TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku Menggunakan Metode Material Requirement Planning (Studi Kasus : PT. Gatra Mapan).
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS : PT. GATRA MAPAN)
TUGAS AKHIR
Nama : MUHAMMAD REZA BUDIYANTO
NIM : 06.41010.0285
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
2013
STIKOM
(2)
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS : PT. GATRA MAPAN)
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana Komputer
Oleh:
Nama : MUHAMMAD REZA BUDIYANTO
NIM : 06.41010.0285
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
2013
STIKOM
(3)
Kesuksesan yang absolut adalah buah dari perjuangan, do’a, dan keyakinan yang terus-menerus.
STIKOM
(4)
Kupersembahkan untukmu:
Ayah Ibu Kakak tercinta yang selalu mendo’akanku
Seluruh keluarga yang selalu mendukungku
Teman- teman yang selalu memberikan semangat dan sukacita
STIKOM
(5)
vi
ABSTRAK
PT. Gatra Mapan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Perusahaan ini menghasilkan produk jadi yaitu berbagai jenis
furniture. Dalam usahanya untuk selalu tepat dalam memenuhi pesanan dari
pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya dalam hal perencanaan. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah perencanaan kebutuhan bahan baku untuk produksi masih dilakukan secara manual oleh bagian PPIC. Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang mengakibatkan terjadinya ketidak tepatan jumlah maupun jadwal ketersediaan salah satu komponen bahan baku sehingga dapat menghambat jalannya proses produksi yang secara tidak langsung juga mengurangi kepuasan pelanggan karena keterlambatan kedatangan barang sampai ke pelanggan.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan usaha untuk mengatasi agar tidak terjadi ketidaktersediaan komponen bahan baku. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Material Requirment Planning
(MRP). Metode perencanaan tersebut bertujuan untuk menghitung jumlah dan
jadwal kedatangan bahan baku menggunakan teknik lot sizing lot for lot.
Dengan pengembangan sistem informasi perencanaan kebutuhan bahan
baku menggunakan perhitungan Material Requirement Planning (MRP) ini,
perusahaan dapat melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang tepat, baik dari segi jumlah maupun jadwal dibutuhkannya sehingga kegiatan produksi tidak terhambat.
Kata kunci: Perencanaan, Material Requirement Planning
STIKOM
(6)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan... ... 4
1.5 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Material Requirement Planning ... 6
2.1.1Material Requirement Planning Input ... 7
2.1.2Proses Material Requirement Planning ... 7
2.1.3Komponen – Komponen Material Requirement Planning ..…..7
2.1.4Material Requirement Planning Output….………... ....…9
2.1.5Lot Sizing………...……….…...…..9
2.2 Sistem Informasi ... 11
2.2.1Sistem ... 11
2.2.2 Informasi ... 11
STIKOM
(7)
x
Halaman
2.2.3 Sistem Informasi ... 12
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem………..14
2.4 Testing dan Implementasi Sistem....…...………...15
2.4.1 White Box Testing ... 16
2.4.2 Black Box Testing ... 16
2.5 Konsep Dasar Basis Data... ... 17
2.5.1 Database ... 17
2.5.2 Sistem Basis Data ... 17
2.5.3 Database Management System ... 18
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 22
3.1 Analisis Sistem ... 21
3.1.1 Identifikasi Masalah ... 21
3.1.2 Analisis Masalah Yang Sedang Berjalan ... 23
3.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem ... 27
3.2 Perancangan Sistem ... 28
3.2.1 System Flow ... 29
3.2.2 DataFlow Diagram ... 47
3.2.3 Entity Relationship Diagram ... 56
3.2.4 Struktur Data ... 60
3.3 Perancangan Desain Input dan Output ... 68
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 90
4.1 Implementasi ... 90
4.1.1 KebutuhanPerangkat Keras ... 90
STIKOM
(8)
xi
Halaman
4.1.2 KebutuhanPerangkat Lunak ... 90
4.1.3 Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ... 91
4.2 Pembuatan dan Implementasi Program ... 91
4.3 Pengoperasian Program ... 91
4.4 Evaluasi ... 107
BAB V PENUTUP... 122
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Saran ...122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN ... 124
STIKOM
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perencanaan, pengendalian, dan pemeliharaan persediaan barang-barang fisik merupakan suatu masalah yang lazim di semua perusahaan. Untuk kebanyakan perusahaan manufaktur, persediaan merupakan persentase yang cukup besar dari modal kerja. Perusahaan yang memproduksi barang-barang, terutama barang rakitan sangatlah perlu untuk memperhatikan penyediaan bahan baku yang merupakan komponen penyusun produk akhir barang tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dari segi jumlah yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen bahan baku serta jadwal dibutuhkannya. Karena apabila terjadi kekurangan atau keterlambatan pada saat komponen bahan baku tersebut dibutuhkan, maka akan mengakibatkan keterlambatan proses produksi. Hal tersebut dapat berakibat tidak baik untuk proses pemenuhan pesanan yang telah
disepakati dengan pelanggan dan akan berakibat menurunnya customer
satisfaction atau kepuasan pelanggan.
PT. Gatra Mapan merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang berlokasi di Jl. Tunjung Tirto 1, Singosari, Malang Jawa Timur. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang manufaktur pembuatan furniture dengan hasil produksinya
adalah berbagai macam meja (table), meja kopi (coffee table), meja televisi (TV
table), lemari (clipboard), buffet (sideboard), dan rak buku (bookcase) yang
semuanya merupakan Livingroom Furniture, atau furniture yang ditempatkan di
ruang tengah atau ruang keluarga di dalam rumah. Proses bisnis di perusahaan
STIKOM
(10)
tersebut selama ini adalah bahwa perusahaan akan melaksanakan proses produksi jika ada pesanan dari pihak distributor. Setelah menerima pesanan dari pihak
distributor, maka bagian marketing mencatat sales order dari distributor untuk
disimpan sebagai arsip penjualan. Dari sales order yang ada, bagian Production
Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat Bill Of Material dan
kemudian melakukan perencanaan kebutuhan penggunaan bahan baku. Perencanaan jumlah kebutuhan masing-masing komponen bahan baku serta jadwal kebutuhannya hanya berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian PPIC secara manual.
Dengan perhitungan secara manual di perusahaan sekarang ini, seringkali terjadi kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku, baik dalam hal jumlah maupun jadwal kedatangan komponen bahan baku tersebut. Disamping itu, perhitungan secara manual yang dilakukan oleh perusahaan memakan waktu yang cukup lama karena banyaknya jenis barang pesanan pelanggan. Produk yang dihasilkan oleh PT. Gatra Mapan ini hampir semuanya merupakan barang yang terdiri atas susunan komponen bahan baku,
yang membentuk sub-rakitan (sub-assembly) dan antar sub-rakitan kemudian
diproses menghasilkan barang jadi. Sehingga apabila terjadi ketidak tepatan salah satu komponen bahan baku, baik dari jumlah maupun jadwal ketersediaannya, maka akan mengganggu jalannya proses produksi atau keterlambatan proses produksi, dan mengakibatkan keterlambatan pengiriman barang jadi kepada pelanggan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab kerugian bagi pihak perusahaan. Maka dari itu perusahaan membutuhkan suatu sistem yang
STIKOM
(11)
3
dapat melakukan perhitungan jumlah dan jadwal kebutuhan komponen bahan baku yang tepat dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan usaha untuk mengatasi agar tidak terjadi ketidaktersediaan komponen bahan baku pada saat dibutuhkan untuk proses produksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan solusi melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode tertentu. Metode yang akan digunakan untuk perencanaan kebutuhan komponen bahan baku
tersebut adalah menggunakan Material Requirement Planning (MRP).
Perhitungan metode ini berdasarkan pada kebutuhan produk setiap periode
tertentu yang disebut Jadwal Induk Produksi atau Master Production Schedule
(MPS), struktur produk yang dinyatakan dengan Bill Of Material (BOM), dan
persediaan yang masih ada (On Hand Inventory). Hasil yang diharapkan dari
perhitungan MRP dengan menggunakan salah satu teknik lot sizing yang ada,
yaitu perusahaan dapat melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang tepat, baik dari segi jumlah maupun jadwal dibutuhkannya.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan masalah Tugas Akhir ini yaitu bagaimana merancang bangun sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang dapat menentukan jumlah dan jadwal pemesanan sesuai dengan kebutuhan perusahaan ?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah pada sistem yang dibuat adalah sebagai berikut:
STIKOM
(12)
1. Menggunakan metode Lot For Lot sebagai teknik lot sizing.
2. Supplier dianggap selalu memiliki bahan baku yang dipesan
3. Sistem diasumsikan sudah memiliki data Gross Requirement (tanpa
perhitungan dari metode peramalan)
4. Tidak membahas retur bahan baku atau bahan baku yang rusak.
5. Tidak membahas masalah keuangan ataupun akuntasi.
1.4Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah menganalisis dan merancang sistem informasi
perencanaan kebutuhan komponen bahan baku menggunakan metode lot sizing
pada Material Requirement Planning (MRP) sehingga diharapkan akan diperoleh
sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang lebih tepat untuk produk-produk yang dihasilkan oleh PT.Gatra Mapan.
1.5Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, akan dijelaskan juga sistematika penyusunan sesuai prosedur yang ada. Sistematika penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dari karya tulis tugas akhir yang membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
STIKOM
(13)
5
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Landasan teori pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung rancang bangun sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku pada PT. Gatra Mapan.
BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi tentang proses bisnis sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku, analisis sistem, dan perancangan sistem untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini.
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini membahas implementasi sistem, dilanjutkan dengan evaluasi kinerja sistem dengan membandingkan tujuan yang hendak dicapai dengan sistem yang telah ditetapkan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari pembuatan sistem dan saran-saran untuk pengembangan sistem.
STIKOM
(14)
6
2.1 Material Requirement Planning
Terdapat lima tingkatan terbesar di dalam sistem perencanaan dan control pada manufaktur (Arnold at all, 2001:18), yaitu:
1. Business Plan Strategy.
2. Rencana produksi (Rencana sales dan operasi).
3. Master Production Schedule.
4. Material Requirement Planning.
5. Kontrol pembelian dan aktivitas produksi.
Material Requirement Planning yang merupakan salah satu tingkatan
terbesar dalam sistem perencanaan dan kontrol pada manufaktur adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan produksi. Sistem ini menyediakan suatu sistem penjadwalan yang tepat, sistem pengontrolan material yang efektif, dan suatu mekanisme penjadwalan ulang untuk merevisi suatu rencana ketika suatu perubahan terjadi. Sistem ini menjaga inventori pada tingkat yang terendah sementara menjaga ketersediaan material ketika dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan material di suatu perusahaan manufaktur tergantung dari
inventory, demand dan supply.
STIKOM
(15)
7
2.1.1 Material Requirement Planning Input
Ada tiga hal besar yang merupakan input dari Material Requirement
Planning (Tersine, 1984), yaitu :
1. Master Production Schedule (jadwal induk produksi), berisi rencana produksi
dari barang jadi yang diproduksi.
2. Item Master (status persediaan), berisi status dari material yang terdapat pada
inventori baik yang on hand ataupun on-order.
3. Bill Of Material, adalah berisi informasi mengenai item atau rakitan apa saja
yang diperlukan untuk dapat menghasilkan barang jadi.
2.1.2 Proses Material Requirement Planning
Adapun proses dari Material Requirement Planning antara lain:
1. Netting adalah proses mencari jumlah kebutuhan bersih dari komponen, yang
didapat dengan menggunakan kebutuhan kotor dengan inventory yang ada dan penerimaan yang terjadi.
2. Lot Sizing adalah proses mendapatkan jumlah ukuran lot untuk mendapatkan
Net Riquirement (NR).
3. Offsetting adalah proses menetapkan waktu kapan suatu order harus dilakukan
(berhubungan dengan Lead Time).
4. Explosion adalah menghitung kebutuhan komponen-komponen yang
mempunyai level di bawahnya (berikutnya).
2.1.3 Komponen – Komponen Material Requirement Planning
Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perhitungan Material
Requirement Planning yaitu sebagai berikut:
STIKOM
(16)
1. GR (Gross Requirement = Kebutuhan Kotor) adalah total permintaan dari suatu item atau bahan baku untuk masing-masing periode waktu.
a. Untuk Produk Akhir (Independent demand item), diperoleh dari Master
Production Schedule (MPS).
b. Untuk komponen penyusun (dependent demand), diperoleh dari item
induk atau item yang memiliki level di atasnya dikalikan dengan
kelipatan tertentu sesuai dengan struktur produk dan kebutuhannya.
2. SR (Schedule Order Receipt = Jadwal penerimaan) adalah jumlah item yang
akan diterima pada suatu periode sebagai order yang telah dipesan dari
supplier maupun dari order produksi.
3. OHI (On Hand Inventory = Persediaan awal) adalah jumlah persediaan yang
ada pada suatu periode waktu tertentu.
4. NR (Net Requirement = Kebutuhan Bersih) adalah jumlah kebutuhan yang
sebenarnya (bersih) yang dibutuhkan pada masing-masing periode untuk
memenuhi kebutuhan item pada Gross Requirement.
5. POR (Planned Order Receipts = Rencana Penerimaan) adalah jumlah dari
pemesanan yang direncanakan (belum tiba) dalam suatu periode dan akan ada dengan sendirinya jika terdapat kebutuhan bersih (NR). Jumlah POR bergantung pada Ukuran Lot yang digunakan.
6. PORel (Planned Order Release = Rencana Pemesanan) adalah merupakan
informasi terpenting dari sistem MRP yang menunjukkan item apa , berapa banyak , dan kapan dibutuhkan. Nilainya sama dengan nilai POR dengan
memperhitungkan Lead Time (LT).
STIKOM
(17)
9
2.1.4 Material Requirement Planning Output
Berdasarkan dari ketiga input material requirement planning yang telah disebutkan di atas, maka output dari material requirement planning adalah
Planned Order Releases (Tersine, 1984:291) yang terdiri atas:
1. MRP Report yaitu berupa Matrik MRP , yang dapat memberikan informasi
kepada perencana tentang item-item yang perlu mendapatkan perhatian segera dan merekomendasikan tindakan yang perlu diambil.
2. Purchase Order yang berisi berapa banyak kebutuhan yang harus dipesan oleh
departemen purchasing kepada supplier.
3. Work Order / Production memproduksi material (sub-assembly) yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bila perusahaan mampu memproduksi
sendiri sub-assembly nya.
2.1.5 Lot Sizing
Lot sizing adalah perencanaan jumlah pemesanan, dimana harus
dipertimbangkan sistem lot size yang akan menghasilkan jumlah pemesanan
minimum tetapi memenuhi aspek ekonomis. Beberapa alternatif dalam menentukan lot sizing (Arnold at all, 2001:256):
1. Lot for Lot (L4L) : yaitu memenuhi kebutuhan bahan atau komponen sesuai
dengan yang diperlukan (net requirements) , sehingga diperoleh biaya simpan
menjadi nol.
2. Economic Order Quantity (EOQ) : pendekatan menggunakan konsep meminimalisasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut.
STIKOM
(18)
EOQ = √
Dimana : D = Pemakaian tahunan S = Biaya penyetelan
H = Biaya penyimpanan (pengiriman) per tahun per unit
3. Period Order Quantity (POQ) : yaitu dengan cara menentukan jumlah periode permintaan yang harus dipenuhi (tidak termasuk permintaan nol) untuk setiap kali pemesanan.
POQ = EOQ / D
Dimana : D = Pemakaian tahunan
4. Algoritma Silver Meal : yaitu mencoba mengkombinasikan beberapa periode perencanaan untuk memperoleh rata-rata total biaya yang minimum. Rata-rata
biaya di sini adalah Jumlah Order Cost dan Holding Cost dari n periode dibagi
dengan n.
5. Least Unit Cost (LUC) : Metode Lot sizing heuristik LUC menetapkan lot size yang memperhitungkan sejumlah periode demand sedemikian sehingga total biaya per unit minimum. Jika suatu order tiba atau datang pada awal periode pertama dan mampu memenuhi kebutuhan sampai akhir periode T maka:
Total biaya per unit =
Periode pengisian kembali (replenishment period) direncanakan pada periode
pertama dan selanjutnya pada periode-periode dimana total biaya per unit naik untuk pertama kalinya.
STIKOM
(19)
11
6. Part Period Balancing (PPB) : Teknik PPB berusaha menyeimbangkan biaya
setup dan biaya holding dengan penggunaan Economic Part Period (EPP).
EPP didefinisikan sebagai rasio dari biaya setup terhadap biaya holding. Teknik PPB mengkombinasikan periode-periode kebutuhan sehingga jumlah part period mendekati nilai EPP.
2.2Sistem Informasi 2.2.1 Sistem
Menurut Fitz Gerald dalam Jogiyanto (2005:1), suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan Hall (2007:6), mengatakan bahwa sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama. Banyak komponen yang dimaksud adalah sebuah sistem harus berisi lebih dari satu bagian.
Tujuan umum dari suatu sistem adalah menghubungkan berbagai bagian dari sistem tersebut. Meskipun tiap bagian berfungsi secara independen dari yang lainnya, semua bagian tersebut melakukan tujuan yang sama. Jika komponen tertentu tidak memberikan kontribusinya pada tujuan bersama, maka komponen tersebut bukanlah bagian dari sistem.
2.2.2 Informasi
McFadden,dkk dalam Kadir (2003:31) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Sedangkan menurut Davis dalam
STIKOM
(20)
Kadir (2003:31), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.
Burch dan Grudnitski dalam Kadir (2003:32) menggambarkan siklus informasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 Siklus Informasi. Mulai dari pengolahan data menjadi informasi dan pemakaian informasi untuk mengambil keputusan, hingga akhirnya dari tindakan hasil pengambilan keputusan tersebut dihasilkan data kembali.
Gambar 2.1 Siklus Informasi
2.2.3 Sistem Informasi
Menurut Leitch dan Davis dalam Jogiyanto (2005:11), sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan Gelinas, Oram dan Wiggins dalam Kadir (2003:11) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan
Masukan (data)
Proses (model)
Keluaran (informasi)
Data (ditangkap)
Hasil Tindakan Tindakan Keputusan
Penerima Basis
Data
STIKOM
(21)
13
manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta
menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai.
Komponen dari sistem informasi adalah hardware, software, data,
manusia dan prosedur. Kegiatan dari suatu sistem informasi mencakup kegiatan
input, proses, output, penyimpanan dan control.
Sistem informasi dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis, dengan tujuan yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan bisnis (Kendall, 2003:2).
Jenis-jenis sistem tersebut diantaranya adalah, Transaction Processing Systems
(TPS), Office Automation Systems (OAS), Knowledge Work Systems (KWS),
Management Information Systems (MIS), Decission Support Systems (DSS),
Artificial Intelligent (AI), Computer Supported Collaborative Work Systems
(CSCWS), Group Decission Support Systems (GDSS) dan Executive Support
Systems (ESS). Skema pengembangan sistem informasi dapat dilihat pada Gambar
2.2
Gambar 2.2 Skema Pengembangan Sistem Informasi ESS
GDSS CSCWS
Sistem Ahli Decission Support Systems Sistem Informasi Manajemen
Knowledge Work Systems Office Automation Systems
Transaction Processing Systems
STIKOM
(22)
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem
Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem
(system planning) dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap
analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini juga akan menyebabkan kesalahan di tahap selanjutnya.
Dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut:
1. Identify, merupakan langkah awal yang dilakukan dalam analisis sistem.
Mendefinisikan masalah yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak tercapai yang kemudian untuk dipecahkan.
2. Understand, memahami kerja dari sistem yang ada dengan cara mempelajari
secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi sebelum mencoba untuk menganalisi permasalahan, kelemahan, dan kebutuhan dari pemakai sistem untuk dapat memberikan rekomendasi pemecahannya.
3. Analyze, langkah ini dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari
hasil penelitian yang telah dilakukan.
4. Report, laporan ini dibuat sebagai dasar untuk pemecahan masalah dan
pencarian solusi dari permasalahan yang ada.
STIKOM
(23)
15
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut. Tahap ini disebut dengan desain sistem.
Analisa dan Perancangan Sistem dipergunakan untuk menganalisis, merancang, dan mengimplementasikan peningkatan-peningkatan fungsi bisnis yang dapat dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi. (Kristanto, 2003).
2.4 Testing dan Implementasi Sistem
Menurut Standar ANSI/IEEE 1059, testing adalah proses menganalisa
suatu entitas software untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada
dengan kondisi yang diinginkan (defects/error/bugs) dan mengevaluasi fitur-fitur
dari entitas software.
Menurut Romeo (2003:3), testing software adalah proses
mengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan untuk:
1. Verifikasi. Apakah telah berlaku sebagaimana yang ditetapkan (menurut
spesifikasi)?
2. Mendeteksi error.
3. Validasi. Apakah spesifikasi yang ditetapkan telah memenuhi keinginan atau
kebutuhan pengguna yang sebenarnya?
Menurut Romeo (2003:33), Test Case merupakan tes yang dilakukan
berdasarkan pada suatu inisialisasi, masukan, kondisi ataupun hasil yang telah
ditentukan sebelumnya. Metode testing ini dibagi menjadi dua, yaitu White Box
Testing dan Black Box Testing.
STIKOM
(24)
2.4.1 White Box Testing
White box testing atau glass box testing atau clear box testing adalah suatu
metode disain test case yang menggunakan struktur kendali dari disain prosedural.
Metode disain test case ini dapat menjamin:
1. Semua jalur (path) yang independen/terpisah dapat dites setidaknya sekali tes.
2. Semua logika keputusan dapat dites dengan jalur yang salah atau jalur yang
benar.
3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasionalnya.
4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validasinya.
2.4.2 Black Box Testing
Black box testing atau behavioral testing atau specification-based
testing, input/output testing atau functional testing dilakukan tanpa sepengetahuan
detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing
berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan spesifikasi
kebutuhan dari software.
Menggunakan black box testing, perekayasa software dapat
menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa
keseluruhan kebutuhan funsional pada suatu program. Kategori error dapat
diketahui melalui black box testing, antara lain:
1. Fungsi yang hilang atau tidak benar.
2. Error dari antar-muka.
3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.
4. Error dari kinerja atau tingkah laku.
5. Error dari inisialisasi dan terminasi.
STIKOM
(25)
17
2.5 Konsep Dasar Basis Data 2.5.1 Database
Menurut Marlinda (2004:1), database adalah suatu susunan/kumpulan data
operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan yang diorganisir/dikelola dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan metode tertentu menggunakan komputer sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakainya.
Penyusunan suatu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
pada penyusunan data yaitu redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan
pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user (banyak pemakai),
masalah keamanan (security), masalah integrasi (kesatuan), dan masalah data
independence (kebebasan data).
2.5.2 Sistem Basis Data
Menurut Marlinda (2004:1), sistem basis data adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.
Pada sebuah sistem basis data terdapat komponen-komponen utama yaitu
Perangkat Keras (Hardware), Sistem Operasi (Operating Sistem), Basis Data
(Database), Sistem (Aplikasi atau Perangkat Lunak) Pengelola Basis
Data(DBMS), Pemakai (User), dan Aplikasi (Perangkat Lunak) lain (bersifat
opsional).
Keuntungan sistem basis data adalah:
STIKOM
(26)
1. Mengurangi kerangkapan data, yaitu data yang sama disimpan dalam berkas
data yang berbeda-beda sehingga update dilakukan berulang-ulang.
2. Mencegah ketidakkonsistenan.
3. Keamanan data dapat terjaga, yaitu data dapat dilindungi dari pemakai yang
tidak berwenang.
4. Integritas dapat dipertahankan.
5. Data dapat dipergunakan bersama-sama.
6. Menyediakan recovery.
7. Memudahkan penerapan standarisasi.
8. Data bersifat mandiri (data independence).
9. Keterpaduan data terjaga, memelihara keterpaduan data berarti data harus
akurat. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pengontrolan kerangkapan data dan pemeliharaan keselarasan data.
Selain memiliki keuntungan, Sistem Basis Data juga memiliki kerugian. Kerugian sistem basis data adalah:
1. Diperlukan tempat penyimpanan yang besar.
2. Diperlukan tenaga yang terampil dalam mengolah data.
3. Perangkat lunaknya mahal.
4. Kerusakan sistem basis data dapat mempengaruhi departemen yang terkait.
2.5.3 Database Management System (DBMS)
Menurut Marlinda (2004:6), Database Management System (DBMS)
merupakan kumpulan file yang saling berkaitan dan program untuk pengelolanya. Basis Data adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri
STIKOM
(27)
19
sendiri dalam suatu paket program yang komersial untuk membaca data, menghapus data, dan melaporkan data dalam basis data.
Bahasa-bahasa yang terdapat dalam DBMS adalah:
1. Data Definition Language (DDL)
Pola skema basis data dispesifikasikan dengan satu set definisi yang diekspresikan dengan satu bahasa khusus yang disebut DDL. Hasil kompilasi perintah DDL adalah satu set tabel yang disimpan di dalam file khusus yang
disebut data dictionary/directory.
2. Data Manipulation Language (DML)
Bahasa yang memperbolehkan pemakai mengakses atau memanipulasi data sebagai yang diorganisasikan sebelumnya model data yang tepat.
3. Query
Pernyataan yang diajukan untuk mengambil informasi. Merupakan bagian DML yang digunakan untuk pengambilan informasi.
DBMS memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Data Definition. DBMS harus dapat mengolah pendefinisian data.
2. Data Manipulation. DBMS harus dapat menangani permintaan-permintaan
dari pemakai untuk mengakses data.
3. Data Security dan Integrity. DBMS dapat memeriksa security dan integrity
data yang didefinisikan oleh DBA.
4. Data Recovery dan Concurrency
a. DBMS harus dapat menangani kegagalan-kegagalan pengaksesan basis
data yang dapat disebabkan oleh kesalahan sistem, kerusakan disk, dan sebagainya.
STIKOM
(28)
b. DBMS harus dapat mengontrol pengaksesan data yang konkuren yaitu bila satu data diakses secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemakai pada saat yang bersamaan.
5. Data Dictionary. DBMS harus menyediakan data dictionary.
STIKOM
(29)
21
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Dalam merancang suatu sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dibutuhkan tahapan-tahapan perancangan sistem. Berikut merupakan tahapan perancngan sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Dalam proses bisnis yang sedang berjalan perlu dilakukan suatu identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang timbul dapat diketahui dengan melihat bagaimana proses bisnis berjalan selama ini. Dalam penelitian ini diberkan contoh sebuah barang jadi yang lain. Produk barang jadi
yang dimaksud adalah Berchman Book Case. Gambar untuk produk dan struktur
produk tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar 3.2.
Gambar 3.1 Berchman Book Case
STIKOM
(30)
Gambar 3.2 Struktur Produk Berchman Book Case
Dalam Produksi Berchman Book Case, berdasarkan struktur produk yang
digambarkan pada Gambar 3.2, produk tersebut memiliki struktur produk dimana setiap komponennya memiliki jumlah kebutuhan masing-masing yang harus
dipenuhi saat dibutuhkan. Setiap komponen juga memiliki lead time, yaitu selang
waktu yang dibutuhkan mulai dari waktu awal produksi/permintaan sampai
barang tersebut selesai produksi/tiba untuk segera digunakan. Lead time tersebut
menyebabkan setiap komponen membutuhkan perencanaan yang matang sebelum memulai produksi, untuk memilihara ketersediaan komponen saat produksi. Dalam proses produksi di perusahaan selama ini, proses produksi dilakukan jika ada pesanan dari pihak distributor. Setelah menerima pesanan dari pihak
distributor, maka bagian marketing mencatat sales order dari distributor untuk
disimpan sebagai arsip penjualan. Dari sales order yang ada, bagian Production
Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat Bill Of Material dan
kemudian melakukan perencanaan kebutuhan penggunaan bahan baku. Perencanaan jumlah kebutuhan masing-masing komponen bahan baku serta
Bookcase Berchman (1)
Rakitan A Rakitan B Rakitan C Rakitan D Pen Dowel 8mm
(60)
Sekrup Tapping 4 x ¾ (20) 0.15mm PVC Sheet (Putih) (2,9) m2 0.15mm PVC Sheet (Hitam) (2,18) m2 0.15mm PVC Sheet (Hitam) (2) m2 0.15mm PVC Sheet (Putih) (0,9) m2 0.35mm PVC Edge (Putih) (12,4) m 0.35mm PVC Edge (Hitam) (8,7) m 0.35mm PVC Edge (Hitam) (10,3) m 0.35mm PVC Edge (Putih) (4,9) m 25mm PB
53cm x 29cm (3) 25mm MDF
57cm x 29cm (6)
35mm MDF 126cm x 29cm
(4) 35mm MDF
188cm x 29cm (2)
STIKOM
(31)
23
jadwal kebutuhannya hanya berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian PPIC
secara manual. Perhitungan secara manual di perusahaan sekarang ini, seringkali
terjadi kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku, baik dalam hal jumlah maupun jadwal kedatangan komponen bahan baku tersebut. Disamping itu, perhitungan secara manual yang dilakukan oleh perusahaan memakan waktu yang cukup lama karena banyaknya jenis barang pesanan pelanggan. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa, jika terjadi kesalahan perhitungan perencanaan bahan baku yang mengakibatkan terjadinya ketidak tepatan salah satu komponen bahan baku, baik dari jumlah maupun jadwal ketersediaannya, maka akan mengganggu jalannya proses produksi atau keterlambatan proses produksi, dan mengakibatkan keterlambatan pengiriman barang jadi kepada pelanggan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab kerugian bagi pihak perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah sistem informasi untuk menghitung perencanaan kebutuhan bahan baku. Namun perlu juga dilakukan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan.
3.1.2 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan
Untuk mengetahui aliran data dan proses bisnis yang sedang berjalan dilakukan sebuah analisis terhadap proses bisnis yang sedang berjalan. Analisis
dilakukan dengan wawancara bersama bagian Production Planning And Inventory
Control (PPIC) PT. Gatra Mapan Malang. Dari wawancara tersebut diketahui
bagaimana proses produksi dan kebutuhan bahan baku pada PT. Gatra Mapan
dalam bentuk document flow.
STIKOM
(32)
A. Document Flow Permintaan Bahan Baku
Pada document flow permintaan, dijelaskan bahwa sales order dari
pelanggan yang dalam hal ini adalah distributor akan diberikan dari pihak
marketing ke bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control). Bagian
PPIC akan membuat Bill Of Material sesuai dengan produk yang diminta oleh
pelanggan. Dari data Bill Of Material akan dibuat data rencana produksi yang akan diberikan ke bagian produksi sebagai acuan melakukan kegiatan proses
produksi. Adapun penjelasan document flow permintaan yang ditunjukkan pada
gambar 3.1
Gambar 3.3 Document Flow Permintaan Bahan Baku
Document Flow Permintaan Bahan Baku
Marketing
Distributor PPIC Produksi
P h a se Start Membuat Sales Order Sales Order Sales Order Membuat arsip penjualan Arsip penjualan Membuat rencana produksi BOM Data rencana produksi Melakukan proses produksi Data rencana produksi Data barang jadi Membuat faktur Faktur penjualan Faktur penjualan End Membuat Bill Of Material N N
STIKOM
SURABAYA
(33)
25
B. Document Flow Persediaan Bahan Baku
Pada document flow persediaan, proses produksi ditentukan oleh ada atau
tidaknya bahan baku yang ada di gudang. Bagian PPIC akan melakukan pengecekan bahan baku. Jika bahan baku mencukupi maka bagian gudang akan membuat data realisasi pemakaian bahan. Bagian produksi akan melakukan produksi menggunakan bahan baku berdasarkan data realisasi pemakaian bahan dari bagian gudang. Sedangkan jika bahan baku tidak mencukupi maka PPIC akan
membuat Purchase Request atau permintaan pembelian ke bagian pembelian.
Adapun penjelasan document flow persediaan yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2
Gambar 3.4 Document Flow Persediaan Bahan Baku
Document Flow Persediaan
PPIC Gudang Pembelian Produksi
P h as e Data Rencana Produksi Membuat rencana pemakaian bahan Data Rencana pemakaian bahan Ada Bahan ? Membuat permintaan pembelian Tidak Melakukan perhitungan MRP Permintaan pembelian Ya Start Membuat data realisasi pemakaian bahan Data realisasi pemakaian bahan Permintaan pembeiian Melakukan rekap stock Rekap stock bahan baku Rekap stock bahan baku Data realisasi pemakaian bahan Melakukan proses produksi Data barang jadi Data barang jadi Rekap data barang Stock barang End N N N
STIKOM
SURABAYA
(34)
C. Document Flow Pembelian
Pada document flow pembelian dijelaskan bahwa bagian PPIC
melakukan pengecekan bahan baku. Bila bahan baku tidak mencukupi untuk melakukan produksi maka bagian PPIC akan membuat permintaan pembelian
(Purchase Request) ke bagian pembelian. Bagian Pembelian kemudian membuat
pesanan pembelian (Purchase Order) untuk diberikan ke supplier. Adapun
penjelasan document flow pembelian yang ditunjukkan oleh Gambar 3.3
Gambar 3.5 Document Flow Pembelian
Document Flow Pembelian
PPIC Bagian Pembelian Supplier Gudang
Start
Data Rencana Produksi
Ada Bahan ?
Membuat Purchase Request Purchase Request Tidak Purchase Request Membuat Purchase Order Purchase Order Purchase Order Membuat faktur pembelian Faktur pembelian Faktur pembelian Membuat Receiving Record Realisasi pemakaian bahan Data realisasi pemakaian bahan Ya Receiving Record End N N N
STIKOM
SURABAYA
(35)
27
3.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem
Menganalisis sistem adalah langkah awal untuk membuat suatu sistem baru. Dalam langkah ini, dilakukan analisis terhadap permasalahan yang terdapat pada PT. Gatra Mapan Malang dalam menangani perencanaan kebutuhan bahan baku. Untuk dapat membuat sistem baru, terlebih dahulu harus diketahui alur proses bisnis yang masih digunakan sampai saat ini yang kemudian akan dibuat sebuah analasis.
Dalam menganalisis sistem yang sedang berjalan, dilakukan analisis terhadap semua kebutuhan sistem, baik kebutuhan masukan, proses dan, keluaran
serta data store. Analisis terhadap kebutuhan sistem ini berguna untuk
mempermudah dalam pembuatan desain sistem yang baru bagi perusahaan dengan melihat alur proses sistem yang sedang berjalan saat ini.
Analisis kebutuhan masukan berisi tentang kemungkinan masukan yang akan diberikan pengguna sistem untuk diolah didalamnya. Kebutuhan akan
masukan ini akan dikelompokkan per proses, yaitu mengelola data master
customer, master supplier, master bahan baku, master barang setengah jadi,
master produk jadi, dan master BOM. Kemudian kebutuhan masukan proses
transaksi yaitu proses transaksi order barang, transaksi pembelian, transaksi
produksi harian, dan produksi keluar. Adapun kebutuhan masukan proses
perencanaan yaitu proses simulasi BOM tree dan simulasi MRP. Dari hasil
perencanaan tadi akan menghasilkan proses pembuatan laporan. Proses mencetak laporan terdiri dari mencetak laporan rekapitulasi bahan baku, laporan rekapitulasi
produk, laporan produk masuk, laporan bahan baku masuk, dan laporan order
barang.
STIKOM
(36)
3.2 Perancangan Sistem
Gambar 3.6 Block Diagram Sistem Informasi Perencanaan
Kebutuhan Komponen Bahan Baku
Tahap awal dari pembuatan sistem ini yaitu memasukkan data order yang
yang disebut data permintaan pelanggan dan data Bill Of Material pada periode
tertentu. Data order barang dan data Bill Of Material pada produk tertentu dalam
suatu periode akan dijadikan sebagai input dalam proses MPS (Master
Production Schedule). Langkah selanjutnya adalah proses perencanaan dengan
menentukan kebutuhan komponen bahan baku menggunakan metode MRP
(Material Requirement Planning). Proses perhitungan MRP sendiri menggunakan
metode Lot Sizing yaitu Lot For Lot.
Setelah menentukan perencanaan MRP menggunakan Lot For Lot, akan
diperoleh laporan-laporan yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dari supplier serta jumlah produk yang akan diproduksi. Perusahaan akan mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang akan dipesan serta jumlah produk yang akan
diproduksi sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan (lead time).
Proses Output
Laporan Produk Masuk
Data On Hand Inventory Data BOM Perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan perhitungan Lot Size pada
MRP Pembuatan Master Production Schedule Data order Input Data purchase order Laporan Pembelian (Bahan Baku) Laporan Daftar Bahan Baku/ Setengah Jadi/ Produk Jadi Laporan Permintaan Pelanggan
STIKOM
SURABAYA
(37)
29
3.2.1 System Flow
Dalam perancangan sistem dibuat berupa system flow ini
menggambarkan alur dari sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen
bahan baku dengan menggunakan metode Lot Sizing pada MRP. System Flow
dibuat berdasarkan analisa dan kebutuhan pengguna dalam hal ini PT. Gatra Mapan Malang.
a. System flow mengelola Master Customer
System flow mengelola master customer menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master customer, dimulai dari input data customer, kemudian
menyimpan data customer pada tabel master customer. Jika ingin mengubah
data customer, sistem akan mengambil data customer, kemudian user akan
memasukkan data perubahan customer, lalu menyimpan data perubahan
customer kembali ke tabel customer.
Gambar 3.7 System Flow Mengelola Master Customer
System Flow Mengelola Master Customer Marketing
Ph
as
e
Start
Data Customer
Input Data Customer Maintenance
Data Customer
End Customer
STIKOM
(38)
b. System flow mengelola Master Supplier
System flow mengelola master supplier menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master supplier, dimulai dari input data supplier, kemudian
menyimpan data supplier pada tabel master supplier. Jika ingin mengubah data
supplier, sistem akan mengambil data supplier kemudian user akan
memasukkan data perubahan supplier, lalu menyimpan data perubahan
supplier kembali ke tabel supplier.
Gambar 3.8 System Flow Mengelola Master Supplier
c. System flow mengelola Master Tipe
System flow mengelola master tipe menggambarkan aliran proses pengelolaan
data master tipe, dimulai dari input data tipe, kemudian menyimpan data tipe
pada tabel master tipe. Jika ingin mengubah data tipe, sistem akan mengambil
System Flow Mengelola Master Supplier
Pembelian
P
h
a
se
Start
Data Supplier
Input Data Supplier
Maintenance Data Supplier
End Supplier
STIKOM
(39)
31
data tipe, kemudian user akan memasukkan data perubahan tipe, lalu
menyimpan data perubahan tipekembali ke tabel tipe produk.
Gambar 3.9 System Flow Mengelola Master Tipe
d. System flow mengelola Master Bahan Baku
System flow mengelola master bahan baku menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master bahan baku, dimulai dari input data bahan baku,
kemudian menyimpan data bahan baku pada tabel master bahan baku. Jika
ingin mengubah data bahan baku, sistem akan mengambil data bahan baku
kemudian user akan memasukkan data perubahan bahan baku, lalu menyimpan
data perubahan bahan bakukembali ke tabel bahan baku.
System Flow Mengelola Master Tipe Produk
PPIC
P
h
as
e
Start
Tipe Produk
Input Data Tipe Produk
Maintenance Data Tipe
Produk
End Tipe Produk
STIKOM
(40)
Gambar 3.10 System Flow Mengelola Master Bahan Baku
e. System flow mengelola Master Barang Setengah Jadi
System flow mengelola master barang setengah jadi menggambarkan aliran
proses pengelolaan data master barang setengah jadi. Dimulai dari input data
barang setengah jadi yang juga membutuhkan data dari tabel bahan baku. Kemudian data barang setengah jadi yang telah dimasukkan datanya akan
disimpan pada tabel master barang setengah jadi. Jika ingin mengubah data
barang setengah jadi, sistem akan mengambil data barang setengah jadi
kemudian user akan memasukkan data perubahan barang setengah jadi, lalu
menyimpan data perubahan barang setengah jadi kembali ke tabel barang
setengah jadi.
System Flow Mengelola Master Bahan Baku
PPIC
P
h
ase
Start
Data Bahan Baku
Input Data Bahan Baku
Maintenance Data Bahan
Baku
End Bahan
Baku
STIKOM
(41)
33
Gambar 3.11 System Flow Mengelola Master Barang Setengah Jadi
f. System flow mengelola Master Produk
System flow mengelola master produk menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master produk. Dimulai dari input data produk yang juga
membutuhkan data dari tabel tipe produk. Kemudian data produk yang telah
dimasukkan datanya akan disimpan pada tabel master produk jadi. Jika ingin
mengubah data produk, sistem akan mengambil data produk kemudian user
akan memasukkan data produk, lalu menyimpan data produkkembali ke tabel
produk jadi.
System Flow Mengelola Master Barang Setengah Jadi
PPIC
P
h
a
se
Start
Data Barang Setengah
Jadi
Input Data Barang Setengah Jadi
Maintenance Data Barang Setengah Jadi
End Barang Setengah
Jadi
Bahan Baku
STIKOM
(42)
Gambar 3.12 System Flow Mengelola Master Produk jadi
g. System flow mengelola Master Bill Of Material (BOM)
System flow mengelola master bill of material menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master bill of material. Dimulai dari proses mengambil data
dari tabel produk jadi. Selanjutnya input data bill of material, dimana data-data
bill of material diambil dari tabel bahan baku dan tabel barang setengah jadi.
Kemudian data bill of material tadi disimpan di tabel BOM dan tabel detail
BOM. Jika ingin mengubah data bill of material, sistem akan mengambil data
produk dari tabel produk jadi kemudian user akan memasukkan data update
BOM yang diambil dari tabel bahan baku dan tabel barang setengah jadi, lalu
menyimpan data bill of material kembali ke tabel BOM and tabel detail BOM.
System Flow Mengelola Master Produk
PPIC
Ph
as
e
Start
Data Produk
Input Data Produk
Maintenance Data Produk
End Produk
Jadi
Tipe Produk
STIKOM
(43)
35
Gambar 3.13 System Flow Mengelola Master Bill Of Material
h. System flow mengelola Transaksi Order Barang
System flow mengelola transaksi order barang menggambarkan aliran proses
pengelolaan data transaksi order barang. Dimulai dari input data sales order
yang diberikan oleh bagian marketing. Dari data sales order, bagian PPIC
melakukan input data yang diambil dari tabel customer dan tabel produk jadi.
Selanjutnya, data yang telah di input akan disimpan pada tabel order barang.
System Flow Mengelola Master Bill Of Materials PPIC
Ph
as
e
Start
Input Data BOM
Maintenance Data BOM
End Produk
Jadi
Material
Barang Setengah
Jadi
BOM Produk
Detail BOM Data BOM
STIKOM
(44)
Gambar 3.14 System flow Mengelola Transaksi Order Barang
i. System flow mengelola Transaksi Pembelian
System flow mengelola transaksi pembelian menggambarkan aliran proses
pengelolaan data transaksi pembelian. Dimulai dari input data purchase request
yang diberikan oleh bagian PPIC. Dari data purchase request, bagian
pembelian melakukan input data yang diambil dari tabel supplier dan tabel
Material. Selanjutnya, data supplier dan material yang telah di input sebagai
data pembelian akan disimpan pada tabel pembelian.
System Flow Mengelola Transaksi Order Barang PPIC Marketing
P
h
ase
Start
Input Data Order Barang
Simpan Data Order Barang
End Sales Order
Customer Produk
Jadi
Order Barang
STIKOM
(45)
37
Gambar 3.15 System Flow Mengelola Transaksi Pembelian
j. System flow mengelola Penjadwalan Order
System flow mengelola penjadwalan order menggambarkan aliran proses
pengelolaan penjadwalan order. Dimulai dari mengambil data order barang dari
tabel order barang. Selanjutnya input data penjadwalan order dari data order
barang. Kemudian data penjadwalan order yang telah di input, disimpan pada
tabel monitoring. Setelah disimpan pada tabel monitoring, user dapat melihat
tampilan jadwal order dilayar monitor.
System Flow Mengelola Transaksi Pembelian
Pembelian PPIC
P
h
as
e
Input Data Pembelian
Simpan Data Order Pembelian
End Ambil Data Supplier dan Data Material Start
Kebutuhan Bahan Baku
Pembelian Supplier
Bahan Baku
Input Kebutuhan Bahan Baku
STIKOM
(46)
Gambar 3.16 System Flow Mengelola Penjadwalan Order
k. System flow mengelola Produksi Harian
System flow mengelola produksi harian menggambarkan aliran proses
pengelolaan produksi harian. Dimulai dari mengambil data barang setengah
jadi dan data produk jadi. Selanjutnya input data produksi harian dari data
produk jadi dan data barang setengah jadi. Kemudian data produksi harian
yang telah di input, disimpan pada tabel data simpan.
System Flow Mengelola Penjadwalan Order
PPIC
Start
Simpan Data Penjadwalan
Order
End Jadwal Order
Barang Cek Jadwal
Order
Order Barang
Monitoring Laporan
Order Produk
STIKOM
(47)
39
Gambar 3.17 System Flow Mengelola Produksi Harian
l. System flow mengelola Order Closing / Produk Keluar
System flow mengelola order closing / produk keluar menggambarkan aliran
proses pengelolaan order closing. Dimulai dari mengambil data order barang
dari tabel order barang. Selanjutnya input data order closing dari data order
barang. Kemudian data order barang yang telah di input, disimpan pada tabel
produk keluar.
System Flow Mengelola Produksi Harian
Produksi
Start
Input Data Produksi Harian
Simpan Data Produksi
Harian
End Ambil Data Produk Jadi,
Barang Setengah Jadi Barang
Setengah Jadi
Produk Jadi
Data Simpan
STIKOM
(48)
Gambar 3.18 System Flow Mengelola Order Closing
m. System flow mengelola Perencanaan Simulasi BOM Tree
System flow mengelola perencanaan simulasi BOM tree menggambarkan aliran
proses pengelolaan perencanaan simulasi BOM tree. Dimulai dari mengambil
data produk jadi dari tabel produk jadi. Selanjutnya input data simulasi BOM
tree dari data produk jadi. Kemudian data simulasi BOM tree yang telah di
input, dapat ditampilkan pada layar monitor.
System Flow Mengelola Order Closing
Marketing
Start
Input Data Order Closing
Simpan Data Order Closing
End
Order Barang
Produk Keluar Data Order
Barang
STIKOM
(49)
41
Gambar 3.19 System Flow Mengelola Perencanaan Simulasi BOM Tree
m. System flow mengelola Perencanaan Simulasi MRP
System flow mengelola perencanaan simulasi MRP menggambarkan aliran
proses pengelolaan perencanaan simulasi MRP. Dimulai dari mengambil data barang setengah jadi, data produk jadi, dan data bahan baku dari tabel
masing-masing. Selanjutnya input data perencanaan simulasi MRP dari data produk
jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku. Kemudian data simulasi MRP yang
telah di input, disimpan pada tabel MRP.
System Flow Mengelola Simulasi BOM Tree
PPIC
Start
Menampilkan Simulasi BOM
Tree
End Simulasi Bom
Tree
Menampilkan Detail Data
Detail Data BOM
Produk Jadi
Data Simpan Barang Setengah
Jadi
Bahan Baku
STIKOM
(50)
Gambar 3.20 System Flow Mengelola Perencanaan Simulasi MRP
n. System flow mencetak laporan rekapitulasi produk
System flow mencetak laporan rekapitulasi produk menggambarkan aliran
proses mencetak laporan rekapitulasi produk. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi produk dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
System Flow Mengelola Simulasi MRP
PPIC
Start
Input Data Simulasi MRP
Simpan Data Simulasi
MRP
End Ambil Data Produk Jadi,
Barang Setengah Jadi,
Bahan Baku Barang
Setengah Jadi
Bahan Baku
Produk Jadi
MRP
STIKOM
(51)
43
Gambar 3.21 System flow Mencetak Laporan Rekapitulasi Produk
o. System flow mencetak laporan rekapitulasi material
System flow mencetak laporan rekapitulasi material menggambarkan aliran
proses mencetak laporan rekapitulasi material. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi material dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Produk
PPIC Pemilik
P
h
a
s
e
Menampilkan Laporan Rekap Produk
Rekapitulasi Produk
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Produk
Rekapitulasi Produk
Rekapitulasi Produk
Start
STIKOM
(52)
Gambar 3.22 System flow mencetak laporan rekapitulasi material
p. System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
menggambarkan aliran proses mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi produk per pesanan dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Material
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan
Rekap Material
Rekapitulasi Material
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Material
Rekapitulasi Material
Rekapitulasi Material
Start
STIKOM
(53)
45
Gambar 3.23 System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
q. System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
menggambarkan aliran proses mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi material per pesanan dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Produk Per Pesanan
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan Rekap Produk
Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per
Pesanan
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Produk Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per Pesanan
Start
STIKOM
(54)
Gambar 3.24 System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
r. System flow mencetak laporan order barang
System flow mencetak laporan order barang menggambarkan aliran proses
mencetak laporan order barang. Dimulai dari menampilkan laporan order
barang dari tabel order barang. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan
dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Material Per Pesanan
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan
Rekap Material Per
Pesanan
Rekapitulasi Material Per
Pesanan
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi Material Per
Pesanan
Rekapitulasi Material Per Pesanan
Rekapitulasi Material Per Pesanan
Start
STIKOM
(55)
47
Gambar 3.25 System flow mencetak laporan order barang
3.2.2 Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran aliran informasiyang
terlibat dalam suatu prosedur yang terdpat dalam suatu sistem. Diagram ini menjelaskan lebih lanjut suatu proses yang terdapat pada diagram berjenjang pada alur data yang terjadi di setiap proses. DFD berfungsi untuk menggambarkan aliran data yang terjadi di dalam sistem dari tingkat tertinggi sampai ke tingkat yang terendah seeing memungkinkan untuk dilakukan proses dekomposis
(decompose), partisi atau pembagin sistem ke dalam bagian-bagian yang lebih
kecil dan lebih sederhana.
Sistem Flow Cetak Laporan Order Barang
PPIC Pemilik
P
h
as
e
Menampilkan Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Order Barang Start
Cetak Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Start
STIKOM
(56)
A. Context Diagram
Context diagram adalah merupakan diagram pertama dalam rangkaian
suatu DFD yang menggambarkan entitas-entitas yang berhubungan dengan suatu
sistem. Pada context diagram sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen
bahan baku dengan menggunakan MRP, terdapat 5 external entity, yaitu:
Production Planning and Inventory Control (PPIC), Marketing, Pembelian,
Produksi, dan Pemilik. Masing-masing dari entity tersebut memberikan input dan
oleh sistem akan diberika output yang berupa laporan atau dokumen yang lain.
Pada Gambar 3.18 merupakan gambaran context diagram dari sistem
informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode MRP yang menjelaskan alur sistem dan data dari entitas-entitas, serta informasi yang didapat dari proses-proses yang terjadi di dalam sistem.
Gambar 3.26 Context Diagram Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan
Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP
Data Order Customer
Data Jumlah Produks i
Data Produk Keluar Data Order
Data Bahan Baku yang Telah Dibeli Data Supplier
Laporan Rekapitulas i Produk Laporan Rekapitulas i Bahan Baku
Data Produk yang Dijual Data Rencana Produks i
Data Konfirmasi Order Terjadwal
Data Produk Dijual
Data Barang Diproduksi
Laporan Bahan Baku M asuk Laporan Produks i Masuk
Laporan Order Barang Purchase Order
Data Cus tomer Data Barang Seteng ah J adi Data Bahan Baku Baru
BOM PPIC
Marketing
Pembelian
Pemilik 0
Sis tem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku
+
Produksi
STIKOM
(57)
49
B. Diagram Berjenjang
Diagram berjenjang merupakan alat perancngan sistem yang dapat menampilkan seluruh proses yang terdapat pada suatu aplikasi tertentu dengan jelas dan terstruktur. Pada analisa sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode MRP terdapat beberapa proses utama, yaitu mengelola
master, mengelola transaksi, pernecanaan, dan mengelola laporan. Empat proses
yang dijabarkan kembali menjadi beberapa subproses. Dari diagram berjenjang berikut ini akan terlihat subproses dari proses tersebut di atas. Sebuah proses yang terbentuk merupakan penjabaran dari masing-masing proses di atasnya dan semua
telah tergambar jelas pada context diagram sebelumnya. Adapun secara garis
besar, diagram berjenjang yang membangun sistem dapat digambarkan pada Gambar 3.19
Gambar 3.27 Diagram Berjenjang Level 1Sistem Informasi Perencanaan
Kebutuhan Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP
Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen
Bahana Baku 0
Mengelola Data Master
1
Mengelola Data Transaksi
2
Mengelola Data Perencanaan
3
Mengelola Laporan 4
STIKOM
(58)
Gambar 3.28 Diagram Berjenjang Proses 1 Mengelola Data Master
Gambar 3.29 Diagram Berjenjang Proses 2 Mengelola Data Transaksi
Gambar 3.30 Diagram Berjenjang Proses 3 Mengelola Data Perencanaan
Mengelola Data Master 1 Mengelola Master Barang Setengah Jadi 1.1 Mengelola Master Customer 1.2 Mengelola Master Bahan Baku 1.4 Mengelola Master BOM 1.3 Mengelola Master Produk Jadi 1.5 Mengelola Master Supplier 1.6 Mengelola Data Transaksi 2 Pembelian 2.1 Order Barang 2.2 Produksi Harian 2.3 Produksi Keluar 2.4 Mengelola Data Perencanaan 3 Proses Simulasi MRP 3.1
BOM Tree dan Matrix MRP
3.2
STIKOM
(59)
51
Gambar 3.31 Diagram Berjenjang Proses 4 Mengelola Laporan
C. DFD Level 0 Sistem Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku dengan Metode MRP
Setelah context diagram maka digambarkan diagram yang lebih rinci,
yang disebut dengan DFD level 0. DFD level 0 membentuk semuaaliran proses
input dan output yang ada pada context diagram sebelumnya. Tiap-tiap proses
tersebut akan membentuk hubungan yang saling terkait sehingga membentuk aliran proses yang menggambarkan proses dari sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode MRP. Pada DFD Level 0 terdiri
dari 4 proses, yaitu: proses mengelola data master, mengelola data transaksi,
mengelola data perencanaan, dan mengelola laporan. Pada level ini digambarkan semua proses yang dilakukan pada sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku menggunakan metode MRP pada Gambar 3.24
Mengelola Laporan 4
Membuat Laporan Rekapitulasi Bahan Baku
4.1
Membuat Laporan Rekapitulasi
Produk 4.2
Membuat Laporan Pembelian
4.3
Membuat Laporan Order
Barang 4.4
Membuat Laporan Produk Masuk
4.5
STIKOM
(60)
Gambar 3.32 DFD Level 0Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP
[Data Order Customer]
Meng gunakan Data Transaksi Data Simpan
[Data Jumlah Produksi] Meng gunakan Data BOM
Menympan Data Produk Keluar [Data Produk Keluar]
[Data Order]
Meng ambil Data Simpan Menyimpan Data Transaksi
Meng ambil Data Pembelian
Meng ambil Data Order Barang Menyimpan Data Pembelian
Menympan Data Order Barang
Menympan Data MRP
Meng ambil Data Produk Jadi
Meng ambil Data Supplier Meng ambil Data Bahan Baku Meng gunakan Data Produk Jadi
Meng ambil Data Customer
Meng ambil Data Seteng ah Jadi
Menyimpan Data Supplier
Menyimpan Data Produk Jadi
Menyimpan Data BOM
Menyimpan Data Customer
Menyimpan Data Seteng ah Jadi
Menyimpan Data Bahan Baku [Data Customer]
[Data Produk yang Dijual]
[Data Barang Diproduksi] [Data Bahan Baku yang Telah Dibeli]
[Laporan Rekapitulasi Pr oduk]
[Laporan Bahan Baku Masuk] [Laporan Produksi Masuk]
[Data Konfirmasi Order Terjadwal] [Data Bahan Baku Baru]
[Data Barang Seteng ah Jadi]
[Data Supplier]
[Laporan Rekapitulasi Bahan Baku] [Purchase Order]
[Laporan Order Barang ]
[Rencana Bahan Baku yang Dibeli]
[Data Rencana Produksi] [Data Produk Dijual]
[BOM ] PPIC Pemilik Pembelian Marketing Produksi 1
Meng elola Data Master
+ 2 Transaski + 3 Perencanaan + 4
Meng elola Laporan
+
1 Customer
2 Supplier
3 Produk Jadi
4 Bahan Baku
5 Barang Seteng ah Jadi
6 BOM
7 MRP 8 Order Barang
9 Pembelian
10 Data Simpan 11 Produk Keluar
STIKOM
(61)
53
D. DFD Level 1 Mengelola Data Master
DFD level 1 Mengelola Data Master menggambarkan proses-proses data
yang lebih rinci dalam proses mengelola data master pada DFD level 0.
Proses-proses tersebut antara lain : Mengelola Master Customer, Mengelola Master
Supplier, Mengelola Master Bahan Baku, Mengelola Master Barang Setengah
Jadi, Mengelola Master BOM, dan Mengelola Master Produk Jadi. Proses
Mengelola Data Master dapat dilihat pada Gambar 3.31
Gambar 3.33 DFD Level 1 Mengelola Data Master
Meng ambil Data Barang Seteng ah Jadi
Meng ambil Data Bahan Baku Meng ambil Data Produk Jadi
Meng ambil Data Bahan Baku
[Data Produk yang Dijual] [Data Produk Dijual] [Data Barang Seteng ah J adi]
[Data Bahan Baku Bar u]
[Menyimpan Data Supplier] [Data Supplier]
[Menyimpan Data Produk Jadi]
[Menyimpan Data Bahan Baku] [BOM ]
[Menyimpan Data BOM]
[Menyimpan Data Cus tomer]
[Data Customer] [Menyimpan Data Setengah Jadi]
PPIC
Marketing
Pemilik
Pembelian
4 Bahan Baku 5 Barang Seteng ah J adi
1 Cus tomer
6 BOM
3 Produk J adi
2 Supplier 1.1
Meng elola Mas ter Barang Seteng ah
Jadi
1.2
Meng elola Mas ter Cus tomer
1.3
Meng elola Mas ter BOM
1.4 Meng elola Mas ter
Bahan Baku 1.5
Meng eloa Master Produk J adi
1.6 Meng elola Mas ter
Supplier
STIKOM
(62)
E.DFD Level 1 Mengelola Data Transaksi
DFD level 1 Mengelola Data Transaksi menggambarkan proses-proses
data yang lebih rinci dalam proses mengelola data transaksi pada DFD level 0.
Proses-proses tersebut antara lain : Mengelola Transaksi Pembelian, Mengelola
Transaksi Order Barang, Mengelola Transaksi Produksi Harian, Mengelola
Transaksi Produksi Masuk. Proses Mengelola Data Master dapat dilihat pada
Gambar 3.32
Gambar 3.34 DFD Level 1 Mengelola Data Transaksi
[Data Jumlah Produksi]
Meng ambil Data Order Barang [Menympan Data Produk Keluar]
[Data Order] [Data Produk Keluar] Meng ambil Data Produk Jadi Meng ambil Data Barang Seteng ah Jadi
Menyimpan Transaks i Produksi H arian
[Mengambil Data Seteng ah J adi]
[Mengambil Data Bahan Baku] [Mengg unakan Data Produk Jadi]
[Mengambil Data Cus tomer] [Data Bahan Baku yang Telah Dibeli]
[Renc ana Bahan Baku yang Dibeli] [Purchase Order]
[Mengambil Data Supplier]
[Menyimpan Data Pembelian]
[Menympan Data Order Barang ] [Menyimpan Data Trans aksi]
Menyimpan Transaks i Order Bar ang
Pembelian
5 Barang Seteng ah J adi
1 Cus tomer 3 Produk J adi
4 Bahan Baku 2 Supplier
8 Order Barang
9 Pembelian
10 Data Simpan
2.1 Pembelian 2.2 Order Barang Marketing 2.3 Produksi Harian
11 Produk Keluar
2.4
Produk Keluar Marketing
STIKOM
(63)
55
F.DFD Level 1 Mengelola Data Perencanaan
DFD level 1 Mengelola Data Perencanaan menggambarkan
proses-proses data yang lebih rinci dalam proses-proses mengelola data perencanaanpada DFD
level 0. Proses-proses tersebut antara lain : Proses BOM Tree dan Matrix MRP dan Proses Mengelola Proses Simulasi MRP. Proses Mengelola Data
Perencanaandapat dilihat pada Gambar 3.33
Gambar 3.35 DFD Level 1 Mengelola Data Perencanaan
G.DFD Level 1 Mengelola Laporan
DFD level 1 Mengelola Laporan menggambarkan proses-proses data
yang lebih rinci dalam proses mengelola laporanpada DFD level 0. Proses-proses
tersebut antara lain : Membuat Laporan Rekapitulasi Bahan Baku, Membuat Laporan Rekapitulasi Produksi, Membuat Laporan Pembelian, Membuat Laporan Order Barang, dan Membuat Laporan Produk Masuk. Proses Mengelola Laporan dapat dilihat pada Gambar 3.34
[Data Order Cus tomer] Meng ambil Data Produk Jadi
Meng ambil Data Transaksi
Meng ambil Data BOM
[Mengg unakan Data BOM ]
[Data Barang Diproduksi]
[Menympan Data M RP] [Mengambil Data Produk Jadi]
[Mengambil Data Simpan]
[Data Renc ana Produks i]
[Data Konfirmasi O rder Terjadwal] PPIC
Produksi 3 Produk J adi
7 MRP
10 Data Simpan
3.1
Proses simulasi MRP
6 BOM
3.2
BOM Tree dan M atrix MRP
STIKOM
(64)
Gambar 3.36 DFD Level 1 Mengelola Laporan
3.2.3 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diagram merupakan suatu desain sistem yang
digunakan untuk menginterpretasikan, menetukan, dan mendokumentasikan
kebutuhan-kebutuhan untuk sistem pemrosesan database. ERDyang menyediakan
bentuk untuk menunjukkan keseluruhan dari data user dan menunjukkan
hubungan antar tabel. Dalam ERD data-data tersebut digambarkan dengan
menggambarkan symbol entity. Dalam perancangan sistem ini terdapat beberapa
entity yang saling terkait untuk menyediakan data-data yangdibutuhkan oleh
sistem.
[Laporan Bahan Baku Masuk]
[Laporan Order Barang ]
[Laporan Produksi Mas uk]
Meng gunakan Data Order Barang
[Mengg unakan Data Transaks i Data Simpan] Meng gunakan Data Pembelian
[Mengambil Data Pembelian]
[Mengambil Data Order Barang ] [Laporan Rekapitulasi Produk]
[Laporan Rekapitulasi Bahan Baku] Pembelian
Pemilik
8 Order Barang 9 Pembelian 4.1
Membuat Laporan Rekapitulasi Bahan Baku
4.2
Membuat Laporan Rekapitulasi Produk
4.3
Membuat Laporan Bahan Baku Mas uk
4.4
Membuat Laporan Order Barang
10 Data Simpan 4.5
Membuat Laporan Produk M asuk
STIKOM
(65)
57
A. Conceptual Data Model
Conceptual Data Model (CDM) menggambarkan secara keseluruhan
konsep struktur basis data yang dirancang untuk suatu program atau aplikasi. Pada
CDM belum tergambar jelas bentuk tabel-tabel penyusun basis data beserta
field-field yang terdapat pada setiap tabel. Tabel-tabel penyusun tersebut sudah
mengalami relationship atau hubungan tetapi tidak terlihat pada kolom yang mana
hubungan antar tabel tersebut. Pada CDM juga sudah didefinisikankolom mana
yang menjadi Primary Key. Adapun CDM yang dirancang untuk sistem informasi
pengendalian persediaan dengan metode MRP dapat dilihat pada Gambar 3.35
B. Physical Data Model
Physical Data Model (PDM) menggambarkan secara detail konsep
rancangan basis data yang dirancang untuk suatu program aplikasi. PDM
merupakan hasil generate dari Conceptual Data Model (CDM). Pada PDM
tergambar jelas tabel-tabel penyusun basis data beserta field-field yang terdapat
pada setiap tabel. Adapun PDM untuk sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dedngan menggunakan metode MRP dapat dilihat pada Gambar 3.36
STIKOM
(1)
119
F. Uji Coba Fitur Manipulasi Simulasi BOM Tree
Proses manipulasi simulasi BOM tree adalah proses menampilkan Bill Of Material Tree dari suatu produk. Proses ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses manipulasi data bisa dilakukan melalui aplikasi.
Tabel 4.10 Data Simulasi BOM Tree
ID Produk Nama Produk Filter Periode (Bulan)
Prdk_0001 BERCHMAN Oktober
Tabel 4.11 Hasil Test Case Manipulasi Simulasi BOM Tree
No Tujuan Input Hasil yang
Diharapkan
Output Sistem 1 Menampilkan
Data struktur
Bill Of
Material suatu Produk agar diketahui jumlah dan jadwal
dibutuhkannya bahan baku (material)
Memasukkan data produk jadi
kemudian menekan tombol Proses
Struktur Bill Of Material akan tampil pada form
1. Sukses 2. Data
berhasil ditampil kan
2 Menghindari data kosong saat
menampilkan struktur Bill Of Material
Menampilkan struktur Bill Of Material dengan mengosongkan field ID Produk kemudian menekan tombol proses Muncul Pesan “Produk Belum Mempunyai
BOM” dan
data tidak ditampilkan pada form 1. Sukses 2. Muncul pesan sesuai yang diharap kan 3. Data tidak
ditampilk an pada form
Uji coba Tabel 4.11 nomor 1 menampilkan struktur bill of material produk seperti pada Gambar 4.33. Tampilan form pada Gambar 4.34 tersebut juga akan
STIKOM
(2)
muncul jika pada uji coba Tabel 4.11 nomor 2 yaitu menghindari data kosong pada saat ,enampilkanstruktur bill of material.
Gambar 4.33 Data Struktur BOM Ditampilkan Pada Form
Guna menghindari kesalahan pengisian data pada form simulasi BOM tree terdapat beberapa validasi yaitu validasi untuk menghindari dari struktur BOM yang kosong akan ditampilkan pesan kesalahan yang sesuai dengan uji coba Tabel 4.11.
STIKOM
(3)
121
Gambar 4.34 Data Struktur BOM Tidak Ditampilkan Pada Form
4.4.2 Analisa Hasil Uji Coba Sistem A. Kemampuan Sistem
Kemampuan sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku adalah: 1. Sistem dapat menghubungkan bagian-bagian dalam aplikasi dengan kegiatan
transaksi dan perencanaan.
2. Sistem dapat mempercepat proses pencarian seperti proses pencarian data customer, bahan baku, dan pembuatan laporan
B. Kelemahan Sistem
Sistem perencanaan ini memiliki kelemahan. Kelemahan aplikasi antara lain: 1. Aplikasi tidak dapat menangani permasalahan keamanan data.
2. Rancang bangun sisitem perencanaan kebutuhuan komponen bahan baku ini tidak menangani masalah keuangan.
STIKOM
(4)
122 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil evaluasi Rancang Bangun Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku adalah sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku ini telah dapat menjadi sarana untuk melakukan pencatatan dalam proses perencanaan kebutuhan komponen bahan baku.
2. Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku ini telah dapat memberikan informasi laporan mengenai rekap kebutuhan kebutuhan bahan baku (material) untuk suatu order.
5.2Saran
Dalam pengembangannya perancangan Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku ini dapat diajukan beberapa saran, yaitu:
a. Sistem ini dapat dikembangkan dengan menambahkan penjadwalan produksi. b. Sistem ini dapat dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi
STIKOM
(5)
123
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Softjan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Elwood, Buffa, 1996, Manajemen Operasi/Produksi Modern, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2004, Production Planning And Inventory Control, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jay Heizer, Barry Render, 2008, Manajemen Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Jogiyanto, 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan terstruktur. Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta.
J. Tersine, Richard. 1984, Principles of Inventory and Materials Management, Elsevier Science Publishing Co., Inc., New York.
J.R Tony Arnold, Stephen N. Chapman, 2001, Introduction to Materials Management, Prentice Hall International, Inc., USA.
Kadir, Abdul, 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta.
Kendall, K.E. dan Kendall, J.E., 2003. Analisis Dan Perancangan Sistem, Alih bahasa oleh Thamir Abdul Hafedh Al-Hamdany, Jilid 1 dan Jilid 2, Edisi ke-5, Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.
Kristanto, Andri, 2003, Perancangan Sistem dan Aplikasinya, Penerbit Gava Media, Yogyakarta.
Marlinda, Linda, 2004. Sistem Basis Data, Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta. Romeo, S.T, 2003. Testing dan Implementasi Sistem, STIKOM, Surabaya.
STIKOM
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Softjan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Elwood, Buffa, 1996, Manajemen Operasi/Produksi Modern, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2004, Production Planning And Inventory Control, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jay Heizer, Barry Render, 2008, Manajemen Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Jogiyanto, 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan terstruktur. Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta.
J. Tersine, Richard. 1984, Principles of Inventory and Materials Management, Elsevier Science Publishing Co., Inc., New York.
J.R Tony Arnold, Stephen N. Chapman, 2001, Introduction to Materials Management, Prentice Hall International, Inc., USA.
Kadir, Abdul, 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta.
Kendall, K.E. dan Kendall, J.E., 2003. Analisis Dan Perancangan Sistem, Alih bahasa oleh Thamir Abdul Hafedh Al-Hamdany, Jilid 1 dan Jilid 2, Edisi ke-5, Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.
Kristanto, Andri, 2003, Perancangan Sistem dan Aplikasinya, Penerbit Gava Media, Yogyakarta.
Marlinda, Linda, 2004. Sistem Basis Data, Penerbit Andi. Offset, Yogyakarta. Romeo, S.T, 2003. Testing dan Implementasi Sistem, STIKOM, Surabaya.