Sistem Pembaitan

4.1 Sistem Pembaitan

Uraian tentang sistem pembaitan di sini bermaksud mengkaji ciri-ciri satuan puisi lisan Nololo yang membentuk keseluruhan sistemnya, sekaligus mempertanggung- jawabkan pola pembaitan yang telah dilakukan terhadap teks-teks yang diterbitkan di muka. Wellek & Warren (1993: 212-214) menyebutkan bahwa kesatuan puisi mungkin terletak pada melodi, urutan tinggi rendah suara yang dalam puisi bebas merupakan satu- satunya ciri yang membedakannya dari prosa. Dasar irama dan susunan kesatuan puisi berbeda-beda pada berbagai bahasa dan sistem sastra.

Dalam puisi lisan Nololo, batas jumlah kata kiranya merupakan dasar irama yang diikuti oleh tekanan yang teratur. Batas jumlah kata dengan irama dan tekanan yang teratur itu berfungsi menandai berhentinya setiap larik puisi, sehingga dilihat dari sudut taraf komposisi umumnya, pola itu menjadi salah satu sarana penyusunan bait. Tabel 1 berikut ini menunjukkan pola-pola konstruksi bait Nololo. Secara umum pola konstruksi bait itu cukup bervariasi, yang terdiri dari empat macam polayakni pola bait 1 larik, 2 larik, 3 larik, dan 4 larik.

Tabel 1: Pola Konstruksi Bait

TEKS

POLA KONSTRUKSI BAIT

JUMLAH

Larik Teks A

1.735 Teks B

1 82 3 0 86 174 Teks C

1 42 0 0 43 85 Teks D

228 Teks E

JUMLAH

Dari penjelasan ini, dapat dirumuskan kaidah pertama menyangkut sistem konstruksi bait sebagai berikut.

Kaidah I: Dalam sistem puisi lisan Nololo, sebuah bait puisi yang ideal

memuat dua pasangan larik paralel yang wajib dipakai secara teratur, yang menunjukkan kesejajaran dalam hal pola gramatikal dan

semantisnya”.

Teks-teks Nololo yang direkam dan ditranskripsikan di muka (seluruhnya 14 bait yang terbagi dalam 5 teks) sebenarnya sangat bervariasi dalam hal jumlah bait dan lariknya. Teks A merupakan teks yang paling panjang dan paling rinci dalam hal penyebutan nama-nama leluhur, nama tempat. Teks ini terdiri dari 848 bait. Teks-teks lainnya tidak sepanjang itu. Teks B terdiri dari 86 bait, teks C adalah teks yang paling pendek yang hanya terdiri dari 43 bait, teks D 103 bait, dan teks E 64 bait.

Dari teks-teks Nololo yang telah dikemukakan di depan, terlihat jelas bahwa larik dan bait-baik puisinya dibentuk berdasarkan konsep tentang penyepasangan kata atau larik-larik paralel. (Uraian lebih lengkap tentang hal ini lihat sub-bagian Formula). Pasangan atau kombinasi pasangan kata dalam larik merupakan dasar pembentukan setiap bait. Bait-bait teks yang diterbitkan di muka ditandai dengan nomor-nomor di depannya. Tabel 2 berikut ini menunjukkan bahwa jumlah pasangan kata dalam setiap larik menunjukkan adanya variasi, sekalipun ada beberapa pola yang lebih dominan.

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bahwa terdapat delapan variasi pasangan dan kombinasi pasangan kata dalam larik-larik Nololo, yakni pasangan 2-2, 3-3, 4-4, 5-5, dan 6-6 serta kombinasi pasangan 3-4, 4-5, dan 4-6. Namun demikian, terdapat empat variasi pasangan kata yang lebih dominan, yakni berturut-turut pasangan 3-3, 4-4, 2-2, dan variasi pasangan 3-4. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa jumlah pasangan kata yang paling banyak digunakan dalam membangun sebuah larik adalah pasangan 3-3. Hal itu dapat dilihat dari perbandingan angka yang cukup menyolok dalam pola pembaitan 3-

3 yaitu sebanyak 365 larik berpasangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembentukan larik Nololo yang ideal adalah pasangan kata: 3 - 3, di mana setiap larik terdiri dari tiga kata berpasangan dan setiap bait yang ideal terdiri dari 6 kata..

Tabel 2: Jumlah Pasangan Kata dalam Larik

Jumlah Kata/ Pasangan Kata dalam Larik Kombinasi Pasangan Larik

3-4 4-5 4-6 Teks A

60 9 98 48 16 Teks B

3 1 1 Teks C

5 38 9 10 --

1 Teks D

6 15 5 2 --

3 --

32 21 16 3 1 16 5 6 Teks E

6 2 -- Jumlah

20 25 13 3 --

Nololo menyakut ciri struktur formalnya sebagai berikut.

Kaidah II: “Salah satu ciri struktur formal puisi lisan Nololo masyarakat F ataluku di Kabupaten Lautem adalah: jumlah kata setiap bait hendaknya pasangan kata 3 - 3, yang berarti bahwa setiap bait hendaknya terdiri dari tiga kata berpasangan.

Berikut ini sekali lagi dikemukakan contoh-contoh konvensi larik Nololo yang ideal, sesuai dengan kaidah II di atas. (1)

A’a larini holiparau// : Menembak akar hujan Pari larini holiparau

: Menembak akar angin (Teks B, bait 13)

(2) Tua ina lauhe// : Supaya tanah hidup Pala ina lauhe

: Supaya bumi hidup (Teks B, bait 21)

(3) Tana wel utucene// : Melintang tangan kiri Tana tenen utucene

: Melintang tangan kanan (Teks D, bait 37)

(4) Eniit luku-lukun najete//

: Ini jadi cerita

Eniit saku-sakun najete

: Ini jadi tuturan

(Teks D, bait 63)

(5) Afi kaka naceru// : Memanggil nama kakak Afi pal naceru

: Memanggil nama bapak (Teks C, bait 16)

(6) Uru horu nerucuare// : Duduk bersama sang bulan Wacu horu nerucuare

: Duduk bersama sang matahari (Teks C, bait 20)

(7) Ira lavei inaca’a// : Buaya air tidur di situ Tahi lavei inaca’a

: Buaya laut tidur di situ (Teks E, bait 8)

(8) Sukaca naten la’a// : Pergi berdiri di punggung Poitaca naten la’a

: Pergi berdiri di belakang (Teks E, bait 21)

Kutipan-kutipan di atas memperlihatkan pola konstruksi bait puisi Nololo sebagai berikut. Sebuah bait Nololo terdiri dari dua larik paralel, masing-masing larik terdiri dari tiga kata berpasangan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH DAYA TARIK BERITA METRO XIN WEN TERHADAP INTENSITAS ETNIK TIONGHOA MENONTON METRO XIN WEN Studi pada Masyarakat Etnik Tionghoa di Pecinan Malang

1 28 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

PENGARUH TERPAAN IKLAN TELEVISI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (Studi Pada Masyarakat Dusun Geneng Desa Pacalan Kec. Plaosan Kab. Magetan)

1 51 29

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

1 54 171

Laporan Kerja Praktek Lapangan Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Di PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Bandung

19 182 68

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112

Laporan praktek kerja lapangan di Biro Umum Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Pemerintah Prop. Jawa Barat

1 14 40