TINJAUAN PUSTAKA TA Bab 1 5 Hsl Revisi 23 Juni 07

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian tentang pembentukan portofolio optimal pernah dilakukan oleh Ninik Rahayu Puji Astutik pada tahun 2005 dengan judul Penentuan Portofolio Yang Optimal Dengan menggunakan Metode Indeks Tunggal Studi Pada Saham Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta Pada Periode Pebruari 2004- Januari 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan portofolio yang optimal pada saham blue-chip di Bursa Efek Jakarta. Adapun perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan model indeks Tunggal menghasilkan komposisi sebagai berikut : 1. Jumlah anggota portofolio yang optimal sebanyak 4 sekuritas. Saham yang masuk dalam portofolio optimal antara lain : UNVR, TINS, TLKM, dan ASII dengan ERB masing-masing sebesar 0,015415; 0,010811; 0,010754; dan 0,003362. proporsi portofolio optimal tertinggi oleh saham ASII sebesar 0,426354 dan proporsi portofolio optimal terendah oleh saham UNVR sebesar 0,183480. 2. Besarnya pengembalian return saham dari sekuritas yang membentuk portofolio optimal sebesar 67,231657 atau sebesar 100 dengan risiko sebesar 51820,57 atau sebesar 98,8. 7 Peneliti terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan peneliti yang sekarang. Adapun persamaannya adalah alat analisis yang digunakan untuk mencari portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal. Perbedaan peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Obyek penelitian sekarang adalah saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index sedangkan obyek peneliti terdahulu adalah saham- saham yang listing di Bursa Efek Jakarta. 2. Data harga saham yang digunakan peneliti terdahulu adalah data harga saham harian, sedangkan peneliti sekarang menggunakan data harga saham bulanan 3. Return aktiva bebas risiko RBR untuk peneliti terdahulu menggunakan Sertifikat Bank Indonesia SBI. Peneliti saat ini menggunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI. 4. Periode pengamatan pada peneliti terdahulu menggunakan periode pengamatan dari Pebruari 2004-Januari 2005, sedangkan peneliti sekarang menggunakan periode pengamatan dari tahun 2004-2006. B Tinjauan Teori

1. Investasi

Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal Downes dan Goodman dalam Warsono, 2001;1. Sedangkan menurut Halim, 2005:4 investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu pertama investasi pada aset-aset keuangan financial asset yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Kedua investasi pada aset- aset riil real assets yang berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

2. Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan dilakukan. Beberapa tahapannya adalah sebagai berikut:Halim, 2005:4 a. Menentukan tujuan investasi Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return, tingkat risiko rate of risk, dan ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan. b. Melakukan analisis Dalam hal ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga mispriced, apakah harganya terlalu tinggi ataukah terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 9 1 Pendekatan fundamental. Pendekatan ini berdasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. 2 Pendekatan teknikal. Pendekatan ini didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. c. Membentuk portofolio Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. d. Mengevaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. e. Merevisi kinerja portofolio Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Investasi dalam aktiva keuangan dapat dilakukan dengan investasi langsung ataupun investasi tidak langsung Jogiyanto, 2000:7. a. Investasi langsung adalah investasi yang dilakukan dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan yang diperjual belikan. Aktiva keuangan bisa berupa tabungan dan deposito. Serta investasi langsung yang dapat diperjual belikan berupa surat berharga pendapatan tetap dan saham. 10 b. Investasi tidak langsung adalah suatu investasi yang dilakukan melalui pembelian dari perusahaan investasi dimana perusahaan investasi merupakan perusahaan yang mengelola dana investasi yang mempunyai aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan investasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi Unit Investment Trust, Closed-end Investment companies dan Open-end Investment Companies Investasi Jogiyanto, 2000:10

3. Analisis portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset financial yang dimiliki oleh investor. Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan jalan diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif Halim,2005:54. Investor dapat menentukan kombinasi efek-efek untuk membentuk portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Suatu portofolio dapat dikatakan efisien apabila memenuhi dua kriteria yaitu: Halim,2005:54 a. Memberikan ER terbesar dengan risiko yang sama. b. Memberikan risiko terkecil dengan ER yang sama. Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal. Sedangkan untuk membentuk portofolio yang optimal kita harus menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan prevensinya Halim, 2002:59.

4. Risiko investasi pada saham

Pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidak pastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko merupakan suatu subyek yang memiliki ukuran kuantitas dan dapat diketahui tingkat probabilitas kejadiaannya serta memiliki data pendukung mengenai kemungkinan kejadiaannya. Risiko dalam kontek manajemen investasi merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata. Prevensi investor terhadap risiko dibagi menjadi tiga Halim, 2002:38 : 1 Investor yang suka terhadap risiko risk seeker merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka orang tersebut akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Karakteristik investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi 2 Investor yang netral terhadap risiko risk neutrality merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investasi jenis ini umumnya cukup flexible dan bersikap hati-hati prudent dalam mengambil keputusan investasi. 12 3 Investor yang tidak suka terhadap risiko risk averter merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil. Karakteristik investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasi. Dalam kontek portofolio risiko dibedakan menjadi dua yaitu : 1 Risiko sistematis. Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko Djohanputro,2006:18. 2 Risiko tidak sistematis. Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan jalan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.

5. Return dalam investasi

Dalam konteks manajemen investasi return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi actual return yang dihitung dengan menggunakan data historis, dan kedua return yang diharapkan expected return akan diperoleh investor di masa mendatang Halim, 2002:30. Komponen return meliputi Halim, 2002:30 : 1. Capital gain loss merupakan keuntungan kerugian bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual harga beli di atas harga beli harga jual yang keduanya terjadi dipasar sekunder. 2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Expected return secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari berbagai return historis, faktor penimbangnya adalah probabilitas masing- masing return. Sedangkan untuk expected return pada portofolio adalah rata-rata tertimbang dari expected return saham individual, faktor penimbangnya adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham Halim, 2002:31.

6. Investasi syariah

Dalam Islam dikenal syariah, sebagai God’s laws atau Islamic Laws, yang mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Syariah adalah seperangkat do’s don’ts, mengatur yang dibolehkan dan dilarang. Landasan syariah adalah kebijaksanaan dan kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Kesejahteraan ini terletak pada keadilan, kasih sayang, kesejahteraan, dan kebijaksanaan. Tujuan syariah yang paling dasar adalah memajukan kesejahteraan manusia yang terletak pada jaminan atas keyakinan, intelektual, masa depan, dan harta milik Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, A’lam al-Muwaqqi’in, dalam Achsien 2003:1. Kehidupan sosial ekonomi, termasuk sistem keuangan dan instrumentasinya, tidak pula luput dalam pengaturan tersebut, dan dalam hal ini jatuh kepada lingkup shariah muamalah. Islamic Finance adalah syariah based finance, keuangan yang secara logis menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, sekaligus instrumentasi, dan aplikasi dari nilai epistimologi sumber pengetahuan Islam. Industri Islamic fiinancial services merupakan industri yang tumbuh paling cepat secara global, rata-rata sebesar 10 sampai 15 per tahun Achsien, 2003:2. Berkembangnya Islamic finance merupakan representasi masuknya hukum-hukum religius dalam wilayah kehidupan komersial. Islamic finance menantang hukum komersial sekuler yang diasumsikan lebih efisien dan superior, menantang hukum komersial yang memisahkan dirinya dari pertimbangan religius dan kepatuhan ajarannya. Konsep diskonto sangat penting dalam teori analisis modal dan investasi. Secara praktis, digunakan dalam evaluasi proyek ataupun keputusan investasi. Dalam capital and interest dan Positive Theory of Capital memang menyebutkan bahwa positive time preference merupakan pola ekonomi yang normal, sistematis, dan rasional. Diskonto dalam posotive time preference ini didasarkan pada, atau paling tidak berhubungan intim dengan, tingkat bunga interest rate. Perbedaan pendapat terjadi pada saat suatu rate tertentu digunakan sebagai faktor diskonto. Yang satu menganggap dilarang karena Islam melarang adanya riba, di pihak lain, ditemukan adanya praktek penjualan dalam bentuk bay as-salam dan bay mu’ajjal yang ternyata tidak dilarang dalam Islam.pendapat yang membolehkan penggunaan rate sebagai faktor diskonto 15 didasarkan pada alasan bahwa discount rate dan interest rate merupakan dua hal yang berbeda. Dan faktor diskonto ini diperlukan secara definitif untuk kepentingan effisiensi. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” QS 3:130. Islamic capital market dalam perkembangannya saat ini telah mempunyai Dow Jones Islamic Index DJII untuk portofolio pasar internasional, RHB Islamic Index di Malaysia dan Jakarta Islamic Index JII di Indonesia yang dapat dijadikan benchmark untuk market portofolio. Namun, hal ini memunculkan permasalahan untuk penggunaan risk free rate yang dalam proxi Barat menggunakan T-Bills rate. Secara teoritis tidak ada yang ekuivalen dengan Islamic market, karena tidak diizinkan pemerintah meminjam dengan basis bunga. Dalam melakukan perhitungan portofolio optimal untuk memperoleh variabel ”i” atau return aktiva bebas risiko RBR yang biasa menggunakan Sertifikat Bank Indonesia SBI untuk konvensional, sedangkan untuk portofolio dengan indeks syariah menggunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI yang merupakan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu atau badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat titipan, kepada yang berhak menerimanya.....” an- Nisaa’:58. Al-wadi’ah dalam penggunaannya dibedakan menjadi dua, pertama wadi’ah yad al-amanah tangan amanah, artinya ia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan. Kedua wadi’ah yad adh-dhamanah tangan penanggung yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut Antonio Syafi’i; 2001:86. Aplikasi perbankan dalam Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia SWBI mengacu pada wadi’ah yad adh-dhamanah karena dalam hal ini bank memanfaatkan al- wadi’ah untuk tujuan current account giro dan saving account tabungan berjangka. Bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau presentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank. Gambar 2.1 Skema al-Wadi’ah Yad adh Dhamanah NASABA H Muwaddi’ Penitip NASABA H Muwaddi’ Penitip Bank Mustawda’ Penyimpan Bank Mustawda’ Penyimpan Users Of Fund Dunia usaha Users Of Fund Dunia usaha Keterangan : Dengan konsep al-Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus Antonio Syafi’i; 2001:88.

7. Model indeks tunggal

Model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian sutau efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau indeks. Sebagai proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model indeks berusaha untuk mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara sistematis dapat menggerakkan harga saham untuk semua efek. Secara implisit, dalam kontruksi model indeks terdapat asumsi bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi Halim,2005:82. Suatu pernyataan formal mengenai hubungan itu adalah model indeks atau model faktor dari tingkat pengembalian efek. Hasilnya, dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk menghitung ER, varians, dan covarians setiap efek sehingga dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik sensitivitas portofolio terhadap perubahan faktor atau indeks Halim,2005:82. Model indeks tunggal dapat digunakan sebagai alternatif dari model Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih sederhana. Model Indeks Tunggal merupakan penyederhanaan dari model Markowitz Model Indeks Tunggal dikembangkan oleh William Sharpe 1963 yang disebut dengan single-index model, yang dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar, karena return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar. Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Faktor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Halim,2005:82. Tujuan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan perhitungan portofolio model Markowitz. Pada portofolio model Markowits dibutuhkan parameter-parameter input berupa: 1. Tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing saham. 2. Variance masing-masing saham. 3. Covariance antar saham-saham. Perhitungan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara ekses return dengan beta excess return to beta. Excess return dapat didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatip terhadap satu unit risiko yang tidak dapat dideversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko Jogiyanto,2000:225. C Kerangka pikir Kerangka pikir atau disebut juga kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suatu kerangka pikir akan memberikan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah penelitian . Peneliti dalam hal ini mengungkapkan bagaimana proses, logika atau rasionalitas kemungkinan terjadinya portofolio saham yang optimal pada saham- saham Jakarta Islamic Index. Seorang investor yang rasional dalam menentukan keputusan investasi pasti akan memilih berinvestasi pada saham portofolio optimal karena saham ini mempunyai tingkat risiko rendah dengan tingkat pengembalian tertentu. Untuk membentuk suatu portofolio saham yang optimal seorang investor dapat menggunakan model indeks tunggal sebagai alternatif dari model Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih sederhana. Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam model. Hasil perhitungan yang didapat dengan menggunakan model indeks tunggal akan menghasilkan saham portofolio optimal yang nantinya dapat digunakan investor sebagai bahan pertimbangan apakah nantinya akan melakukan investasi pada saham tersebut apakah tidak. 20 Gambar 2.2 Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal Saham-saham Jakarta Islamic Index Investor Analisis Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal Portofolio Optimal Keputusan Investasi Model Indeks Ganda Pasar Modal IHSG, LQ 45 Jakarta Islamic Index

BAB III METODOLOGI PENELITIAN