dengan tanah, asal saja sarang tersebut sesekali memperoleh lembab. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus
merkusii dan banyak menyebabkan kerugian pada bangunan.
5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae.
Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh
Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. terutama M. gilvus, Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap
ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus
tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya.
Gambar 1. Ratu Rayap Dikelilingi Pekerja dan Prajurit Tarumingkeng 2001.
Gambar 2. Rayap Prajurit kiri dan Pekerja Kanan Pestproducts, 2008
Dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu:
1. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina yang
abdomennya biasanya sangat membesar yang tugasnya bertelur dan jantan raja yang tugasnya membuahi betina.
2. Kasta prajurit . Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena
penebalan sklerotisasi kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya.
3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap, dan tidak kurang
dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Nandika et al. 2003 menyatakan bahwa rayap adalah serangga yang berbadan
kecil, bertubuh lunak dan hidup dalam suatu koloni berkelompok, sehingga disebut serangga sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam setiap koloni
terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masing-masing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit dan kasta reproduktif reproduksi primer dan reproduksi suplementer.
Nandika et al. 2003 menambahkan bahwa dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diketahui yaitu :
1. Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran makanan
2. Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap calon kasta reproduktif di mana mereka selama periode yang
lebih pendek dalam hidupnya memerlukan cahaya 3. Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya
4. Canibalism, yaitu sifat rayap memangsa sesamanya, terutama yang lemah dan sakit 5. Polimorfisme, yaitu bentuk-bentuk rayap yang berbeda antara kasta pekerja, prajurit
dan reproduktif. Melihat sifat-sifat rayap tersebut di atas, maka pada pengujian aktivitas anti rayap
yang digunakan adalah rayap dari kasta pekerja dan kasta prajurit yang sehat. Apabila selama percobaan didapati rayap yang mati, bangkai rayap segera dibuang mengingat
rayap memiliki sifat kanibalisme dan necrophagy yang memakan individu sejenis yang lemah, sakit atau mati dan juga rayap yang mati akan diserang jamur dan menularkan
penyakit kepada rayap lainnya. Ditambahkan oleh Nandika et al. 2003 bahwa C. curvignathus Holmgren memiliki daya serang yang paling tinggi dibandingkan dengan
rayap lainnya sehingga dalam penelitian ini digunakan jenis C. curvignathus Holmgren. Hal tersebut disebabkan karena C. curvignathus memiliki kelimpahan populasi flagelata
yang tinggi. Daya rusaknya yang sangat hebat nampaknya didukung oleh daya cerna
selulosa yang tinggi sehubungan dengan tingginya populasi flagelatanya dengan rata- rata 4682 ekor flagelata rayap Nandika dan Adijuwana 1995.
Manggis
Manggis merupakan pohon tropika yang hijau sepanjang tahun dan dipercaya sebagai tumbuhan asli dari daerah Sunda dan Maluku. Manggis terdapat juga di
Kemaman Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, India, Filipina, Queensland jarang, Ekuador, Inggris. Departemen Pertanian Amerika Serikat
menerima biji manggis dari Jawa tahun 1906 Morton 1987 . Klasifikasi ilmiah manggis
sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Magnoliofita Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Malpigiales Famili
: ClusiaceaeGuttiferae Genus
: Garcinia Spesies
: Garcinia mangostana L.
Deskripsi
Pohon manggis mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat, tegak, dengan puncak berbentuk piramida, tinggi pohon sekitar 6
– 25 m, berwarna coklat gelap atau hampir gelap, kulitnya berlapis, kulit dalamnya mengandung getah berwarna kuning
seperti karet dan terasa pahit. Pohon ini hijau sepanjang tahun, opposit, daun berbentuk oval atau elips, keras dan tebal, berwarna hijau tua, sedikit mengkilap, hijau
kekuningan dan bagian bawahnya tumpul; panjang 9 - 25 cm, lebar 4 - 5 cm. Daun baru berwarna merah. Bunga mempunyai lebar 1½ sampai 2 inci, bisa jantan atau
hermaprodit pada pohon yang sama. Bunga dibentuk sebanyak 3 - 9 buah per kelompok pada ujung cabang, 4 sepala
dan 4 ovata, tebal, hijau dengan bintik merah di bagian luar, merah kekuningan di bagian dalam, dan banyak benang sari walaupun
antera yang digugurkan tidak menghasilkan serbuk sari. Bunga hermaprodit dihasilkan satu per satu atau sepasang
pada ujung cabang muda, di bagian pinggir petalanya berwarna hijau kekuningan atau merah dan cepat berkecambah.
Ada berbagai jenis nama untuk manggis antara lain di Spanyol dinamakan mangostan, Prancis : mangostanier, mangoustanier, mangouste atau mangostier,
Portugis : mangostao, mangosta atau mangusta, Belanda : manggis atau manggistan, Vietnam : mang cut, di Malaysia mesetor, semetah, atau sementah, di Filipina : mangis
atau mangostan Morton 1987
.
Kayu
Di Thailand, semua pohon yang tidak dilurus akan ditebang, sehingga kayu yang tersedia biasanya dalam dimensi kecil. Warna kayunya coklat gelap, keras, umumnya
tenggelam dalam air, dan memiliki keawetan sedang. Kayu manggis banyak dibuat sebagai gagang tombaklembing, penumbuk padi, dan digunakan dalam konstruksi dan
pembuatan lemari.
Kegunaan Sebagai Bahan Pengobatan
Serbuk dari irisan kulit buah manggis yang telah dikeringkan dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit disentri. Selain itu juga dibuat sebagai salep untuk
mengobati penyakit eksim dan penyakit kulit lainnya. Jamu yang dibuat dari kulit buah manggis digunakan untuk mengurangi diare, kista, gonorrhea, gleet dan sebagai
astringent lotion. Seporsi kulit buah direndam dalam air panas semalaman dan hasil rendamannya digunakan sebagai obat untuk diare kronis pada orang dewasa dan anak-
anak. Di Filipina jamu-jamuan dari daun dan kulit digunakan sebagai febrifuge dan untuk mengobati sariawan, diare, disentri dan penyakit saluran kemih. Di Malaysia, hasil
rendaman daun manggis dicampur dengan pisang mentah dan sedikit benzoin digunakan untuk mengobati luka sunat. Jamu yang terbuat dari akar manggis digunakan
untuk mengatur menstruasi. Ekstrak kulit yang disebut amibiasine, telah diperdagangkan sebagai obat disentri yang disebabkan oleh amoeba Morton 1987
.
Garcinia mangostana L. umumnya ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara sebagai penghasil buah dan dikenal pula sebagai obat tradisional penyakit kulit Burkill
1996; Perry and Metzger 1980 dalam Nilar et al. 2005. Penelitian untuk mengidentifikasi komponen aktif biologis dari sumber alami, polyoxygenated xanthone
mangostanol baru yang telah diisolasi dari kulit buah Garcinia mangostana, mangostanol,
α–mangostin dan γ–mangostin menunjukkan efek penghambatan yang sedang terhadap cAMP phosphodiesterase Chairungsrilerd et al. 1996.
Tiga genus penting dari Famili Clusiaceae atau Guttiferae yaitu Garcinia, Calophyllus dan Mammea, dikenal sebagai sumber utama senyawa-senyawa fenolat
turunan xanton, kumarin, benzofenon dan biflavon yang terprenilasi. Dari sejumlah senyawa yang telah ditemukan pada spesies-spesies dalam taksa ini, memperlihatkan
sifat bioaktivitas yang sangat menarik dan beragam, seperti anti-HIV, antileukimia, antikanker, antitumor, antiinflamasi, antihipertensi, obat penyakit hepatitis dan radang
usus Dharmaratne dan Wanigasekera 1996; Huang 2001; Peres dan Nagem 1997 dalam Ersam 2005. Afinitas kimiawi dalam satu spesies memiliki hubungan
kekerabatan stuktur yang sama dan dibedakan oleh gugus fungsional yang tersubstitusi pada kerangka dasar xanton. Fakta ini memperkuat hipotesis tentang kandungan
kimiawi suatu spesies yang sama pada dasarnya sama, perbedaan yang terjadi dapat ditimbulkan oleh perbedaan kuantitas dari masing-masing senyawa yang dihasilkan,
dipengaruhi oleh ekosistem tempat tumbuhan tersebut Ersam 2005.
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN