BAB IV IMPLIKASI KEBERADAAN SPESIES INVASIF ECENG
GONDOK TERHADAP KOMUNITAS SERANGGA HERBIVOR DAN PARASITOID
Implications of The Existance of Invasive Species-Waterhyacinth on Communities of Herbivorous and Parasitoid Insects
Abstrak
Introduksi spesies tumbuhan eksotik invasif secara langsung berpengaruh terhadap komunitas serangga herbivor dan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi komunitas serangga parasitoid. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi seberapa jauh implikasi keberadaan spesies tumbuhan invasif
eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivor dan parasitoid. Penelitian dilakukan pada beberapa ekosistem perairan di Jawa Barat dan DKI Jakarta
yang diokupasi eceng gondok, berlangsung antara Januari 2004 sampai Maret 2005. Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan jaring ayun serangga dan
perangkap nampan kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan eceng gondok secara tidak langsung dapat mengakibatkan penurunan
keanekaragaman serangga herbivor dan parasitoid. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keberadaan eceng gondok dapat memicu terjadinya
homogenisasi spesies kedua kelompok serangga tersebut pada vegetasi akuatik. Penurunan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid berkaitan erat dengan
penurunan keanekaragaman serangga herbivor.
Kata kunci: Komunitas serangga herbivor, komunitas serangga parasitoid,
kekayaan spesies, keanekaragaman, kemerataan.
Abstract
The introduction of an invasive exotic plant species may directly influence herbivorous insects community. This introduction may also influence parasitoid
insects community indirectly. The objective of the research is to evaluate the implication of the existence of invasive species-waterhyacinth on herbivorous
and parasitoid insect communities. The research was done in several freshwater ecosystems occupied by waterhyacinth in West Java and DKI Jakarta, conducted
during January 2004 to March 2005. Sweep net and yellow pan trap were used to collect the sample of insects. The result of the research showed that the
existence of waterhyacinth may indirectly resulted in decreasing of species richness and diversity of herbivorous and parasitoid insects. The observation
also showed that the existence of waterhyacinth may lead to homogenezation of both herbivorous and parasitoid insects in aquatic vegetation. There is an
evidence that Hymenoptera parasitoid diversity corelate with species richness and individual abundance of herbivorous insects.
Key words: Herbivorous insect community, parasitoid insect community,
species richness, diversity, evenness.
75
Pendahuluan
Homogenisasi vegetasi
akuatik akibat invasi eceng gondok diprediksi
memiliki pengaruh tidak lansung indirect efffect terhadap komunitas serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
keanekaragaman komunitas serangga pada suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh struktur spasial, keanekaragaman habitat dan komposisi habitat Kruess
2003. Selain itu, populasi serangga secara langsung dapat dipengaruhi oleh konsentrasi atau dispersi spasial tumbuhan inang mereka, sebab kemampuan
serangga untuk menemukan dan menggunakan tumbuhan inangnya dipengaruhi oleh asosiasi spesies tumbuhan Altieri Nicholls 2004.
Dampak langsung direct efffect penyederhanaan komposisi spesies
tumbuhan akibat keberadaan eceng gondok terutama terjadi pada komunitas serangga herbivor. Alasan utamanya adalah karena sebagian besar spesies
serangga herbivora bersifat monofag. Dari hasil inventori yang dilakukan terhadap 5.000 spesies serangga herbivora di Inggris diketahui bahwa 80 di
antaranya dianggap sebagai spesialis atau monofag, dan kurang dari 10 memakan tanaman lebih dari tiga famili Schoonhoven et al. 1998. Selain itu,
mereka juga menyatakan bahwa setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang
dijumpai pada suatu area, semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga yang mampu didukungnya.
Penurunan kekayaan spesies tumbuhan akibat keberagaan eceng gondok juga dapat menimbulkan dampak tidak langsung terhadap komunitas serangga
pada tingkat trofik yang lebih tinggi, yaitu musuh alami serangga herbivor tersebut. Hal ini terjadi karena struktur komunitas tumbuhan dapat
mempengaruhi musuh alami serangga yang hidup pada tumbuhan tersebut. Hawkins 1994 menyatakan bahwa perilaku makan suatu spesies serangga
herbivor sangat mempengaruhi jumlah spesies parasitoid yang didukung oleh spesies herbivor tersebut. Selanjutnya, Jervis dan Kidd 1996 menyatakan
bahwa secara umum musuh alami menunjukkan perilaku yang spesifik dalam
76 pencarian inang, yang sangat dipengaruhi oleh komunitas tumbuhan dimana
mangsa atau inangnya hidup. Penurunan keanekaragaman spesies serangga herbivor dapat menimbulkan
‘efek domino’ terhadap keanekaragaman musuh alami serangga serangga herbivor tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan karena serangga herbivor
mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid Bernays 1998. Kelompok musuh alami yang diduga paling rentan terhadap
efek ini adalah kelompok parasitoid. Hal ini terjadi karena sebagian besar parasitoid bersifat monofag atau oligofag, sedangkan kebanyakan predator
adalah polifag Borror et al. 1996. Implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas
Hymenoptera parasitoid menarik untuk dipelajari karena sebagian besar ± 80
serangga parasitoid tergolong ke dalam ordo Hymenoptera, yang kebanyakan bersifat monofag dan oligofag Quicke 1997. Kekayaan spesies Hymenoptera
parasitoid sangat berhubungan dengan ketersediaan inang dan spesies tumbuhan tertentu sebagai tempat berlindung dan sumber makanan tambahan bagi imago.
Sebagai contoh, kekayaan spesies parasitoid telur dari famili Encyrtidae dan Scelionidae sangat ditentukan oleh kelimpahan individu Homoptera, yang
merupakan inang utama kedua kelompok parasitoid tersebut Driesche Bellow 1996. Selain itu, kebanyakan imago parasitoid Hymenoptera sangat
membutuhkan sumber makanan tambahan berupa tepung sari dan nektar dari tumbuhan berbunga tertentu, serta embun madu yang dihasilkan oleh serangga
dari ordo Homoptera Altieri dan Nicolls 2004. Dalam beberapa tahun terakhir, issu tentang dampak introduksi spesies
eksotik invasif terhadap keanekaragaman hayati lokal telah banyak dibicarakan. Salah satu spesies tumbuhan eksotik yang dianggap sangat invasif di Indonesia
adalah eceng gondok. Namun demikian, sejauh ini belum pernah dilakukan evaluasi mengenai implikasi keberadaan spesies invasif tersebut terhadap
komunitas serangga yang berasosiasi dengannya, terutama serangga herbivora dan parasitoid. Hal ini perlu dilakukan karena kedua kelompok serangga
tersebut diduga merupakan kelompok yang paling tinggi keanekaragamannya
77 pada vegetasi akuatik dibandingkan dengan kelompok serangga lainnya. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi: 1 implikasi keberadaan eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivora
dan 2 implikasi keberadaan eceng gondok terhadap komunitas serangga parasitoid.
Bahan Dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima lokasi ekosistem perairan di Jawa Barat dan DKI Jakarta, yang meliputi Danau Cibinong dan Danau Lido, saluran irigasi
di Karawang, sungai Citarum Hulu di Purwakarta, dan Suaka Margasatwa Muara Angke. Deskripsi setiap lokasi penelitian sebagaimana diuraikan pada
BAB III. Pada setiap lokasi, pengambilan sampel serangga herbivor dan parasitoid dilakukan pada dua sublokasi perairan yang berbeda yaitu lokasi
perairan tanpa eceng gondok TEG dan lokasi perairan dengan eceng gondok DEG. Secara keseluruhan, penelitian berlangsung sejak Januari 2004 sampai
Maret 2006.
Pelaksanaan Penelitian
Untuk mengevaluasi implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivor dan parasitoid dilakukan pengambilan
sampel serangga pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di lima lokasi yang telah ditetapkan. Koleksi sampel
serangga dilakukan dengan menggunakan jaring ayun serangga sweep net dan perangkap nampan kuning yellow pan trap. Pengambilan sampel dengan
jaring serangga perangkap kuning dilakukan mengikuti prosedur sebagaimana diuraikan pada BAB III. Serangga yang tertangkap dengan jaring ayun dan
perangkap kuning dibersihkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung plastik tabung film yang berisi alkohol 70 untuk diidentifikasi di laboratorium.
78 Sortasi dan identifikasi serangga sampel yang dikoleksi dari lapangan
dilakukan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Identifikasi serangga mengacu pada kunci identifikasi
yang tersedia. Serangga-serangga yang sudah disortir selanjutnya diidentifikasi hingga pada tingkat famili dan morfospesies hanya diberi kode. Serangga yang
sudah diidentifikasi kemudian ditentukan fungsi ekologinya berdasarkan berbagai literatur, antara lain Naumann et al. 1991 dan Borror et al. 1996.
Serangga herbivor meliputi semua anggota ordo serangga yang ditemukan pada lokasi TEG dan lokasi DEG yang berperan sebagai herbivor. Sementara itu,
untuk serangga parasitoid dibatasi pada anggota ordo Hymenoptera, sebab sebagian besar parasitoid tergolong ke dalam ordo ini. Fungsi ekologi
Hymenoptera parasitoid didasarkan pada Naumann 1991 dan Borror et al. 1996.
Analisis Data
Pendugaan kekayaan
spesies serangga herbivor dan parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG digunakan Jacknife Estimator. Untuk membuat
kurva akumulasi spesies yang halus, jumlah morfospesies yang diperoleh pada setiap petak sampel diacak sebanyak 50 kali menggunakan program
EstimateS 6.0b1 Colwell 2000.
Untuk menggambarkan keanekaragaman morfospesies serangga herbivor dan parasitoid digunakan Kekayaan Spesies, Indeks Keanekaragaman dan
Indeks Kemerataan Shannon-Wienner Maguran 1988; Krebs 1999. Formulasi yang digunakan untuk menentukan indeks tersebut dan prosedur perhitungannya
sebagaimana diuraikan pada BAB III. Untuk melihat signifikansi ketiga variabel komunitas serangga herbivor dan parasitoid antara lokasi TEG dan
lokasi DEG dianilisis dengan Uji-T pada selang kepercayaan 95. Analisis ini dilakukan menggunakan program Statistica for Windows 6.0.
Analisis kemiripan komunitas serangga herbivor dan parasitoid antara lokasi TEG dan lokasi DEG menggunakan Indeks Kemiripan Sorensen
Magurran 1988; Kreb 1998. Perhitungan Indeks Sorensen dilakukan menggunakan formulasi dan prosedur sebagaimana diuraikan pada BAB III.
79 Selanjutnya untuk memvisualisasikan kemiripan komunitas serangga herbivor
dan parasitoid antara lokasi TEG dan lokasi DEG digunakan plot skala dua dimensi Multidimensional Scaling. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan program Statistica for Windows 6.0.
Hasil Implikasi keberadaan eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivor
Total serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Jumlah keseluruhan serangga herbivor yang telah dikumpulkan pada lokasi TEG dan lokasi DEG di kelima lokasi pengambilan sampel adalah 12.207
individu yang tergolong dalam 7 ordo dan 201 spesies. Dari 7 ordo serangga herbivor yang telah dikoleksi, ordo Homoptera dan Diptera memiliki spesies
paling banyak 20 spesies Gambar 4.1.
10 20
11 35
8 15
11
8 21
5 22
4 10
10
10 20
30 40
50 60
Coleoptera Diptera
Hemiptera Homoptera
Lepidoptera Orthoptera
Thysanoptera
Or d
o
Jumlah spesies
TEG DEG
Gambar 4.1 Jumlah spesies masing-masing ordo serangga herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok
DEG
Secara umum, jumlah spesies serangga herbivor yang ditemukan pada lokasi TEG lebih tinggi dibandingkan pada lokasi DEG. Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan bahwa di kelima lokasi pengambilan sampel, jumlah
80 spesies serangga herbivor pada lokasi TEG selalu lebih tinggi daripada lokasi
DEG Tabel 4.1. Pemiskinan spesies serangga herbivor akibat keberadaan eceng gondok cukup nyata karena penurunan kekayaan spesies serangga
herbivor berkisar antara 23 hingg 48 rata-rata 40. Terjadinya pemiskinan spesies serangga herbivor terungkap karena hampir semua spesies
serangga herbivor yang ditemukan pada lokasi DEG merupakan subset atau bagian dari spesies serangga herbivor yang dijumpai pada lokasi TEG
Lampiran 4. Sebagian kecil spesies serangga herbivor sekitar 5 dari 201 spesies
hanya ditemukan pada lokasi DEG, tetapi tidak dijumpai pada lokasi TEG. Di antara 11 spesies Coleoptera herbivor yang terkoleksi, hanya Neochetina
eichhorniae yang ditemukan pada lokasi DEG, tetapi tidak ditemukan pada
lokasi TEG. Dari 26 spesies Diptera herbivor, 6 spesies di antaranya hanya ditemukan pada lokasi DEG 2 spesies dari famili Chloropidae, 1 spesies dari
famili Sciaridae, dan 3 spesies dari famili Tephritidae. Dari 37 spesies Homoptera herbivor, hanya 2 spesies yang khusus ditemukan pada lokasi DEG
masing-masing satu spesies dari famili Aphididae dan Cicadellidae. Sementara itu, dari 16 spesies Orthoptera herbivor, 1 spesies dari famili Acrididae khusus
dijumpai pada lokasi DEG, dan hanya 1 dari 12 spesies Thysanoptera yang khusus dijumpai pada lokasi DEG.
Tabel 4.1
Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel
Lokasi Cibinong Karawang
Lido M.
Angke Purwakarta Ordo
TEG DEG TEG DEG TEG DEG TEG DEG TEG DEG
Coleoptera 5 3
3 3
4 5
6 3 4 3
Diptera 11 8
9 4
9 14
16 11 6 6
Hemiptera 5 2
7 2
3 3
6 6
3 Homoptera 18
8 12
5 26
7 22
12 10
9 Lepidoptera
3 0 3
3 4
1 6
2 1 2 Orthoptera
9 4 13
8 9
3 9
7 9 7 Thysanoptera
6 4 5
2 3
5 9
5 7 3 Jumlah
ordo 7 7
7 7
7 7
7 7 7 7
Jumlah spesies 64 36
52 27
58 38
74 40 43 33
81
Estimasi kekayaan spesies serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Dari kurva akumulasi spesies berdasarkan data hasil pengacakan dengan program EstimateS 6.0b1 terlihat bahwa jumlah spesies serangga herbivor yang
dikumpulkan pada kedua lokasi masih menunjukkan kecendrungan meningkat Gambar 4.2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah spesies serangga
herbivor pada lokasi TEG lebih tinggi daripada lokasi DEG.
20 40
60 80
100 120
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100 110 120
Jumlah plot Ju
m la
h s
p es
ie s
TEG Jack-1 = 82,82 DEG Jack-1 = 72,89
Gambar 4.2 Kurva akumulasi spesies serangga herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG
berdasarkan data hasil pengacakan dengan program EstimateS 6.0b1
Berdasarkan hasil estimasi dengan Jacknife Estimator terlihat bahwa jumlah spesies serangga herbivor yang berhasil dikumpulkan pada lokasi TEG
sebesar 82,82. Sementara itu, pada lokasi DEG berhasil dikumpulkan sebesar 72,89 spesies serangga herbivor Gambar 4.3.
82
Diamati Jack-1
TEG
40 60
80 100
120 140
Jum lah spesi
es
Mean ±SE
±SD Diamati
Jack-1
DEG
40 60
80 100
120 140
Jum lah spesi
es
Mean ±SE
±SD
Gambar 4.3 Jumlah spesies serangga herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG berdasarkan data
pengamatan dan Jacknife-1 estimator dengan program EstimateS 6.0b1
Komposisi dan struktur komunitas serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG sama-sama didominasi oleh ordo Homoptera dan Diptera 20 spesies Gambar 4.4. Pola
yang hampir mirip terlihat di kelima lokasi pengambilan sampel, meskipun komposisi spesies setiap ordo tidak selalu sama. Misalnya di Karawang dan
Purwakarta ternyata ordo Orthoptera lebih dominan daripada Diptera Gambar 4.5-4.9. Sebagian besar spesies dari Orthoptera yang ditemukan tergolong
dalam famili Acrididae Lamiran 4, yang merupakan serangga herbivor polifag dan penjelajah yang sangat aktif sehingga umum dijumpai dimana-mana.
Total TEG
35
20 15
11 11
10 8
Homoptera Diptera
Orthoptera Thysanoptera
Hemiptera Coleoptera
Lepidoptera
Total DEG
22
21 10
10 8
5 4
Homoptera Diptera
Orthoptera Thysanoptera
Coleoptera Hemiptera
Lepidoptera
Gambar 4.4
Total komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi
dengan eceng gondok DEG
83
Cibinong TEG
18
11 9
6 5
5 3
Homoptera Diptera
Orthoptera Thysanoptera
Coleoptera Hemiptera
Lepidoptera
Cobinong DEG
8
8 4
4 3
2
Diptera Homoptera
Orthoptera Thysanoptera
Coleoptera Hemiptera
Gambar 4.5 Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di Cibinong
Karawang TEG
13
12 9
7 5
3 3
Orthoptera Homoptera
Diptera Hemiptera
Thysanoptera Coleoptera
Lepidoptera
Karawang DEG
8
5 4
3 3
2 2
Orthoptera Homoptera
Diptera Coleoptera
Lepidoptera Hemiptera
Thysanoptera
Gambar 4.6 Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di Karawang
Lido TEG
26
9 9
4 4
3 3
Homoptera Diptera
Orthoptera Coleoptera
Lepidoptera Hemiptera
Thysanoptera
Lido DEG
14
7 5
5 3
3 1
Diptera Homoptera
Coleoptera Thysanoptera
Hemiptera Orthoptera
Lepidoptera
Gambar 4.7 Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di Lido
84
Muara Angke TEG
22
16 9
9 6
6 6
Homoptera Diptera
Orthoptera Thysanoptera
Coleoptera Hemiptera
Lepidoptera
Muara Angke DEG
12
11 7
5 3
2
Homoptera Diptera
Orthoptera Thysanoptera
Coleoptera Lepidoptera
Gambar 4.8 Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di Muara Angke
Purwakarta TEG
10
9 7
6 6
4 1
Homoptera Orthoptera
Thysanoptera Diptera
Hemiptera Coleoptera
Lepidoptera
Purwakarta DEG
9
7 6
3 3
3 2
Homoptera Orthoptera
Diptera Coleoptera
Hemiptera Thysanoptera
Lepidoptera
Gambar 4.9 Komposisi komunitas serangga herbivor berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan
eceng gondok DEG di Purwakarta
Kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Hasil analisis menunjukkan bahwa keberadaan eceng gondok pada ekosistem perairan berpengaruh sangat nyata terhadap kekayaan,
keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor. Ketiga variabel komunitas serangga herbivor tersebut lebih tinggi pada lokasi TEG
dibandingkan pada lokasi DEG. Kondisi ini terjadi di kelima lokasi pengambilan sampel Gambar 4.10.
85
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Cibinong Karaw ang
Lido M. Angke
Purw akarta
Sublokasi K
eka yaan
s p
esi es
S
TEG DEG
a b
a b
a
b a
b a
b
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
Cibinong Karawang
Lido M. Angke
Purwakarta
Sublokasi K
ean ekar
ag am
an sp
esi es
H
TEG DEG
a
b a
b a
b a
b a
b
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0
Cibinong Karawang
Lido M. Angke
Purwakarta
Sublokasi K
em er
at aa
n s
p es
ies E
TEG DEG
a
b a
b a
b a
b a
b
Gambar 4.10 Kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi
dengan eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel huruf yang sama pada setiap lokasi menunjukkan variabel
komunitas serangga antara TEG dan DEG tidak berbeda nyata pada taraf 0,05, uji T.
86
Analisis kesamaan komunitas serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Hasil analisis kemiripan pada kelima lokasi pengambilan sampel menunjukkan bahwa tingkat kemiripan komunitas serangga herbivor antara
lokasi TEG dan lokasi DEG berkisar antara 44-58 indeks kemiripan 0,44-
0,58, Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kemiripan komunitas serangga herbivor indeks Sorensen antara lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok
DEG di lima lokasi pengambilan sampel Lokasi TEG
DEG Cibinong TEG
1,00 0,49
DEG 1,00
Karawang TEG 1,00 0,46
DEG 1,00
Lido TEG 1,00
0,44 DEG
1,00 Muara Angke
TEG 1,00
0,53 DEG
1,00 Purwakarta TEG
1,00 0,58 DEG
1,00
Plot skala dua dimensi menunjukkan bahwa komunitas serangga herbivor pada lokasi TEG, di sebagian besar lokasi pengambilan sampel, berbeda dengan
lokasi DEG, hanya di Purwakarta yang terjadi overlap antara lokasi TEG dan lokasi DEG. Kedua lokasi di Purwakarta berdampingan dengan areal
pertanaman padi. Hasil analisis ini juga memperlihatkan bahwa komposisi spesies serangga herbivor antar lokasi pengambilan sampel pada lokasi TEG
memiliki kemiripan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi spesies serangga herbivor pada lokasi DEG Gambar 4.11.
87
CB-DEG CB-TEG
KR-DEG
KR-TEG LD-DEG
LD-TEG MA-DEG
MA-TEG PK-DEG
PK-TEG
-1.2 -1.0
-0.8 -0.6
-0.4 -0.2
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2
Dimension 1
-1.0 -0.8
-0.6 -0.4
-0.2 0.0
0.2 0.4
0.6 0.8
1.0 1.2
1.4
Dimension 2
Stress = 0,087
Gambar 4.11 Plot skala dua dimensi yang menunjukkan kemiripan komunitas serangga herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan
lokasi dengan eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel CB = Cibinong, KR = Karawang, LD = Lido,
MA = Muara Angke, PK = Purwakarta.
Implikasi keberadaan eceng gondok terhadap komunitas serangga Hymenoptera parasitoid
Total serangga Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Jumlah keseluruhan Hymenoptera parasitoid yang telah dikumpulkan pada lokasi TEG dan lokasi DEG di kelima lokasi pengambilan sampel adalah 1.317
individu yang tergolong dalam 19 famili dan 205 spesies. Dari 19 famili Hymenoptera parasitoid yang telah dikoleksi, famili Eulophidae, Scelionidae,
Encyrtidae dan Braconidae secara berturut-turut memiliki spesies paling banyak 10 spesies Gambar 4.12. Jumlah spesies Hymenoptera parasitoid yang
ditemukan pada lokasi TEG lebih tinggi dibandingkan pada lokasi DEG. Kondisi yang sama ditemukan di kelima lokasi pengambilan sampel Tabel 4.3.
Hymenoptera parasitoid pada lokasi DEG secara umum merupakan subset dari Hymenoptera parasitoid pada lokasi DEG Lampiran 5, artinya pemiskinan
spesies juga terjadi pada kelompok musuh alami ini.
88
6 4
18 4
7 11
3 3
36 8
3 10
4 2
10 19
2 5
3 12
1 3
8 1
13 1
29 3
1 1
6 1
11 17
19
10 20
30 40
50 60
70
Aphelinidae Bethylidae
Braconidae Ceraphronidae
Chalcididae Diapriidae
Elasmidae Encyrtidae
Eucoilidae Eulophidae
Eurytomidae Evaniidae
Ichneumonidae Mymaridae
Platigastriidae Pteromalidae
Scelionidae Tiphiidae
Torymidae
Fa m
il i
Jumlah spesies
TEG DEG
Gambar 4.12 Jumlah spesies masing-masing famili Hymenoptera parasitoid pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng
gondok DEG
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa famili Braconidae, Encyrtidae, Eulophidae, Pteromalidae, dan
Scelionidae umum dijumpai di semua lokasi pengambilan sampel. Secara umum, kelima famili tersebut memiliki inang yang cukup
beragam, terutama dari ordo Homoptera dan Lepidoptera. Braconidae adalah parasitoid yang memiliki inang beragam, sebagian merupakan parasitoid telur,
atau parasitoid larva, sedangkan yang lain berperan sebagai parasitoid larva, larva-pupa, atau imago. Encyrtidae kebanyakan merupakan parasitoid pada ordo
Homoptera, baik sebagai parasitoid telur telur, nimfa, maupun imago, sedangkan sebagian kecil juga menyerang Hemiptera, Diptera, Lepidoptera,
Coleoptera dan Hymenoptera. Sebagian besar dari Eulophidae merupakan parasitoid telur atau parasitoid larva, terutama Homoptera dan Lepidoptera.
Demikian juga dengan Pteromalidae dan Scelionidae memiliki inang yang beragam dan dapat menyerang berbagai stadia pertumbuhan inangnya.
89 Tabel 4.3 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan kekayaan
spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel
Lokasi Cibinong Karawang
Lido M.
Angke Purwakarta Famili
TEG DEG TEG DEG TEG DEG TEG DEG TEG DEG
Aphelinidae 3 2 2 0 3 1 4 0 4 2
Bethylidae 1 0 1 0 1 0 3 0 2 0
Braconidae 9 2 3 5 5 5
11 3 5 5 Ceraphronidae 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0
Chalcididae 2 1 2 2 1 0 3 3 2 0
Diapriidae 6 4 6 2 2 3 2 0 3 5
Elasmidae 0 0 1 0 2 0 0 1 0 0
Encyrtidae 9 9 2 4 2 3
16 5 6 3 Eucoilidae
2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 Eulophidae
19 8 16 11 15 5 25 13 15 10 Eurytomidae
2 1 0 1 0 0 4 2 5 1 Evaniidae
1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 Ichneumonidae 2 0 0 0 2 0 7 0 2 1
Mymaridae 3 2 0 0 2 1 3 4 0 1
Platigastriidae 0 0 2 0 1 0 1 1 1 0 Pteromalidae
5 4 4 6 5 9 7 3 6 5 Scelionidae
9 5 8 3 6 6 13 5
10 3 Tiphiidae
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 Torymidae
0 0 0 0 2 0 3 0 0 0 Jumlah
famili 16 11 12 8 16 8 16 12 14 11 Jumlah
spesies 75 39 48 34 51 33 104 42 63 37
Estimasi kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Dari kurva akumulasi spesies berdasarkan data hasil pengacakan dengan program EstimateS 6.0b1 terlihat bahwa jumlah spesies Hymenoptera parasitoid
yang dikumpulkan pada lokasi TEG dan lokasi DEG masih menunjukkan kecendrungan meningkat Gambar 4.13. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa jumlah spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG secara nyata lebih tinggi dibandingkan pada lokasi DEG. Berdasarkan hasil estimasi dengan
Jacknife Estimator terlihat bahwa jumlah spesies Hymenoptera parasitoid yang
berhasil dikumpulkan pada lokasi TEG sebesar 70,90 dan pada lokasi DEG sebesar 68,69 Gambar 4.14.
90
25 50
75 100
125 150
175
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100 110 120
Jumlah plot Jum
lah s p
es ie
s
TEG Jack-1 = 70,90 DEG Jack-1 = 68,69
Gambar 4.13 Kurva akumulasi spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok
DEG berdasarkan data hasil pengacakan dengan program EstimateS
6.0b1
Diamati Jack-1
TEG
40 60
80 100
120 140
160 180
200 220
240 260
Jumlah spesies
Mean ±SE
±SD Diamati
Jack-1
DEG
40 60
80 100
120 140
160 180
200 220
240 260
Jumlah spesies
Mean ±SE
±SD
Gambar 4.14 Jumlah spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG
berdasarkan data pengamatan dan Jacknife-1 estimator dengan program EstimateS 6.0b1
Komposisi dan struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Berdasarkan kekayaan spesies, serangga Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG didominasi oleh famili Eulopidae, Encyrtidae, Scelionidae,
Braconidae, Diapriidae, Ichneumonidae, dan Pteromalidae 10 spesies. Sementara itu, pada lokasi DEG yang paling dominan adalah famili Eulopidae,
Scelionidae, Encyrtidae, Braconidae, dan Pteromalidae 10 spesies Gambar
91 4.15. Pola yang hampir mirip terlihat di kelima lokasi pengambilan sampel,
meskipun komposisi spesies setiap famili Hymenoptera parasitoid tidak selalu konsisten Gambar 4.16-4.20.
Total TEG
36
19 19
18 11
10 10
51
Eulophidae Encyrtidae
Scelionidae Braconidae
Diapriidae Ichneumonidae
Pteromalidae Famili lain
Total DEG
29
17 13
12 11
29
Eulophidae Scelionidae
Encyrtidae Braconidae
Pteromalidae Famili lain
Keterangan: Eurytomidae, Chalcididae, Aphelinidae, Torymidae, Bethylidae,
Ceraphronidae, Mymaridae, Elasmidae, Eucoilidae, Evaniidae, Platigastriidae, Tiphiidae
Keterangan: Diapriidae, Mymaridae, Aphelinidae, Chalcididae, Eurytomidae,
Ceraphronidae, Elasmidae, Eucoilidae, Evaniidae, Ichneumonidae, Platigastriidae.
Gambar 4.15 Total komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan
lokasi dengan eceng gondok DEG
Cibinong TEG
19
9 9
9 6
23
Eulophidae Braconidae
Encyrtidae Scelionidae
Diapriidae Famili lain
Cibinong DEG
9
8 5
4 4
9
Encyrtidae Eulophidae
Scelionidae Diapriidae
Pteromalidae Famili lain
Keterangan: Pteromalidae, Aphelinidae, Mymaridae, Chalcididae, Eucoilidae,
Eurytomidae, Ichneumonidae, Bethylidae, Ceraphronidae, Evaniidae, Tiphiidae
Keterangan: Aphelinidae, Braconidae, Mymaridae, Chalcididae, Eucoilidae,
Eurytomidae.
Gambar 4.16 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan
kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di Cibinong
92
Karawang TEG
16
8 6
4 3
11
Eulophidae Scelionidae
Diapriidae Pteromalidae
Braconidae Famili lain
Karawang DEG
11
6 5
4 3
5
Eulophidae Pteromalidae
Braconidae Encyrtidae
Scelionidae Famili lain
Keterangan: Aphelinidae, Chalcididae, Encyrtidae, Platigastriidae, Bethylidae,
Elasmidae, Eucoilidae. Keterangan: Chalcididae, Diapriidae
Eurytomidae.
Gambar 4.17 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan
kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di Karawang
Lido TEG
15
6 5
5 3
17
Eulophidae Scelionidae
Braconidae Pteromalidae
Aphelinidae Famili lain
Lido DEG
9
6 5
5 3
5
Pteromalidae Scelionidae
Braconidae Eulophidae
Diapriidae Famili lain
Keterangan: Diapriidae, Elasmidae, Encyrtidae, Ichneumonidae, Mymaridae,
Torymidae, Bethylidae, Ceraphronidae, Chalcididae, Evaniidae, Platigastriidae.
Keterangan: Encyrtidae, Aphelinidae, Mymaridae.
Gambar 4.18 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan
kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di Lido
93
Muara Angke TEG
25
16 13
11 7
7 25
Eulophidae Encyrtidae
Scelionidae Braconidae
Ichneumonidae Pteromalidae
Famili lain
Muara Angke DEG
13
5 5
4 3
3 3
6
Eulophidae Encyrtidae
Scelionidae Mymaridae
Braconidae Chalcididae
Pteromalidae Famili lain
Keterangan: Aphelinidae, Eurytomidae, Bethylidae, Chalcididae, Mymaridae,
Torymidae, Diapriidae, Ceraphronidae, Platigastriidae, Tiphiidae
Keterangan: Eurytomidae, Ceraphronidae, Elasmidae, Evaniidae,
Platigastriidae.
Gambar 4.19 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan
kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di Muara Angke
Purwakarta TEG
15
10 6
6 5
5 16
Eulophidae Scelionidae
Encyrtidae Pteromalidae
Braconidae Eurytomidae
Famili lain
Purwakarta DEG
10
5 5
5 3
3 6
Eulophidae Braconidae
Diapriidae Pteromalidae
Encyrtidae Scelionidae
Famili lain
Keterangan: Aphelinidae, Diapriidae, Bethylidae, Chalcididae, Ichneumonidae,
Ceraphronidae, Evaniidae, Platigastriidae. Keterangan: Aphelinidae, Eurytomidae,
Evaniidae, Ichneumonidae, Mymaridae.
Gambar 4.20 Komposisi komunitas Hymenoptera parasitoid berdasarkan
kekayaan spesies pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG di Purwakarta
Kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Secara umum, keberadaan eceng gondok pada ekosistem perairan berpengaruh nyata terhadap kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies
Hymenoptera parasitoid. Ketiga variabel komunitas Hymenoptera parasitoid
94 tersebut cenderung lebih tinggi pada lokasi TEG daripada lokasi DEG. Pola
yang mirip terlihat di kelima lokasi pengambilan sampel Gambar 4.21.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Cibinong Karawang
Lido M. Angke
Purwakarta
Sublokasi K
eka yaan
sp esi
es S
TEG DEG
a
b a
b a
b a
a a
a
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0
Cibinong Karawang
Lido M. Angke
Purwakarta
Sublokasi K
ean ekar
ag ama
n sp
esi es
H
TEG DEG
a b
a b
a a
a a
a a
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2
Cibinong Karawang
Lido M. Angke Purwakarta
Sublokasi K
e mer
a taan
sp e
s ies
E
TEG DEG
a a
a a
a a
a a
a a
Gambar 4.21
Kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi tanpa eceng gondok TEG
dan lokasi dengan eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel huruf yang sama pada setiap lokasi
menunjukkan variabel komunitas serangga antara TEG dan DEG tidak berbeda nyata pada taraf 0,05, uji T.
95
Analisis kesamaan komunitas Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG
Hasil analisis kemiripan pada kelima lokasi pengambilan sampel menunjukkan bahwa tingkat kemiripan komunitas Hymenoptera parasitoid pada
lokasi TEG dengan lokasi DEG berkisar antara 33-40 indeks kemiripan
0,33-0,40, Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kemiripan komunitas Hymenoptera parasitoid indeks Sorensen antara lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng
gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel Lokasi TEG
DEG Cibinong TEG
1,00 0,35
DEG 1,00
Karawang TEG 1,00 0,37
DEG 1,00
Lido TEG 1,00
0,33 DEG
1,00 Muara Angke
TEG 1,00
0,34 DEG
1,00 Purwakarta TEG
1,00 0,40 DEG
1,00
Plot skala dua dimensi memperlihatkan bahwa ada kecenderungan komunitas Hymenoptera parasitoid yang ditemukan pada lokasi TEG mirip
dengan yang ditemukan pada lokasi DEG. Hal ini ditunjukkan oleh adanya titik- titik pengamatan yang saling tumpang tindih. Dari kelima lokasi pengambilan
sampel, hanya di Cibinong dan Lido ditemukan komposisi spesies Hymenoptera parasitoid yang berbeda antara lokasi TEG dan lokasi DEG. Disini juga terlihat
bahwa komposisi spesies Hymenoptera parasitoid antar lokasi pengambilan sampel pada lokasi TEG memiliki kemiripan yang tinggi, sebaliknya pada lokasi
DEG tingkat kemiripannya jauh lebih rendah. Artinya, komunitas Hymenoptera parasitoid pada lokasi DEG lebih banyak dipengaruhi oleh faktor yang terkait
dengan lokasi pengambilan sampel daripada faktor keberadaan eceng gondok Gambar 4.22.
96
CB-DEG CB-TEG
KR-DEG KR-TEG
LD-DEG LD-TEG
MA-DEG MA-TEG
PK-DEG PK-TEG
-1.5 -1.0
-0.5 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
Dimension 1
-1.6 -1.4
-1.2 -1.0
-0.8 -0.6
-0.4 -0.2
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2
Dimension 2
Stress = 0,147
Gambar 4.22 Plot skala dua dimensi yang menunjukkan kemiripan komunitas Hymenoptera parasitoid pada lokasi tanpa eceng gondok TEG
dan lokasi dengan eceng gondok DEG di lima lokasi pengambilan sampel CB = Cibinong, KR = Karawang,
LD = Lido, MA = Muara Angke, PK = Purwakarta.
Hubungan antara kekayaan spesies dan kelimpahan individu serangga parasitoid dengan keberadaan serangga herbivor
Untuk melihat lebih jauh hubungan antara komunitas serangga parasitoid dan serangga herbivor dilakukan analisis korelasi antara beberapa famili
Hymenoptera parasitoid yang diketahui memiliki inang yang relatif spesifik dari ordo Homoptera atau Lepidoptera herbivor. Di antara 19 famili Hymenoptera
parasitoid yang ditemukan pada lokasi TEG dan DEG Tabel 4.3, famili Aphelinidae, Encyrtidae dan Mymaridae dilaporkan sebagai parasitoid pada
ordo Homoptera, sedangkan Braconidae, Ichneumonidae, Chalcididae dan Eulophidae diketahui merupakan parasitoid pada ordo Lepidoptera Tabel 4.5.
Berdasarkan uraian di atas, analisis korelasi hanya dilakukan antara famili Aphelinidae, Encyrtidae dan Mymaridae dengan Homoptera herbivor, serta
antara famili Braconidae, Ichneumonidae, Chalcididae dan Eulophidae dengan Lepidoptera herbivor. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ada
kecenderungan kekayaan spesies Encyrtidae berhubungan dengan kekayaan spesies dan kelimpahan individu Homoptera herbivor, sedangkan kekayaan
97 spesies Aphelinidae dan Mymaridae berhubungan dengan kelimpahan individu
Homoptera herbivor. Sementara itu, kekayaan spesies Braconidae dan Chalcididae memiliki korelasi posistif yang nyata dengan kekayaan spesies dan
kelimpahan individu Lepidoptera herbivor, sedangkan kekayaan spesies Ichneumonidae dan Eulophidae tidak memiliki korelasi dengan kekayaan
spesies maupun kelimpahan individu Lepidoptera herbivor. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa korelasi antara famili-famili Hymenoptera parasitoid
dengan serangga herbivor dari ordo Homoptera dan Lepidoptera pada lokasi TEG lebih kuat dibandingkan pada lokasi DEG Tabel 4.6.
Tabel 4.5 Daftar famili Hymenoptera parasitoid yang ditemukan pada vegetasi akuatik dan inang utamanya
Famili Inang utama
Referensi
Aphelinidae Homoptera Gibson
1993 Bethylidae
Larva Coleoptera dan Lepidoptera Finnamore Brothers
1993
Braconidae Larva Lepidoptera
Wahl Sharkey 1993 Ceraphronidae
Sangat beragam Masner 1993
Chalcididae Pupa Lepidoptera
Gibson 1993 Diapriidae
Larva dan pupa Diptera Masner 1993a
Elasmidae Larva Lepidoptera dan hiperparasitoid
pada Ichneumonidae dan Braconidae Gibson 1993
Encyrtidae Homoptera Gibson
1993 Eucoilidae
Larva Diptera Ritchie 1993
Eulophidae Larva Lepidoptera yang tersembunyi
Gibson 1993 Eurytomidae
Sangat beragam Gibson 1993
Evaniidae Telur Blattodea
Mason 1993
Ichneumonidae Larva Lepidoptera Wahl Sharkey 1993
Mymaridae Telur Homoptera tersembunyi
Gibson 1993 Platygastridae Diptera
Masner 1993b
Pteromalidae Sangat beragam
Gibson 1993 Scelionidae
Beragam telur serangga dan laba-laba Masner 1993
Tiphiidae Larva Coleoptera
Brothers Finnamore 1993
Torymidae Diptera pembuat puru
Gibson 1993
Keterangan:
Nama famili Hymenoptera parasitoid yang dicetak tebal merupakan parasitoid yang memiliki inang utama Homoptera atau Lepidoptera.
98 Tabel 4.6 Korelasi antara kekayaan spesies beberapa famili Hymenoptera parasitoid dengan kekayaan spesies dan kelimpahan individu
Homoptera atau Lepidoptera herbivor pada lokasi tanpa eceng gondok TEG dan lokasi dengan eceng gondok DEG Jumlah Spesies
Homoptera Herbivor lokasi
Jumlah Individu Homoptera
Herbivor lokasi Jumlah Spesies
Lepidoptera Herbivor lokasi
Jumlah Individu Lepidoptera
Herbivor lokasi Jumlah Spesies
tiap famili Hymenoptera
parasitoid TEG DEG TEG DEG TEG DEG TEG DEG
Aphelinidae r = -0,054
p = 0,798 n = 25
r = 0,000 p = 1,000
n = 25
r = 0,359 p = 0,078
n = 25 r = -0,073
p = 0,728 n = 25
Encyrtidae r = 0,391
p = 0,054 n = 25
r = 0,114 p = 0,586
n = 25 r = 0,382
p = 0,059 n = 25
r = -0,027 p = 0,897
n = 25 Mymaridae
r = 0,279 p = 0,176
n = 25 r = 0,191
p = 0,361 n = 25
r = 0,458 p = 0,021
n = 25 r = 0,140
p = 0,504 n = 25
Braconidae r = 0,587
p = 0,002 n = 25
r = 0,044 p = 0,834
n = 25 r = 0,402
p = 0,046 n = 25
r = 0,109 p = 0,602
n = 25 Chalcididae
r = 0,189 p = 0,364
n = 25
r = 0,452 p = 0,023
n = 25 r = 0,416
p = 0,039 n = 25
r = 0,299 p = 0,146
n = 25 Eulophidae
r = 0,331 p = 0,106
n = 25 r = -0,021
p = 0,922 n = 25
r = 0,173 p = 0,408
n = 25 r = 0,208
p = 0,318 n = 25
Ichneumonidae r = 0,201
p = 0,326 n = 25
r = 0,031 p = 0,884
n = 25 r = 0,300
p = 0,145 n = 25
r = -0,099 p = 0,636
n = 25 Keterangan:
Kecenderungan adanya korelasi antara parasitoid dan herbivor ditunjukkan dengan cetak tebal Korelasi yang nyata ditunjukkan dengan cetak tebal dan tanda
99
Pembahasan
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa serangga herbivor merupakan kelompok yang paling rentan terhadap indirect effect dari keberadaan spesies
invasif eceng gondok yang mengakibatkan perubahan komposisi vegetasi akuatik. Hasil analisis juga mengindikasikan bahwa pengaruh tidak langsung
dari keberadaan eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivor dapat menimbulkan ‘efek domino’ terhadap komunitas serangga pada tingkat trofik
yang lebih tinggi, yaitu kelompok serangga parasitoid. Hasil pengamatan terhadap komunitas serangga herbivor pada tumbuhan
akuatik di kelima lokasi pengambilan sampel secara umum menunjukkan bahwa keberadaan eceng gondok tidak secara konsisten mempengaruhi kelompok
serangga herbivor dominan. Berdasarkan kekayaan spesies, serangga herbivor pada lokasi TEG dan lokasi DEG sama-sama didominasi oleh ordo Homoptera
dan Diptera ≥ 20 spesies. Selanjutnya, ordo Orthoptera dan Thysanoptera juga
banyak ditemukan pada kedua lokasi ≥ 10 spesies. Sementara itu, pada lokasi
TEG juga banyak ditemukan serangga herbivor dari ordo Hemiptera 10 spesies. Data ini menunjukkan bahwa keberadaan eceng gondok tidak secara
nyata mempengaruhi dominasi kelompok serangga herbivor bila dilihat pada tingkat ordo.
Kurva akumulasi spesies memperlihatkan bahwa jumlah spesies serangga herbivor yang dikumpulkan pada lokasi TEG dan lokasi DEG masih
menunjukkan kecendrungan meningkat dengan penambahan unit sampling atau jumlah plot. Namun demikian, berdasarkan hasil estimasi dengan Jacknife
Estimator , jumlah spesies serangga herbivor yang berhasil dikumpulkan pada
lokasi TEG sebesar 82,82 dan pada lokasi DEG sebesar 72,89. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dalam pengambilan sampel sudah
cukup baik untuk digunakan dalam menganalisis implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas serangga herbivor.
Meskipun kelompok serangga herbivor yang dominan pada lokasi TEG dan lokasi DEG secara relatif tidak berbeda, namun jumlah spesies masing-
masing ordo serangga herbivor tersebut pada lokasi TEG selalu lebih banyak
100 dibandingkan pada lokasi DEG, kecuali ordo Diptera dan Thysanoptera
memiliki jumlah spesies yang relatif sama pada kedua lokasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keberadaan eceng gondok pada suatu ekosistem perairan
dapat menyebabkan penurunan kekayaan spesies serangga herbivor. Hasil ini merupakan bukti bahwa keberadaan spesies tumbuhan invasif, dalam hal ini
eceng gondok, akan mengakibatkan terjadinya homogenisasi biotik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Olden et al. 2004 bahwa spesies eksotik invasif pada
habitat yang baru dapat menyebabkan terjadinya homogenisasi biotik dan pergantian spesies lokal dengan spesies introduksi. Kondisi ini dapat terjadi
karena keanekaragaman komunitas serangga pada suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh struktur spasial, keanekaragaman habitat dan komposisi habitat
Kruess 2003. Semakin sederhana komposisi vegetasi pada suatu habitat akibat invasi spesies tumbuhan eksotik invasif, semakin sedikit spesies serangga
herbivor yang dapat hidup pada habitat tersebut. Serangga herbivor polifag, ordo Homoptera dan Orthoptera, memiliki
kekayaan spesies yang jauh lebih tinggi pada lokasi TEG dibandingkan pada lokasi DEG. Hal ini terjadi karena komposisi spesies tumbuhan yang lebih
beragam pada lokasi TEG memberikan peluang yang lebih besar untuk dihuni oleh lebih banyak spesies serangga herbivor polifag. Schoonhoven et al. 1998
menyatakan bahwa serangga herbivor polifag cenderung untuk memakan lebih banyak tumbuhan dari spesies yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya, yang seringkali berbeda untuk setiap fase pertumbuhan serangga herbivor tersebut. Selain itu, Schoonhoven et al. 1998 menyatakan bahwa
setiap spesies tumbuhan menyediakan suatu mikrohabitat yang unik bagi serangga. Semakin banyak spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu area,
semakin banyak variasi mikrohabitat dan semakin banyak spesies serangga yang mampu didukungnya, sebab kebutuhan mikrohabitat setiap serangga bervariasi.
Berbeda dengan ordo Homoptera dan Orthoptera, kekayaan spesies serangga herbivor dari ordo Diptera tidak dipengaruhi oleh keberadaan eceng
gondok. Kondisi ini diduga berkaitan dengan perilaku kelompok serangga tersebut. Pada umumnya, ordo Diptera yang berperan sebagai herbivor adalah
101 fase pradewasanya, sedangkan fase dewasanya lebih banyak makan pada sisa-
sisa bahan organik yang membusuk Borror et al. 1996. Serangga herbivor dari ordo Diptera yang tertangkap dalam pengambilan sampel seluruhnya adalah fase
dewasa, yang tidak mutlak tergantung pada lokasi TEG dan lokasi DEG. Selain itu, umumnya imago dari kelompok serangga ini cukup aktif terbang sehingga
mobilitasnya cukup tinggi, bukan merupakan tipe serangga sedenteri. Dengan kata lain, spesies Diptera yang tertangkap pada vegetasi tertentu, tidak berarti
bahwa spesies tumbuhan tersebut benar-benar merupakan inangnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa, selain mempengaruhi kekayaan
spesies serangga herbivor, keberadaan spesies invasif eceng gondok juga secara nyata menurunkan keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor
pada vegetasi akuatik. Hasil analisis kemiripan dengan skala dua dimensi juga menunjukkan bahwa komposisi spesies serangga herbivor pada lokasi TEG
sangat berbeda dengan komposisi spesies serangga herbivor pada lokasi DEG. Data ini mengindikasikan bahwa invasi eceng gondok benar-benar telah
mengakibatkan penurunan kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor.
Hasil ini merupakan bukti bahwa serangga herbivor merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan komposisi vegetasi akuatik akibat
keberadaan spesies invasif eceng gondok. Kondisi ini dapat dimengerti terutama karena adanya fakta bahwa sebagian besar spesies serangga herbivor bersifat
monofag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari 10 spesies serangga herbivor memakan tanaman lebih dari tiga famili, sedangkan sebagian
besar lainnya lebih banyak bersifat monofag. Dari 5.000 spesies serangga herbivor di Inggris diketahui bahwa 80 di antaranya dianggap sebagai
spesialis atau monofag Schoonhoven et al. 1998. Sementara itu, serangga herbivor polifag juga membutuhkan sumber makanan yang lebih bervariasi
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Perubahan komposisi vegetasi akuatik akibat keberadaan spesies invasif
eceng gondok ternyata dapat mempengaruhi komunitas musuh alami serangga yang hidup pada tumbuhan tersebut, misalnya Hymenoptera parasitoid. Hal ini
102 ditunjukkan oleh kekayaan dan keanekaragaman spesies Hymenoptera
parasitoid yang cenderung lebih rendah rendah pada lokasi DEG dibandingkan pada lokasi TEG, meskipun kemerataan spesiesnya tidak berbeda. Analisis
kemiripan dengan plot skala dua dimensi juga memperlihatkan bahwa komposisi spesies Hymenoptera parasitoid pada lokasi TEG dan lokasi DEG sangat
berbeda. Berkaitan dengan fenomena ini, Jervis dan Kidd 1996 menyatakan bahwa secara umum musuh alami menunjukkan perilaku yang spesifik dalam
pencarian inang, yang sangat dipengaruhi oleh komunitas tumbuhan dimana mangsa atau inangnya hidup. Menurut Hawkins 1994, perilaku makan suatu
spesies serangga herbivor sangat mempengaruhi jumlah spesies parasitoid yang didukung oleh spesies herbivor tersebut.
Kelompok Hymenoptera parasitoid dapat digunakan sebagai indikator keanekaragaman komunitas parasitoid secara keseluruhan. Hal ini didasarkan
pada laporan bahwa sekitar 80 serangga parasitoid tergolong ke dalam ordo Hymenoptera yang kebanyakan bersifat monofag dan oligofag Quicke 1997.
Hasil penelitian belakangan ini juga telah membuktikan dominasi parasitoid pada ordo Hymenoptera. Yaherwandi 2005 melaporkan bahwa dari 39 famili
Hymenoptera yang ditemukan di lanskap Nylindung, Gasol dan Selajambe, Cianjur, Jawa Barat, 74 merupakan parasitoid, 13 predator, 4 polinator,
dan 1 herbivor. Kurva akumulasi spesies memperlihatkan bahwa jumlah spesies
Hymenoptera parasitoid yang dikoleksi dari lokasi TEG dan lokasi DEG juga masih menunjukkan kecendrungan meningkat seiring dengan penambahan
jumlah plot. Akan tetapi, data yang diperoleh dalam pengambilan sampel dapat dianggap sudah cukup memadai untuk digunakan dalam menganalisis implikasi
keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas Hymenoptera parasitoid. Hal ini didasarkan pada hasil estimasi dengan Jacknife Estimator,
yang menunjukkan bahwa jumlah spesies Hymenoptera parasitoid yang berhasil dikumpulkan pada lokasi TEG dan lokasi DEG telah mencapai sekitar 70 dari
jumlah spesies Hymenoptera parasitoid yang diduga ada di lokasi tersebut.
103 Perubahan komunitas herbivor akibat keberadaan spesies tumbuhan
invasif dapat mengakibatkan terjadinya perubahan komunitas serangga pada tingkat trofik yang lebih tinggi, yaitu predator dan parasitoid. Fenomena ini
dikenal dengan istilah ‘efek domino’ Quicke 1997. ‘Efek domino’ ini dapat terjadi karena hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid
didukung oleh serangga herbivor Bernays 1998. Dengan demikian hampir dapat dipastikan bahwa kepunahan suatu spesies serangga herbivor dapat
mengakibatkan kepunahan satu atau lebih spesies predator atau parasitoid. ‘Efek domino’ terhadap komunitas serangga pada tingkat trofik yang lebih tinggi
terutama terjadi pada kelompok parasitoid, sebab parasitoid kebanyakan bersifat monofag dan olygifag Naumann 1991; Quicke 1997.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa perubahan komunitas Hymenoptera parasitoid merupakan konsekuensi dari penurunan kekayaan,
keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor akibat keberadaan spesies invasif eceng gondok. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kecenderungan
bahwa kekayaan spesies beberapa famili Hymenoptera parasitoid dipengaruhi oleh kekayaan spesies dan kelimpahan individu Homoptera herbivor yang
menjadi inangnya. Bahkan kekayaan spesies beberapa famili Hymenoptera parasitoid yang menyerang Lepidoptera memiliki korelasi positif yang nyata
dengan kekayaan spesies dan kelimpahan individu inangnya Tabel 4.6. Kelompok Hymenoptera parasitoid yang ditemukan dalam penelitian ini famili
Aphelinidae, Encyrtidae, Mymaridae, Braconidae dan Chalcididae memang sangat tergantung kepada Homoptera dan Lepidoptera herbivor. Kelima famili
tersebut dilaporkan merupakan parasitoid pada Homoptera dan Lepidoptera Gaoulet Huber 1993; Driesche Bellows 1996.
Famili Aphelinidae dan Encyrtidae umumnya merupakan endoparasitoid atau ectoparasitoid pada Homoptera. Demikian juga famili Mymaridae, yang
kebanyakan merupakan parasitoid telur Homoptera yang tersembunyi, baik dalam jaringan tanaman, di bawah sisik, atau di dalam tanah Gibson 1993.
Sementara itu, inang bagi famili Braconidae dan Ichneumonidae umumnya adalah larva serangga holometabola, terutama dari ordo Lepidoptera Wahl
104 Sharkey 1993. Famili Chalcididae umumnya memarasit pupa Lepidoptera,
sedangkan Eulophidae kebanyakan memarasit larva yang tersembunyi, terutama pengorok daun dari ordo Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera Gibson 1993.
Selain delapan famili Hymenoptera parasitoid yang telah disebutkan di atas, umumnya memiliki inang yang relatif beragam. Sebagai contoh, famili
Scelionidae dilaporkan sebagai endoparasitoid soliter pada telur dari berbagai kelompok serangga bahkan laba-laba Masner 1993. Famili Diapriidae
merupakan endoparasitoid pada beberapa spesies Diptera, baik sebagai parasitoid larva-pupa maupun parasitoid pupa Masner 1993a. Demikian juga
dengan famili Pteromalidae memiliki kisaran inang yang sangat beragam Gibson 1993.
Fakta yang terungkap dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum peningkatan kekayaan spesies dan kelimpahan individu serangga
herbivor mengakibatkan kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid meningkat. Sebaliknya, kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid akan menurun apabila
kekayaan spesies dan kelimpahan individu serangga herbivor menurun. Hasil ini memperkuat bukti bahwa kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid sangat
dipengaruhi oleh keanekaragaman dan kelimpahan serangga herbivor sebagai inangnya Irsan 2004; Yaherwandi 2005.
Dari hasil analisis lebih lanjut terlihat bahwa korelasi antara komunitas serangga parasitoid dan serangga herbivor pada lokasi TEG lebih kuat
dibandingkan pada lokasi DEG. Pola ini ditemui pada korelasi antara komunitas Hymenoptera parasitoid, baik dengan Homoptera maupun Lepidoptera herbivor.
Hal ini berarti bahwa keberadaan eceng gondok pada suatu ekosistem perairan dapat memperlemah hubungan antara serangga parasitoid dan serangga
herbivor. Dengan kata lain, peningkatan kekayaan spesies dan kelimpahan individu herbivor tidak diikuti oleh peningkatan kekayaan spesies dan
kelimpahan individu parasitoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Altieri dan Nicholls 2004 bahwa keanekaragaman Hymenoptera parasitoid dipengaruhi
oleh keanekaragaman habitat dan kelimpahan inangnya.
105
Kesimpulan
Keberadaan eceng gondok pada suatu ekosistem perairan secara tidak langsung berpengaruh terhadap komunitas serangga herbivor. Dominasi spesies
tumbuhan tersebut dapat menyebabkan penurunan kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies serangga herbivor. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa serangga herbivor merupakan kelompok serangga yang paling rentan terhadap perubahan komposisi vegetasi akibat keberadaan spesies
asing invasif. Keberadaan eceng gondok dapat memicu terjadinya homogenisasi spesies serangga herbivor pada vegetasi akuatik.
Penyederhanaan komposisi vegetasi akuatik akibat keberadaan eceng gondok juga dapat menurunkan keanekaragaman komunitas Hymenoptera
parasitoid. Selain itu juga ditemukan bahwa penurunan kekayaan dan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid berkaitan erat dengan penurunan
keanekaragaman komunitas serangga herbivor.
Daftar Pustaka
Altieri MA, Nicholls CI. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems
. Secound edition. New York: Food Products Press. Bernays EA. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivores: Success
seen as different ways to eat without being eaten. BioScience 481: 35-44. Borror DJ, Trplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan pelajaran serangga.
Edisi keenam. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction of The Study of Insects.
Brothers DJ, Finnamore AT. 1993. Superfamily Vespoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to
families . Ontario: Minister of Supply and Services.
Colwell RK. 2000. EstimateS: Statistical Estimate of Species Richness and Shared Species from Samples.
Version 6.0b1 [Serial online]. http:www.viceroy
, eeb.uconn.eduestimates [16 Desember 2003] Driesche RG, Bellows TS. 1996. Biological Control. New York: Chapman
Hall.
106 Finnamore AT, Brothers DJ. 1993. Superfamily Crysidoidea. Di dalam: Goulet
H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families
. Ontario: Minister of Supply and Services. Gibson GAP. 1993. Superfamilies Mymarommatoidea and Chalcidoidea. Di
dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families
. Ontario: Minister of Supply and Services. Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The World: An Identification guide
to families . Ontario: Minister of Supply and Services.
Hawkins BA. 1994. Pattern and Process in Host-parasitoid Interactions. Cambridge: Cambridge University Press.
Irsan C. 2004. Tumbuhan Inang, Parasitoid dan Hiperparasitoid Kutudaun Myzus persicae Sulzer Homoptera: Aphididae di Sekitar Bogor dan
Cianjur [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Jervis M, Kidd N. 1996. Insect Natural Enemies, Practical Approaches to Their
Study and Evolution . London: Chapman Hall.
Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. Second edition. Menlo Park: Addison-Wesley.
Kruess A. 2003. Effect of lanscape structure and habitat tipe on a plant- herbivore-parasitoid community. Ecography 26: 283-290.
Magurran AE. 1996. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Chapman Hall.
Masner L. 1993. Superfamily Ceraphronoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families.
Ontario: Minister of Supply and Services. Masner 1993a. Superfamily Proctotrupoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT,
editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.
Masner 1993b. Superfamily Platygastroidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families.
Ontario: Minister of Supply and Services. Mason WRM. 1993. Superfamilies Evanioidea, Stephanoidea, Megalyroidea,
and Trigonalyoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families
. Ontario: Minister of Supply and Services.
107 Naumann ID. 1991. Hymenoptera Wasps, bees, ants, sawflies. Di dalam:
Naumann ID, Carne PB, Lawrence JF, Nielsen ES, Spradbery JP, Taylor RW, Whitten MJ, Littlejohn MJ, editor. The Insects of Australia. A
textbook for students and research workers . Carlton, Victoria:
Melbourne University Press. Olden JD, Poff NL, Douglas MR, Douglas ME, Faucsh KD. 2004. Ecological
and evolutionary consequences of biotic homogenezation. Trend in Ecol an Evol
191: 18-24. Quicke DLJ. 1997. Parasitic Wasps. London: Chapman Hall.
Ritchie AJ. 1993. Superfamily Cynipoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families.
Ontario: Minister of Supply and Services. Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA. 1996. Insect-plant Biology: From
Physiology to Evolution . London: Chapman Hall.
Wahl DB, Sharkey MJ. 1993. Superfamily Ichneumonoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to
families . Ontario: Minister of Supply and Services.
Yaherwandi. 2005. Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid pada Beberapa Tipe Lanskap Pertanian Berbeda di Daerah Aliran Sungai DAS Cianjur,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.
BAB V PENYEBARAN AGENS HAYATI NEOCHETINA SPP.