PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI GAMPING KIDUL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI

TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU

DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI

POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI

GAMPING KIDUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh DIMAS WARDIYONO

20120320019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI

TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU

DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI

POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI

GAMPING KIDUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh DIMAS WARDIYONO

20120320019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji syukur bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita di Posyandu Giri Seto dan Pertiwi Gamping Kidul”. ini dibuat untuk memberikan gambaran kepada rekan -rekan kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita.

Kelancaran penulisan penelitian ini dengan adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari pihak yang akhirnya ini dapat terselesaikan. Kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ngadiyono dan Suwarti yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 2. Dr.H.Ardi Pramono,Sp.An.,M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp., Mat., HNC. Selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

iii

4. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D sebagai penanggung jawab penelitian keperawatan.

5. Puji Sutarjo, S. Kep., Ns.,MPH Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi 7. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini.

Dalam penyusunan dan penulisan ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun peneliti akan terima dengan senang hati. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Yogyakarta, 22 Agustus 2016 Penulis


(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dimas Wardiyono NIM : 20120320019 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang tercantum dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Yogyakarta, 17 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk ...

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku. Bapak

Ngadiyono dan Ibu Suwarti. Karena sesungguhnya mereka adalah cinta

abadi yang tak pernah pudar sampai kapanpun. Aku adalah anak yang

rindu akan senyuman orang tuaku namun tak bisa terungkapkan semoga

dengan ini engkau dapat tersenyum kembali untukku.

Adikku, Rheynal & Denis, selalu membuatku bahagia dan terus

termotivasi untuk selalu menjadi orang besar.

Bapak Puji Sutarjo selaku pembimbing yang selalu sabar memberikan

koreksi, saran, masukan, arahan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini.

Ibu Novita Kurnia Sari selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan koreksi guna untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

Sahabat antar pulau. maupun satu pulau Kalian semua saudara

seperjuangan dalam meniti langkah menuju besar. Aku bangga punya

sahabat seperti kalian.

Teman PSIK angkatan 2012. Terimakasih telah mengukir cerita di jalan

kehidupanku, dan masih terlalu banyak kata yang ingin terucap namun


(8)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

KEASLIAN PENELITIAN... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DATAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAK... xiii

INTISARI... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Rumusan masalah... 4

C. Tujuan penelitian... 4

D. Manfaat penelitian... 5

E. Penelitian terkait... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 8

1. Pendidikan kesehatan... 8

2. Balita ... 10

3. Ibu ... 11

4. Pengetahuan ... 13

5. Mencuci tangan... 15

6. Diare... 19

B. Kerangka konsep... 31

C. Hipotesis... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian... 33

B. Populasi dan sampel penelitian... 34

C. Lokasi dan waktu penelitian... 34

D. Variabel penelitian... 34

E. Definisi operasional... 35

F. Alat dan bahan penelitian... 35

G. Jalannya penelitian... 36

H. Pengolahan data... 37

I. Uji validitas dan reliabilitas... 38

J. Analisis data... 40


(9)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44

A. Deskripsi Lokasi penelitian... 44

B. Analisis Univariat... 46

C. Analisis Bivariat... 50

D. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60 Lampiran


(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembagian kelompok penelitian... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner... 36

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 45

Tabel 4.2 Uji normalitas... 45

Tabel 4.3 distribusi tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol... 46

Tabel 4.4 Analisis Willcoxon... 48

Tabel 4.5 Uji normalitas selisih... 49

Tabel 4.6 Uji menggunakan Mann-Whitney... 49


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara mencuci tangan... 17 Gambar 2.2 Kerangka konsep... 31 Gambar 4.1 Grafik tingkat pengetahuan... 47


(12)

x

DAFTAR SINGKATAN ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar BALITA : Bawah Lima Tahun DEPKES : Departemen Kesehatan DINKES : Dinas Kesehatan

EPEC : Escherichia Coli Entero Patogenik INOS : Inducible Nitric Oxide Synthase KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KLB : Kejadian Luar Biasa

OMA : Otitis Media Akut

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar SOR : Stimulus Organisme Respons WHO : World Health Organization KK : Kepala Keluarga


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 2. Permohonan menjadi responden

Lampiran 3. Pernyataan kesediaan menjadi responden Lampiran 4. Kuesioner data demografi

Lampiran 5. Kuesioner pengetahuan Lampiran 6. Hasil uji validitas Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas Lampiran 8. Hasil analisa data


(14)

xii

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ABOUT HAND-WASHING TOWARDS MOTHER’S KNOWLEDGE LEVEL IN PREVENTING DIARRHEEA ON TODDLER IN POSYANDU GIRI SETO AND PERTIWI

GAMPING KIDUL Dimas Wardiono1, Puji Sutarjo2

A Nursing Student, School of Medical and Health Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background of the Study: Diarrhea is the raising of feces mass, the frequency of defecating, or the level of feces dilution. One of the factors that causes diarrhea is the microorganism which is spread through mouth by hand. The prevention of diarrhea can be done by hand-washing. Hand-washing is a disposal process of dirt and dust mechanically rinsed with clean water.

Objective: to know the effect of health education about hand-washing towards mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler and also to find out about the more effective way between lecturing and leaflet in presenting health education which increases mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler.

Research Method: Method of this research is Quasy-Experiment. There are 2 groups, i.e. treatment group (using lecturing) and control group (using leaflet). The population of each group is 42 and the sample in each group includes 30 respondents counted with Slovin formula. The sampling used in this research is Simple Random Sampling. The research has been conducted in July 2016. The data is collected using questionnaire. The statistic test uses wilcoxon and mann-whitney with significant rate <0,05.

The findings: the result shows that there is an effect of hand-washing education towards knowleddge level by wilcoxon statistic test on control group and treatment group p=0,000(p<0,05). There is a significant effect on the knowledge level of treatment group and control group after being given health education with pretest p=0,007 (p<0,05) and postest p=0,000 (p<0,05). In health education methods, there is no significant effect in increasing the knowledge level either using lecturing or leaflet p=0,642 (p>0,05).

Conclusion: The mothers who get health education about hand-washing will increase their knowledge in preventing diarrhea on toddler.


(15)

xiii

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PENCEGAHAN

DIARE PADA BALITA DI POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI GAMPING KIDUL

Dimas wardiyono1, Puji Sutarjo2

Mahasiswa ilmu keperawatan,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Diare adalah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau tingkat keenceran tinja. Salah satu faktor penyebab diare adalah mikroorganisme yang menular melalui mulut dengan media tangan. Pencegahan diare salah satunya dapat dilakukan dengan cuci tangan. Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis yang dibilas dengan air bersih.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita,serta untuk mengetahui cara pemberian pendidikan kesehatan antara ceramah dan leaflet yang lebih meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita.

Metode Penelitian: jenis penelitian ini adalah Quasy-Experiment, terdapat 2 kelompok yaitu perlakuan (dengan ceramah) dan kontrol (dengan leaflet). Populasi tiap kelompok adalah 42 jumlah sampel tiap kelompok 30 responden dihitung dengan rumus solvin, cara menentukan sample dengan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Cara pengumpulan data dengan kuesioner. Uji statistik menggunakan wilcoxon dan mann-whitney dengan taraf signifikan <0,05

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dengan uji statistik wilcoxon pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah p=0,000(p<0,05),ada pengaruh yang signifikan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dengan kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan pretest p=0,007 (p<0,05) dan postest p=0,000 (p<0,05). Dalam metode pendidikan kesehatan antara leaflet dengan ceramah tidak ada pengaruh ang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan p=0,642 (p>0,05).

Kesimpulan: Ibu-ibu yang mendapat pendidikan kesehatan tentang cuci tangan akan meningkatkan pengetahuan dalam mencegah diare pada balita.


(16)

(17)

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ABOUT HAND-WASHING TOWARDS MOTHER’S KNOWLEDGE LEVEL IN PREVENTING DIARRHEEA ON TODDLER IN POSYANDU GIRI SETO AND PERTIWI

GAMPING KIDUL Dimas Wardiono1, Puji Sutarjo2

A Nursing Student, School of Medical and Health Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background of the Study: Diarrhea is the raising of feces mass, the frequency of defecating, or the level of feces dilution. One of the factors that causes diarrhea is the microorganism which is spread through mouth by hand. The prevention of diarrhea can be done by hand-washing. Hand-washing is a disposal process of dirt and dust mechanically rinsed with clean water.

Objective: to know the effect of health education about hand-washing towards mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler and also to find out about the more effective way between lecturing and leaflet in presenting health education which increases mother’s knowledge level in preventing diarrhea on toddler.

Research Method: Method of this research is Quasy-Experiment. There are 2 groups, i.e. treatment group (using lecturing) and control group (using leaflet). The population of each group is 42 and the sample in each group includes 30 respondents counted with Slovin formula. The sampling used in this research is Simple Random Sampling. The research has been conducted in July 2016. The data is collected using questionnaire. The statistic test uses wilcoxon and mann-whitney with significant rate <0,05.

The findings: the result shows that there is an effect of hand-washing education towards knowleddge level by wilcoxon statistic test on control group and treatment group p=0,000(p<0,05). There is a significant effect on the knowledge level of treatment group and control group after being given health education with pretest p=0,007 (p<0,05) and postest p=0,000 (p<0,05). In health education methods, there is no significant effect in increasing the knowledge level either using lecturing or leaflet p=0,642 (p>0,05).

Conclusion: The mothers who get health education about hand-washing will increase their knowledge in preventing diarrhea on toddler.


(18)

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU GIRI SETO DAN PERTIWI

GAMPING KIDUL

Dimas wardiyono1, Puji Sutarjo2

Mahasiswa ilmu keperawatan,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Diare adalah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau tingkat keenceran tinja. Salah satu faktor penyebab diare adalah mikroorganisme yang menular melalui mulut dengan media tangan. Pencegahan diare salah satunya dapat dilakukan dengan cuci tangan. Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis yang dibilas dengan air bersih.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita,serta untuk mengetahui cara pemberian pendidikan kesehatan antara ceramah dan leaflet yang lebih meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita.

Metode Penelitian: jenis penelitian ini adalah Quasy-Experiment, terdapat 2 kelompok yaitu perlakuan (dengan ceramah) dan kontrol (dengan leaflet). Populasi tiap kelompok adalah 42 jumlah sampel tiap kelompok 30 responden dihitung dengan rumus solvin, cara menentukan sample dengan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Cara pengumpulan data dengan kuesioner. Uji statistik menggunakan wilcoxon dan mann-whitney dengan taraf signifikan <0,05

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dengan uji statistik wilcoxon pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah p=0,000(p<0,05),ada pengaruh yang signifikan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dengan kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan pretest p=0,007 (p<0,05) dan postest p=0,000 (p<0,05). Dalam metode pendidikan kesehatan antara leaflet dengan ceramah tidak ada pengaruh ang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan p=0,642 (p>0,05).

Kesimpulan: Ibu-ibu yang mendapat pendidikan kesehatan tentang cuci tangan akan meningkatkan pengetahuan dalam mencegah diare pada balita.


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang melebihi 250 gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare berat ditandai dengan keluar cairan 14 liter/hari. Diare sering disertai dengan nyeri, keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia (Kumar,dkk, 2007).

Penyakit diare hingga kini masih menjadi penyebab utama ketiga kematian balita (bawah lima tahun) di dunia setelah pneumonia. Dari tahun ke tahun diare menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas pada balita (World Health Organization [WHO], 2015). Penyakit diare menjadi masalah dunia terutama pada negara berkembang, salah satu negara berkembang adalah Indonesia. Hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbang Kemenkes RI) kejadian diare di Indonesia yang mendominasi adalah pada usia dibawah lima tahun, pada tahun 2013 telah tercatat adanya penurunan prevalensi diare 3,5% lebih kecil daripada hasil riset kesehatan dasar sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2007 namun, hal ini terjadi karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013, pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Survei yang dilakukan Dinas Kesehatan D.I


(20)

kasus yang paling banyak dijumpai yaitu 1.159 kasus dengan morbiditas 1.7% dan dengan KLB 33.8%, sehingga di Provinsi D.I Yogyakarta dikategorikan masih banyak kejadian diare pada balita (Dinkes DIY, 2014). Secara klinis penyebab terjadinya diare adalah infeksi mikroorganisme termasuk bakteri Escherichia Coli Entero Patogenik (EPEC), virus, dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Penyebab paling sering terjadinya diare yaitu karena terjadinya infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan dan penurunan daya tahan tubuh (Behrman, 2000). Penularan diare dapat terjadi melalui mulut dengan media tangan, karena tangan merupakan salah satu media yang berpotensial dalam penyebaran penyakit. Setiap hari manusia melakukan kegiatan dengan menggunakan tangan misalnya kontak langsung dengan permukaan benda yang terkontaminasi bakteri, makanan, bahkan binatang dan kotoran, hal ini akan menyebabkan menumpuknya bibit penyakit pada tangan khususnya di telapak tangan dan bakteri akan mudah berpindah pada tubuh ketika tangan yang terkontaminasi menyentuh bagian misalnya mata, hidung, mulut (Dinkes Surabaya, 2013).

Pencegahan diare pada balita dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun. Pencegahan diare juga bisa dengan cara memberikan air minum yang bersih dan sudah direbus, memberikan imunisasi campak, dan yang terakhir adalah dengan cara mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB juga membuang tinja dengan benar di jamban atau WC (Pangau, 2011).


(21)

Warman (2008) menemukan bahwa pengetahuan ibu memberi kontribusi paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi kejadian diare akut balita. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2012 menjelaskan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tentang diare dapat melakukan penanganan diare pada balita dari pada ibu yang tidak memiliki pengetahuan tentang diare.

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan dari perilaku motorik yaitu suatu tindakan yang nyata dan dapat dilihat. Mencuci tangan adalah tindakan yang efektif untuk mengurangi perkembangan mikroorganisme yang terdapat pada tangan dan telapak tangan. Mencuci tangan dapat memakai sabun dan dibilas hingga bersih dengan air yang mengalir dan bersih (Ardhiyanti,dkk, 2014).

Dampak dari tidak melakukan mencuci tangan adalah menetapnya ribuan bakteri atau mikroorganisme penyebab penyakit terutama pada sela-sela kuku. Bakteri atau mikroorganisme yang berada pada tangan dan di sela-sela kuku jari tangan tersebut mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh oleh tangan. Makanan yang telah terkontaminasi bakteri atau mikroorganisme tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh manusia yang memakan makanan tersebut dan dapat mengakibatkan munculnya penyakit setelahnya (Arisman, 2009).

Islam mengajarkan bahwa kebersihan diri sangat diutamakan. Kebersihan merupakan pangkal atau sumber kesehatan. Kebersihan juga sebuah cerminan bagi setiap individu dalam menjaga kesehatan. Seperti hadist dibawah ini


(22)

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW.:“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pecegahan diare pada balita.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu saat pretest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan postest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

c. Untuk mengetahui metode pendidikan kesehatan yang lebih meningkatkan tingkat pengetahuan.


(23)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita sehingga dapat memberikan informasi mengenai dampak akibat tidak mencuci tangan terhadap kesehatan pada balita terutama dalam hal diare. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan penelitian mengenai hubungna perilaku mencuci tangan terhadap kejadian diare pada balita di masa yang akan datang sehingga dapat meminimalisir dampak dan untuk senantiasa menjaga kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi ibu dan balita

Hasil penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan masukan bagi ibu untuk mencegah terjadinya diare pada balita dengan mencuci tangan, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan akan semakin menurunnya kejadian diare pada balita. b. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai diare pada balita, sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk melakukan upaya perlindungan kesehatan keluarga serta agar masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam upaya


(24)

sebagai salah satu pencegah terjadianya diare pada balita. c. Bagi Kader posyandu

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Kader posyandu balita sebagai tambahan pengetahuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai masukan bagi peneliti berikutnya untuk melaksanakan penelitian tentang hubungan perilaku ibu mencuci tangan terhadap kejadian diare pada balita, serta melengkapi referensi dan panduan tentang pembuktian mengenai adanya hubungan mencuci tangan terhadap kejadian diare.

E. Penelitian terkait

Perbedaan dan persamaan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Setia budi dan Felicia marcella tahun 2015 melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh edukasi terhadap pengetahuan ibu-ibu di kecamatan patrang dalam penanganan diare pada balita” Persamaan penelitian kali ini dengan penelitian tersebut adalah variabel bebas yaitu pengaruh edukasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terkait adalah pada rancangan penelitian, pada penelitian ini menggunakan desain study one group pre test/post test. Penelitian tersebut terdapat hasil adanya pengaruh edukasi terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada balita.


(25)

Ana Fitriyani tahun 2012 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan diare pada balita di desa Gladasari kecamatan Ampel Boyolali” Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terkait adalah tentang variabel bebas yaitu pengaruh pendidikan kesehatan selain itu persamaan yang kedua adalah rancangan penelitian yang menggunakan quasy eksperimen dan menggunakan rancangan penelitian pre-test dan post-test. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terakait adalah pada penelitian ini hanya mencari pengaruh terhadap pengetahuan ibu sedangkan pada penelitian terakit mencari pengaruh pada sikap dan pengetahuan ibu dengan hasil tidak ada perbedaan signifikan pada sikap dan terdapat perbedaan pada tingkat pengetahuan.


(26)

8

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat (Maulana, 2009). secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).

b. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan menurut Maulana 2009, secara umum adalah untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan dapat diperinci sebagai berikut:

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.


(27)

9

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

c. Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya

2) Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

3) Adat istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan

4) Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena


(28)

sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

5) Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2. Balita

a. Pengertian balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih dikenal dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Balita merupakan salah satu periode usia setelah bayi dan sebelum anak tahap awal. Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Rentang usia anak balita dimulai dari usia 1 sampai 5 tahun, periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah yang rawan untuk masuknya penyakit salah satunya adalah diare. Diare masih menjadi masalah kesehatan pada usia balita karena sistem pencernaan pada balita masih sensitif sehingga mudah terserang bakteri penyebab diare (Wirakusuma, 2012).

b. Faktor yang mempengaruhi kesehatan balita

Faktor yang mempengaruhi kesehatan pada balita adalah faktor kesehatan, status gizi dan kondisi sanitasi. Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan balita adalah kebudayaan. Pengaruh


(29)

11

budaya sangat mempengaruhi kesehatan karena terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dengan pengetahuan misalnya demam seharusnya dibawa ke puskesmas atau rumah sakit justru dibawa ke dukun. Selain itu, terdapat faktor keluarga yang sangat mempengaruhi status kesehatan karena keluarga memiliki peran dalam penyediaan makanan bergizi, pendidikan, memberikan kesehatan secara psikologis dan sebagainya (Hidayat,2008).

3. Ibu

a. Pengertian ibu

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita yang sudah bersuami, panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (KBBI, 2015). Seorang ibu adalah titik pusat gaya longitudinal yang magnitude-nya menghidupkan hari-hari dalam keluarga. Sentuhan terlemah dari gelombang itu memberikan arti keindahan hakiki dalam kehidupan ini. Maka tak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa seorang ibu dan menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah tak ternilai dari Yang Mahakuasa, baik ibu dalam pengertian ibu biologis maupun ibu psikologis (Shafiyyah, 2002).

b. Peran ibu

Peranan ibu dalam keluarga adalah peranan sentral/pusat yang berarti semua kegiatan dalam keluarga berpusat pada diri ibu. Peran ibu dalam rumah tangga menurut Siregar (2001) adalah sebagai


(30)

pengelola yaitu menyediakan segala kebutuhan keluarga, sandang, pangan, papan dan informasi, supaya setiap anggota keluarga dapat berperan sebagai anggota masyarakat yang wajar dan produktif, dengan demikian nantinya tidak menjadi beban keluarga dan masyarakat. Ibu di dalam rumah tangga juga berperan sebagai mitra, kerabat kerja yang tangguh dan produktif dalam sebanyak mungkin persoalan di kantor, di rumah, di keluarga dan di dalam pergaulan, hal ini dilakukan melalui komunikasi dan interaksi serta saling membantu. Ibu di dalam rumah tangga berperan sebagai pencari nafkah, pada era modern mengakibatkan meningkatnya kebutuhan keluarga dan bertambahnya beban serta tanggung jawabuntuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup keluarga, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa ibu juga harus turut menanggulangi kebutuhan keluarga dengan ikut bekerja (Siregar, 2001). menurut Husaini tahun 2011, menjelaskan bahwa salah satu peran ibu dalam rumah tangga adalah mendidik anak, mendidik anak adalah perbuatan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dengan memberikan segala kasih sayang, tenaga tanpa pamrih. Seorang ibu yang mengajarkan anak-anaknya akan perbuatan baik buruk sesuai norma yang berlaku. Seorang ibu yang menyusui anak-anaknya, memasak dan menyuapi anak-anaknya, emandikan serta mengantar anak-anaknya berangkat kesekolah.


(31)

13

4. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (sunaryo, 2004).

Sedangkan, menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penghidu, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Sunaryo tahun 2004, dibedakan menjadi enam yakni:

1) Tahu, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang tahu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.


(32)

2) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.

3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4) Analisis, adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan.

5) Sintesis, adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Ukuran kemampuan ini dapat menyusun, meringkas, merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi, adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadapsuatu objek


(33)

15

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Pendidikan, upaya untuk memberikan pengetahuan pengetahuan sehingga terjadi perubahan sikap positif meningkat

2) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan banyak akal, mempunyai pengetahuan yang lebih luas

3) Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya

4) Pengalaman, suatu hal yang pernah dialami seseorang mungkin akan menambah suatu hal yang bersifat formal. Dalam hal ini, umur dan pekerjaan merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak

5) Sosial-ekonomi, tingkat dan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan.

5. Mencuci tangan

a. Pengertian mencuci tangan

Mencuci tangan adalah teknik dasar untuk melakukan pengontrolan dan pencegahan infeksi bakteri. Mencuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun atau pembersih lainnya


(34)

dan dibilas dengan air bersih (Ardhiyanti,dkk, 2014). Mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penularan penyakit, terutama penularan penyakit yang melalui makanan (Djauzi, 2009).

Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur pengontrolan infeksi, serta merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme (James,dkk, 2008). Mencuci tangan dengan sabun pada masyarakat dapat menekan terkena diare sebanyak 42% - 47%, mencuci tangan dengan sabun dan air dengan menuangkan 1-3 ml sabun dan menggosok-gosokannya selama 45 – 60 detik kemudian keringkan menggunakan handuk (Dobson,2003).

b. Waktu mencuci tangan

Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah beraktifitas. Menurut Depkes R.I tahun 2008 mencuci tangan dengan sabun yang efektif adalah selama 40-60 detik. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun menurut Handayani , dkk (2000).

1) Sebelum dan setelah makan 2) Setelah ganti pembalut

3) Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan


(35)

17

4) Setelah memegang hewan atau kotoran hewan 5) Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan 6) Sebelum dan setelah mengiris sesuatu

7) Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka

8) Setelah menangani sampah

9) Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak 10) Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet,

wartel, dan lain - lain)

11) Pulang bepergian dan setelah bermain 12) Sesudah buang air besar dan buang air kecil. c. Langkah mencuci tangan


(36)

Cara mencuci tangan bersih secara baik dan benar menurut Dinkes Palembang (2011) adalah:

1) Basuh tangan dengan air 2) Tuangkan sabun secukupnya

3) Ratakan dengan kedua telapak tangan

4) Gosok punggung dan sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya

5) Gosok kedua telapak dan sela - sela jari

6) Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci

7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya

9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir dan keringkan

Langkah mencuci tangan dengan menggunakan alkohol menurut WHO (2009) adalah:

1) Tuangkan alkohol ke telapak tangan secukupnya 2) Gosok pada kedua telapak tangan

3) Telapak tangan kanan diatas tangan kiri, gosok punggung dan sela-sela tangn kiri dengan tangan kanan kemudian sebaliknya. 4) Gosok kedua telapak tangan dan sela sela jari


(37)

19

6) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kaknan dan sebaliknya

7) Gosokkan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. Durasi yang diperlukan sekitar 20 – 30 detik.

d. Tujuan mencuci tangan

Tujuan mencuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang menempel pada telapak tangan dan tangan (Ardhiyanti,dkk, 2014). Mencuci tangan jika tidak dilakukan maka akan beresiko untuk terjadinya penularan bakteri, mulai dari paparan bakteri tersentuh oleh tangan kemudian tangan menyiapkan makanan untuk orang lain maupun diri sendiri, maka bakteri akan menempel pada makanan tersebut dan setelah termakan masuk kedalam tubuh akan terjadi infeksi dan terjadi penyakit salah satunya adalah diare (Hartono,2006).

6. Diare

a. Pengertian diare

Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan feses yang berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya (Priyanto & Lestari, 2009). Diare yaitu bertambahnya kandungan air dalam tinja diperlihatkan dengan mencret dan meningkatnya


(38)

frekuensi buang air besar setiap hari (Irianto, 2008). Diare ialah peningkatan massa tinja, frekuensi buang air besar, atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja. Hal ini berarti pembentukan feses yang melebihi 250 gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95%. Diare yang berat dapat keluar cairan 14 liter/hari. Diare sering disertai dengan nyeri, keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia (Kumar dkk, 2007).

Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Volume tinja pada bayi lebih dari 15 g/Kg/24 jam. Diare pada balita umur 3 tahun volume tinja sudah sama dengan volume orang dewasa yaitu sekitar 200 g/24 jam (Behrman,2000).

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak nyaman pada area perineal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor sekresi intestinal, perubahan penyerapan mukosa dan peningkatan motilitas (Baughman,dkk, 2000).

b. Klasifikasi diare

Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisten. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali dianggap suatu


(39)

21

kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel,2011).

Klasifikasi Diare menurut (Octa, dkk, 2014) ada dua yaitu berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik. 1) Berdasarkan lama diare

a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari b) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangn berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. 2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a) Diare sekresi

Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.

b) Diare osmotik

Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik


(40)

seperti (Magnesium Sulfat, Magnesium Hidroksida), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus miosal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

c. Jenis diare

Menurut Baughman,dkk (2000) ada beberapa jenis diare menurut penyebabnya adalah:

1) Diare akibat virus

Diare akibat virus, misalnya “influenza perut” dan “travellers diarrhoea” yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus tersebut melekat pada sel mukosa usus yang mengakibatkan rusaknya sel mukosa usus sehingga kapasitas resorbsi menurun.

2) Diare bakterial invasif

Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu), diare akibat bakteri ini mengurang seiring dengan meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa dimana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.

3) Diare parasiter

Diare parasiter, diare parasiter terjadi akibat protozoa seperti Entamoeba, histolytica dan Giardia lamblia terutama terjadi di daerah (sub)tropis.


(41)

23

4) Diare akibat penyakit

Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, p. Crolm, irritable Bowel Syndrome (IBS), kanker colon dan infeksi-HIV juga akibat gangguan.

5) Diare akibat obat

Diare akibat obat yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sarbitol, beta blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin).

6) Diare akibat keracunan makanan

Diare akibat keracunan makanan, keracunan makanan sebagai penyakit yang bersifat infeksi atau toksis yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.

d. Manisfestasi klinis

1) Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses.

2) Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus.

3) Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif (tenesmus) mungkin terjadi setiak kali defekasi.

4) Gejala yang berkaitan adalah dehidrasi dan kelemahan.

5) Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.


(42)

6) Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon. 7) Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus. 8) Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi

atau kolitis.

9) Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi.

Menurut Octa,dkk (2014) tanda gejala diare pada balita adalah sebagai berikut:

1) Cengen 2) Gelisah

3) Suhu meningkat 4) Nasfu makan menurun

5) Tinja cair, lendir, tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah

6) Anus lecet

7) Dehidrasi, bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaran menurun diakhiri dengan syok

8) Berat badan menurun 9) Turgor kulit menurun 10) Mata dan ubun-ubun cekung 11) Mulut dan kulit menjadi kering.


(43)

25

e. Faktor risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fecal-oral yaitu mekanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita, atau secara tidak langsung melalui lalat, secara singkatnya dapat dikatakan melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), field (lingkungan) (Amabel, 2011).

f. Etiologi diare

Etiologi diare menurut Ngastiyah tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Faktor infeksi

a) Infeksi saliran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya (2) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis) Adeno-Virus, Rotavirus, Astrovirus. (3) Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, trichomonas hintinis); jamur (Candida albicans).


(44)

b) Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensafalitis dan sebagainya

2) Faktor malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang paling sering adalah intoleransi laktosa.

b) Malabsorbsi lemak c) Malabsorbsi protein. 3) Faktor makanan

a) Makanan basi b) Makanan beracun

c) Alergi terhadap makanan. 4) Faktor psikologis

Perasaan takut dan cemas, namun faktor ini sangat jarang ditemukan tetapi tidak menutup kemungkinan akan dapat terjadi pada anak-anak.

g. Mekanisme pencernaan dan diare

Pencernaan normal pada manusia pada umumnya makanan dicerna menjadi “bubur” (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan.


(45)

27

Zat – zat gizi yang telah diabsorbsi oleh villi ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicerna diterukan ke usus besar (colon). Bakteri yang biasanya berada di colon mencerna kembali sisa-sisa (serat-serat) makanan tersebut sehingga sebagian besar sisa makanan dapat diserap kembali selama perjalanan ke usus besar (colon) sehingga isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja. Mekanisme diare menurut teori klasik disebabkan karena meningkatnya peristaltik usus, sehingga pada saat makanan melalui perlintasan untuk menjadi bubur sangat dipercepat sehingga proses penyerapan kembali tidak sempurna mengakibatkan masih mengandung air yang sangat banyak, sehingga pada saat dikeluarkan sebagai tinja berbentuk cair. Bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau terjadinya hipersekresi biasanya disebabkan oleh bakteri, virus,kuman dan toksin (Tjay& Kirana, 2007).

Sebagian besar penyakit diare disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:

1) Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang


(46)

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2) Melalui tinja yang sudah terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, didalamnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang-orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Menurut Depkes RI (2005) kuman penyebabnya diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja dengan benar.

h. Pencegahan

Pencegahan diare menurut pedoman tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:


(47)

29

1) Pemberian ASI

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).

2) Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).


(48)

3) Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

i. Penatalaksanaan

Menurut (Baughman & Hackley,2000) penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengontrolan penyembuhan penyakit yang mendasari.

1) Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.

2) Untuk diare sedang, obat-obatan non spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non-infeksius.

3) Jika diare terus memburuk resepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius.

4) Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau lansia.


(49)

31

Menurut (Octa,dkk, 2014) penatalaksanaan kasus diare pada balita adalah sebagai berikut:

1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat) 2) Diatetik (pemberian makanan)

3) Obat-obatan

4) Lintas diare meliputi:

a) Dehidrasi menggunakan oralit

b) Zinc Diberikan berturut-turut selama 10 hari

c) Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh yang dapat menghambat enzim INOS (inducible Nitric Oxide Synthase) dimana eksresi enzim ini meningkat selama diare yang mengakibatkan hipersekresi epitel usus

d) Teruskan pemberian ASI e) Antibiotik selektif

f) Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare yang disertai darah

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pendidikan kesehatan

cuci tangan

Tingkat Pengetahuan Ibu dalam pencegahan diare ada balita

Faktor yang mempengaruhi: 1. Tingkat pendidikan 2. Sosial ekonomi 3. Adak istiadat

4. Kepercayaan masyarakat 5. Ketersediaan waktu

(Saragih, 2010)

Faktor yang mempengaruhi: 1. Pendidikan

2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial ekonomi


(50)

C. Hipotesis

Ha: Ada pengaruh pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita


(51)

33

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experiment (penelitian eksperimental semu) dengan rancangan tehnik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi (lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 1. Pembagian kelompok penelitian

Subjek Pretest Perlakuan posttest

A O 1 01-A

B O 2 01-B

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan:

A : Kelompok perlakuan B : Kelompok kontrol

1 : Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dengan ceramah 2 : Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dengan leaflet

O : Observasi yang dilakukan sebelum pemberian Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan cuci tangan

01-A : Penilaian yang dilakukan setelah pemberian Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan (kelompok eksperimen)

01-B : Penilaian yang dilakukan setelah pemberian leaflet (kelompok kontrol)


(52)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini berjumlah 84 orang di posyandu Giri Seto sebagai kelompok perlakuan dan posyandu Pertiwi sebagai kelompok kontrol.

2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sample pada penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, penghitungan jumlah sampel dihitung pada tiap kelompok yaitu kelompok perlakuan n=N/1+N(10%)2 dengan nilai hitung n=42/1+42(0,01) = 29,57 dibulatkan menjadi 30 responden. Dan kelompok kontrol n=N/1+N(10%)2 dengan nilai hitung n=42/1+42(0,01) = 29,57 dibulatkan menjadi 30 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara Simple Random Sampling.

3. Kriterian sampel a. Kriteria inklusi

1) Ibu rumah tangga yang memiliki balita 2) Ibu yang bisa membaca dan menulis 3) Ibu yang bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi


(53)

35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu Giri Seto dan posyandu pertiwi Penelitian dilakukan mulai dari Juli 2016.

D. Variabel penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto,dkk, 2000 dalam Nursalam, 2013). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian.

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita.

E. Definisi Operasional

1. Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan adalah upaya untuk menyebar luaskan informasi tentang mencuci tangan pada kalangan ibu-ibu yang memiliki balita (1-5 tahun). Pemberian materi dilakukan dalam bentuk ceramah dengan durasi waktu 45 menit pada kelompok perlakuan,untuk kelompok kontrol tidak diberikan ceramah melainkan diberikan leaflet. 2. Tingkat pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah melakukan

pengindraan melalui pancaindra manusia. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner pengetahuan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dengan jumlah soal 19 pertanyaan, 8 soal mengenai cuci tangan dan


(54)

11 pertanyaan mengenai diare. Pengukuran tingkat pengetahuan diukur dengan soal pretest dan posttest. Skala data yang digunakan adalah rasio,Mean 1-19.

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan diajukan secara tertulis untuk mendapatkan keterangan. Sebelum dilakukan penelitian kuesioner akan diuji validitas dan reabilitas terlebih dahulu di posyandu mawar karena belum digunakan oleh peneliti lain.

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner

Aspek Nomor Jumlah

Cuci tangan

Tujuan mencuci tangan 6,8 2

cara mencuci tangan 1, 2, 5,7 4

waktu mencuci tangan 3, 4 2

Diare

Pengertian diare 10,19 2

Penyebab diare 18,15, 2

Pencegahan diare 9 1

Tanda gejala 11,13 2

Klasifikasi diare 12, 16,17 3

Penanganan diare pada balita 14 1

Jumlah 19

G. Jalannya Penelitian

1. Penyusunan Karya tulis ilmiah. 2. Ujian

3. Mengurus surat izin etik dan izin validitas


(55)

37

5. Peneliti melakukan penelitian di Gamping Kidul RW 16 sebagai kelompok perlakuan

6. Peneliti melakukan penelitian di Gamping Kidul RW 19 sebagai kelompok kontrol

7. Peneliti memilih responden secara simple random, dengan lottery technique setelah terpilih Peneliti memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden

8. Peneliti memberikan penjelasan singkat maksud dan tujuan penelitian 9. Peneliti memberikan pre test pada kelompok kontrol dan perlakuan

kemudian peneliti melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan memberikan leaflet pada kelompok kontrol

10. Peneliti melakukan follow up dan memberikan post test pada kelompok perlakuan dan kontrol pada saai itu juga

11. Peneliti pengumpulkan data dan mengolah data 12. Peneliti menyusun laporan

13. Ujian hasil penelitian.

H. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penglahan data dalam beberapa tahap yaitu: 1. Pemeriksaan data

Merupakan pemeriksaan kembali data-data, serta kelengkapan data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan dari responden.


(56)

2. Pemberian kode

Pemberian kode pada atribut variabel untuk memudahkan analisis data, atau kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kuesioner pengetahuan dengan jumlah 19 soal dengan kriteria “kurang” “cukup” dan “baik” kriteria penilaian untuk pengetahuan menurut Nursalam adalah:

a. Tingkat pengetahuan baik : 76-100% score 14-19 b. Tingkat pengetahuan cukup : 56-75% score 10-14 c. Tingkat pengetahuan kurang : <56% score 0-10 3. Pemasukan data

Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang di berikan kode angka untuk dimasukkan ke dalam program komputer yaitu software SPSS.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Kuesioner diuji coba terlebih dahulu dengan mengukur validitas dan reliabilitas kuesioner. Kuesioner yang diuji adalah tingkat pengetahuan cuci tangan dan diare. Uji validitas dilakukan di posyandu Mawar dengan jumlah sampel 33 responden dengan karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Hasil uji coba dianalisis menggunakan rumus pearson product moment (Sugiyono, 2015). Signifikasi nilai korelasi tiap pernyataan perlu dilihat r tabel dan r hitung.


(57)

39

Dikatakan valid apabila r tabel lebih kecil dari r hitung dengan dengan tingkat signifikasi 5% (Arikunto, 2010).

r tabel di dapat dari df-2 = 33-2 =31 dengan ketentuan r tabel adalah 0,344 apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner dinyatakan valid.

Hasil uji validitas kuesioner tingkat pengetahuan cuci tangan dari 13 pernyataan terdapat 5 yang tidak valid yakni nomor 6,7,8,10,12 dan 8 pertanyaan yang valid dengan nilai hasil r hitung (0,637, 0,465, 0,511, 0,420, 0,484, 0,746, 0,372, 0,385) > r tabel (0,344). Kuesioner tingkat pengetahuan tentang diare dari 16 Pernyataan terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 9,11,12,14,15, dan ada 11 pertanyaan yang valid dengan hasil hitung (0,703, 0,615, 0,717, 0,751, 0,818, 0,355, 0,818, 0,577, 0,464, 0,391, 0,376) > r tabel, dari dua kuesioner digabung menjadi satu sehingga peneliti hanya menggunakan 19 pertanyaan dalam kuesioner. Pernyataan yang tidak valid dihapuskan dari lembar kuesioner. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari reliability yang memiliki arti keterpercayaan, kehandalan, konsistensi dan sebagainya, tetapi ide pokok yang terkandung yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Hasil ukur dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek tidak terjadi perubahan. Apabila terdapat perbedaan kecil, hal tersebut masih bisa ditoleransi namun jika perbedaan sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak


(58)

dapat dipercaya sehingga dikatakan tidak reliabel. Metode perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah metode:

KR-20 dengan rumus sebagai berikut:

(

) (

)

Keterangan:

r11 : Reliabilitias intrumen

k : Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan Vt : Variansi total

p : Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir q : Proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir

Dari hasil pengujian diperoleh nilai r11. Nilai ini kemudian diandingkan dengan nilai rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar daripada r tabel (0,5), maka butir soal dapat dikatakan reliabel. Sebaliknya, apabila nilai r11 lebih kecil dari rtabel, maka butir soal dapat dikatakan tidak reliabel (Arikunto, 2010). Kriteria score reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,80 <rkr-20≤ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi 0,60 <rkr-20≤ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,40 <rkr-20≤ 0,60 : Reliabilitas sedang 0,20 <rkr-20≤ 0,40 : Reliabilitas rendah


(59)

41

Hasil uji reliabilitas menggunakan KR-20 adalah pada kuesioner pengetahuan cuci tangan dengan nilai 0,64 dan pada kuesioner pengetahuan diare dengan nilai 0,76.

J. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi dan data perhitungan statisitik, kemudian dilakukan uji statistik.

1. Analisa Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data dengan sederhana. Data yang sudah didapatkan akan dihitung jumlah dan persentase tiap kelompok. Data yang sudah ada disusun dalam tabel dan kemudian diinterpretasikan.data kategorik akan disajikan dalam bentuk presentase dan frekuensi.

Cara penyajian dapat berupa presentase, diagram map, atau tabel frekuensi dengan rumus :

P=

x 100%

Keterangan :

P : Persentase jawaban yang diberikan responden (%) F : Frekuensi jumlah yang diperoleh


(60)

2. Analisa Bivariat

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal atau non-parametrik dan berpasangan, dan skala yang digunakan merupakan skala kategorik, untuk melihat perbedaan pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji Man-Whitney karena data responden pada kuesioner tidak berdistribusi normal atau non-parametrik dan berpasangan. Dari uji statistik didapat nilai yang signifikan (p). Jika nilai sig < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan jika nilai sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.

K. Etik Penelitian

Etika penelitian merupakan hak yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatika. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari komisi etik dan penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Masalah Etik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti dan mengetahui dampaknya. jika responden setuju maka responden akan menandatangani lembar persetujuan.


(61)

43

2. Kerahasiaan Nama (Anonymity)

Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner), tetapi dalam bentuk kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi maupun masalah-masalah yang diberikan oleh responden. Informasi dan masalah hana kelomok tertentu yang akan dilaporkan atau yang digunakan sebagai penelitian.


(62)

44

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dukuh Gamping Kidul terletak di kelurahan Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukuh Gamping Kidul terdiri dari 4 RW (rukun warga) yaitu RW.16, RW.17, RW.18, RW.19, dan setiap RW terdiri dari 3 sampai 4 RT (Rukun Tangga), dengan rincian RW 16 terdiri dari 4 Rt (1,2,3,4), RW 17 terdiri dari 3 RT (1,2,3), RW 18 terdiri dari 3 RT (1,2,3), RW 19 terdiri dari 3 RT (1,2,3). Setiap RW memiliki 1 posyandu balita.lokasi penelitian berada di RW 16 dan RW 19.

Posyandu Giri Seto adalah salah satu posyandu yang diteliti oleh peneliti yang berlokasi di Jl. Ring Road Selatan No.105 Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Posyandu Giri Seto aktif dalam posyandu balita setiap tanggal 16, dilaksanakan setiap pukul 08:00 hingga selesai.

Kegiatan di posyandu Giri Seto setiap bulannya adalah melakukan penimbangan berat badan bayi dan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader posyandu yang telah diberikan ilmu pengetahuan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan setempat. Namun data yang diperoleh dari kader posyandu balita, selama kurang lebih 1 tahun terakhir belum ada penyuluhan terkait tentang pencegahan diare pada balita.


(63)

45

Batas-batas wilayah pada RW 16 adalah sebagai berikut batas sebelah utara adalah Gamping Tengah, batas sebelah selatan adalah Desa Tamantirto Batas sebelah barat adalah Gamping tengah Batas sebelah timur adalah RW 17 gamping kidul, RW 16 memiliki jumlah penduduk 450 jiwa, dan 187 KK (kepala keluarga), yang aktif dalam posyandu balita sebanyak kurang lebih 42 ibu.

Penelitian yang kedua adalah di RW 19. RW 19 terdiri dari 3 RT yaitu RT (1,2,3), dan memilki 1 posyandu balita bernama “Pertiwi”, lokasi koordinat sesuai Google Map adalah sebagai berikut -7.803025,116.329074. dekat dengan MTS Mayithoh.

Batas-batas wilayah di RW 19 adalah batas sebelah utara RW 17 gamping kidul batas sebelah selatan Desa tamantirto batas sebelah barat RW 18 gamping kidul batas sebelah timur Desa Ngestiharjo.lokasi penelitian yang kedua masih satu padukuhan dengan lokasi penelitian yang pertama (posyandu Giri Seto), RW 19 memillki jumlah penduduk 810 jiwa dengan banyak KK (kepala keluarga) sebanyak 245. Masyarakat khususnya Ibu-ibu yang aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak kurang lebih 42 ibu. Kegiatan di posyandu pertiwi juga sama halnya dengan kegiatan di posyandu Giri Seto yaitu setiap tanggal 9 pagi mulai sekitar pukul 08:00 hingga selesai ada kegiatan timbangan (menimbang berat badan) balita. Posyandu pertiwi dalam 1 tahun terakhir belum ada penyuluhan tentang pencegahan diare pada balita.


(1)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 6 pada saat postest adalah baik dengan

26 responden. Hasil mayoritas dari tingkat pengetahuan kelompok kontrol pada saat pretest adalah

sedang sebanyak 16 responden dan pada saat postest mayoritas baik dengan 16 responden.

Gambar 1. Grafik tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Gambar 1 menunjukan ada kenaikan tingkat pengetahuan di kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Dengan perbedaan selisih pada saat pretest selisih mean kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol adalah 1,33, sedangkan pada saat postest selisih mean kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol adalah

1,76. Kenaiakan rata-rata tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan adalah 3,63, dan selisih kenaikan rata-rata tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol adalah sebesar 3,23. selisih perbedaan kenaiakan tingkat pengetahuan pada kedua kelompok adalah sebesar 0,44.

Tabel 4 hasil analisis Wilcoxon pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. kelompok waktu N Mean Delta

mean (∂

Std. Deviation

P-Value

Perlakuan Pre-test 30 12,67 3,63 1,807 0,000 Post-test 30 16,30 1,685

Kontrol Pre-test 30 11,33 3,2 1,826 0,000 Post-test 30 14,53 1,995

12,66

16,3 11,33

14,53

pretest postest

Mean

Grafik Tingkat Pengetahuan


(2)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 7 Tabel 4 menunjukan hasil

dari uji beda menggunakan Wilcoxon menguji perbedaan nilai akhir ( Post-Test) dengan nilai awal (Pre-Test) pada kelompok perlakuan. Diperoleh hasil P-Value <0,05 (0,000 < 0,05) yang yang artinya Ho ditolak, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara Post-Test kelompok perlakuan dengen Pre-Test kelompok perlakuan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan ceramah.

Tabel 4 menunjukan dari uji beda menggunakan Wilcoxon menguji perbedaan nilai akhir ( Post-Test) dengan nilai awal (Pre-Test) pada kelompok kontrol . Diperoleh hasil P-Value <0,05 (0,000 < 0,05) yang yang artinya Ho ditolak, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara Post-Test kelompok perlakuan dengen Pre-Test kelompok perlakuan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan leaflet.

Tabel 5 Uji normalitas selisih kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Target Mean Std.

Deviation Shapiro-willk test

Perlakuan 30 3,63 2,282 0,107

Kontrol 30 3,20 2,280 0,026

Tabel 5 menunjukan nilai uji normalitas selisih kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data selisih pretest dengan postest menunjukan data tidak terdistribusi normal, karena pada data kelompok kontrol diketahui hasil uji test normalitas dengan menggunakan

shapiro-wilk dengan nilai 0,026 (0,026<0,05) yang artinya data tidak terdistribusi normal, jika data tidak terdistribusi normal maka untuk analisis statistik menggunakan non-parametrik test yaitu Wilcoxon dan Mann-Whitney.

Tabel 6 uji perbedaan tingkat pengetahuan antarra kedua kelompok sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Kelompok n Mean Std.

deviation P.value

Pre-Test Perlakuan 30 12,00 1,922 0.007

Kontrol 30

Postest Perlakuan 30 15,42 2,036 0,000 Kontrol 30

Tabel 6 menunjukan dari uji beda menggunakan Wilcoxon menguji perbedaan nilai akhir (Post-Test) dengan nilai awal (Pre-Test) pada

kelompok kontrol . Diperoleh hasil P-Value <0,05 (0,000 < 0,05) yang yang artinya Ho ditolak, dengan demikian ada perbedaan yang


(3)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 8 signifikan antara Post-Test kelompok

perlakuan dengen Pre-Test kelompok perlakuan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan leaflet

Tabel 6 menunjukan hasil analisa menggunakan Mann-Whitney antara hasil Pre-Test kelompok

perlakuan dengan Pre-Test kelompok kontrol dengan hasil P-Value= 0,007 yang berarti Ho Ditolak (0,007 < 0,05) yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada Pre-Test dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Tabel 7 Uji perbedaan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

Kelompok N Mean Std.Deviation P-Value

Perlakuan 30 3,63 2,282

0,642

Kontrol 30 3,20 2,280

Tabel 7 menunjukan hasil dari perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana pada kelompok perlakuan diberikan pendidikan kesehatan dengan media ceramah dan powerpoin dan pada kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet. Hasil yang di dapatkan adalah

P-Value=0,642 berarti Ho diterima (0,642>0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kelompok perlakuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media ceramah dan powerpoin dengan kelompok kontrol yang diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet.

PEMBAHASAN

Hasil pembahasan nilai pre-test dan post-test dianalisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test, hasil uji statistik menunjukan adanya peningkatan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan pada saat pre-test (sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan) dan post-test (sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan) ini ditunjukan oleh adanya perbedaan yang bermakna dilihat dari hasil rata-rata pre-test dan post-test pada

kelompok perlakuan p-value <0,05 (0,000 < 0,05) dengan nilai rata-rata 14,53 > 11,33 (post-test > pre-test). Maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita. Pada kelompok kontrol didapat nilai Hasil uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukan terdapat peningkatan nilai rata-rata pengetahuan yang


(4)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 9 signifikan pada kelompok kontrol

pada saat pre-test dan post-test dengan nilai p-value < 0,05 (0,000 < 0,05) hal ini menujukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dilihat dari pre-test dan post-test. hal ini terbukti bahwa pendidikan kesehatan tentang cuci tangan cukup efektif dan efisien serta memberikan pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita. Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor pendidikan yaitu bimbingan yang dierikan seseorang terhadap perkembangan orang lainsehingga seseorang tersebut menjadi tahu. Menurut Karimawati (2013) pemberian pendidikan kesehatan dengan metode leaflet juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, menurut Habsari (2015) yang meneliti keefektifan pemberian informasi dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare menyimpulkan bahwa kelompok yang cara penyampaian informasi dengan menggunakan metode ceramah dan leaflet lebih efektif meningkatkan pengetahuan daripada kelompok yang tidak diberikan.

Perbedaan metode pemberian

informasi dengan ceramah dan

leaflet terhadap tingkat

pengetahuan

Pemberian informasi menggunakan metode ceramah pada kelompok

perlakuan dan leaflet pada kelompok kontrol mempengaruhi pengetahuan responden. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan terhadap pemberian informasi kepada responden, dilakukan analisis menggunakan Uji Mann-Whitney, hasil uji beda selisih nilai Post-Test dan Pre-Test pada kelompok perlakuan dengan nilai Post-Test dan Pre-Test pada kelompok kontrol menggunakan Mann-Whitney, didapatkan nilai p.Value=0.642. yang artinya Ho Diterima (0,642 > 0,05) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan menggunakan metode ceramah.menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Menurut Sumarah (2009) menjelaskan bahwa pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah memiliki keefektifan yang sama dalam meningkatkan pengetahuan. Menurut Djamarah (2008) dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian yang terpusat pada suatu pelajaran. Menurut Tonienase (2007) konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi,faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat


(5)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 10 konsentrasi dalam belajar adalah

suara.suara yang ramai dan bising dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi seseorang dalam belajar. Pencahayaan juga dapat mempengaruhi konsentrasi dalam belajar, sehingga jika seseorang tidak dapat berkonsentrasi maka kemampuan untuk menyerap materi yang disampiakan akan kurang, temperatur ruangan juga mempengaruhi tinkat konsentrasi. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar kemungkinan materi yang bisa di mengerti oleh seseorang. Hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan sehingga menjadikan hasil uji tidak signifikan menurut teori adalah faktor lingkungan yang tidak kondusif.

KESIMPULAN

Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan yaitu:

1. Ada perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada balita sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

2. Ada perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu tentang pencegahan diare pada balita pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada saat pretest dan postest

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode yang diberikan pada kelompok perlakuan (ceramah) dengan metode yang diberikan pada kelompok kontrol (leaflet), namun kedua metode pendidikan meningkatkan tingkat pengetahuan pada ibu. Metode ceramah lebih banyak meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dengan selisih mean 0,44.

SARAN

1. Bagi responden (ibu-ibu) Diharapkan ibu-ibu yang memiliki balita dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan diare pada balita, dengan banyak membaca buku atau melalui media informasi lainnyasehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana cara mencegah diare pada balita. 2. Bagi tenaga kesehatan

Kepada ketua kader posyandu, agar tetap memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit diare,khususnya pada balita, diharapkan lebih memodifikasi atau mengkombinasikan

pemberian pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet.


(6)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 11 3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memberikan penyuluhan, sehingga dapat menambah pengalaman dan wawasan peneliti serta dapat menerapkan ilmu kesehatan yang telah didapatkan selama kuliah dan dapat menggunakan media yang lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Amabel,S.2011. diare pada anak.

available :

https://ml.scribd.com/doc/61 043992/Diare-pada-Anak (3/11/2015 23:22)

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset

Kesehatan Dasar;

RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Behrman, K. A. 2000. Ilmu

Kesehatan Anak (15 ed., Vol. 2). (S. Wahab, Penyunt.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Depkes, R. I.2006. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).Jakarta: Depkes R.I

Dinas Kesehatan

D.I.Yogyakarta.2014.

Buletin Kewaspadaan Dini dan Respons. Yogyakarta. http://dinkes.jogjaprov.go.id /berita/detil_berita/580-

buletin-kewaspadaan-dini- dan-respons-dinas-kesehatan-diyogyakarta Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2008 Habsari, N, N. 2015. Efektifitas

Pemberian Informasi Dengan Ceramah dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-ibu Dikabupaten Rembang, Skripsi. Fakultas farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Karimawati,D. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Asupan Gizi Pada Usia Toddler di Surakarta.Skripsi.universitas muhammadiyah Surakarta. Kumar, V., Ramzi S. C. & Stenley L.

R. 2004. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu

Bersalin : Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.

WHO. 2015. World Health Statistics. World Health Organization, 15 - 17. available: http://www.unicef.org/aids/f iles/hiv_diarrhoea_and_pne umonia.pdf


Dokumen yang terkait

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok

2 12 128

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

3 26 62

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN DIARE DI POSYANDU Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Tindakan Pencegahan Dan Pengobatan Diare Di Posyandu Gonilan Kartasura.

0 0 10

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Bo

0 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Boyolali.

0 2 6

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DESA GLADAGSARI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Des

0 0 19

FITRI EKA WULANDARI R0108021

1 11 59

HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Perilaku Ibu dalam Pencegahan Diare pada Balita di Puskesmas Gamping 1 Yogyaka

0 0 17

i PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PAD

0 0 13

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DEMAM TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENGELOLAAN DEMAM PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Demam terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pengelolaan Dem

0 0 15