36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik-deskriptif dengan rancangan studi retrospektif case-control. Studi case-control merupakan studi yang
membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, kelompok kasus adalah resep dan RM pasien yang teridentifikasi
mengalami interaksi obat sedangkan kelompok kontrol adalah yang tidak teridentifikasi mengalami interaksi obat. Penelitian retrospektif adalah penelitian
dengan mengkaji informasi atau mengambil data-data yang telah lalu Strom and Kimmel, 2006. Prinsip penelitian ini adalah menghitung frekwensi interaksi obat-
obat secara teoritik, mempelajari hubungan antara variabel bebas faktor risiko dan variabel terikat interaksi obat, mempelajari pola mekanisme interaksi, jenis
obat yang berinteraksi, dan tingkat keparahan interaksi, melalui pengumpulan data dari lembar rekam medis pasien rawat inap dan lembar resep pasien rawat jalan di
RSUD Hasanuddin Damrah Manna, Bengkulu Selatan, selama periode Juli- Desember 2010.
Hasil penelitian ini berupa: a.
frekwensi interaksi obat-obat secara keseluruhan. b.
frekwensi interaksi obat-obat berdasarkan mekanisme interaksi farmakokinetik, farmakodinamik dan unknown.
c. frekwensi interaksi obat-obat berdasarkan tingkat keparahan interaksi.
37 d.
OR odd ratio masing-masing faktor risiko interaksi obat karakteristik pasien dan karakteristik obat, yang menunjukkan ukuran seberapa besar
faktor risiko interaksi mempengaruhi kejadian interaksi obat-obat. Selain itu dilakukan juga:
e. analisis mengenai mekanisme interaksi obat-obat.
f. manajemen terhadap interaksi obat-obat yang terjadi untuk menghindari
risiko interaksi yang dapat merugikan pasien di masa mendatang.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh data pengobatan pasien di RSUD Hasanudddin Damrah Periode Juli-Desember 2010 yang terdiri dari rekam
medis pasien rawat inap Jamkesmas dan lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas. Subjek yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah:
a. Rekam medis pasien rawat inap Jamkesmas di RSUD Hasanuddin Damrah
Manna Bengkulu Selatan dalam periode Juli-Desember 2010. b.
lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas di Instalasi Farmasi RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan dalam periode Juli-Desember
2010. c.
mendapat terapi ≥ 2 obat.
d. kategori semua gender.
38 Kriteria eksklusi adalah:
a. Rekam medis pasien rawat inap di RSUD Hasanuddin Damrah Manna
Bengkulu Selatan diluar periode Juli-Desember 2010. b.
lembar resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan diluar periode Juli-Desember 2010.
c. mendapat monoterapi obat sehingga tidak dapat diidentifikasi adanya
interaksi obat-obat. d.
Rekam medis pasien rawat inap dan lembar resep pasien rawat jalan yang tidak lengkap tidak memuat informasi dasar yang dibutuhkan dalam
penelitian.
3.2.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling acak sederhana. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Krejcie
dan Morgan Krejcie, et al., 1970.
dimana : n
= ukuran sampel N
= ukuran populasi
x
2
= nilai Chi kuadrat P
= proporsi populasi d
= galat pendugaan dengan beberapa asumsi, maka rumus di atas diturunkan lagi menjadi :
39 Populasi target berupa lembar resep pasien rawat jalan Jamkesmas selama
6 bulan Juli–Desember adalah 800 sampel, maka jumlah sampel yang diambil menurut tabel Krejcie-Morgan atau dengan menggunakan rumus di atas adalah
264 sampel. Sementara itu, populasi target berupa Rekam Medis pasien rawat inap Jamkesmas selama 6 bulan Juli-Desember 2010 adalah sebanyak 340 rekam
medis, maka jumlah sampel yang diambil menurut tabel Krejcie-Morgan atau dengan menggunakan rumus di atas adalah 180 sampel.
Jadi, penelitian interaksi obat ini dilakukan melalui pengambilan 180 sampel kartu rekam medis pasien rawat inap dan 264 sampel lembar resep pasien
rawat jalan antara bulan Juli-Desember 2010 di RSUD Hasanuddin Damrah Manna, Bengkulu Selatan.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah Manna, Bengkulu Selatan, pada bulan Januari–Maret 2011.
3.4 Definisi Operasional
a. Frekwensi interaksi adalah jumlah kasus interaksi obat-obat yang terjadi.
b. Mekanisme interaksi adalah bagaimana interaksi obat terjadi apakah secara
farmakokinetik, farmakodinamik atau unknown. c.
Jenis obat adalah obat yang berinteraksi.
40 d.
Tingkat keparahan interaksi obat adalah minor, moderate, dan major. e.
Usia subjek dihitung sejak tahun lahir sampai dengan ulang tahun terakhir, kelompok usia ditentukan menjadi
≥ 40 tahun dan 40 tahun. f.
Jumlah obat adalah berapa banyak item obat yang diberikan dalam satu resep atau rekam medis, jumlah obat ditentukan menjadi
≥ 5 obat dan 5 obat. g.
Interaksi unknown adalah interaksi obat yang mekanismenya belum diketahui secara pasti.
h. Interaksi dengan tingkat keparahan minor adalah jika interaksi mungkin
terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi kelalaian.
i. Interaksi dengan tingkat keparahan moderate adalah jika satu dari bahaya
potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe intervensimonitor sering diperlukan.
j. Interaksi dengan tingkat keparahan major jika terdapat probabilitas yang
tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen.
3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber Data