Tinjauan Umum Tentang Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

a. Kesengajaan yang bersifat tujuan Bahwa dengan kesengajaan yang bersifat tujuan, si pelaku dapat dipertanggungjawabkan dan mudah dapat dimengerti oleh khalayak ramai. Apabila kesengajaan seperti ini ada pada suatu tindak pidana, sipelaku pantas dikenakan hukuman pidana. b. Kesengajaan secara keinsyafan ketidakpastian Kesengajaan ini ada apabila si pelaku, dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delik, tetap ia tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu c. Kesengajaan secara keinsyafan kepastian Kesengajaan ini yang terang-terang tidak disertai bayangan suatu kepastian akan terjadi akibat yangbersangkutan, melainkan hanya dibayangkan suatu kemungkinan belaka akan akibat itu. Selanjutnya mengenai kealpaan karena merupakan bentuk dari kesalahan yang mengahasilkan dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang yang dilakukannya.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

1. Istilah Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Strafbaar Feit”, sebagai berikut: 7 a. Delik delict. b. Peristiwa pidana. c. Perbuatan pidana. d. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum. e. Hal yang diancam dengan hukum. f. Perbuatan yang diancam dengan hukum g. Tindak Pidana Sudarto dan diikuti oleh pembentuk undang-undang sampai sekarang. Jadi, istilah tindak pidana sebagai terjemahan dari “Strafbaar feit” merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang diancam dengan pidana. 8 2. Pengertian Tindak Pidana Menurut E. Mezger dikutip Sudarto mengatakan bahwa hukum pidana sebagai 7 Tri Andrisman, 2011, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia, Bandar Lampung, Universitas Lampung, hlm. 69. 8 Satochid Kartanegara, tanpa tahun, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu, Jakarta, Balai Lektur Mahasiswa, hlm. 74. aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. 9 Dengan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu itu dimaksudkan perbuatan yang dilakukan oleh orang, perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang, dan bersifat melawan hukum yang memungkinkan adanya pemberian pidana. Perbuatan semacam itu dapat disebut perbuatan yang dapat dipidana Verbrechen atau Crime. Perbuatan jahat ini harus ada orang yang melakukannya, maka persoalan tentang perbuatan tertentu itu diperinci menjadi dua, ialah perbuatan yang dilarang dan orang yang melanggar larangan itu. Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari istilah Belanda, yaitu strafbaar feit y yang berasal dari kata strafbaar, artinya dapat dihukum. 10 Lebih lanjut Sudarto mengatakan bahwa pembentuk undang- undang sekarang sudah agak tepat dalam pemakaian istilah “tindak pidana” Akan tetapi para sarjana hukum pidana mempertahankan istilah yang dipilihnya sendiri, misalnya Moeljatno, Guru Besar pada Universitas Gadjah Mada menganggap lebih tepat dipergunakan istilah “perbuatan pidana” dalam pidatonya yang berjudul “Perbuatan pidana dan pertanggungjawaban dalam hukum pidana”, 1955. 11 Menurut Sudradjat Bassar, mempergunakan istilah “tindak pidana” sebagai istilah yang paling tepat untuk menterjemahkan “strafbaar feit”, dengan mengemukakan alasan “istilah tersebut selain mengandung pengertian yang tepat dan jelas sebagai istilah hukum, juga sangat praktis diucapkan. Di samping itu pemerintah didalam 9 Sudarto, loc.cit. 10 Ibid. 11 Lamintang, 1981, Kitab Pelajaran Hukum Pidana; Leerboek Van Het Nederlanches Straftrecht, Bandung, Pionir Jaya, hlm. 36. kebanyakan peraturan perundang-undangan memakai istilahtindak pidana, umpamanya didalam peraturan-peraturan pidana khusus. 12 Mengenai beberapa pengertian tindak pidana strafbaar feit beberapa sarjana memberikan pengertian yang berbeda sebagai berikut: a. Pompe Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 dua definisi, yaitu: 1 Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan kesejahteraan umum. 2 Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadianfeityang oleh peraturan undang- undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum. Dapatlah disimpulkan pengertian tindak pidana menurut Pompe sebagai berikut: a Suatu kelakuan yang bertentangan dengan melawan hukum onrechtmatig atau wederrechtelijk; b Suatu kelakuan yang diadakan karena pelanggar bersalah aan schuld van de overtreder te wijten; c Suatu kelakuan yang dapat dihukum stafbaar. 13 b. Utrecht Menurut Utrecht, pengertian tindak pidana yaitu meliputi perbuatan atau suatu melalaikan maupun akibatnya keadaan yang ditimbulkan oleh karena perbuatan atau melalaikan itu peristiwa pidana adalah akibat yang diatur 12 Sudradjat Bassar, 1999, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, Bandung, Ghalian, hlm. 1. 13 Utrecht, 1986, Hukum Pidana, Surabaya, Pustaka Tinta Mas, hlm. 252. oleh hukum. 14 c. Vos Menurut Vos peristiwa pidana, yaitu adalah suatu kelakuan. Dalam definisi Vos dapat dilihat anasir-anasir sebagai berikut: 1 Suatu kelakuan manusia; 2 Akibat anasir ini ialah hal peristiwa dan pembuat tidak dapat dipisahkan satu dengan lain; 3 Suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundang-undangan Pasal 1 Ayat 1 KUHP dilarang umum dan diancam dengan hukuman. Kelakuan yang bersangkutan harus dilarang dan diancam dengan hukuman, tidak semua kelakuan manusia yang melanggar ketertiban hukum adalah suatu peristiwa pidana. 15 d. Wirjono Prodjodikoro Menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana dapat digolongkan 2 dua bagian, yaitu: 16 1 Tindak pidana materiil. Pengertian tindak pidana materil adalah apabila tindak pidana yang dimaksud dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu, tanpa merumuskan ujud dari perbuatan itu. 2 Tindak pidana formil. Pengertian tindak pidana formal yaitu apabila tindak pidana yang 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Wiryono Prodjodikoro, tanpa tahun, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, Erasco, hlm. 55-57. dimaksud, dirumuskan sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu. 3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perbedaan pandangan ini membawa konsekuensi dalam memberikan pengertian tindak pidana. Aliran monistis dalam merumuskan pengertian tindak pidana dilakukan dengan melihat: “keseluruhan syarat adanya pidana itu kesemuanya merupakan sifat dari perbuatan”. Sehingga dalam merumuskan pengertian tindak pidana ia tidak memisahkan unsur-unsur tindak pidana; mana yang merupakan unsur perbuatan pidana dana mana yang unsur pertanggungjawaban pidana. Penganut pandanganaliran monistis adalah Simons, Van Hamel, E.Mezger, J. Baumann, Karni, dan Wirjono Prodjodikoro. Misalnya Simons, seorang penganut aliran monistis dalam merumuskan pengertian tindak pidana, ia memberikan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut: 17 1. Perbuatan manusia positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuatatau membiarkan; 2. Diancam dengan pidana; 3. Melawan hukum; 4. Dilakukan dengan kesalahan; 5. Orang yang mampu bertanggungjawab . Menurut aliran monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana, maka sudah dapat dipidana. Sedangkan menurut aliran dualistis, belum tentu karena harus dilihat dan dibuktikan dulu pelakuorangnya itu, dapat dipidana atau tidak. Aliran dualistis dalam memberikan pengertian tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana. Penganut pandanganaliran dualistis 17 Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang, Yayasan Sudarto, hlm. 40. adalah H.B vos, WPJ. Pompe, dan Moeljatno. 18 Sudarto merumuskan unsur-unsur perbuatan pidanatindak pidana sebagai berikut: a. Perbuatan manusia; b. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang ini merupakan syarat formil; c. Bersifat melawan hukum ini merupakan syarat materiil. 19 Orang yang dapat dipidana, maka orang yang melakukan tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tersebut diatas harus dapat dipertanggungjawaban pidana ini melekat pada orangpelaku tindak pidana, menurut Moeljatno unsur-unsur pertanggungjawaban pidana meliputi : 1 Kesalahan. 2 Kemampuan bertanggungjawaab. 3 Tidak ada alasan pemaaf. 20

D. Tindak Pidana Pelanggaran Hak Cipta

Dokumen yang terkait

UPAYA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDAR LAMPUNG DALAM MENANGGULANGI PEREDARAN KOSMETIK TANPA IJIN EDAR

0 24 58

PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN LAMPUNG DALAM PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENJUALAN OBAT TRADISIONAL TANPA IZIN EDAR

0 12 57

PERAN DAN FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TERDAFTAR DI BANDAR LAMPUNG

0 32 54

Kinerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Bandar Lampung Dalam Mengawasi Peredaran Kosmetik Ilegal Di Propinsi Lampung

1 19 73

KOORDINASI KEPOLISIAN POLDA LAMPUNG DAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) BANDAR LAMPUNG UNTUK MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT DAN MAKANAN BERBAHAYA

1 13 71

PELAKSANAAN PENGAWASAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN KOSMETIK ILEGAL PADA KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG

6 69 92

PERANAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) TERHADAP MARAKNYA PEREDARAN KOSMETIK ILEGAL DI KOTA PADANG.

0 1 7

PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) TERHADAP PEREDARAN PRODUK MAKANAN BERBAHAYA DI KOTA PALANGKA RAYA SKRIPSI

1 1 156

Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Peredaran Makanan Mengandung Bahan Tambahan Pangan Berbahaya (Studi Kasus Hasil Pengawasan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung Tahun 2017) - Raden Intan Repository

1 3 109

Implementasi pengawasan peredaran obat illegal dalam rangka perlindungan terhadap konsumen oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta - UNS Institutional Repository

0 0 13