MENDETEKSI DETERIORASI KAYU

BAB IV MENDETEKSI DETERIORASI KAYU

Tujuan Umum : Bab ini secara umum bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik-teknik mendeteksi deteriorasi kayu. Tujuan Khusus : Bab ini secara khusus memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menerapkan teknik mendeteksi deteriorasi kayu dengan memperhatikan kondisi penggunaannya.

Pada prinsipnya, deteriorasi kayu dapat dilihat sebagai salah satu bentuk mekanisme penurunan sifat yang berhubungan dengan penurunan ketahanan kayu. Deteriorasi ini secara signifikan banyak dijumpai pada struktur atau bangunan yang memanfaatkan kayu. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa dapat dilihat secara langsung pada permukaan kayu hingga pada suatu kondisi dimana struktur kayu tersebut betul- betul mengalami kerusakan yang sangat parah.

Pengamatan terhadap bangunan-bangunan dari kayu yang mengalami kerusakan dapat memperjelas bahwa kerusakan atau penurunan ketahanan kayu dalam struktur bangunan dapat disebabkan oleh organisme perusak. Organisme perusak umumnya menjadikan kayu sebagai sumber makanan atau tempat perlindungan. Sebagai contoh dapat dilihat pada kayu yang diserang oleh jamur. Serangan tersebut diawali oleh hifa dari jamur yang mensekresi enzim. Enzim yang dikeluarkan mampu menguraikan (depolimerisasi) komponen-komponen kimia penyusun kayu sehingga dapat menurunkan kerapatan, kekuatan, dan kekerasan kayu bangunan. Kondisi ini tentu secara nyata akan menurunkan daya tahan kayu dalam menerima beban dan akhirnya dapat roboh. Olehnya itu, mendeteksi deteriorasi kayu secara akurat dan lebih dini sangat diperlukan untuk memperpanjang umur pakai kayu dan menjamin keselamatan umum yang berhubungan dengan struktur bangunan kayu bersangkutan. Saat ini, ada beberapa manual untuk mengakses kondisi bangunan yang terbuat dari kayu. Pada bagian berikut ini dikemukakan metode-metode umum yang dapat dilakukan untuk mendeteksi deteriorasi pada kayu.

A. Metode Konvensional

Metode konvensional untuk mendeteksi deteriorasi kayu dapat dilakukan terhadap kerusakan permukaan maupun kerusakan bagian dalam kayu. Dalam hal ini, cara-cara atau alat-alat khusus biasanya diperlukan untuk tipe kerusakan tertentu dengan tetap mempertimbangkan struktur bangunan. Meskipun berbagai cara dapat dilakukan untuk mendeteksi kerusakan pada kayu, pada prakteknya seorang dapat melakukan inspeksi tanpa harus menggunakan berbagai macam alat. Metode atau alat yang digunakan tergantung pada ketersediaan dana, pengalaman sebelumnya, atau masalah yang harus ditangani.

A.1 Metode Mendeteksi Deteriorasi Bagian Luar Kayu Deteriorasi bagian luar kayu (eksterior) dapat dengan mudah dideteksi karena

kerusakan yang terjadi dapat kita akses langsung. Tingkat kemudahannya tergantung pada besar kecilnya kerusakan dan metode inspeksi yang dilakukan. Metode yang umum dilakukan dalam hal ini adalah visual inspection dan probing. Teknik ini tentu saja masih memerlukan inspeksi lanjutan dengan metode lain untuk mengetahui tingkat kerusakan yang sebenarnya terjadi.

Visual inspection (Inspeksi secara kasat mata) Visual inspection adalah metode paling sederhana untuk mengetahui lokasi

terjadinya kerusakan pada struktur bangunan kayu. Dalam metoda ini, inspeksi dilakukan terhadap struktur bangunan untuk mengetahui dan memetakan tempat-tempat yang secara nyata atau pun potensial dapat mengalami kerusakan. Pada saat melakukan inspeksi, seseorang memerlukan keadaan ruangan inspeksi yang terang untuk mampu mendeteksi kerusakan-kerusakan permukaan kayu akibat organisme perusak, penumpukan air, dan kekuatan mekanis. Visual inspection tidak dapat mendeteksi kerusakan yang baru terjadi pada tahap awal. Selama Visual inspection, beberapa hal perlu diketahui untuk digunakan sebagai tanda terjadinya deteriorasi seperti: terjadinya kerusakan pada struktur bangunan kayu. Dalam metoda ini, inspeksi dilakukan terhadap struktur bangunan untuk mengetahui dan memetakan tempat-tempat yang secara nyata atau pun potensial dapat mengalami kerusakan. Pada saat melakukan inspeksi, seseorang memerlukan keadaan ruangan inspeksi yang terang untuk mampu mendeteksi kerusakan-kerusakan permukaan kayu akibat organisme perusak, penumpukan air, dan kekuatan mekanis. Visual inspection tidak dapat mendeteksi kerusakan yang baru terjadi pada tahap awal. Selama Visual inspection, beberapa hal perlu diketahui untuk digunakan sebagai tanda terjadinya deteriorasi seperti:

b. Permukaan kayu yang berkerut (sunken faces) atau mengalami depresiasi dapat menjadi tanda terjadinya kerusakan di bawah permukaan. Pada struktur bangunan, sambungan-sambungan kayu tidak dapat dihindari. Pada bagian inilah biasanya terdapat bagian permukaan kayu yang tertekan. Perubahan warna pada bagian struktur ini dapat menjadi tanda bahwa bagian tersebut berpotensi untuk menjadi perangkap bagi air yang mengenainya dan sangat cocok untuk pertumbuhan jamur. Perubahan warna seperti karatan pada kayu akibat sambungan atau hubungan dengan besi juga dapat menjadi indikasi terjadinya pembasahan (wetting) pada bagian tersebut.

c. Adanya aktivitas serangan serangga dapat ditandai oleh lubang-lubang gerek, saluran kembara rayap, butiran-butiran kayu (frass), bubuk kayu, dan sejenisnya. Adanya serangan serangga juga menjadi indikasi adanya masalah kelembaban yang berpotensi terjadinya serangan jamur.

Probing (Penyelidikan) Probing dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti jarum tusuk atau pisau

untuk mendeteksi kerusakan di bawah permukaan kayu. Kerusakan yang terjadi dapat ditandai dengan kurangnya ketahanan kayu terhadap tusukan sebagai akibat adanya pelunakan kayu. Meskipun metode ini cukup sederhana, dalam prakteknya sangat memerlukan pengalaman untuk dapat menginterpretasi hasil dengan baik. Dalam hal ini, perlu kehati-hatian untuk dapat membedakan kayu yang rusak karena jamur dengan kayu yang lunak karena air yang biasanya masih kuat dan tidak mengalami kerusakan meskipun lebih lunak dari kayu kering. Kesulitan interpretasi juga dapat terjadi pada saat untuk mendeteksi kerusakan di bawah permukaan kayu. Kerusakan yang terjadi dapat ditandai dengan kurangnya ketahanan kayu terhadap tusukan sebagai akibat adanya pelunakan kayu. Meskipun metode ini cukup sederhana, dalam prakteknya sangat memerlukan pengalaman untuk dapat menginterpretasi hasil dengan baik. Dalam hal ini, perlu kehati-hatian untuk dapat membedakan kayu yang rusak karena jamur dengan kayu yang lunak karena air yang biasanya masih kuat dan tidak mengalami kerusakan meskipun lebih lunak dari kayu kering. Kesulitan interpretasi juga dapat terjadi pada saat

A.2 Metode Mendeteksi Deteriorasi Bagian Dalam (Interior) Kayu

Berbeda dengan deteriorasi bagian luar kayu, deteriorasi bagian dalam kayu (interior) sulit untuk dideteksi karena tanda-tandanya dapat saja tidak tampak secara visual. Sejumlah metode dan alat telah dikembangkan mulai dari yang sederhana seperti palu hingga yang kompleks dan canggih seperti sinar-X dan radiografik. Alat-alat lain seperti pengukur kadar air (moisture meters) juga biasa digunakan sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi bagian-bagian kayu yang kondisinya potensil bagi berkembangnya kerusakan internal.

Sounding (Membunyikan)

Membunyikan kayu dengan mengetuknya menggunakan palu atau alat lain adalah satu cara yang paling umum digunakan untuk mendeteksi deteriorasi yang terjadi di bagian interior kayu. Seorang pendeteksi yang berpengalaman dapat menginterpretasi suara yang timbul saat kayu diketuk, apakah masih utuh (sound) atau ada suara kosong yang dapat mengindikasikan terjadinya kerusakan atau deteriorasi parah. Meskipun sounding ini sudah digunakan secara luas, cara tersebut sering mengalami kesulitan interpretasi karena adanya faktor-faktor lain yang turut menentukan variasi kualitas suara yang timbul. Selain itu, sounding hanya memberikan gambaran parsial dari adanya kerusakan yang meluas yang tidak dapat mendeteksi kerusakan kayu yang masih dalam tahap awal hingga serangan sedang. Meskipun demikian, sounding masih tetap memiliki ruang tersendiri untuk keperluan inspeksi atau identifikasi kerusakan berat kayu bangunan secara cepat. Penemuan adanya gejala kerusakan dengan cara ini memerlukan verifikasi dengan menggunakan metode lain seperti pengoboran (drilling) dan penerasan (coring).

Drilling dan coring (Pengoboran dan Penerasan) Drilling dan coring adalah metode paling umum untuk mendeteksi deteriorasi internal,

khususnya pada bangunan seperti jembatan. Kedua metode tersebut digunakan untuk mendeteksi rongga yang terjadi akibat deteriorasi dan menentukan ketebalan kayu yang masih utuh. Drilling dan coring memiliki kemiripan dalam respon sehingga dapat dibahas secara bersama-sama.

Drilling biasa dilakukan dengan bor elektrik maupun manual dengan mata bor berukuran diameter 10-19 mm (3/8 to 3 /

4 inch). Drilling menggunakan tenaga elektrik akan lebih cepat, tetapi dengan menggunakan tenaga manual seorang dapat merasakan perubahan keadaan kayu sehingga dapat mendeteksi deteriorasi kayu dengan lebih baik. Secara umum, teknik ini dilakukan dengan mengebor struktur kayu, mencermati keadaan dimana pengeboran terasa lebih mudah, dan mengamati kayu-kayu hasil pengeboran untuk melihat terjadinya kerusakan pada bagian kayu bersangkutan. Adanya kerusakan kayu secara alami seperti mata kayu, saluran resin, dan serat-serat abnormal harus diantisipasi untuk tidak membuat kesalahan interpretasi. Jika ditemukan deteriorasi kayu, lobang-lobang pengeboran dapat digunakan untuk melakukan perlakuan-perlakuan perbaikan terhadap struktur kayu tersebut. Sedangkan Coring dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat mengeluarkan kayu yang dibor secara utuh (core) sehingga dapat mengamati keadaan kerusakan kayu lebih seksama.

Drilling dan coring umumnya digunakan untuk mengkonfirmasi adanya bagian- bagian kayu yang diduga sebagai tempat berkembangnya jamur perusak setelah melakukan inspeksi dengan menggunakan moisture meters atau metode lainnya. Pada saat kerusakan kayu terdeteksi, drilling dan coring juga dapat digunakan untuk menentukan luas dan batas-batas daerah serangan/kerusakan. Dalam inspeksi kerusakan, drilling sangat cocok untuk tahap awal inspeksi hingga ditemukannya tanda-tanda adanya kerusakan. Apabila kerusakan sudah dapat dideteksi, coring dapat dilakukan untuk mengetahui batas-batas infeksi atau untuk digunakan sebagai contoh uji untuk pengamatan dan analisis lanjutan. Dalam melakukan metode ini sangat diperlukan penggunaan alat yang tajam, baik untuk drilling maupun untuk coring. Penggunaan alat Drilling dan coring umumnya digunakan untuk mengkonfirmasi adanya bagian- bagian kayu yang diduga sebagai tempat berkembangnya jamur perusak setelah melakukan inspeksi dengan menggunakan moisture meters atau metode lainnya. Pada saat kerusakan kayu terdeteksi, drilling dan coring juga dapat digunakan untuk menentukan luas dan batas-batas daerah serangan/kerusakan. Dalam inspeksi kerusakan, drilling sangat cocok untuk tahap awal inspeksi hingga ditemukannya tanda-tanda adanya kerusakan. Apabila kerusakan sudah dapat dideteksi, coring dapat dilakukan untuk mengetahui batas-batas infeksi atau untuk digunakan sebagai contoh uji untuk pengamatan dan analisis lanjutan. Dalam melakukan metode ini sangat diperlukan penggunaan alat yang tajam, baik untuk drilling maupun untuk coring. Penggunaan alat

B. Metode Alternatif

Shigometer Shigometer adalah suatu alat yang menggunakan getaran-getaran gelombang untuk

mengukur perubahan dalam konduktivitas elektrik kayu akibat adanya kerusakan. Untuk tujuan tersebut, suatu lubang kecil dibuat dengan bor ke dalam kayu kemudian kawat pendeteksi yang dihubungkan dengan pengukur getaran dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Apabila kawat detektor menemukan bagian kayu yang mengalami deteriorasi, maka alat pengukur akan menunjukkan penurunan getaran. Bagian yang menunjukkan adanya penurunan getaran yang besar (50-75%) dapat kemudian dilakukan drilling atau coring untuk menentukan deteriorasi yang sesungguhnya. Shigometer telah terbukti mampu mendeteksi kerusakan kayu pada pohon hidup dan penggunaannya untuk kayu bangunan atau bahan konstruksi lainnya masih dibatasi oleh rendahnya kadar air kayu. Meskipun demikian, beberapa studi menunjukkan bahwa Shigometer cukup baik untuk mendeteksi kerusakan apabila digunakan pada kondisi yang tepat dan oleh orang yang berpengalaman dalam mengoperasikannya dan menginterpretasi hasilnya.

X-rays and tomography scanners Sinar-X (X-rays) pernah digunakan secara umum untuk mendeteksi adanya rongga-

rongga pada bagian dalam (internal) kayu. Pada saat Sinar-X digunakan ke seluruh bagian kayu, adanya mata kayu atau kerusakan lainnya akan merubah kerapatan gelombang radiograph yang direkam. Metode penggunaan sinar-X ini untuk mendeteksi kerusakan pada kayu saat ini sudah sangat terbatas karena memiliki beberapa masalah seperti biaya yang mahal, faktor keselamatan akibat radiasi, dan memerlukan tenaga ahli untuk menginterpretasi hasilnya. Meskipun dibatasi oleh adanya masalah-masalah tersebut, sinar-X secara khusus sangat bermanfaat untuk mendeteksi serangan-serangan organisme perusak seperti rayap dan penggerek laut.

Metoda perambatan gelombang tekanan (Stress wave propagation method) Metoda lain yang sukses digunakan untuk mendeteksi kerusakan internal kayu adalah

mengalirkan suatu gelombang tekanan ke dalam struktur kayu dan mengukur penurunan gelombang tekanan dan waktu yang diperlukan bagi gelombang tekanan tersebut untuk menembus struktur kayu bersangkutan. Apabila terjadi kerusakan dalam struktur kayu tersebut, maka penurunan dan waktu yang diperlukan untuk melewati struktur kayu tersebut akan bertambah. Waktu perambatan pada kayu yang mengalami kerusakan dapat beberapa kali waktu perambatannya pada kayu utuh tanpa kerusakan.

C. Bahan Tugas

Pada bagian ini, mahasiswa secara sendiri-sendiri diminta untuk melakukan inspeksi kerusakan kayu pada lingkungan tempat tinggal masing-masing dan mempresentasikan teknik yang dilakukan dan bagaimana hasilnya. Dalam hal ini, diskusi dalam kelas dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Peserta mata kuliah dibagi atas tiga kelompok

2. Setiap kelompok mengidentifikasi teknik-teknik yang dilakukan setiap anggota dan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik inspeksi yang dilakukan.

3. Ketua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas untuk

ditanggapi oleh kelompok lainnya.

D. Bahan Bacaan Pengayaan

E. Latihan/ Soal-Soal

1. Jelaskan kapan waktu yang cocok untuk melakukan inspeksi kerusakan pada bangunan dan bagaimana teknik melakukannya !

2. Jelaskan hubungan antara kegiatan inspeksi dengan umur pakai kayu pada bangunan !