 13. Foto Pintu Bangunan Bagi Jaringan Irigasi Serbangan .................................54 14. Foto saluran tersier Jaringan Ir54igasi Serbanga...........................................55
vi

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART APBD APBN BSP DI GP3A HIPPA IP3A O&P P3A POB PPA PS PSDA RPA RTTD RTTG SDM UPT UPTD

: Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Bakrie Sumatera Plantations : Daerah Irigasi : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air : Himpunan Petani Pemakai Air : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air : Operasi dan Pemeliharaan : Perkumpulan Petani Pemakai Air : Petugas Operasi Bendung : Petugas Pintu Air : Pekarja Saluran : Pengelolaan Sumber Daya Air : Rencana Pembagian Air : Rencana Tata Tanam Detail : Rencana Tata Tanam Global : Sumber Daya Manusia : Unit Pelaksana Tugas : Unit Pelaksana Teknis Daerah

vii

ABSTRAK
DEVI ARIYANTI MANURUNG: Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Serbangan di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.
Irigasi Serbangan memiliki luas 2.333 Ha termasuk irigasi Teknis. Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan, dengan metode observasi lapangan/survei. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah rusak sedang masing-masing dengan nilai 2, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan adalah sangat baik dengan nilai 4, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, sumber daya manusia adalah kurang memadai dengan nilai 2, dan kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan dikategorikan baik dengan nilai 2,98. Kata kunci : Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi,
Serbangan, Rawang Panca Arga.
ABSTRACT
DEVI ARIYANTI MANURUNG: The operation work evaluation and maintenance of Serbangan irrigation system in Rawang Panca Arga District Asahan regency, suvervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.
Serbangan irrigation area is a technical irrigation area which has an area of 2.333 Ha. Evaluation of the performance of irrigation system is one way to describe the performance level of an irrigation system. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Serbangan irrigation system with observation or survey method. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of functional performance and irrigation network infrastructure was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy was very appropriate water supply with the value of 4, the management of government institution was very good with the value of 4, the availability of funding was adequate,and human resources were not adequate each with the value of 2, the farmer institution performance was very good each with the value of 4. In general, the performance of operation and maintenance of the Serbangan irrigation system categorized good with a value of 2,98. Keywords: Evaluation of the performance, operation and maintenance, irrigation system, Serbangan, Rawang Panca Arga
i


PENDAHULUAN
Latar Belakang Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia
menggantungkan hidup pada sektor pertanian, Indonesia memprioritaskan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan. Pembangunan sektor ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi. Dukungan infrastruktur pertanian seperti bendungan, irigasi, saluran pertanian primer sampai tersier bagi peningkatan produktivitas pertanian nasional masih sangat minim. Kerusakan saluran irigasi di berbagai wilayah kurang mendapat perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Permasalahan yang cukup mengkhawatirkan di daerah irigasi pada saat ini menurut Kementrian Pertanian adalah kerusakan jaringan irigasi yang mencapai 52% atau mencakup 3,3 juta hektar infrastruktur irigasi. Untuk dapat mewujudkan swasembada beras dan ketahanan pangan, pemerintah telah memprogramkan perbaikan jaringan irigasi yang rusak, distribusi pupuk dan benih, menambah tenaga penyuluh dan menyerahkan alat pertanian bagi daerah penghasil beras (Harian Kompas, Tanggal 27 Desember 2014, hal. 11, kolom 1-4).
Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah penghasil beras kelima terbesar di tanah air, diprogramkan menjadi lumbung beras nasional, mengingat produksi padi di daerah tersebut cukup besar dan dikategorikan sebagai salah satu provinsi yang menjadi pendukung tercapainya swasembada pangan nasional hingga tiga tahun kedepan (Harian Analisa, Tanggal 29 Desember 2014, hal. 6, kolom 1-3). Berdasarkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (2014), produksi padi di
1

2
Sumatera Utara pada tahun 2014 mengalami kenaiakan sebesar 13.744 ton menjadi 3.740.993 ton dibandingkan pada tahun 2013.
Daerah penghasil beras di Sumatera Utara antara lain adalah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Langkat, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan menghasilkan produksi padi sawah sebesar 102.451 ton pada tahun 2013 dengan rata-rata produktivitas 5,61 ton per hektar. Kecamatan dengan produksi padi terbesar adalah Rawang Panca Arga, Sei Kepayang dan Meranti yang merupakan lumbung padi di Asahan. Produksi padi yang telah dicapai sejauh ini didapat dari upaya pemerintah dengan cara peluasan lahan sawah beririgasi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2013).
Kecamatan Rawang Panca Arga mendapatkan air irigasi dari sistem irigasi Serbangan yang mencakup 2.333 Ha. Sistem irigasi ini sumber airnya berasal dari sungai Bunut dan air dari BSP (Bakrie Sumatera Plantations), merupakan irigasi teknis yang pada dasarnya daerah irigasi ini jarang melakukan evaluasi dan pemeliharaan sistem irigasinya.
Menurut Puslittan (2010), salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi adalah dengan meningkatkan strategi pemanfaatan sumber daya lahan dan air. Dimana, kinerja pengelolaan air irigasi pada level usahatani saat ini masih jauh dari optimal, bahkan cenderung masih boros, sementara itu kehilangan air yang terjadi di saluran irigasi juga sulit ditekan. Oleh karena itu, perlu diadakannya evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi.

3
Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi, hasil analisis ini dapat dipergunakan sebagai feedback dalam pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan kinerja sistem irigasi. Operasi dan pemeliharaan irigasi merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan irigasi (Setyawan, dkk., 2013).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan
sistem irigasi di daerah irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.
Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di Pogram
Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi. 3. Bagi masyarakat, sebagai gambaran serta informasi mengenai kinerja sistem
irigasi di daerah irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 2006
tentang irigasi menyatakan bahwa: pasal 1 (3) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. (4) sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia.
Penilaian kinerja sistem irigasi dilaksanakan oleh pengelola Daerah Irigasi (DI) sesuai dengan kewenangan masing-masing setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini penting dilakukan untuk memantau tugas dan kinerja seluruh aspek sistem irigasi. Nilai yang dihasilkan dari evaluasi ini akan menentukan kinerja suatu daerah irigasi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan usulan kegiatan pada tahun berikutnya (Liestiasari, 2014).
Jaringan Irigasi Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagi, pemberi, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Saluran irigasi merupakan infrastruktur yang mendistribusikan air yang berasal dari bendungan kelahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat (Ayuningtias, 2014).
Jaringan irigasi umumnya memiliki empat unsur fungsional pokok yaitu: bangunan-bangunan utama (headwork) dimana air diambil dari sumbernya yang
4

5
umum dari sungai atau waduk. Jaringan pembawa berfungsi mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier. Petak-petak tersier berfungsi membagi air irigasi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier. Sistem pembuangan berfungsi membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran alamiah lainnya (Helyantina, 2012).
Dari segi kontruksi jaringan irigasinya, diklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :
1. Irigasi sederhana Adalah sistem irigasi yang sistem kontruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya menjadi rendah.
2. Irigasi semi teknis Adalah suatu sistem irigasi dengan kontruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.
3. Irigasi teknis Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.
(Sostrodarsono dan Takeda, 1985).


6
Salah satu bangunan di jaringan irigasi yaitu bangunan distribusi, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan sadap akhir dan bangunan box tersier. Bangunan distribusi berfungsi untuk mendistribusikan air dari saluran yang satu ke saluran yang lainnya. Bangunan bagi berfungsi untuk membagi air dari saluran primer atau saluran sekunder kedua buah saluran atau lebih yang masing-masing debitnya lebih kecil. Bangunan sadap akhir adalah bangunan pembagi air pada bagian akhir dari saluran sekunder dimana debitnya disadap habis oleh saluransaluran tersier. Bangunan box tersier adalah sebuah bangunan berupa kolom atau kotak (Mawardi, 2007).
Kinerja Jaringan Irigasi
Kinerja jaringan irigasi merupakan resultanse dari kinerja manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi serta kondisi fisik jaringan irigasi secara simultan. Antara keduanya terdapat hubungan timbal balik dimana kondisi fisik jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan pengoperasiannya tidak optimal, di sisi lain jika operasi dan pemeliharaannya tidak memenuhi ketentuan teknis maka kondisi fisik jaringan irigasi juga tidak akan berfungsi secara optimal (Ritonga, 2013).
Kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan luas areal sawah yang beririgasi baik akan berkurang. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Permasalahan lain dalam penyediaan air irigasi adalah

7
dalam hal pengaturan dan pendistribusian atau operasi dan pemeliharaan (Salam, 2014).
Setiap komponen indikator kinerja irigasi memiliki rentang nilai 1 hingga 4. Komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dalam Setyawan, dkk., (2013), dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen indikator yang telah diketahui nilai atau skornya dikalikan dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai total komponen-komponen indikator dengan rentang niai 1 hingga 4. Setelah itu ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan Tabel 3. Secara sederhana perhitungan jumlah nilai total komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑ I = I1 × B1 + I2 × B2… … + In × Bn………….…………………...........(1) dimana: ∑ I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi I = Nilai komponen indikator B = Bobot indikator (%)
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi menyatakan bahwa: Pasal 1 (37) Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membukamenutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. (38) Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan

8

irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. Komponen kriteria dan kategori penilaian kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Komponen penilaian


Kriteria penilaian

Kategori penilaian

Kinerja fungsi infrastruktur Kondisi fisik insfrastruktur Baik, rusak sedang, rusak

jaringan irigasi

berat

Kondisi

fungsional Baik, terganggu ringan,

insfrastruktur

terganggu berat

Kinerja pelayanan air


Tingkat kecukupan air

Berlebih, cukup, kurang

Tingkat

ketepatan Tepat, kadang terlambat,

pemberian air

sering terlambat

Kinerja kelembagaan

Manajemen kelembagaan Baik, cukup, kurang

pemerintah

Ketersediaan dana


Berlebih, cukup, kurang

SDM

Berlebih, cukup, kurang

Kinerja kelembagaan petani Struktur

kelembagaan

(AD/ART,

anggota,

program kinerja), prasarana Baik, cukup, kurang

(fasilitas dan dana) dan

keaktifan anggota


Sumber : Setyawan, dkk., 2013.

Tolak ukur yang diterapkan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O&P) irigasi mencakup aspek-aspek berikut:
1. Tolak ukur keluaran O&P jaringan irigasi sebagai penyedia, penyalur, dan distribusi air.
2. Tolak ukur menurut sudut pandang petani. Ini dapat dinilai melalui: tingkat kecukupan air, ketepatan waktu (Sumaryanto, dkk., 2006).

Jenis-jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri atas: 1. Pengamanan yaitu upaya untuk menanggulangi kerusakan. 2. Pemeliharaan rutin yaitu kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi jaringan.

9

3. Pemeliharaan berkala yaitu kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala.
4. Penanggulangan/perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan kerusakan berat.
(Mansoer, 2010).

Untuk menilai kinerja operasi dan penilaian kinerja operasi dan

pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi

dan pemeliharaan sistem irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian


operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Komponen

Kriteria Bobot

Nilai

penelaian

penilaian (%)

1 2 34

Kinerja fung Kondisi fisik 14 Rusak

Sional

infrastruktur

berat

infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fungsional infrastruktur

14 Rusak berat

Rusak sedang
Rusak sedang

Rusak ringan
Rusak ringan

Baik Baik

Kinerja

Tingkat

15 Sangat Kurang Cukup Sangat

pelayanan air kecukupan air

kurang

cukup

Tingkat

15 Sangat Terlambat Tepat

Sangat

ketepatan

terlambat

tepat

pemberian air

Kinerja

Manajemen 10 Sangat Buruk Baik

Sangat

kelembagaan kelembagaa

buruk

baik

pemerintah n

Keterediaan dana SDM

Kinerja kelembagaan petani

Struktur kelembagaan (AD/ART, anggota, program

11 Tidak

Kurang Memadai Sangat

memadai memadai

memadai

10 Tidak

Kurang Memadai Sangat

memadai memadai

memadai

11 Sangat Buruk Baik Sangat

buruk

baik

kerja),

prasarana dan

keaktifan

anggota

Sumber: Setyawan, dkk., 2013.

10

Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, dengan menggunakan Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

No Jumlah skor

Kriteria

1 3–4

Sangat baik

2 2 - 2,9

Baik

3 1 – 1,9

Sedang

4 40%

Rusak berat

Sumber: Mansoer, 2010.

Keterangan
Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala Perbaikan Rehabilitasi

Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No Kondisi fisik infrastruktur 1 Tingkat kerusakan 40%
Sumber: Mansoer, 2010.

Kriteria
Baik Rusak ringan Rusak sedang Rusak berat

Penilaian kondisi fisik insfrastruktur dalam Mansoer (2013), dapat diketahui dengan cara berikut:
- Indikator bangunan utama (Bu): Bangunan utama berfungsi baik (Buf)/jumlah total bangunan utama (But) kemudian dikali bobotnya.
Buf
Atau: Bu = But x bobot………………………...………………………...(2) Bangunan utama terdiri dari: bendungan,pintu air pengambilan dan pintu air penguras. - Indikator saluran irigasi (Is): panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.
Sf
Atau : Is = St x bobot…………………….…….……………………… (3)

12

Saluran yang dimaksud ialah saluran primer, sekunder dan tersier. - Indikator bangunan (Ib): jumlah bangunan yang berfungsi baik
(Bf)/jumlah bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.
Bf
Atau : Ib = Bt x bobot…………………………...……………………….(4) Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang kegiatan irigasi disuatu daerah irigasi, seperti bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon, gorong-gorong, jembatan dan lain sebagainya. Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus: Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ……………………………………… (5)

Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi,

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot indikator kriteria kondisi fisik jaringan irigasi

No Indikator

Bobot (%)

1 Bangunan utama

38,65

2 Saluran pembawa

31,65

3 Bangunan pada saluran

29,65

Sumber: Mansoer (2013).

b. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik, maka hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya juga demikian. Penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat dilakukan dengan cara berikut:

13

- Indikator saluran irigasi (Is): panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang

saluran total (St) kemudian dikali 100%.
Sf
Atau: Is = St x 100%…………..………….……………………..………..….(5)

- Indikator bangunan irigasi (Ib): jumlah bangunan irigasi yang berfungsi baik

(Bf)/jumlah bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan 100%.
Bf
Atau: Ib = Bt x 100%……………………………………………………..….(6)

Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase

kondisi fisik infrastruktur dengan rumus:
Is+Ib
Kondisi fungsional infrastruktur = 2 …………….………………………(7)

Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan sistem irigasi

No Kondisi fungsional infrastruktur

Kriteria

1 Tingkat kerusakan fungsional 40%

Rusak berat

Sumber: Mansoer, 2010.

Secara alami jaringan irigasi cenderung mengalami penurunan tingkat layanan sarana dan prasarana serta penurunan kinerja operasi. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam jangka waktu tertentu perlu dilakukan upayaupaya rehabilitasi guna mengembalikan kemampuan layanan jaringan irigasi sesuai dengan desain rencana. Rehabilitasi adalah suatu proses perbaikan sistem jaringan yang meliputi perbaikan fisik atau non-fisik untuk mengembalikan tingkat pelayanan sesuai desain semula sesuai dengan kondisi lapangan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, dana untuk kegiatan rehabilitasi sistem irigasi yang

14
menjadi kewenangan dan tangung jawab pemerintah daerah hanya dikhususkan untuk kegiatan fisik (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 2006).
Kinerja Pelayanan Air Kinerja pelayanan air meliputi: tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan memperoleh air. Rencana penyediaan air tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat kabupaten atau tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam dan rencana kebutuhan air tahunan serta kondisi hidroklimatologi (Sebayang, 2014).
a. Tingkat kecukupan air Pemanfaatan air oleh petani dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air di
sawah, pertanian ladang kering, peternakan dan perikanan. Umumnya air diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi yang dibangun pemerintah ataupun masyarakat petani sendiri. Untuk lahan pertanian, jumlah air yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman pada lahan pertanian (Sumadiyono, 2012).
Kecukupan air adalah banyaknya bagian lahan yang menerima air cukup untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi tanaman pada tingkat menguntungkan. Analisa kecukupan air adalah analisa penilaian tingkat kecukupan air selama satu tahun dengan perbandingan antara debit yang tersedia di bendungan dengan debit yang dibutuhkan tanaman (Sayekti, 2012).

15
Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi (Prihatman, 2000).
Tingkat kecukupan air dapat diketahui dengan cara berikut ini: jika dalam satu tahun pada suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi 3 kali dan air yang dialirkan memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan sangat cukup, jika areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu kali dalam setahun meskipun air yang dialirkan sangat memadai, tingkat kecukupan airnya dapat dikatagorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya dapat satu kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikategorikan sangat kurang (Sebayang, 2014).
b. Tingkat ketepatan pemberian air
Tingkat ketepatan pemberian air erat kaitannya terhadap tingkat kecukupan air. Jika tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu, maka tingkat ketepatan pemberian air dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi untuk menyatakan kesesuaian waktu pemberian air sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis dengan cara berikut ini, jika pemberian air telah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya dapat dikategorikan sangat

16
tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikategorikan tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat ketepatan pemberian airnya dikategorikan terlambat dan jika jadwal pemberian airnya terlambat hingga lebih dari 3 hari, maka tingkat ketepatan pemberian dikategorikan sangat terlambat (Sebayang, 2014).
Kinerja Kelembagaan Pemerintah Kelembagaan berdampak terhadap kinerja produksi, penggunaan input,
kesempatan kerja, perolehan hasil dan kelestarian lingkungan. Seberapa jauh kelembagaan diterima masyarakat tergantung kepada struktur wewenang, kepentingan individu, keadaan masyarakat, adat dan kebudayaan. Ini mengisyaratkan bahwa kelembagaan mampu menjadikan anggotanya memiliki totalitas kinerja yang tinggi (Pakpahan, 1991).
Indikator kelembagaan pemerintah meliputi: manajemen kelembagaan, ketersediaan dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).
a. Manajemen kelembagaan
Manajemen kelembagaan terdiri atas: 1. Kepala ranting/pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/cabang
dinas/ korwil. - mempersiapkan penyusunan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) dan
Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) sesuai usulan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A).

17
- rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/juru pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung (POB) serta P3A/GP3A/IP3A.
- menghadiri rapat di kecamatan dan Dinas PSDA kabupaten. - membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan operasi. - membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A. - membuat laporan kegiatan operasi ke1sxdinas. 2. Petugas mantri/juru pengairan - membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk tugas-
tugas yang berkaitan dengan operasi. - melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur. - memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit yang
ditetapkan. - memberi saran kepada petani tentang awal tanam dan jenis tanaman. - pengaturan giliran. - mengisi papan operasi/eksploitasi. - membuat laporan operasi. - pengumpulan data debit. - pengumpulan data tanaman dan kerusakan tanaman. - pengumpulan data curah hujan sesuai kebutuhan daerah. - menyusun data mutasi baku sawah sesuai kebutuhan daerah.

18
- mengumpulkan data usulan rencana tata tanam. - melaporkan kejadian banjir kepada ranting/pengamat. - melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada pengamat. 3. Staf ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil - membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi jaringan irigasi. 4. Petugas Operasi Bendung (POB)
- melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir yang datang.
- melaksanakan pengurasan kantong lumpur. - membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal
yang direncanakan. - mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk pada
blangko operasi. - mencatat elevasi muka air banjir. 5. Petugas Pintu Air (PPA) - membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai
dengan perintah juru/ mantri pengairan. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007).
Apabila kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB dan PPA tersedia dalam suatu sistem irigasi maka manajemen kelembagaannya dapat dikategorikan sangat baik, jika salah satu petugas tidak tersedia, maka masih dapat dikategorikan manajemen kelembagaan irigasi tersebut baik. Jika dua dari lima kategori petugas di atas tidak tersedia, maka manajemen kelembagaannya dapat

19
dikategorikan buruk dan jika lebih dari dua kategori petugas tidak tersedia dalam suatu sistem irigasi, maka dapat dikategorikan manajemen kelembagaannya sangat buruk (Sebayang, 2014).
b. Ketersediaan dana
Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder didasarkan atas angka kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi (Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006).
Penyediaan dana dari pemerintah untuk mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sangat terbatas, dan juga tingkat kesadaran para petani dalam pengamanan bangunan dan saluran irigasi belum optimal, serta pengumpulan dana yang bersumber dari anggota P3A setiap tahunnya masih jauh dari kebutuhan, akibatnya banyak kerusakan serta kurang berfungsinya bangunan maupun fasilitas jaringan irigasi, sehingga penggunaan air menjadi boros dan tidak efisien (Supadi, 2009).
Kemudian dalam UU RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 41 merevisi kewenangan dalam pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan kabupaten/kota dengan batas strata luasan irigasi sebagai berikut : 1. Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang dari 1.000 Ha (DI kecil) dan berada
dalam satu kabupaten/kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Ketersediaan tenaga untuk menangani daerah irigasi

20
mencukupi, namun ketersediaan dana untuk menunjang kegiatan O&P yang dialokasikan oleh kabupaten belum memadai termasuk dana iuran yang bersumber dari P3A untuk penanganan jaringan tersier dan kuarter belum mencukupi, sedangkan tingkat konflik pengaturan air irigasi dapat diatasi. 2. Daerah Irigasi (DI) dengan luasan 1.000 s.d. 3.000 Ha (DI sedang) atau DI kecil yang bersifat lintas kabupaten/kota menjadi menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah provinsi. Dana dan tenaga O&P belum memadai, dan konflik pengaturan air irigasi lebih kompleks, sehingga penggunaan air irigasi kurang efektif dan efisien. 3. Daerah Irigasi (DI) dengan luas lebih dari 3.000 Ha (DI besar) atau DI sedang yang bersifat lintas provinsi, strategis nasional dan lintas negara menjadi menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat. Ketersediaan dana dan tenaga O&P yang disediakan oleh pemerintah pusat kurang memadai, kemudian koordinasi di lapangan mengalami banyak kesulitan sehingga penanganan O&P kurang tepat sasaran.
Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga P3A (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014).
Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari : a. Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN atau APBD. b. Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani pemakai air. c. Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya. ( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007).

21
c. Sumber Daya Manusia (SDM) Kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan terdiri dari:
- Kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil terdiri dari 1 orang + 5 staff per 5.000 - 7.500 Ha.
- Mantri/juru pengairan terdiri dari 1 orang per 750 – 1.500 Ha - Petugas Operasi Bendung (POB) terdiri dari 1 orang per bendung,
dapat ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar - Petugas Pintu Air (P2A) terdiri dari 1 orang per 3 sampai 5 bangunan sadap
dan bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 sampai 3 km atau daerah layanan 150-500 Ha. - Pekerja Saluran (PS) terdiri dari 1 orang per 2­3 km panjang saluran ( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 ).
Sumber daya manusia dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila jumlah petugas pada masing-masing kategori telah terpenuhi, maka SDM sangat memadai. Jika kategori petugas telah terpenuhi namun personil petugasnya belum memenuhi hal di atas, maka SDM masih dapat dikategorikan memadai, jika satu hingga dua kategori petugas tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan kurang memadai dan jika lebih dari dua kategori petugas yang tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan sangat buruk (Sebayang, 2014).
Kinerja Kelembagaan Petani Agar upaya pemerintah dalam hal melibatkan masyarakat petani bisa
terwujud maka diperlukan adanya lembaga pengelola jaringan irigasi ditingkat desa yang sudah berbadan hukum. Lembaga pengelola jaringan irigasi tersebut dinamakan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) atau Himpunan Petani

22
Pemakai Air (HIPPA). Peran pemerintah dalam pembentukan kelembagaan petani adalah sebagai fasilitator melalui penyuluhan tentang pentingnya keberadaan lembaga pengelola jaringan irigasi (Prasetijo, 2012).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 menyatakan bahwa: Pasal 1 (21) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola irigasi. Pasal 10 (1) Petani pemakai air wajib membentuk perkumpulan petani pemakai air secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa.
Di dalam sebuah wadah organisasinya kelembagaan petani wajib menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang disusun berdasarkan kemampuan petani dan ditandatangani oleh ketua dan sekretaris. Selanjutnya diketahui oleh kepala desa dan camat serta disahkan oleh bupati/walikota. Untuk mendapatkan status badan hukum, anggara dasar tersebut selanjutnya didaftarkan pada pengadilan negeri setempat di wilayah hukum kelembagaan petani bertempat (Prasetijo, 2012).
Kinerja kelembagaan petani dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota memadai, misalnya saja AD/ART tersedia, program kerja berjalan dengan baik, prasarana seperti peralatan bertani, gudang dan lain sebagainya lengkap serta anggota turut aktif dalam kegiatan yang menyangkut irigasi maka kinerja kelembagaan petani dapat dikategorikan sangat baik. Jika salah satu elemen tidak memadai, misalnya

23
buruknya kondisi prasarana, maka kelembagaan petani masih dapat dikatakan baik, jika dua diantara elemen kelembagaan petani tidak berjalan dengan baik maka dikatakan kinerja kelembagaan petani ialah buruk dan jika ketiga elemen tesebut tidak tersedia, maka kinerja kelembagaan petani tersebut dikatagorikankan sangat buruk (Sebayang, 2014).

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret hingga Bulan Mei di
Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: deskripsi jaringan irigasi dan peta jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA). Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan/survei dengan mengamati parameter yang diteliti.Pengumpulan data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem Iriga