PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) DI PR. CENGKIR GADING NGANJUK.
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUKS
S
K
K
R
R
I
I
P
P
S
S
I
I
O
Olleehh::
SUDARMAJI
SUDARMAJI
0
0553322001100003344
J
JUURRUUSSAANNTTEEKKNNIIKKIINNDDUUSSTTRRII F
FAAKKUULLTTAASSTTEEKKNNOOLLOOGGIIIINNDDUUSSTTRRII U
UNNIIVVEERRSSIITTAASSPPEEMMBBAANNGGUUNNAANNNNAASSIIOONNAALL““VVEETTEERRAANN””
J
JAAWWAATTIIMMUURR
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUKOLEH :
SUDARMAJI
NPM : 0532010034
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang V Tahun Ajaran 2009 – 2010
Surabaya, 20 Mei 2010 Mengetahui, Mengetahui
Dosen Pembimbing I
Ir. Handoyo, MT NIP. 19570209 198903 1 001
Mengetahui Dosen Pembimbing II
Farida Pulansari, ST, MT NIP.27902 0440 201
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur
Ir. Moch. Tutuk Safirin, MT NIP. 196 30406 198903 1 001
(3)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUK)”.
Dalam penyusunan dan penulisan Laporan ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penyusun sampaikan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin. MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 5. Bapak Ir. Handoyo, MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi
petunjuk sehingga dapat terselesainya penyusunan laporan ini.
(4)
ii
6. Ibu Farida Pulansari, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi petunjuk sehingga dapat terselesainya penyusunan laporan ini 7. Bapak Ibu Dosen Teknik Industri yang terhormat, yang selalu memberikan
banyak ilmunya kepada saya.
8. Dan semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Amien…..
Surabaya, Juni 2010
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
ABSTRAKSI... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi ... 4
1.5 Tujuan Penelitian... 4
1.6 Manfaat Penelitian... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan... 7
2.1.1 Macam-macam Persediaan ... 8
2.1.2 Kegunaan Persediaan ... 9
2.1.3 Biaya-biaya yang berkaitan dengan persediaan ... 10
2.1.4 Peramalan (Forecasting) produksi... 11
2.1.4.1 Teknik Peramalan ... 12
2.1.4.2 Metode Peramalan ... 13
2.2 Perencanaan Kebutuhan bahan MRPMaterial Requirement Planning) ... 15
2.2.1 Input untuk sistem Material Requirement Planning... 16
2.2.2 Output untuk sistem Material Requirement Planning... 19
2.2.3 Syarat- syarat Pendahuluan ... 21
2.2.4 Unsur-unsur Perhitungan Material Requirement Planning (MRP) ... 22
(6)
2.2.5.1 Netting... 23
2.2.5.2 Lotting... 23
2.2.5.3 Ofsetting... 25
2.2.5.4 Explossion... 25
2.3 Penelitian Terdahulu... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 31
3.2 Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel ... 31
3.2.1 Identifikasi Variabel... 31
3.2.2 Definisi Operasional Variabel... 32
3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah... 33
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.5 Metode Pengolahan Data... 39
3.5.1 Jadwal Induk Produksi ... 39
3.5.2 Catatan Persediaan ... 39
3.5.3 Struktur Produk ... 40
3.5.4 Perhitungan Material Requirement Planning... 40
3.6 Analisa Data ... 41
3.7 Penarikan Kesimpulan... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data... 42
4.1.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009 ... 42
4.1.2 Data Inventory Ond Hand... 43
4.1.3 Struktur Produk (Bill Of Material)... 44
4.1.4 Lead Time... 45
4.1.5 Data Biaya Pengadaan Material ... 45
4.2 Pengolahan Data ... 46
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Metode Perusahaan... 46
4.2.2 Jadwal Induk Produksi ... 49
(7)
4.2.4 Perbandingan Total Biaya Antara Kebijakan Perusahaan Dengan
Metode MRP ... 56
4.3 Peramalan Produksi Tahun 2010... 57
4.3.1 Jadwal Induk Produksi 2010 ... 59
4.3.2 Perencanaan Persediaan Bahan Baku MRP Tahun 2010... 60
4.3 Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Produk ... 18
Gambar 2.2 Input untuk MRP ... 19
Gambar 2.3 Output dari MRP ... 20
Gambar 2.4 Sistem lengkap MRP... 21
Gambar 3.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) ... 34
Gambar 4.1 Struktur Produk ... 44
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Netting... 23
Tabel 2.2 Contoh Lotting dengan Lot for lot... 24
Tabel 2.3 Contoh lotting dengan FPR... 24
Tabel 2.4 Contoh lotting dengan FOQ... 24
Tabel 2.5 Contoh proses offseting ... 25
Tabel 2.6 Contoh eksplosion... 25
Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan MRP ... 40
Tabel 4.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009... 43
Tabel 4.2 Inventory On Hand... 43
Tabel 4.3 Bil Of Material... 44
Tabel 4.4 Lead Time... 45
Tabel 4.5 Biaya Pengadaan Material ... 45
Tabel 4.6 Data Permintaan Tahun 2009 ... 46
Tabel 4.7 Total Biaya Bahan Baku Perusahaan... 48
Tabel 4.8 Jadwal Induk Produksi Tahun 2009... 50
Tabel 4.9 MRP Bahan Baku Tembakau ... 52
Tabel 4.10 MRP Bahan Baku Saus... 53
Tabel 4.11 MRP Bahan Baku Cengkeh ... 54
Tabel 4.12 MRP Bahan Baku Kertas ... 55
Tabel 4.13 Total Biaya Metode MRP ... 56
Tabel 4.14 Perbandingan Total Biaya... 56
Tabel 4.15 Ramalan Produksi 2010 ... 59
Tabel 4.16 Jadwal Induk Produksi 2010... 59
Tabel 4.17 MRP Bahan Baku Tembakau ... 60
Tabel 4.18 MRP Bahan Baku Saus... 61
Tabel 4.19 MRP Bahan Baku Cengkeh ... 62
Tabel 4.20 MRP Bahan Baku Kertas ... 63
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan Lampiran B Data Perusahaan
Lampiran C Perhitungan Metode Perusahaan 2009 Lampiran D Jadwal Induk Produksi – MRP 2009 Lampiran E Peramalan Produksi 2010
(11)
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP (Material Requirement Planning)
PR. Cengkir Gading Nganjuk
Sudarmaji
Abstrak
Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau penyediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi, yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu ( seberapa banyak dan kapan digunakan dalam produksi barang ).
Permasalahan yang terjadi di PR. Cengkir Gading ini adalah belum adanya perencanaan yang secara khusus dalam penyediaan bahan baku rokok, perencanaan penyediaan bahan baku rokok berdasarkan pesanan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga masih terjadi kekurangan atau kelebihan bahan baku.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk merencanakan kebutuhan persediaan bahan baku yang optimal menggunakan metode Material Requirement Planning. MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material atau bahan baku untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari bahan baku dan menjamin tercapainya jadwal produksi akhir, sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.
Dari perhitungan biaya bahan baku selama 2009, total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 5.727.840.000,- lebih besar dari metode MRP yaitu sebesar Rp. 5.606.598.000,-. dengan menggunakan metode MRP perusahaan dapat mengurangi biaya hingga Rp. 121.242.000,- atau penghematan sebesar 2,1%. dan interval pemesanan dari 12 kali menjadi 6 kali selama setahun. Perencanaan kebutuhan persediaan bahan baku untuk 1 tahun mendatang menggunakan metode MRP adalah : bahan baku tembakau sebesar 74758 kg, bahan baku saus 5979 ltr, bahan baku cengkeh 37378kg,
dan bahan baku kertas 2595 dos. dengan total biaya pengadaan bahan baku Rp. 5.084.658.000,-.
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan. Dalam proses produksi perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai keinginan konsumen. Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi, maka harus tersedia bahan baku. Oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan baku merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai terjadi keterlambatan bahan baku, maka harus diadakan penentuan persediaan bahan baku secara baik.
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan efesiensi dalam menghasilkan produk yang berkualitas adalah dengan memfokuskan diri pada manajemen persediaan. Dalam hal ini salah satu permasalahannya adalah masalah kebutuhan bahan baku. Perusahaan sering melakukan kesalahan dengan kurang tepatnya melakukan persediaan bahan baku untuk kebutuhan dalam menghasilkan produk-produk industri. Hal ini mengakibatkan jalannya aktifitas industri menjadi tersendat dan tidak dapat memproduksi produk dengan tepat waktu. Sebaliknya apabila kebutuhan bahan baku yang terlalu berlebihan juga dapat mengakibatkan membengkaknya biaya inventory bahan baku yang ada.
(13)
PR. Cengkir Gading adalah perusahaan yang memproduksi beberapa jenis rokok, antara lain : rokok kretek, dan klobot. Permasalahan yang terjadi di PR. Cengkir Gading ini adalah belum adanya perencanaan yang secara khusus dalam penyediaan bahan baku rokok, perencanaan penyediaan bahan baku rokok berdasarkan pesanan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga terjadi kekurangan atau kelebihan bahan baku.
Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku agar proses produksi berjalan lancar dan tidak terhambat dengan masalah bahan baku.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan bahan baku adalah dengan metode Material Requirement Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material atau bahan baku untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari bahan baku dan menjamin tercapainya jadwal produksi akhir, sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.
Diharapkan dengan MRP perusahaan dapat mengatur jadwal secara teliti terhadap persediaan bahan baku dan dapat direvisi bila terdapat perubahan pada perencanaan bahan baku.
(14)
1.2 Perumusan Masalah
Fokus permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian kali ini adalah :
“Bagaimana merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku di PR. Cengkir Gading?”.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, supaya pembahasan lebih terarah maka pembahasan perlu dibatasi yaitu sebagai berikut:
1. Hal- hal yang berhubungan dengan masalah pengadaan bahan baku dianggap selalu tersedia dan pembelian bahannya dilakukan oleh bagian departemen pengadaan bahan baku
2. Biaya biaya yang digunakan diasumsikan tetap dan tidak dipengaruhi kebijakan kenaikan (inflasi) dan penurunan (deflasi) harga.
3. Penelitian hanya pada bahan baku utama rokok kretek, yaitu tembakau, cengkeh, saus, dan kertas.
4. Kapasitas gudang mencukupi dan dalam keadaan normal.
5. Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam, perang, dan lain sebagainya.
6. Penelitian dilakukan pada Intern perusahaan dan tidak melibatkan konsumen. 7. Data historis yang digunakan tahun 2009.
(15)
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perubahan kebijakan dari perusahaan yang bersifat sangat signifikan sehingga dapat mempengaruhi penelitian ini.
2. Harga pembelian bahan baku tetap selama periode perhitungan dilakukan 3. Lead time diketahui pada masing-masing bahan.
4. Data dianggap valid
5. Bahan baku selalu tersedia pada saat perakitan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk merencanakan kebutuhan persediaan bahan baku yang optimal menggunakan metode Material Requirement Planning.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari latar belakang yang telah dibahas diatas maka dalam penelitian ini mempunyai manfaat yaitu :
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan persediaan bahan baku pada perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah persediaan bahan baku yang dimilikinya sudah efektif atau belum.
(16)
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami pembahasannya, maka laporan ini secara sistematika adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menggambarkan secara garis besar Skripsi, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, asumsi-asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian seperti teori tentang persediaan barang, dan metode Material Requirement Planning (MRP).
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, diagram alir langkah-langkah pemecahan masalah, identifikasi variabel, metode pengambilan data dan metode analisis data.
BAB IV : ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil dan pembahasan terhadap data-data yang telah terkumpul.
(17)
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan persoalan dan saran-saran untuk bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
Menurut Suyadi Prawirosentoso (2000;65). bahwa : Persediaan (Inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi.
Sofjan Assauri (1993) persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau penyediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi, yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu ( seberapa banyak dan kapan digunakan dalam produksi barang ).
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk pengadaan persediaan ini dibutuhkan sejumlah biaya dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah persediaan optimal yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang seminim mungkin.
(19)
2.1.1 Macam-macam Persediaan
Seperti kita ketahui bahwa persediaan yang terdapat dalam perusahaan industri dapat dikelompokkan atau dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan pengerjaan produk, yaitu ( Sofyan A, 1993 ) :
1. Raw Material Stock.
Yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi finished goods.
2. Work in Process / Progress Stock
Merupakan persediaan barang-barang hasil yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk baru tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Dengan kata lain, yaitu perantara yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih mempunyai proses lebih lanjut lagi di pabrik sehingga menjadi yang sudah siap untuk dijual pada konsumen.
3. Finished Goods Stock
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai di proses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan siap untuk dijual. ( Teguh Baroto, 2002 )
(20)
2.1.2 Kegunaan Persediaan
Persediaan diperlukan oleh perusahaan karena terdapat ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran. Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor penyebabnya, diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor waktu, faktor diskontinyuitas dan faktor ketidakpastian. Fungsi persediaan dapat juga dijelaskan dari klasifikasi fungsionalnya. Berdasarkan klasifikasinya semua jenis persediaan dapat digolongkan dalam kategori berikut ( Tersine, 1988 ) :
1. Working Stock
Merupakan persediaan yang dibeli atau disimpan sesuai dengan syarat yang ada. Biasanya pemesanan dilakukan dalam jumlah yang cukup besar karena bertujuan untuk menghemat order cost, holding cost dan merupakan syarat minimum untuk pembelian dengan quantity discount.
2. Safety Stock
Persediaan yang digunakan untuk menghadapi perubahan-perubahan tingkat penawaran dan permintaan pada masa mendatang.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan meningkatnya permintaan pada waktu-waktu tertentu dan hal-hal yang menyebabkan proses produksi berhenti.
4. Pipeling Stock
Persediaan yang terjadi karena adanya perpindahan material tersebut. Yaitu material yang sedang diproses ataupun material yang dipindahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain.
(21)
5. Decopling Stock
Merupakan persediaan yang diadakan antara stasiun kerja dengan satu stasiun kerja lainnya, agar diantara stasiun kerja dengan stasiun kerja lainnya tidak terjadi saling ketergantungan.
2.1.3 Biaya-biaya Yang Berkaitan Dengan Persediaan
Pengaturan persediaan bertujuan untuk menetapkan bahan baku, supplies dan produk jadi dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dengan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi:
1.Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
Adanya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material atau bahan baku. Harga ini semakin murah jika jumlah barang yang dibeli semakin banyak. 2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang.
3. Biaya penyipanan (Holding Cost )
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk penyimpanan persediaan di gudang.
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul akibat tidak tersedianya bahan/barang pada waktu diperlukan.
(22)
2.1.4 Peramalan (forecasting) Produksi
Peramalan adalah prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah mutlak tidak mungkin dicapai, oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang dengan pasti, diperlukan waktu dan tenaga besar agar dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadap kejadian yang akan datang.
(Armand Hakim Nasution, 2003) Peramalan / forecasting adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.
Seorang produsen yang ingin menyusun produk tertentu memerlukan data tentang jumlah produk yang bersangkutan dari segmen pasar yang dilayani, karena produsen tersebut bermaksud memproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut dianggap penting karena memproduksi terlalu rendah (under demand) akan menimbulkan persoalan, yaitu kehilangan untuk menjual (opportunity cost) yang berarti kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba.
Sebaliknya, apabila memproduksi terlalu banyak (over demand) bisa mengakibatkan kesulitan dalam menjual dan akan menumpik digudang yang pada akhirnya akan terjadi apa yang disebut dengan uang menganggur (idle money) atau uang beku (frozen money).
(23)
2.1.4.1 Teknik Peramalan
Untuk menghadapi beragamnya kebutuhan, beberapa teknik peramalan telah dikembangkan untuk mempermudah dan mengakuratkan peramalan yang akan dilakukan. Teknik peramalan yang ada sekarang ini secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu, metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi metode eret waktu (time series) dan metode kausal. Metode kualitatif dapat dibagi menjadi metode eksplorasi dan metode normatif. (Zulian Yamit, 1996)
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat yaitu : 1. Tersedianya data masa lalu
2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data numerik
3. Diasumsikan pola data masalalu berlaku sama pada masa yang akan datang. Tujuan dari peramalan berdasarkan deret waktu adalah menentukan pola data tersebut untuk masa yang akan datang. (Zulian Yamit, 1996)
Langkah penting dalam menentukan metode peramalan deret waktu yaitu menentukan pola data masa lalu untuk menentukan pola deret waktu yang sesuai. Empat jenis pola data yang ada yaitu :
1. Trend
Pola data trend menunjukan pergerakan secara lambat/ bertahap yang cenderung meningkatkan atau menurun dalam jangka waktu yang panjang. 2. Seasonality (musiman)
Pola data musiman terbentuk jika sekumpulan data dipengaruhi faktor musiman, seperti cuaca dan masa liburan.
(24)
3. Cycles (siklus)
Pada data siklus terjadi jika variasi data bergelombang pada durasi lebih dari satu tahun. Fluktuasi siklus biasanya dipengaruhi oleh faktor politik, perubahan ekonomi, dll.
4. Horisontal/ Stasionary/ Random Variation
Pola ini terjadi data berfluktuasi disekitar nilai rata- rata secara acak tanpa membentuk pola yang jelas seperti pad musiman, trend, ataupun siklus.
2.1.4.2 Metode Peramalan
Berikut adalah metode-metode peramalan yaitu : 1. Rata- rata (Simple Average)
Metode rata-rata secara sederhana menghitung rataan dari data yang tersedia. Persamaan dari metode ini adalah sebagai berikut:
2. Weight Moving Average
Istilah moving average menggambarkan prosedur jiak ada data yang baru, rata- rata baru dapat dihitung dan data yang lalu dapat dihapus. Karakteristik
moving average yaitu peramalannya dipengaruhi oleh T periode masa lalu dan data tiap waktu tetap.
3. Moving Average With Linier Trend
Metode ini akan efektif jika trend linier dan random errornya tidak terlalu besar. 4. Single Eksponential Smoothing
Persamaan eksponential smoothing dihitung berdasarkan hasil peramalan ditambah dengan peramalan periode sebelumnya.
(25)
5. Singel Eksponential Smoothing With Linier Trend
6. Double Eksponential Smoothing
7. Double Eksponential Smoothing With Linier Trend
8. Adaptive Eksponential Smoothing
Metode ini akan memulai dari sebuah penetapan smoothing konstan (a).Dalam tiap- tiap periode, diperiksa dengan tiga nilai, yaitu: a-0.005, a, dan a+0.005, membentuk F(t) dengan absolute error yang paling sedikit, kemudian tetapkan nilai sebagai parameter smoothing baru.
9. Linier Regression
(26)
2.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan MRP (Material Requirement Planning)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi (JIP) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JIP. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Induk Produksi dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP) yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987)
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadwalan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal induk produksi, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
MRP dirancang untuk membuat pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Hal ini memungkinkan perusahaan
(27)
memelihara tingkat minimum dari item-item yang kebutuhannya dependen, tetapi tetap dapat menjamin terpenuhinya jadwal produksi untuk produk akhirnya.
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai : 1. Bahan apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan. 2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah bahan tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan. Tujuan sistem Material Requirement Planning antara lain:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. 2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan
2.2.1 Input Untuk Sistem Material Requirement Planning
Ada 3 input yang dibutuhkan oleh sistem Material Requirement Planning, yaitu :
a. Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP didasarkan pada peramalan atas permintaan yang tak tergantung (independent demant) dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan (sebagai perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi agregat (sebagai perencanaan jangka sedang), yang pada akhirnya dibuat rencana detail (jangka pendek) yang menentukan jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktu untuk suatu jangka waktu perencanaan.
(28)
Rencana atas suatu JIP dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
Tahap 1 : Menentukan besarnya kapasitas atau kecepatan operasi yang
diinginkan. Perencanaan ini biasanya dilakukan pada tingkat agregat (dengan mengoptimalkan keuntungan untuk bermacam-macam produk, berbagai macam sifat sesuai dengan kapasitas yang dimiliki). Rencana kapasitas secara agregat ini terutama diarahkan pada semua titik kritis atau potensial botlle neek.
Tahap 2 : Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan jumlah mesin
serta sifat yang diperlukan untuk penjadwalan. Pada tahap ini juga dilakukan perencanaan atas sejumlah persediaan secara agregat yang juga harus disertakan perencanaan kebutuhan akan persediaan pengaman untuk memelihara service kepada konsumen.
Hal yang penting dalam perencanaan JIP adalah penentuan jumlah horizon perencanaan (Planning Horizon), yaitu merupakan jumlah periode produk termasuk perakitan ditambah lead time pembelian atas bahan untuk setiap produk akhir yang dibuat.
b. Catatan Keadaan Persediaan
Catatan keadaan persediaan menggambarkan semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Pencatatan-pancatatan itu harus dijaga up to date, dengan selalu melakukan pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi. Seperti penerimaan, pengeluaran, produk cacat dan lain-lain. Catatan persediaan yang
(29)
harus diisi data tentang lead time, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan cadangan dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item.
c. Struktur Produk
Struktur produk berisis informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalampenentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Lebih jauh lagi, struktur produk memberikan informasi tentang semua item-item seperti nomor item, jumlah yang dibutuhkan pada setiap perakitan, jumlah produk akhir yang harus dibuat.
(3)
(3) (5)
(1) (1)
5D E (4)
2C B
A
Gambar 2.1 Struktur Produk ( Teguh Baroto, 2002 )
Selain itu ada input tambahan untuk sistem MRP, yaitu :
a. Pesanan komponen dari perusahaan lain yang membutuhkan.
Misalnya pesanan dari service part, pesan antar perusahaan, original manufaktur yang memesan serta menggunakan produk tersebut.
(30)
Menyangkut komponen-komponen yang dibutuhkan namun berada diluar sistem MRP dapat dibuat program khusus yang akan melengkapi sistem MRP, misalnya dengan kombinasi teknik peramalan statistik. Jumlah dari hasil ramalan ditambahkan pada kebutuhan kotor pada sistem MRP.
Peramalan permintaan independen
Struktur produk Jadwal Induk
Produksi
Sistem MRP
Pesanan komponen dari luar
Status persediaan
Output
Gambar 2.2 Input untuk MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.2 Output Dari Sistem Material Requirement Planning
Rencana pemesanan merupakan output dari sistem MRP yang dibuat atas dasar lead time dari setiap komponen. Lead time dari suatu item yang dibeli merupakan periode antara pemesanan dilakukan sampai barang diterima (on hand), sedangkan untuk produk yang dibuat di pabrik sendiri merupakan periode antara perintah item harus dibuat sampai dengan selesai di proses.
Ada 2 tujuan yang dicapai dengan adanya rencana pemesanan, yaitu : a. Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah
(31)
Secara umum output dari sistem MRP adalah :
a. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan (direncanakan) baik dari pabrik sendiri maupun dari supplier
b. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang c. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan d. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan
Output dari MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan tindakan atas pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
Pemesanan pembelian
Rencana pemesanan (Aksi)
Pesanan kerja
Pembatalan pesanan Sistem
MRP
Penjadwalan kerja
Gambar 2.3 Output dari MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
Pada gambar dibawah ini menunjukkan sistem MRP secara lengkap yang mencakup input dan outputnya. Pada gambar tersebut nampak bahwa MRP mampu mengolah input menjadi output yang dibutuhkan untuk pengendalian dan pengontrolan material (bahan baku).
(32)
Peramalan permintaan independen
Rencana pemesanan (Aksi)
Struktur Produk
Pembatalan pesanan Penjadwalan
kerja Pemesanan
pembelian
Jadwal Induk Produksi
Sistem MRP
Pesanan komponen
dari luar
Status persediaan
Pesanan kerja
Gambar 2.4 Sistem lengkap MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.3 Syarat-syarat pendahuluan
Syarat pendahuluan dari sistem MRP yang standar adalah :
a. Ada dan tersedia JIP, dimana terjadi jadwal rencana dan jumlah pesanan dari item produk.
b. Item tersedia mempunyai identifikasi khusus. c. Tersedianya struktur produk pada saat pesanan.
d. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang menyatakan. keadaan persediaan sekarang dan yang akan datang (direncanakan).
(33)
2.2.4 Unsur-unsur Perhitungan Material Requirement Planning (MRP)
Unsur-unsur perhitungan MRP adalah sebagai berikut :
1. Gross Requirement (GR)
Jumlah permintaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan pada suatu tingkat (level) diatasnya.
Kebutuhan kotor untuk terakhir ditunjukkan oleh JIP, sedangkan kebutuhan kotor untuk item lainnya diperoleh dari rencana tingakat atasnya.
2. Scheduled Receipst (RS)
Rencana penerimaan yang telah dijadwalkan dan diharapkan datang pada periodeyang dijadwalkan.
3. Project On Hand (POH)
Jumlah persediaan dari item yang ada saat ini.
4. Net Requirement (NR)
Kebutuhan bersih bahan baku yang harus dipenuhi sesuai denan jadwal. Kebutuhan bersih ini diperoleh dari kebutuhan kotor yang telah dikurangi dengan kebutuhan yang tersedia.
5. Planned Order Receipst
Jumlah yang akan diterima dari pemesanan yang direncanakan, sesuai dengan lot size yang telah ditetapkan.
6. Planned Order Releases
Kapan sejumlah order harus dilakukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan komponen oleh komponen induknya sesuai dengan lead time masing-masing. (Zulian Yamit, 1996).
(34)
2.2.5 Langkah-langkah dasar Sistem MRP
Setelah semua persyaratan serta asumsi diperoleh dengan baik, langkah selanjutnya adalah pengolahan dengan sistem MRP, yaitu :
2.2.5.1 Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan yang ada dalam persediaan yang sedang dipesan. Data yang diperlukan dalam proses netting adalah :
- Kebutuhan kotor untuk setiap periode
- Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan - Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan
Tabel 2.1 Contoh Netting
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Kebutuhan kotor 25 30 20 15 90
Jadwal penerimaan 40
Persediaan di tangan = 25 25 0 40 10 10 0 0 0
Kebutuhan bersih 10 15 0 25
( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.5.2 Lotting
Lotting adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan pada hasil perhitungan netting. Beberapa teknik dari proses lotting yang dikenal, antara lain :
(35)
a. Teknik Lot For Lot (LFL)
Teknik menggunakan konsep pemesanan yang dilakukan dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan. Biasanya digunakan untuk jenis item yang mempunyai harga/unit sangat mahal, juga pada kebutuhan yang bersifat samadengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu periode (kebutuhan bersih).
Tabel 2.2 Contoh Lotting dengan Lot for lot
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah pesan 75 75 75 75 75 75
Persediaan 55 5 20 15 50 10 45 60
( Teguh Baroto, 2002 )
b. Teknik Fixed Period Requirement (FPR)
Teknik ini mengembangkan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah yang dipesan bervariasi. Jumlah yang dipesan merupakan penjumlahan dari permintaan pada periode-periode yang tercakup.
Tabel 2.3 Contoh lotting dengan FPR
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah pesanan 70 140 80 100
Persediaan 50 0 80 0 40 0 60 0
( Teguh Baroto, 2002 )
c. Teknik Fixed Order Quantity (FOQ)
Teknik ini menggunakan kuantitas pemesanan yang tetap, dimana ukuran kuantitas pemesanan adalah sama.
Tabel 2.4 Contoh lotting dengan FOQ
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah pesan 100 100 100 100
Persediaan 80 30 70 90 50 10 70 10
(36)
2.2.5.3 Offsetting
Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
Tabel 2.5 Contoh proses offseting
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Ukuran lot 10 15 25
Rencana pemesanan 10 15 25
( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.5.4 Explosion
Explosion merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah, didasrkan atas rencana pemesanan dan struktur produk.
Tabel 2.6 Contoh eksplosion
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Kebutuhan kotor 7 25 20 15 12 10 89
Jadwal penerimaan
Persediaan di tangan 3 -22 -42 -57 -69 -79
Kebutuhan bersih 22 20 15 12 10 79
(37)
2.3 Penelitian terdahulu
1. Rovianty, Andi Novi ; 2007-03 ; Analisis Penerapan Material
Requirement Planning (MRP) dalam Upaya Mengendalikan Persediaan Bahan Baku Daging Pada Long Horn Steak & Ribs
Ringkasan :
Pada Long Horn Steak & Ribs, proses pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan atas adanya pesanan dari konsumen dan melakukan pemesanan rata-rata 88 kali setiap bulannya untuk 14 jenis daging yang berbeda. Biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp 304.585.650,-.
Dengan menerapkan metode Material Requirement Planning dalam mengendalikan persediaan bahan baku maka harga yang dikeluarkan adalah: Metode Lot-For-Lot : Rp 280.145.850,- Metode Economic Order Quantity : Rp 295.533.893,- Metode Least Total Cost : Rp 298.494.275,- Metode Least Unit Cost : Rp 298.346.725,- Dari semua metode di atas, hasil analisa menggambarkan bahwa metode Least Total Cost atau Least Unit Cost baik untuk diterapkan dalam perusahaan, karena dengan kedua metode ini, perusahaan akan mengurangi biaya persediaan sampai Rp 6.091.375,- atau Rp 6.238.925,-. Artinya metode ini baik dijalankan di perusahaan karena hasilnya dapat menghemat jumlah biaya persediaan bahan baku yang timbul dalam biaya yang di anggarkan pada biaya produksi perusahaan dan juga sesuai dengan tujuan dan maksud yang telah dijabarkan dalam sistem MRP berdasarkan teori yang menjelaskan tentang sebuah teknik permintaan
(38)
terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, permintaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk dalam menentukan kebutuhan bahan bakunya.
2. Verry Fahrudin ; 2010 ; Penerapan material requirement planning
pada pengendalian persediaan bahan baku dan pengaruhnya terhadap minimasi biaya persediaan ( Studi Pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta)
Ringkasan:
PT. Tiga Serangkai Pustaka mandiri Surakarta yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dan penerbitan buku, pada kenyatannya sistem perencanaan persediaan yang telah diterapkan perusahaan belum optimal. Penelitian ini menggunakan metode MRP dan MRP II. Sebagai langkah awal dilakukan dianalisa dengan metode MRP untuk mengetahui kebutuhan akan bahan dalam periode tertentu yang sudah ditetapkan, kemudian dilanjutkan dengan penentuan ukuran lot produksi yang berguna untuk meminimalkan biaya, selanjutnya dengan MRP II dianalisa sesuaikah jadwal produksi hasil dari penentuan lot dengan kapasitas yang diimiliki perusahaan kemudian dilanjutkan dengan penjadwalan rencana produksi agar rencana produksi yang telah direncanakan dengan MRP dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Dari hasil analisis dengan menggunakan metode MRP, diperoleh biaya produksi produk utama yang berhubungan dengan persediaan yang lebih
(39)
kecil, yaitu Rp 5.979.000,00. Sehingga terdapat penghematan Rp. 2.495.000 jika menggunakan MRP. Dengan menggunakan metode MRP perusahaan dapat meminimasi biaya persediaan bahan baku. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa MRP merupakan metode yang memiliki kemampuan meminimisasi biaya persediaan. Saran yang dapat diberikan pada perusahaan adalah sebaiknya perusahaan melakukan perencanan produksi dan perencanaan kebutuhan material sebelum memulai proses produksi, agar proses produksi dapat berjalan dengan efektif, efisien dan tepat waktu serta sesuai dengan kapasitas yang dimilki perusahaan. Dalam penentuan lot sizing sebaiknya perusahaan menggunakan pendekatan PPB karena metode ini menghasilkan total biaya yang paling rendah Perusahaan bisa menetapkan kebijakan persediaan pengaman yang optimum untuk menghindari keterlambatan dan kehabisan bahan.
3. Ben Hardy Saragih ; 2006 ; Perancangan Aplikasi Material
Requirement Planning (MRP) Dengan Metode Lot Sizing Dinamik Wagner-Within Untuk Merencanakan Kebutuhan Material Solar Home System 50 Wp (SHS) di PT. LEN industri
Ringkasan :
PT.LEN INDUSTRI yang bergerak dalam industri manufaktur dengan karakteristik pasar yang dinamis mengakibatkan seringnya terjadi perubahan rencana produksi dalam setiap periode pemesanan, disamping itu sistem produksi dengan urutan produksi yang cukup panjang dan saling
(40)
berkaitan menyebabkan waktu dan jumlah kebutuhan setiap komponen berbeda-beda menurut ketergantungan jenis komponen yang satu dengan yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan sulitnya merencanakan kebutuhan akan material yang optimal dan sistem pengadaan material juga masih dilakukan secara tradisional yang tidak selalu mampu mengatasi permasalahan yang ada, sehingga sering sekali terjadi penumpukan barang dan disisi lain terkadang sampai terjadi kekurangan bahan-baku (stockout). Oleh karena hal tersebut maka diperlukannya suatu sistem manajemen perencanaan material yang mampu memberikan informasi tentang harga, waktu serta jumlah lot pemesanan kebutuhan bahan baku yang optimal, untuk meminimasi biaya yang dikeluarkan.
Hal yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan penerapan Material Requirements Planning (MRP). Sistem MRP ini melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan memperhatikan hubungan antara bagian meterial sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam menentukan kebutuhan tiap bahan baku. Sistem MRP terdiri dari empat tahapan yaitu netting, lotting, offsetting dan exploding. Pada perhitungan jumlah lot pemesanannya (lotting) menggunakan Algoritma Wagner-Whitin yang sesuai dengan karakteristik permintaan yang dinamis yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pengendalian biaya minimum dalam seluruh rentang periode produksi, sehingga terbentuk suatu rencana kebutuhan material yang mampu mengatasi permasalahan berupa harga, waktu dan jumlah pemesanan yang
(41)
tepat untuk menunjang kelancaran produksi. Seluruh tahapan tersebut menggunakan aplikasi perangkat lunak sebagai alat bantu untuk mempermudah proses perhitungan yang ada.
Aplikasi yang ada memungkinkan perhitungan dengan cepat, dan mampu memberikan informasi output yang dihasilkan secara cepat untuk proses pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan material. Dari hasil perhitungan, penggunaan MRP dengan lot sizing algoritma wagner-within dapat meminimasi jumlah kebutuhan bahan baku sebesar 10,4% untuk tingkat produksi assembly dan sub-assembly sedangkan untuk komponen dasar sebesar 10,1% dari kondisi existing, hal ini mengakibatkan peminimasian biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan bahan baku dengan jumlah total sebesar Rp185,998,095.67 atau sebesar 23,32% dari perhitungan dengan perencanaan kebutuhan material existing perusahaan. Oleh karena itu, sistem Management Requirement Planning (MRP) dengan metode lot-sizing Wagner-Within dalam perencanaan kebutuhan material lebih baik dibandingkan dengan perencanaan kebutuhan material awal perusahaan, disamping itu penggunaan aplikasi terbukti memberikan banyak mamfaat dalam proses perhitungan dibandingkan perhitungan secara manual yang dilakukan oleh perusahaan. Namun untuk keputusan akhir diperlukan pertimbangan yang matang berdasarkan kebijakan pihak PT LEN INDUSTRI.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian kali ini dilakukan di Perusahaan Rokok Cengkir Gading yang terletak di Jln. Bengawan solo II/4 Desa Ringin Anom, Kec. Nganjuk, Kab. Nganjuk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Desember 2009 sampai dengan selesai.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penyelesaian permasalahan perencanaan persediaan bahan baku di PR. Cengkir Gading Nganjuk, maka perlu diketahui variabel-variabel yang akan digunakan, antara lain:
3.2.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel Terikat
- Perencanaan Persediaan bahan baku.
b. Variabel Bebas
1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
3. Biaya penyimpanan (Holding Cost )
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
(43)
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Terikat
- Perencanaan Persediaan bahan baku.
Yaitu membuat suatu perencanaan kebutuhan material atau bahan baku untuk mengatur persediaan bahan baku sesuai jadwal yang direncanakan.
b. Variabel Bebas
1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material atau bahan baku.
2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang.
3. Biaya penyimpanan (Holding Cost )
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk penyimpanan persediaan di gudang.
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
adalah biaya yang timbul akibat tidak tersedianya bahan/barang pada waktu diperlukan.
5. Lead time Ordering tiap bahan baku
Adalah jarak waktu atau waktu tunggu antara pemesanan sampai pesanan datang
(44)
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah pemecahan permasalahan diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sistematis dan terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat dalam gambar 3.1.
(45)
mulai
Survei Lapangan Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) Pengumpulan Data :
* Data Produksi rokok tahun 2009 * Inventory On Hand
* Struktur Produk (Bil Of Material)
*Data Lead Time
* Data biaya pengadaan bahan baku
Identifikasi Variabel
Perencanaan persediaan bahan baku
metode perusahaan 2009 Jadwal Induk Produksi 2009
Perencanaan persediaan bahan baku metode MRP 2009
Perhitungan biaya metode perusahaan (TC1)
Perhitungan biaya metode MRP (TC2)
TC2 < TC1?
tidak
Ya
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Usulan diterima
Peramalan Produksi 2010
Perhitungan MRP 2010
(46)
Penjelasan Flow Chart Pemecahan Masalah
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan
2. Survei Lapangan / Studi Pendahuluan
Survei lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi. Pada langkah ini dilakukan survei terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan permasalahan yang ingin diangkat.
3. Studi Pustaka
Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian di tuangkan dalam kebutuhan riil sistem yang telah di identifikasi pada survei lapangan. Literatur bersumber dari buku, jurnal penelitian, text book dan juga dari penelitian mahasiswa yang telah lulus.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah di susun berdasarkan latar belakang yang ada. Kemudian di tentukan metode yang tepat dalam penyelesaian massalah tersebut.
5. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan permasalahan dan menentukan studi kasus yang diangkat dalam penelitian, maka langkah selanjutnya menentukan tujuan penelitian.
6. Identifikasi Variabel
(47)
7. Pengumpulan Data
Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu: Data Produksi rokok kretek tahun 2009, Inventory On Hand, Struktur Produk (Bill Of Material), Data Lead Time dan Data Biaya Pengadaan Bahan Baku.
8. Perencanaan Persediaan Bahan baku Metode Perusahaan Tahun 2009
Pada bagian ini berisi perencanaan persediaan bahan menggunakan metode perusahaan.
9. Total Cost Perusahaan (TC1)
Bagian ini menghitung Total Cost perusahaan berdasarkan kondisi riil yang diterapkan oleh perusahaan tahun 2009.
10. Jadwal Induk Produksi 2009
Jadwal induk produksi didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan data produksi tahun 2009 dan breakdown struktur produk.
11. Perencanaan persediaan bahan baku metode MRP 2009
Prosedur MRP diawali dengan input berupa Jadwal Induk Produksi, Catatan Inventory, Struktur Produk (Bill Of Material). Setelah itu, output MRP berupa Netting, Lotting, Ofsetting dan Explosion
12.Total Cost Dengan Metode MRP (TC2)
Pada bagian ini menghitung Total Cost perusahaan berdasarkan hasil perhitungan dengan metode MRP untuk tahun 2009.
(48)
13.Menbandingkan TC1 dengan TC2
Apakah TC2 < TC1 jika ya maka usulan dapat diterima, dan jika tidak maka dilakukan pembahasan.
14.Usulan Diterima
Usulan menggunakan metode MRP diterima.
15.Peramalan Produksi 2010
Melakukan peramalan atau forecasting produksi tahun 2010 menggunakan program Win QS. Guna menyusun JIP 2010.
16.Perhitungan MRP 2010
Melakukan perhitungan MRP 2010 17.Analisa Dan Pembahasan
Dilakukan analisa terhadap perencanaan persediaan dengan total cost terkecil.
18.Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan.
19. Selesai
(49)
3.4 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer berupa hasil Penelitian lapangan, observasi dan wawancara kepada pihak PR. Cengkir Gading Nganjuk mengenai penelitian, sedangkan data sekunder adalah hasil dokumentasi dengan cara mengutip dari catatan–catatan perusahaan, antara lain data produksi, data historis pembelian bahan baku, data persediaan produk, dan data biaya-biaya seperti biaya simpan, biaya pemesanan, biaya pembelian bahan baku.
1. Data Primer
Yaitu data yang didapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil langsung dari sumber yang memberikan informasi, Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Interview
Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung sehingga didapatkan informasi yang valid.
b. Observasi
Pengamatan langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui jalannya proses dengan jelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam penelitian.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari dokumen perusahaan.
(50)
3.5 Metode Pengolahan Data
Bahwa dari hasil pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukkan didapat pengolahan data sebagai berikut :
3.5.1 Jadwal Induk Produksi (JIP)
Dibuat berdasarkan permintaan (yang diperoleh dari pesanan atau peramalan) terhadap semua produk jadi yang akan dibuat. Hasil peramalan (sebagai perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi agregat (sebagai perencanaan jangka menengah) yang pada akhirnya dibuat jadwal induk produksi (rencana jangka pendek) yaitu menentukan jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan.
3.5.2 Catatan Persediaan
Menggambarkan status item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Catatnan persediaan ini harus tetap dijaga up to date, dengan selalu melakukan pencatatan pada setiap transaksi yang terjadi, yaitu penerimaan, pengeluaran, produk gagal, dan lain-lain. Catatn persediaan juga berisi data tentang lead time, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan pengaman, dan catatan-catan penting lainnya.
(51)
3.5.3 Struktur produk
Berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Struktur produk juga memberikan informasi tentang item, seperti nomor item, jumlah yang dibutuhkan dalam setiap perakitan dan berapa jumlah produk akhir yang harus dibuat.
3.5.4 Perhitungan Material Requirement Planning
Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan MRP Project On
Hand :
Lot Size : FPR LT :
Past Periode
Tembakau
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jml
Gross Requirements
Scheduled Receipts
Projected On-hand
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Releases
Gross Requirement adalah kebutuhan kotor dari bahan baku yang di dapat berdasarkan dari jadwal induk produksi.
Schedule Receipt adalah jumlah pererimaan yang didapat dari permintaan.
Projected on hand adalah sisa bahan yang ada di tangan untuk di jadikan produk.
Projected on hand didapat dari Projected on hand awal periode ditambah scheduled receipts + Planned Order Receipts dikurangkan Gross Requirement.
Net Requirement adalah kebutuhan bersih. Net Requirement didapat dari hasil pengurangan dari Gross Requirment dan Projected on hand.
(52)
Planned Order Receipt adalah perencanaan penerimaan pesananan yang merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali (purcahase order / manufacturing order) yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi Net Requirement ( kebutuhan bersih ).
Planned Order Release adalah pelepasan pesanan yang direncanakan yang merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan atau dikeluarkan pada periode tertentu, agar item yang dipesan itu dapat tersedia pada saat dibutuhkan. Item yang tersedia pada saat yang dibutuhkan itu tidak lain adalah kuantitas Planned order receipts
yang ditetapkan menggunakan lead time.
3.6 Analisa Data
Hasil dari pengolahan data dijadikan sebagai dasar dalam membuat analisa data yaitu mengenai hasil yang dicapai dalam penyusunan penelitian ini.
3.7 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, dan memberikan saran-saran yang berkaitan dengan hasil dari analisa data.
(53)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan data-data yang dikumpulkan yaitu :
1. Data Produksi Rokok Kretek tahun 2009
2. Inventory On Hand
3. Struktur Produk (Bill Of Material) 4. Data Lead Time dan
5. Data Biaya Pengadaan Bahan Baku
4.1.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, data Produksi rokok kretek PR. Cengkir Gading bulan januari sampai bulan Desember 2009 adalah sebagai berikut:
(54)
Tabel 4.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009
Thn Bulan Produksi (Dalam ball)
Januari 1450 Februari 1400
Maret 1500 April 1700
Mei 1665 Juni 2150 Juli 2400 Augustus 2000 September 1700
Oktober 1500 November 1800
2 0 0 9
Desember 2200
Total 21465
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
Dari tabel diatas dapat diketahui produksi tiap-tiap periode dari bulan Januari sampai bulan Desember 2009. Dan diperoleh total produksi rokok sebesar 21465 Ball.
4.1.2 Data Inventory On Hand
Data persediaan bahan yang ada di PR. Cengkir Gading pada awal periode 2009, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Inventory On Hand
Nama Bahan On Hand Satuan
Tembakau 2500 Kg
Saus 200 Ltr
Cengkeh 1500 Kg Kertas 80 Dos
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
Status persediaan bahan baku pada awal periode pada masing-masing bahan yaitu: Tembakau 2500 Kg, Saus 200 Ltr, Cengkeh 1500 Kg, dan Kertas 80 dos.
(55)
Level 0
Level 1
4.1.3 Struktur Produk (Bill Of Material)
Berikut adalah gambar struktur produk (Bill Of Material) yang merupakan suatu daftar bahan atau material yang diperlukan untuk pembuatan produk akhir tersebut. Dan berapa banyak kebutuhan bahan yang diperlukan.
Level 2
Rokok Kretek (1)
Saus (0.000064 Ltr)
Kertas (1lb) Tembakau (0.8gr) Cengkeh (0.4gr)
Gambar 4.1 Struktur Produk
Gambar diatas menunjukkan struktur produk, yang artinya: Rokok Kretek (level 0) terbentuk dari (0.8gr)sub-bahan baku tembakau, (0.4gr) sub-bahan baku cengkeh, dan (1lb) sub-bahan baku kertas (level 1). Dan sub-bahan baku tembakau membutuhkan (0.000064 Ltr) bahan baku saus (level2).
Tabel 4.3 Bill Of Material
Level Keterangan presentase Kebutuhan
0 Rokok 1
1 Tembakau 0.8 Gr
2 Saus 0.000064 Ltr
1 Cengkeh 0.4 Gr
1 Kertas 1 Lb
(56)
Untuk bahan baku tembakau yang digunakan diperoleh dari daerah Bojonegoro dan Nganjuk, Saus merupakan bahan baku utama untuk memberikan rasa dan aroma pada rokok dan merupakan bahan impor yang dapat dibeli di agen yang ada di Surabaya, Cengkeh berasal dari daerah Tulungagung Bojonegoro, dan Nganjuk,. Sedangkan kertas dibeli dari Kediri.
4.1.4 Lead Time
Lead time (waktu tenggang) yang diizinkan untuk pengadaan dari waktu pemesanan sampai diterimanya tiap- tiap bahan baku.
Lead Time masing-masing produk pada perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Lead Time
Bahan Baku Lead time (bulan)
Tembakau 1
Saus 1
Cengkeh 1
Kertas 1
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
4.1.5 Data Biaya Pengadaan Material
Biaya pemesanan atas pengadaan produk adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Biaya Pengadaan Material
Nama Item Satuan B. Pesan (Rp/Pesan) B. Pembelian (Rp/Sat/item) B. Simpan (Rp/Sat/Bln)
Tembakau Kg 50.000 25.000 500
Saus Ltr 60.000 100.000 800
Cengkeh Kg 40.000 65.000 500
Kertas Dos 20.000 60.000 600
(57)
4.2 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data. Pengolahan data diawali dengan melakukan perbandingan perhitungan biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan dengan metode MRP.
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Metode Perusahaan
Pada bagian ini dilakukan perbandingan biaya sistem pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Untuk menghitung total biaya persediaan bahan baku digunakan data bulanan selama tahun 2009. perhitungan diawali dengan mengetahui jumlah permintaan bahan baku selama tahun 2009 yang ditunjukkan tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data Permintaan Tahun 2009
Bahan Baku Bulan
Tembakau Saus Cengkeh Kertas
Januari 6000 500 2000 150
Februari 5000 450 3000 220
Maret 5500 450 2500 180
April 7000 550 3000 200
Mei 6000 550 3500 250
Juni 8500 700 4000 300
Juli 10000 750 4000 300
Agustus 7500 600 4500 280
September 6800 550 4000 300
Oktober 5800 450 3500 250
Nopember 7200 600 4000 200
Desember 9000 650 4500 300
Rata-rata 7067 567 3542 244
Jumlah 84300 6800 42500 2930
(58)
Berikut ini merupakan perhitungan kebutuhan bahan baku dan biaya bahan baku berdasarkan metode perusahaan untuk tahun 2009
1. Pembelian Bahan Baku Tembakau
Total pembelian bahan baku Tembakau dalam 1 tahun (Dalam Kg)
= Pembelian bahan baku bulan Januari + Februari + Maret + April + Mei + Juni + Juli + Agustus + September + Oktober + November + Dessember.
= 6000 + 5000 + 5500 + 7000 + 6000 + 8500 + 10000 + 7500 + 6800 + 5800 + 7200 + 9000
= 84.300 Kg
Biaya pembelian bahan baku / kg = Rp. 25.000 Biaya pembelian bahan baku 1 tahun
= Total bahan baku x Biaya pembelian
= 84.300 Kg x Rp. 25.000 = Rp 2.107.500.000
Total biaya pemesanan bahan baku
= Biaya Pesan x Jumlah pemesanan = Rp. 50.000 x 12 = Rp. 600.000 / tahun
Total Biaya Pembelian Bahan Baku Tembakau Selama 1 Tahun
= Biaya pembelian bahan baku / thn + Total biaya pemesanan = Rp 2.107.500.000+ Rp. 600.000
(59)
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan, maka dapat diketahui kebutuhan bahan baku tembakau yang diperlukan PR. Cengkir Gading untuk produksi pada tahun 2009 adalah sebesar 84.300 Kg. Dengan total biaya pembelian Rp 2.107.500.000, dan total biaya pemesanan Rp. 600.000, maka biaya yang harus di keluarkan perusahaan untuk pembelian bahan baku tembakau sebesar Rp. 2.108.100.000.
Untuk perhitungan bahan baku lainnya yaitu Saus, Cengkeh dan Kertas selengkapnya ada pada Lampiran C.
Dan Hasil perhitungan semua biaya pengadaan bahan baku tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Total Biaya Bahan Baku Perusahaan 2009
Bahan Baku Jumlah B. Pesan Total Biaya
Tembakau 84.300 Kg Rp. 600.000 Rp. 2.108.100.000 Saus 6.800 Ltr Rp. 720.000 Rp. 680.720.000 Cengkeh 42.500 Kg Rp. 480.000 Rp. 2.762.980.000 Kertas 2.930 dos Rp. 240.000 Rp. 176.040.000
Total Rp 5.727.840.000
Sumber :(PR. Cengkir Gading Nganjuk, Lampiran C)
Dengan menggunakan metode yang digunakan perusahaan, didapatkan
total cost bahan baku sebesar Rp. 5.727.840.000,- pada tahun 2009 untuk seluruh bahan baku.
(60)
4.2.2 Jadwal Induk Produksi
Setelah diketahui total biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan, maka dilakukan perhitungan biaya perencanaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode MRP yang diawali dengan menyusun jadwal induk produksi terlebih dahulu.
Penyusunan jadwal induk produksi dibuat berdasarkan data produksi tahun 2009 pada tabel 4.1 dan breakdown dari struktur produk yang telah dibuat sebelumnya.
Berikut adalah perhitungan jadwal induk produksi berdasarkan data produksi tahun 2009 dan breakdown dari struktur produk:
1. Perhhitungan kebutuhhan bahan baku tembakau
Dari data perusahaan diketahui bahwa 1 ball berisi 4800 batang rokok. Penggunaan tembakau untuk 1 batang rokok sebesar 0.8 gr
Penggunaan Bahan Baku = Penggunaan BB tembakau/batang x 1 ball = 0.8 gr x 4800 batang
= 3840 gr, atau 3.84 kg Per Ball. Kebutuhan bahan baku tembakau bulan:
Januari = Jumlah produksi bulan januari x Penggunaan bahan baku = 1450 Ball x 3.84 kg = 5568 kg
Februari = 1400 Ball x 3.84 kg = 5376kg Maret = 1500 Ball x 3.84 kg = 5760 kg April = 1700 Ball x 3.84 kg = 6528 kg
(61)
Mei = 1665 Ball x 3.84 kg = 6394 kg Juni = 2150 Ball x 3.84 kg = 8256 kg Juli = 2400 Ball x 3.84 kg = 9216 kg Agustus = 2000 Ball x 3.84 kg = 7680 kg September = 1700 Ball x 3.84 kg = 6528 kg Oktober = 1500 Ball x 3.84 kg = 5760 kg November = 1800 Ball x 3.84 kg = 6912 kg November = 2200 Ball x 3.84 kg = 8448 kg
Untuk perhitungan bahan baku lainnya yaitu saus, cengkeh dan kertas selengkapnya ada pada Lampiran D. Setelah semua perhitungan dilakukan maka didapatkan jadwal induk produksi seperti pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Jadwal Induk Produksi Tahun 2009
Bahan Baku Bulan
Tembakau Saus Cengkeh Kertas
Januari 5568 445 2784 193
Februari 5376 430 2688 187
Maret 5760 461 2880 200
April 6528 522 3264 227
Mei 6394 511 3197 222
Juni 8256 660 4128 287
Juli 9216 737 4608 320
Agustus 7680 614 3840 267
September 6528 522 3264 227
Oktober 5760 461 2880 200
Nopember 6912 553 3456 240 Desember 8448 676 4224 293
Rata-rata 6869 550 3434 239
Jumlah 82426 6592 41213 2863
(62)
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui total kebutuhan bahan baku yaitu, tembakau sebesar 82426 kg, saus 6592 ltr, cengkeh 41213 kg, dan bahan baku kertas sebesar 2862 dos.
4.2.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan Menggunakan MRP
Maka berdasarkan Jadwal induk produksi yang ditunjukkan tabel 4.8 dengan rincian pada lampiran, maka dapat dilakukan perhitungan metode MRP.
Metode yang digunakan adalah Fix Period Requirement (FPR). Penentuan ukuran lot didasarkan pada perioda waktu tertentu. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan permintaan pada perioda yang tercakup. Dengan jumlah permintaaan dari jadwal induk produksi periode pemesanan adalah setiap 2 periode, metode FPR bisa langsung digunakan dalam penjadwalan persediaan bahan seperti contoh berikut :
Jumlah permintaan pada bulan Januari dan Februari 2009 adalah 5568 kg + 5376 kg = 10944 kg, maka perusahaan membutuhkan 10944 kg, maka order quantity yang sesuai untuk periode tersebut adalah 10944 kg – On Hand 2500 kg = 8444 kg.
Berdasarkan jadwal induk produksi tahun 2009 yang ditunjukkan tabel 4.9 dengan rincian pada lampiran D, maka didapatkan perhitungan MRP sebagai berikut :
(63)
1. Perhitungan MRP untuk bahan baku tembakau
(NR)1 = (GR)1 + SS – (SR)1 + (POH)0 = (5568 + 0 ) – ( 0 + 2500 ) = 3068
(POH)1 = (POH)0 + (SR)1 + (POR)1 – (GR)1 = 2500 + 0 + 8444 – 5568 = 5376
Hasil perhitungan bahan baku lainnya disajikan pada tabel 4.9 sampai dengan tabel 4.12.
Tabel 4.9 MRP bahan baku tembakau
Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
Project
On Hand : 2500
Lot Size : FPR LT : 1
Past Periode
Tembakau
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jumlah
Gross
Requirements 5568 5376 5760 6528 6394 8256 9216 7680 6528 5760 6912 8448 82426 Scheduled
Receipts Projected
On-hand 2500 5376 6528 8256 7680 5760 8448 42048
Net
Requirements 3068 5760 6394 9216 6528 6912 Planned Order
Receipts 8444 12288 14650 16896 12288 15360 Planned Order
Releases 8444 12288 14650 16896 12288 15360
Berdasarkan tabel 4.9 hasil perhitungan metode MRP bahan baku Tembakau, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku tembakau sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 50.000 = Rp. 300.000 Biaya Penyimpanan = 42048 x Rp 500 = Rp. 21.024.000
Biaya Pembelian bahan baku = 82426 x Rp. 25.000 = Rp. 2.060.650.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 300.000 + Rp. 21.024.000 + Rp. 2.060.650.000 = Rp. 2.081.974.000
(64)
2. Perhitungan MRP untuk bahan baku Saus
Tabel 4.10 MRP bahan baku Saus Project On
Hand : 200
Lot Size : FPR LT : 1
Past Periode
Saus
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Jumlah
Gross
Requirements 445 430 461 522 511 660 737 614 522 461 553 676 6592
Scheduled Receipts
Projected On-hand 200 430 0 522 0 660 0 614 0 461 0 676 0 3363
Net Requirements 245 461 511 737 522 553
Planned Order
Receipts 675 983 1171 1351 983 1229
Planned Order
Releases 675 983 1171 1351 983 1229
Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
Berdasarkan tabel 4.10 hasil perhitungan metode MRP bahan baku saus, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku saus sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 60.000 = Rp. 360.000 Biaya Penyimpanan = 3363 x Rp 800 = Rp. 2.690.400
Biaya Pembelian bahan baku = 6592 x Rp. 100.000 = Rp. 659.200.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 360.000 + Rp. 2.690.400 + Rp. 659.200.000 = Rp. 662.250.400
(65)
3. Perhitungan MRP untuk bahan baku Cengkeh
Tabel 4.11 MRP bahan baku Cengkeh Project
On Hand
: 1500
Lot Size : FPR LT :
1
Jumlah
Past Periode
Cengkeh
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Gross
Requirements 2784 2688 2880 3264 3197 4128 4608 3840 3264 2880 3456 4224 41213
Scheduled Receipts
Projected On-hand 1500 2688 0 3264 0 4128 0 3840 0 2880 0 4224 0 21024
Net Requirements 1284 2880 3197 4608 3264 3456
Planned Order
Receipts 3972 6144 7325 8448 6144 7680
Planned Order
Releases 3972 6144 7325 8448 6144 7680
Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil perhitungan metode MRP bahan baku cengkeh, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku cengkeh sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 40.000 = Rp. 240.000 Biaya Penyimpanan = 21024 x Rp 500 = Rp. 10.512.000
Biaya Pembelian bahan baku = 41213 x Rp. 65.000 = Rp. 2.678.845.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 240.000 + Rp. 10.512.000 + Rp. 2.678.845.000 = Rp. 2.689.597.000
(66)
4. Perhitungan MRP untuk bahan baku Kertas
Tabel 4.12 MRP bahan baku Kertas Project On
Hand : 80
Lot Size : FPR LT : 1
Past Periode
Kertas
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jumlah
Gross Requirements 193 187 200 227 222 287 320 267 227 200 240 293 2863
Scheduled Receipts
Projected On-hand 80 187 0 227 0 287 0 267 0 200 0 293 0 1461
Net Requirements 113 200 222 320 227 240
Planned Order Receipts 300 427 509 587 427 533
Planned Order Releases 300 427 509 587 427 533
Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
Berdasarkan tabel 4.12 hasil perhitungan metode MRP bahan baku kertas, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku kertas sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 20.000 = Rp. 120.000 Biaya Penyimpanan = 1461 x Rp 600 = Rp. 876.600
Biaya Pembelian bahan baku = 2863 x Rp. 60.000 = Rp. 171.780.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 120.000 + Rp. 876.600 + Rp. 171.780.000 = Rp. 172.776.600
Total biaya bahan baku tahun 2009 adalah : Biaya bahan baku Tembakau + Biaya bahan baku Saus + Biaya bahan baku Cengkeh + Biaya Bahan baku Kertas = Rp. 2.081.974.000,- + Rp. 662.250.400,- + Rp. 2.689.597.000,- + Rp. 172.776.600,- = Rp. 5.606.598.000,- selengkapnya ada pada tebel 4.13 berikut.
(67)
Tabel 4.13 Total Biaya Metode MRP
Bahan baku Metode MRP
Tembakau Rp2.081.974.000 Saus Rp662.250.400 Cengkeh Rp2.689.597.000
Kertas Rp172.776.600
Total Rp5.606.598.000
Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
4.2.4 Perbandingan Total Biaya Antara Kebijakan Perusahaan dengan
Metode MRP
Tabel 4.14 Perbandingan Total Biaya
Kriteria Kebijakan Perusahaan Metode MRP Selisih
Pemesanan 12 Kali 6 Kali 6
Total Biaya Rp. 5.727.840.000 Rp. 5.606.598.000 Rp.121.242.000
(Hasil Pengolahan Data, Lampiran D)
Setelah melakukan perhitungan biaya bahan baku selama 2009 dengan metode perusahaan dan MRP, ternyata total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 5.727.840.000,- lebih besar dari metode MRP yaitu Rp. 5.606.598.000,- dengan selisih :
Rp. 5.727.840.000,- – Rp. 5.606.598.000,- = Rp. 121.242.000,-
Penghematan = 100%
000,-727840.
5. Rp.
000,-242. 121. Rp.
x = 2.1 % Sehingga metode MRP layak dipertimbangkan untuk digunakan dalam perencanaan persediaan bahan baku.
(68)
4.3 Peramalan Produksi Tahun 2010
Metode Peramalan yang digunakan adalah metode Single Exponential Smoothing (SES) untuk 12 periode kedepan menggunakan software WinQs. Dan data awal yang digunakan adalah data produksi tahun 2009 seperti pada tabel 4.1 maka didapatkan output hasil peramalan berikut ini:
Sumber : Hasil Pengolahan Data (Lampiran E)
(69)
Analisa Output:
a. Mont merupakan waktu ketika kegiatan permintaan dilakukan, biasanya periode dalam jangka waktu tertentu ( mingguan, bulanan, tahunan)
b. Actual data merupakan besar permintaan actual yang terjadi
c. Forecast by SES merupakan besar peramalan permintaan pada periode tertentu.
d. Forecast Error merupakan besar selisih antara peramalan permintaan dengan jumlah permintaan actual.
e. CFE merupakan nilai kumulatif dari Forecast error sebesar 2.348,57
f. MAD adalah merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan kenyataan. Pada output didapatkan nilai MAD adalah 282,29 hal ini berarti bahwa rata-rata kesalahan mutlak selama periode untuk peramalan adalah sebesar 282,29.
g. MSE merupakan rata-rata kuadrat kesalahan dari data peramalan pada setiap periode. Nilai MSE dapat digunakan sebagai tolak ukur apakah metode yang digunakan dapat diaplikasikan atau tidak. Pada output nilai MSE sebesar 136.073,73.
h. MAPE (%) adalah nilai rata-rata persentase dari kesalahan absolute yang dibuat oleh suatu peramalan. Pada output nilai MAPE sebesar 14,16.
i. Tracking signal merupakan alat pemantau kesalahan dari suatu peramalan yang didapat dari nilai CFE dibagi dengan nilai MAD sebesar 8,32
(70)
Berikut adalah hasil (Output) peramalan produksi tahun 2010 menggunakan program Win QS.
Tabel 4.15 Ramalan Produksi 2010 Bulan Produksi
Januari 1450
Februari 1443
Maret 1451
April 1488
Mei 1515 Juni 1610 Juli 1729 Agustus 1769 September 1759 Oktober 1720 Nopember 1732 Desember 1802
TOTAL 19468
Sumber : Hasil Pengolahan Data (Lampiran E)
4.3.1 Jadwal Induk Produksi 2010
Tabel 4.16 Jadwal Induk Produksi 2010
Bahan Baku Bulan
Tembakau Saus Cengkeh Kertas
Januari 5568 445 2784 193
Februari 5541 443 2771 192
Maret 5572 446 2786 193
April 5714 457 2857 198
Mei 5818 465 2909 202
Juni 6182 495 3091 215
Juli 6639 531 3320 231
Agustus 6793 543 3396 236 September 6755 540 3377 235
Oktober 6605 528 3302 229 Nopember 6651 532 3325 231 Desember 6920 554 3460 240
On Hand 1874 208 1287 67
Jumlah 74758 5979 37378 2595
(1)
3. Perhitungan MRP bahan baku cengkeh
Tabel 4.19 MRP Bahan Baku Cengkeh Project On
Hand : 1278
Lot Size : FPR LT : 1
Past Periode
Cengkeh
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Jumlah
Gross Requirements 2784 2771 2786 2857 2909 3091 3320 3396 3377 3302 3325 3460 37378 Scheduled Receipts Projected On-hand 1287 2771 2857 3091 3396 3302 3460 18877 Net Requirements 1497 2786 2909 3320 3377 3325 Planned Order Receipts 4268 5643 6000 6716 6679 6785 Planned Order Releases 4268 5643 6000 6716 6679 6785 Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran F)
Berdasarkan tabel 4.19 hasil perhitungan metode MRP bahan baku cengkeh, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku cengkeh sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 40.000 = Rp. 240.000 Biaya Penyimpanan = 18877 x Rp 500 = Rp. 9.438.500
Biaya Pembelian bahan baku = 37378 x Rp. 65.000 = Rp. 2.429.570.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 240.000 + Rp. 9.438.500+ Rp. 2.429.570.000 = Rp. 2.439.248.500
(2)
4. Perhitungan MRP bahan baku kertas
Tabel 4.20 MRP Bahan Baku Kertas Project On
Hand : 67
Lot Size : FPR LT : 1
Past Periode
Kertas
Due Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jumlah
Gross Requirements 193 192 193 198 202 215 231 236 235 229 231 240 2595 Scheduled Receipts Projected On-hand 67 192 198 215 236 229 240 1310 Net Requirements 126 193 202 231 235 231 Planned Order Receipts 318 391 417 467 464 471 Planned Order Releases 318 391 417 467 464 471 Sumber : (Hasil Pengolahan Data, Lampiran F)
Berdasarkan tabel 4.20 hasil perhitungan metode MRP bahan baku cengkeh, maka dapat dilakukan perhitungan biaya pengadaan bahan baku cengkeh sebagai berikut:
Biaya pemesanan = 6 x Rp. 20.000 = Rp. 120.000 Biaya Penyimpanan = 1310 x Rp 600 = Rp. 786.600
Biaya Pembelian bahan baku = 2595 x Rp. 60.000 = Rp. 155.700.000 Total biaya pengadaan = B. Pemesanan + B. Penyimpanan + B. Pembelian
= Rp. 120.000 + Rp. 786.600 + Rp. 155.700.000 = Rp. 156.606.600
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menggunakan MRP, maka didapatkan hasil perhitungan semua bahan baku seperti dalam tabel 4.21 berikut:
(3)
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan MRP 2010
Bahan baku Metode MRP Tahun 2010 Biaya Bahan Baku Pemesanan
Tembakau 74758 kg Rp1.888.127.500 6 kali
Saus 5979 ltr Rp600.676.000 6 kali
Cengkeh 37378 kg Rp2.439.248.500 6 kali
`Kertas 2595 dos Rp156.606.600 6 kali
Sumber: (Hasil Pengolahan Data, Lampiran E)
4.4 Pembahasan
Perhitungan biaya bahan baku selama 2009 dengan metode perusahaan dan MRP, ternyata total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 5.727.840.000,- lebih besar dari metode MRP yaitu sebesar Rp. 5.606.598.000,-. dengan menggunakan metode MRP perusahaan dapat mengurangi biaya hingga Rp. 121.242.000,- atau penhgematan sebesar 2,1 % .
Berdasarkan perhitungan menggunakan MRP tahun 2010, maka jumlah pemesanan bahan baku yang harus dilakukan oleh perusahaan selama tahun 2010 adalah 74758 kg untuk bahan baku tembakau, 5979 ltr saus, 37378 kg cengkeh, dan
2595 dos kertas. dengan total biaya Rp. 5.084.658.000,-. Pemesanan setiap bahan
baku hanya akan dilakukan sebanyak 6 kali secara lebih teratur yaitu setiap dua bulan sekali untuk masing-masing bahan baku.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Perencanaan kebutuhan persediaan bahan baku untuk tahun 2010 menggunakan metode MRP adalah : 74758 kg untuk bahan baku tembakau, 5979 ltr saus, 37378kg cengkeh, dan 2595 dos kertas. Dan menghasilkan total biaya pengadaan bahan baku sebesar Rp. 5.084.658.000,-. Perencanaan persediaan bahan baku menggunakan MRP untuk pemesanan bahan baku yang akan datang akan lebih optimal yaitu setiap 2 periode sekali, atau sebanyak 6 kali dalam setahun untuk setiap bahan baku. Dengan metode MRP Perhitungan biaya bahan baku selama 2009, total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 5.727.840.000,- lebih besar dari metode MRP yaitu sebesar Rp. 5.606.598.000,-. dengan menggunakan metode MRP perusahaan dapat mengurangi biaya hingga Rp. 121.242.000,- atau penghematan sebesar 2,1%. dan interval pemesanan dari 12 kali menjadi 6 kali selama setahun.
(5)
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan saran yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku menggunakan Material Requirement
Planning (MRP) dengan metode Fixed Period Requirement (FPR). Seperti
perhitungan yang telah dilakukan penulis bahwa metode tersebut menghasilkan penghematan biaya yang cukup memberikan pengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pengadaan bahan baku.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1993. Teknik dan Metode Peramalan penerapannya dalam ekonomi dan
dunia usaha. Fakultas ekonomi UI, Jakarta.
Astana, Yudha, Nyoman I, Jurnal ilmiah Teknik Sipil Vol.11.no.2 Juli 2007.
Universitas Udayana, Denpasar
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia. Indonesia.
Buffa, Elwood S., Rakesh K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi & Produksi Modern
Jilid 1 Edisi 8. Jakarta: Binarupa Aksara. Indonesia.
Kusuma, Hendra. 1999. Manajemen Produksi: Perencanaan & Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: ANDI. Indonesia.
M. Pardede, Pontas. 2005. Manajemen Operasi Dan Produksi. teori – model -
kebijakan. Yogyakarta: Andi
Nasution, Arman Hakim, dan Praseyiawan, Yudha (2008). Perencanaan dan
Pengendalian Poduksi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Safirin, MT. 2003. Perencanaan Dan Pengendalian Produk. Fakultas Teknik Industri UPN. Surabaya
Tersine. Richard J. (1994). Principles of Inventory and Materials Management, 4th edition, Prentice Hall International Edition, New Jersey.
http://e-je.blogspot.com/2009/03/material-requirements-planning-mrp.htmlm-aplic.id/ library/index.php?option=com_repository&Itemid=34&task=detail&nim=112 020185
http://elib.unikom.ac.id /gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-s1-2006-adekaditya-3306&q=Hak
http://www.ittelkom.ahttp://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/teknik-industri/ implementasi-perencanaan-dan-pengendalian-material-dengan-progra