Oleh: Joko Parwata

Oleh: Joko Parwata

Geomedika: Ilmu Geologi dan Kesehatan

Setiap hari kita makan, minum, dan

bernafas menghirup udara yang mengandung mineral untuk

mendapatkan unsur-unsur yang penting bagi kita, tanpa pernah memikirkan benda apa saja dari sekeliling kita yang masuk ke dalam tubuh ini. Bagi sebagian besar masyarakat tentu tidaklah berbahaya jika berinteraksi dengan bahan-bahan alami. Bahkan hal demikian bermanfaat untuk penyediaan nutrisi penting. Namun, untuk beberapa hal, interaksi kita dengan mineral dan elemen-elemen tertentu dapat merugikan, bahkan berefek fatal.

Interaksi jenis ini adalah bidang yang dipelajari dalam geologi medis, suatu cabang ilmu baru yang relatif cepat berkembang tidak hanya melibatkan para ahli ilmu kebumian tetapi juga ahli medis, kesehatan masyarakat, dokter hewan, pertanian, lingkungan biologi, dan ilmuwan terkait lainnya. Geomedika merupakan kajian efek bahan-bahan dan proses geologis pada manusia, binatang dan tanaman terhadap kesehatan, baik yang positif maupun negatif.

Dalam arti seluas-luasnya, geomedika mempelajari hubungan elemen-elemen dan mineral dengan pernafasan ambient anthropogenic dan debu mineral gunung api serta emisi, transportasi, modifikasi dan konsentrasi organik dan hubungan ke radionuclides, serta mikroba patogen.

Nama disiplin ini mungkin baru, tetapi dampak bahan geologis pada kesehatan manusia telah diakui sejak ribuan tahun. Air raksa (Hg) dan kadmium diukur melalui tingkat pengawetan, 7000 tahun rambut manusia dalam Karluk, Situs arkeologi Kodiak di Alaska; walaupun implikasi

kesehatan dari data ini sulit untuk ditentukan karena adanya kemungkinan penambahan atau degradasi dari waktu ke waktu. Kandungan partikel jelaga yang terdeteksi di paru-paru diawetkan pada jaringan Tyrolean, tukang es, yang sekurang-kurangnya berusia 5.000 tahun. Orang ini mungkin telah menderita penyakit pernafasan setelah ia menghirup kristal mineral kecil, termasuk butir kuarsa.

Hippokrates dan penulis Yunani lain mengakui bahwa faktor lingkungan memberi kontribusi terhadap distribusi geografis penyakit manusia 2400 tahun yang lalu. Dan pada 300 SM, Aristoteles mencatat kejadian keracunan pada para pekerja tambang. Batu dan mineral juga telah digunakan selama ribuan tahun lalu untuk perawatan berbagai penyakit seperti sampar, dan demam cacar.

Ilmuwan mulai menyelidiki hubungan antara bahan-bahan geologis, proses medis dan kondisi sejak 300 tahun lalu. Beberapa dekade lalu, geologi medis telah menarik perhatian sejumlah

Geofakta

Foto dari satelit awan debu Sahara (2000) atas Timur Samudra Atlantik, dilihat dari satelit.

Geo Fakta

kalangan di Amerika Serikat dengan munculnya oksida dan karbonat. Seluruh aktivitas manusia pendapat beberapa orang yang berpengaruh

mengakibatkan terbentuknya 30% debu yang bahwa proses-proses geologi memberi dampak

berada di atmosfer. Gurun Sahara adalah sumber pada epidemiologi. Saat ini melalui kemitraan

utama debu mineral, yang kemudian menyebar antara United States Geological Survey (USGS)

melalui laut Mediterania dan Karibia ke utara dengan sejumlah Lembaga Ilmu Kesehatan

Amerika Selatan, Amerika Tengah, Amerika Lingkungan - dan karena lembaga donor telah

Utara, dan Eropa. Gurun Gobi juga adalah salah mulai mengakui manfaat penelitian multidisiplin

satu sumber debu di udara, yang menyebar ke tersebut - perkembangan bidang ini jadi semakin

bagian timur Asia Barat dan bagian barat Amerika maju. Saat ini terdapat banyak kerja sama

Utara.

penyelidikan antara para ahli kebumian, biomedis, dan peneliti kesehatan masyarakat di seluruh

Karakteristik

dunia, mencakup berbagai masalah geomedis. Komposisi debu mineral terutama terdiri atas oksida-oksida (SiO 2 , Al 2 O 3 , FeO, Fe 2 O 3 , CaO, dan

Penelitian dan proyek-proyek studi geologi medis lain-lain) dan karbonat (CaCO 3 , MgCO 3 ) yang akan berusaha menjelaskan tentang dampak

serupa dengan komposisi utama kerak bumi. mineral dan kandungan elemen-elemennya bagi

Debu mineral menghasilkan emisi global yang kesehatan manusia, dan juga menekankan akan

diperkirakan berjumlah 100-500 juta ton per pentingnya peluang para ahli kebumian membuat

tahun, persentase yang terbesar adalah bagian kontribusi tambahan untuk masyarakat kita di

yang dikaitkan dengan material berukuran dunia ini sangat besar.

pasir. Meskipun aerosol kelas ini biasanya dianggap berasal dari alam, diperkirakan 30%

Debu Mineral dari yang ada di atmosfer berasal dari kegiatan Debu Mineral adalah istilah untuk atmosfera

manusia, yaitu melalui kegiatan penggurunan aerosol yang berasal dari kumpulan awan mineral

dan penyalahgunaan lahan. Ukuran konsentrasi pembentuk tanah, yang terdiri atas berbagai dan penyalahgunaan lahan. Ukuran konsentrasi pembentuk tanah, yang terdiri atas berbagai

Debu Sahara Sahara merupakan sumber utama mineral debu di bumi (60-200 juta ton per tahun). Debu sahara terangkat oleh konveksi sepanjang kawasan gurun yang panas, dan dapat kemudian mencapai ketinggian. Dari sana debu ini dapat diterbangkan oleh angin menyebar ke seluruh dunia, meliputi jarak ribuan kilometer. Debu yang bercampur dengan udara panas kering Gurun Sahara membentuk lapisan atmosfer disebut lapisan udara Sahara. Lapisan udara ini memberi pengaruh yang besar pada cuaca tropis, terutama saat bercampur dalam pembentukan angin topan.

Perpindahan debu melalui Atlantik, menuju Karibia, dan Florida dari tahun ke tahun memiliki variasi yang banyak. Karena pertukaran angin, konsentrasi mineral debu yang amat besar dapat ditemukan di laut tropis Atlantik hingga Karibia; selanjutnya perpindahan ke kawasan Mediterania serta wilayah Eropa Utara kadang-kadang juga teramati. Di wilayah Mediterania, debu Sahara amat penting karena ia merupakan sumber utama gizi phytoplankton dan organisme akuatik lainnya.

Namun di lain pihak debu Sahara merupakan media pembawa jamur Aspergillus sydowii yang jatuh ke Laut Karibia dan mungkin menginfeksi penduduk di kepulauan terumbu karang di lautan tersebut dan menyebabkan penyakit (aspergillosis). Debu ini juga dikaitkan dengan meningkatnya kejadian asma pediatrik yang menyerang Karibia. Sejak 1970, wabah debu telah memburuk karena periode kekeringan di Afrika. Awan berdebu telah dikaitkan dengan penurunan kesehatan di kawasan terumbu karang di Karibia dan Florida, terutama sejak tahun 1970-an.

Debu Subsaharan berpengaruh pada frekuensi angin topan Menurut sebuah artikel NASA, satelit NASA menunjukkan bahwa ”efek debu mengerikan yang merupakan penyebab 1/3 penurunan suhu di permukaan laut Atlantik Utara antara Juni 2005 dan 2006, mungkin memberi sumbangan atas perbedaan angin topan yang terjadi antara dua musim”. Hanya terjadi 5 angin topan pada tahun 2006 dan sementara tahun 2005 terjadi

15 kali.

Diketahui bahwa penyebab utama terjadinya angin topan adalah suhu air hangat pada permukaan laut. Satu teori berpendapat bahwa debu dari gurun Sahara menyebabkan suhu permukaan menjadi dingin pada tahun 2006 dibandingkan pada tahun 2005. Bukti menunjukkan bahwa suhu permukaan menurun sepertiganya karena debu subsaharan ini.

Debu Asia Di Asia Timur, debu mineral yang terjadi pada musim semi di Gurun Gobi (Mongolia Selatan dan Cina Utara) menimbulkan fenomena yang disebut debu Asia. Aerosol itu diterbangkan oleh angin timur, dan menyelimuti Cina, Korea, dan Jepang. Kadang-kadang konsentrasi debu yang signifikan dapat menyebar hingga mencapai Barat Amerika. Area yang terkena debu Asia mengalami penurunan daya lihat dan masalah- masalah kesehatan, seperti sakit tenggorokan dan gangguan pernafasan. Akan tetapi dampak debu Asia ini tidak selalu negatif, karena perpindahan debu ini ikut memperkaya tanah dengan mineral penting. Sebuah studi di Amerika menganalisis komposisi debu Asia yang mencapai Colorado, menghubungkan debu ini dengan kehadiran karbon monoksida, mungkin masuk ke dalam massa udara saat melalui daerah industri di Asia. Meskipun badai debu di gurun Gobi telah terjadi dari waktu ke waktu sepanjang masa, badai debu ini menjadi masalah di pertengahan abad ke 20 akibat tekanan pertanian yang makin intensif dan penggurunan.

Debu Mineral dan Kesehatan Manusia Proyek USGS Mineral Dusts and Human Health Project (MDHHP), yang berjalan dari tahun anggaran 2001 hingga 2004, memanfaatkan pendekatan antar disiplin ilmu (melibatkan mineralogi, geologi ekonomi, dan ahli isotop kimia bumi, analisis kimia, geologi kewilayahan dan toksikologi) untuk membantu memahami bagaimana karakteristik debu mineral geologis (dan sumber dari bahan-bahan yang berasal dari debu) dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Aspek utama proyek adalah integrasi ilmu bumi, ilmu keahlian kesehatan dan kegiatan manusia. Ringkasan hasil MDHHP telah publikasikan dan disertakan di bawah ini.

Proyek ini memiliki fokus utama dalam penelitian asbes dan debu berserat terkait pertambangan, pengolahan mineral, dan produk lain. Sejauh ini, proyek juga berhasil menerapkan pendekatan melalui kerja sama (bekerja sama seperti yang sesuai dengan proyek lain USGS) untuk kajian potensi implikasi kesehatan bahan geologis seperti: logam-limbah tambang, mill tailing, dan emisi Smelter; debu kering dari danau kawah; tanah; abu gunung api; batubara dan

Geofakta

abu terbang; dan dari bangunan roboh (seperti ledakan WTC). Kajian mengidentifikasi banyak topik spektrum besar yang memerlukan bahan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

Penelitian Dampak Debu Mineral Proyek ini dimulai secara imparsial untuk memberikan

masyarakat dan peraturan terkait tentang potensi efek kesehatan yang berkaitan dengan efek debu asbes. Di masa lalu, masyarakat dan peraturan terkait hanya memfokuskan pada keprihatinan komersial dan dampak industri asbes. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar masalah adalah akibat yang signifikan pada kesehatan seperti di Hinderrocks, Montana. Kekhawatiran telah mengalami peningkatan cukup signifikan terhadap dampak alami dari asbestos dan mineral lain berbentuk serabut mineral: a) sebagai aksesori lain di industri cebakan mineral (seperti vermikulit), dan b) batuan ultramafik (batuan ultrabasa mengandung serpentin).

Proyek ini juga memberi gambaran mengenai sejumlah isu dan manfaat asbes dari berbagai kepentingan. Diharapkan pula dapat memberikan

informasi yang

dapat

digunakan untuk membantu menjawab beberapa dari banyak pertanyaan yang masih belum terjawab tentang asbes. Misalnya, masih banyak pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya penyebab racun asbes, dan apakah untuk non berserat seperti non-asbestiform yang sama juga dapat memicu racun. Lebih lanjut, relatif sedikit yang diketahui mengenai studi geologi lingkungan tentang dampak mineral serabut, asbes atau mineral, sejauh mana dapat terjadi anthropogenic secara alamiah atau gangguan dari sumber-sumber ini yang memberikan kontribusi untuk tingkat penyebaran tingkat asbes di udara, dan sejauh mana latar belakang kontribusi tersebut dapat memicu penyakit itu sendiri.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kerja sama antar pendekatan yang dikembangkan oleh proyek untuk mempelajari asbes dapat memberikan masukan penting dalam bidang kesehatan, terikat keprihatinan banyak masyarakat terhadap bahan-bahan di bumi yang dapat memberikan dampak ke dalam lingkungan. Penelitian ini juga mengidentifikasi banyak topik dunia yang memerlukan penelitian besar lebih lanjut untuk terus mengembangkannya.

Aizuwakamatsu, Jepang di Asia Berdebu pada 2 April 2007.

Geo Fakta

Aizuwakamatsu, Jepang, tak berdebu langit nampak dengan jelas.

Debu mineral dan Proyek Kesehatan a.Menunjukkan bahwa tidak semua merupakan Manusia (MDHHP)

cadangan vermikulit dan amfibol, dan karena Asbestos

itu tidak semua jenis vermikulit seolah-olah •USGS melakukan studi kelompok mineral berserat

mengandung asbes.

amfibol dan vermikulit di hinderrocks, Montana b.Menyediakan metode untuk membantu menilai (didanai sebagian oleh US EPA dan sebagian oleh

apakah contoh vermikulit tertentu adalah dari jenis USGS, Program Sumber Daya Mineral) dan telah

cebakan yang kemungkinan berserat amfibol. memberikan informasi ilmiah kunci yang sedang

digunakan atau akan digunakan untuk membantu •Proyek studi geologi dari asbestiform atau sebagai berikut:

kemungkinan kejadian mineral berserat lainnya a.Terjadinya dan sejauh mana kontaminasi amfibol

dan beracun:

di hinderrocks kontaminasi terhadap ratusan a.Memberikan model formasi geologis yang tanaman di seluruh negara di mana vermikulit

membantu menjelaskan mengapa beberapa jenis telah diproses dan di sekitar satu juta rumah yang

cebakan tidak berisi asbestiform amphiboles dan menggunakan.

sebaliknya.

b.Panduan upaya perbaikan dari yang sudah

bahwa terdapat banyak ada.

b.Menunjukkan

kemungkinan kondisi geologis untuk asbestiform c.Memahami bagaimana amfibol berserat di

atau sumber lain yang mungkin merupakan hinderrocks dan secara geologi berupa ebakan

mineral beracun/berserat. Sumber tersebut, racun yang menciptakan dampak.

baik melalui erosi alam atau anthropogenic, dapat berkontribusi untuk menyebarkan mineral

Hasil kegiatan langsung USGS akan mempengaruhi berserat di udara, dan harus dipertimbangkan penyebaran atau mendapatkan dukungan yang

untuk interpretasi data epidemiologi dan tentang berhubungan dengan kegiatan pembersihan

asbes yang berhubungan dengan penyakit, nasional terhadap penyebaran vermikulit.

serta pengembangan kualitas udara sesuai yang standar untuk asbes.

•Proyek penelitian tentang cadangan nasional vermikulit:

Geofakta

•Proyek yang sistematis memperbandingkan mineralogi, geokimia, dan toksikologi, sifat berbagai asbes terkait standar toksikologi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat cukup variasi sifat berbeda antara standar yang diberikan mineral asbes. Studi toksilogi tidak secara rutin mengambil variasi tersebut,

yang

dapat membantu

menjelaskan nampaknya bertentangan hasil dari berbagai studi yang berbeda.

•Proyek ini dikembangkan,

diuji,

dan

menunjukkan utilitas dari AVIRIS (Airborne Visible Infra Red in Spectrometer) teknik jarak jauh untuk memetakan terjadinya wilayah yang berpotensi membentuk mineral asbes. Teknik ini terutama berharga untuk membantu mengevaluasi tempat berpotensi asbes bearing rock unit mungkin terjadi, tetapi area pemetaan terbatas.

•Sebagai hasil kegiatan proyek ini, USGS menanggapi banyak permintaan untuk ahli geologi untuk memberikan informasi dan mineral pada asbes: a.Permintaan dari Amerika yang berkenaan untuk menulis ringkasan mineralogi asbes untuk direvisi kriteria dalam menilai asbes yang terkait dengan penyakit. b.Permintaan untuk berpartisipasi dalam kerja sama Antar Kelompok Kerja Asbestos. Kelompok Kerja ini adalah saat ini diisi dengan penilaian asbes-masalah terkait, dan bagaimana isu-isu ini dapat ditangani oleh lembaga berdasarkan peraturan, suara sains, masukan dari lembaga ilmu pengetahuan seperti USGS. c.Beberapa pertanyaan lain oleh lembaga Federal, lembaga negara, industri, dan masyarakat umum untuk informasi ilmiah pada asbes-masalah terkait. d.Sebuah permintaan formal untuk sebuah proyek ilmuwan untuk bertindak sebagai saksi ahli dalam proses pengadilan terkait dengan asbestos. e.Sebuah permintaan formal untuk sebuah proyek ilmuwan untuk melayani sebagai ahli anggota komite yang mengawasi kegiatan dari Angkatan Laut dan penyakit paru-paru.

World Trade Center •Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh USGS – MDHHP. US EPA dan layanan kesehatan umum, di hari segera setelah 9-11, minta bantuan USGS untuk menilai jumlah dan tata ruang distribusi asbes dalam debu akibat jatuhnya menara World Trade Center (WTC). Tanggap darurat ini merupakan upaya yang dilakukan oleh para ilmuwan MDHHP, dan memanfaatkan penuh campuran analisis untuk mempelajari asbes dan yang lainnya adalah debu yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

•Dikumpulkan lebih dari 35 contoh dan

mengembalikan sampel ke laboratorium untuk analisis di Denver.

•AVIRIS dari Ground Zero menunjukkan lokasi pembakaran “hot spot” di reruntuhan.

•Merilis temuan awal pada 27 September 2001, untuk tanggap darurat berbagai pihak. USGS memberikan awal dan rinci (dalam hal jenis analisis dan jumlah sampel yang dianalisis) ringkasan dari debu mineralogi, komposisi kimia, dan reaktivitas geokimia.

•Hasilnya adalah kesimpulan asbes amfibol ini cenderung tidak hadir/sangat rendah di tingkat debunya. Namun, hasil menunjukkan adanya chrysotile asbes di tingkat sekitar 1-2%.

•Memberikan langkah awal dari kimiawi reaktif, sifat alkalinya. Studi ini juga memberikan wawasan ke dalam proses yang mungkin terjadinya interaksi kimiawi dengan air.

•Studi ini menunjukkan bahwa ada peran yang tepat untuk sebuah lembaga ilmu pengetahuan alam seperti USGS di situasi tanggap darurat yang melibatkan bahan/mineral-mineral penyusun bumi.

•Studi dan proyek terkait lainnya telah bekerja menghasilkan permintaan formal untuk sebuah proyek ilmuwan untuk menjadi anggota dari World Trade Center Expert Panel Review Technical yang ditetapkan oleh EPA dalam konsultasi dengan White House pada Kualitas Lingkungan. Peran USGS di World Trade Center tidak akan mungkin terjadi tanpa jenis keahlian yang dikembangkan melalui penelitian bertahun-tahun dan dari pelbagai macam kegiatan proyek.

Karakterisasi non-asbestiform dusts dan sumber •USGS - MDHHP, bekerjasama dengan para ilmuwan USGS pada proyek-proyek lainnya, telah melakukan penyelidikan studi lainnya pada atmosfer. Penelitian ini menunjukkan bahwa antar pendekatan yang sama digunakan untuk asbes dapat berhasil diterapkan untuk membantu memahami bagaimana kimia mineralogi dan karakteristik debu dan bahan sumber dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

•Proyek ini mengintegrasikan mineralogi dan reaktivitas geokimia, dan pencirian bahan racun bumi untuk mengevaluasi peran partikel mineralogi dan reaktivitas menjadi racun. Misalnya, debu dari Danau Owens yang terkenal tinggi arsenic. Bekerja dalam kerja sama dengan USGS Southwest Dusts proyek menunjukkan bahwa arsenic yang diperkirakan akan cukup bioaccessible, dan bahwa debu tersebut juga

Geo Fakta

berisi bioaccessible lain berpotensi beracun, unsur-unsur seperti khrom.

•MDHHP, awal hasil studi characterizing abu gunung berapi telah mengarah ke sebuah undangan untuk sebuah proyek ilmuwan untuk melayani sebagai ahli anggota yang baru dibentuknya Jaringan Internasional Kesehatan Gunung api. (Bersambung) n

Diterjemahkan dan diolah oleh: Joko Parwata

Geofakta

Geo Fakta

Alfred Russel Wallace

Lahirnya Ilmu Biogeografis

Wallace’s

Alfred Russel

8 Januari 1823 - 7 November 1913

Pendahuluan Wallace menarik garis pembatas fauna Indonesia Antara tahun 1854-1865 seorang naturalis

Barat dan Indonesia Timur dari sebelah timur asal Inggris, Alfred Russel Wallace, menjelajah

Filipina, masuk ke Selat Makassar lalu berakhir ke sejumlah pulau di Nusantara. Dalam

di sebelah selatan Selat Lombok. Garis itulah petualangannya

yang kemudian disebut para ahli sebagai“Garis takjub menyaksikan “surga keanekaragaman

hayati” yang tiada bandingannya. Dalam kurun waktu tersebut dia berhasil menemukan

Garis Wallacea adalah suatu garis imajiner dan mendokumentasikan sebanyak 125.000

yang memanjang dari Filipina di utara hingga spesimen flora dan fauna di kawasan Sulawesi,

Selat Makassar dan Selat Lombok di selatan. Nusa Tenggara, dan Maluku. Selain itu, Wallace

Selain itu, juga memisahkan Pulau Sumatera, juga memperkenalkan suatu garis pemisah yang

Jawa, dan Kalimantan di sebelah barat dengan dikenal dengan Garis Wallace (Wallace Line) yang

Pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan unik membentang sepanjang 5.000 km di antara

Papua di sebelah timur. Keragaman hewan dan kawasan Oriental dan Australia-Papua dengan

tumbuhan di bagian timur dan barat Indonesia bentuk busur yang terdiri atas 13.500 pulau.

sangat berbeda. Kedua wilayah ini terpisah oleh batas alam yang tegas, itulah Garis Wallacea,

Tahun 1863 dalam sebuah makalah berjudul “On yang secara tegas memisahkan Sulawesi, Nusa the physical geography of the Malay Archipelago”

Tenggara, Maluku dan Irian dengan Sumatera, - Journal of Royal Geographical Society no. 33,

Kalimantan, Jawa dan Bali. Kedua daerah tersebut berbeda secara biogeografis.

Hertford Grammar School (from a watercolour by Eliza Dobinson c. 1815).

Bukti Geologi Sejak tahun 1858 Wallace telah menyadari Para geologist sepakat bahwa Pulau Sulawesi

perubahan-perubahan geologi yang terjadi merupakan

di wilayah Indonesia bagian tengah yang perbatasan antara provinsi-provinsi geologi.

wilayah pertemuan

sekaligus

implikasinya terhadap penyebaran fauna. Wallace, Sulawesi bagian barat adalah milik Sundaland,

menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I bahkan wilayah Teluk Tomini –Cekungan Gorontalo-

believe the western part to be a separated portion adalah berciri Sundaland yang mengambil posisi

of continental Asia, the eastern the fragmentary di tengah Indonesia yang dipisahkan oleh Selat

prolongation of a former Pacific continent.” Ini Makassar. Bagian tengah Sulawesi yang disusun

adalah awal dari Ilmu Biogeografi yang lahir di oleh massa batuan metamorfik dan ofiolit oleh

Indonesia,

proses pertemuan provinsi-provinsi geologi. Sedangkan bagian paling timur Sulawesi yaitu, Sulawesi Tenggara-Buton dan Banggai Sula adalah segmen massa benua asal Australia yang berpindah ke tempatnya sekarang oleh percabangan Sesar Sula-Sorong. Pemisahan oleh Selat Makassar terjadi pada Paleogen, sementara pertemuan dengan segmen-segmen massa benua Australia terjadi pada Neogen. Pemisahan dan pertemuan massa-massa kerak batuan ini tentu ada penumpangnya, yaitu flora dan fauna yang juga telah hadir sejak lama di atasnya, ikut berevolusi sampai ke bentuknya sekarang. Maka, kalau di Sulawesi bertemu berbagai provinsi geologi, maka di Sulawesi bertemu juga berbagai

zone biogeografi flora dan fauna. The Collegiate School in Leicester. Geofakta

Geo Fakta

(lebih dari 75,000 km 2 ) sebagai surga kehidupan keanekaragaman hayati laut.

Sekitar 200 juta tahun lalu, kawasan Indonesia Timur bergandengan dengan kontinen/lempeng Australia yang kemudian bergerak mendekati kontinen Asia, lalu akhirnya menghuni sebuah habitat di daerah tropik basah yang bersebelahan dengan daerah Indonesia bagian barat saat ini. Wallace mengemukakan pandangannya bahwa kepulauan Indonesia dihuni oleh dua fauna yang berbeda, satu di bagian timur dan yang lainnya di bagian barat. Wilayah ini ditentukan atas dasar pembagian jenis burung dengan menempatkan batasnya antara Lombok dan Bali serta antara Kalimantan dan Sulawesi.

Kalimantan dan Sulawesi memiliki burung yang berbeda, padahal tidak terpisahkan oleh perintang fisik atau iklim yang berarti. Wallace berpendapat bahwa Kalimantan, Jawa dan Sumatera pernah merupakan bagian Asia dan Timor, Maluku, Irian serta Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia.

Fauna Sulawesi tampak demikian khas, sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik

Pada 1847, surat ini untuk Bates, Wallace menyebutkan ia tertarik di evolusi: - dengan benua Asia maupun benua Pasifik “Saya mulai agak merasa puas dengan hanya koleksi lokal; sedikit harus belajar

Australia. Pada hasil pengujian hewan pada pulau lagi. Seperti saya harus menghadapi satu keluarga untuk belajar dengan teliti,

besar di kepulauan, ini menunjukkan Sulawesi terutamanya dengan tampilan ke teori asal spesies. “Copyright Wallace Family,

merupakan daerah yang mempunyai jumlah The Natural History Museum, Fred Edwards

spesies yang rendah dan terisolasi. Misalnya, jumlah mamalia dan burung burung yang langka lebih dari setengah spesies ditemukan di daratan

Ini merupakan pembuktian tidak langsung atas Sulawesi. Hasil dari perbandingan ini, bahwa teori tektonik lempeng, yaitu permukaan bumi

meskipun Sulawesi merupakan satu pulau besar yang kini berusia sekitar 6 miliar tahun itu terus

dengan hanya beberapa kelompok kecil yang saja berubah. Ada proses formasi dan deformasi.

berdekatan, namun harus diingat ini merupakan Berdasarkan sejarah geologi, Indonesia merupakan

satu bentuk dari divisi besar dalam kepulauan negara yang amat kompleks karena memiliki

yang sama pada tingkat dan kepentingan untuk tingkat endemisme tertinggi di dunia antara lain

kelompok Filipina atau Maluku sepenuhnya, pulau memiliki keragaman jenis padang tertinggi (lebih

Papua atau pulau Indomalaya (Jawa, Sumatera, dari 12 jenis), wilayah hutan bakau yang luas, dan

Borneo dan Semenanjung Malaya). tutupan terumbu karang yang juga amat luas

Siapa Penemu Teori Evolusi? Pada 8 Januari 1865, dari Ternate, Maluku Utara Alfred Russel Wallace menulis surat tentang temuannya yang ia catat dan dikirimkan kepada Charles Darwin di Inggris, disertai tulisan ilmiahnya yang berjudul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type, yang berisi kecenderungan proses seleksi alam atau suatu teori fenomenal di tingkat dunia yang dikenal oleh para ilmuan dan peneliti Indonesia sebagai cikal-bakal tersusunnya teori evolusi makhluk hidup. “Surat berharga“ tersebut dikenal dengan Letter From Ternate. Surat dari Wallace’s Golden Birdwing Butterfly (Ornithoptera croesus). Copyright The Alfred Wallace kepada Charles Darwin tersebut

Natural History Museum, London. menggemparkan para peserta Pertemuan Ilmiah Himpunan Linnaeus karena semua ilmuwan

Medallion in Westminster Abbey . Marchant (1916).

harus keluar sekolah karena orangtuanya tidak sanggup membiayainya karena perusahaannya jatuh bangkut. Kondisi itulah memaksanya untuk

Istri Wallace Annie. Copyright Peter Raby. melamar pekerjaan sebagai penyusunan materi survei pada sebuah sekolah dan dari situlah dia banyak membaca.

Perkenalannya dengan seorang pemuda naturalis menjadi bimbang: siapa sebenarnya penemu amatir, Henry Walter Bates, membawanya Teori Evolusi, apakah Wallace ataukah Darwin? mengenal ilmu serangga. Pada akhir 1847 atau Ada satu pendapat yang menarik yang

awal 1848 Wallace, yang terinspirasi oleh WH. mungkindapat dijadikan landasan sebagai

Edward dalam bukunya yang berjudul A Voyage jawaban atas pertanyaan tersebut di atas; Alfred Up the River. Bersama sahabatnya Bates, Wallace Russel Wallace adalah seorang naturalis sejari memulai petualangan pertamanya di Sungai yang banyak melakukan perjalanan ke berbagai Amazon, Brazil untuk mengumpulkan spesimen tempat. Semua temuannya disampaikannya

dari serangga, burung dan hewan. n Joko kepada para sahabatnya, antara lain kepada

Parwata