BAB 1 5 Revisi Cha'e
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dalam Hartatik, 2007). Linton (Hartatik, 2007) menguraikan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat. Koentjaraningrat (Iswari, 2007) mengatakan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu bahasa, teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Kebudayaan terbagi menjadi tiga wujud, yakni ideal, aktivitas, dan benda budaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji simbol dari hasil budaya masyarakat Sumba yaitu mamuli. Kebudayaaan dapat menujukan derajat dan tingkat peradaban manusia. Selain itu kebudyaan juga bisa menunjukan ciri kepribadian manusiaatau masyarakat penduduknya. Kebudayaan yang merupakan ciri pribadi manusia didalamnya mengandung norma-norma, tatanan nilai nilai yang perlu dimiliki dan dihayati oleh manusia atau masyarakat penduduknya. Penghayatan terhadap kebudayaan dapat dilakukan melalui proses sosialisasi.
(2)
Sebagai sebuah nilai yang dihayati, kebudayaan diwariskan secara turun-temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses pewarisan kebudayaan disebut sebagai proses enkulturasi, yang berlangsung mulai dari kesatuan yang terkecil, yakni keluarga, kerabat, masyarakat, suku bangsa, hingga kesatuan yang lebih besar lagi. Proses enkulturasi ini berlangsung dari masa kanak-kanak hingga masa tua. Melalui proses enkulturasi ini, maka dalam benak sebagian besar anggota masyarakat akan memiliki pandangan, nilai yang sama tentang persoalan-persoalan yang dianggap baik dan dianggap buruk, mengenai apa yang harus dikerjakan dalam hidup bersama dan mengenai apa yang tidak harus dikerjakan.Media enkulturasi bermacam-macam. Pada masyarakat yang sudah mengenal tulisan, media enkulturasi berupa tulisan, rekaman video, tape recorder, dan alat teknologi lain (Iswari, 2007).
Menurut Koentjaraningrat (2002:180) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia untuk belajar. Hal tersebut berarti bahwa seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat memiliki beberapa tindakan yaitu tindakan naluri reflek, tindakan akibat proses fisiologi. Meskipun demikian persoalan kebudayaan dan tindakan kebudayaan merupakan tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar.
Persoalan kebudayaan menjadi menarik karena hal-hal itu orang dapat mendeduksikan pentingnya aspek kultural dalam aktivitas kolektif yang praktis. Segala aktivitas manusia dalam lingkungan menunjukkan proses yang berbeda dengan yang lainnya. Hubungan dengan lingkungan sosial menjadi
(3)
lebih intensif apabila orang tersebut menguraikan isi hatinya dengan lebih jelas dan dapat lebih mudah menerima maksud dan pendirian individu-individu lain (Koentjaraningrat, 2002:230). Lingkungan masyarakat menjadikan manusia lebih memahami sebuah proses sosialisasi yang berbeda. Hal ini merupakan perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan internalisasi dalam kepribadiannya.
Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu salah satu kabupaten yang termasuk dalam propinsi Nusa Tenggara Timur. Ciri-ciri geografis Sumba barat daya yaitu beriklim tropis, terdiri dari daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi, pegunungan, rawa-rawa, hutan dan pertanian. Hingga kini meskipun jaman dan peradapan telah berubah maju, namun adat kebiasaan yang dianut masyarakat masih sangat kuat. Suku Kodi adalah salah satu suku di Kabupaten Sumba Barat Daya yang Masih memegang erat dalam hal kepercayaan atau aliran.Salah satunya adalah kepercayaan akan Simbol Mamuli bahwa simbol tersebut memberikan kesuburan dan perkembangan yang besar. Mamuli biasanya berbentuk omega atau lebih mirip lagi Rahim Wanita dan dipakai dalam acara budaya perkawinan orang kodi / Sumba dan sudah menjadi dari Mas kawin bagi seorang mempelai Pria kepada mempelai Wanita.Dalam perkawinan adat, suku Kodi menganggapnya sebagai hulu belis. Ini berlaku untuk semua anak gadis Kodi. Kini hulu belis bisa diganti dengan kerbau jantan besar. Rupanya orang Kodi mengangap lebih menguntungkan karena harga satu ekor kerbau jantan besar di Kodi di atas Rp 25.000.000 (Hebi, 2014).
Hal utama tentang kepercayaan Simbol mamuli di Kodi sudah menjadi perhatian dari berbagai pihak khususnya dari pihak pemerintah dan
(4)
kepala suku.simbol mamuli yang berbentuk omega atau lebih mirip dengan rahim wanita tidak hanya menjadi kepercayaan di suku kodi saja tetapi sudah menjadi kepercayaan bagi semua suku diSumba dan cara menjalankanya secara kebudayaan masing masing dan tidak begitu berbeda dengan satu keyakinan,semua tujuannya sama adanya,yaitu menuju kepada perkembangan dan kesuburan.
Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol. Dalam kamus umum bahasa indonesia karangan W.J.S.Poerwadarminto (sobur,1992:57) mengungkapkan bahwa simbol atau lambang adalah bentuk perwujudan semacam tanda,lukisan,perkataan dan sebagainya,semuanya itu mengandung makna tertentu. Tindakan manusia dalam menggunakan simbol atau lambang tertuang dalam teori interaksinalisme simbolik.Dimana teori mengungkapkan bahwa kehidupan manusia atau masyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dengan menggunakan simbol simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar(Sutaryo,2005:9).
Manusia sebagai makhluk hidup yang ada ditengah tengah manusia lainya(lingkungan,sosial),dalam konteks budaya dan alam semesta,disamping memiliki sifat sifat yang bebeda dan juga memiliki hal hal yang sama dengan mahkluk hidup lainnya,yang merupakan bagian dari alam ciptaan Tuhan yang Maha Esa(Adhiputra,2012:31).
Kehidupan manusia dengan simbol adalah wujud dari satu keyakinan yang utama dan pertama,hal ini mengacu pada rasa sosial kita terhadap orangan lain,dimana kita diminta untuk saling memberi diantara sesama,saling menghargai dalam perbedaan agama,suku dan warna kulit. Dalam kehidupan kita sehari-hari,makna dari satu atau lebih banyak benda
(5)
yang mempunyai simbolis adalah warna kehidupan kita yang didalamnya adalah tanda yang tak terucap oleh suara atau kata. Bicara tentang simbolis adalah bicara tentang orang atau roh yang mengungkapkan suara atau kata/bahasa lewat gambaran saja. Salah satunya adalah Patung yang menggendong bayinya dengan semangat dan perjuangan yang begitu besar. Apabila kita melihat patung tersebut kita akan merasakan bagaimana rasa perjuangan seorang ibu itu dan Kita akan belajar saling menghargai diantara sesama manusia. Muncul bahwapandangan simbolis itu tidak hanya merupakan lambang atau simbol biasa saja.
Simbol Mamuli adalah tanda atau lambang kesuburan pada perempuan Sumba yang ditetapkan lewat kawin Mawin. Tidak hanya itu saja,Mamuli selalu dikaitkan akan sang Pencipta yang memberikan Makna dan arti Kehidupan Manusia dan alam sekitarnya. Ada pertanda bahwa asal Mamuli adalah dari Tuhan itu sendiri atau dengan kata lainya Ia yang menciptakan Langit dan Bumi.Tetapi semuanya ini dikaji lagi dalam beberapa tahap tentang Mamuli yaitu lewat simbol,kebudayaan,Agama,suku dan Ras/warna Kulit.
Di era modern seperti sekarang ini hal utama adalah bagaimana kita bisa melihat bahkan merasakan arti dari sebuah Simbol itu sendiri.Tetapi tidak untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan simbol yang konon katanya adalah bentuk dari kehidupan itu sendiri.Sebagai orang Sumba saya mengajak untuk berpartisipasi ikut ambil bagian untuk meneliti dan merumuskan cerita dibalik dari sebuah simbol Mamuli.Mamuli adalah logam emas murni yang dipakai oleh pihak Belanda pada saat penjajahan tahun 1912.Perhiasaan berbentuk Omega (Ω) ini terbuat dari
(6)
emas yang bahan dasarnya berasal dari logam emas yang di berikan Belanda kepada keluarga dari raja-raja yang bersekutu dengan Belanda. Sebelumnya kedudukan logam emas sangat sentral dalam kehidupan Merapu (agama asli Pulau Sumba). Dalam kepercayaan setempat logam mulia berasal dari langit. Matahari terbuat dari emas dan bulan bintang terbuat dari perak. Kemudian sebagian emas dari matahari jatuh kebumi saat matahari terbenam dan juga perak jatuh ke bumi melalui bintang jatuh (meteorit). Baik logam emas dan perak dijadikan sebagai kekayaan dari kemurahan Tuhan yang disimpan menjadi relik suci oleh klan-klan di Sumba (daun lontar, 2011).
Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang symbol mamulidalam masyarakat Sumba, khususnya di Kecamatan Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya. Judul penelitian yang diajukan adalah: “Mamuli Sebagai Simbol Kebudayaan Sumba”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,makarumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa makna simbol mamuli dalam kebudayaan Sumba dalam masyarakat di Kecamatan kodi Kabupaten Sumba barat Daya?
2. Bagaimanakah fungsi mamuli dalam kebudayaan Sumbadalam masyarakat di Kecamatan kodi Kabupaten Sumba barat Daya?
(7)
Tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan makna simbol mamuli dalam kebudayaan Sumbadalam masyarakat di Kecamatan kodi Kabupaten Sumba barat Daya.
2. Untuk mendeskripsikanfungsi mamuli dalam kebudayaan Sumbadalam masyarakat di Kecamatan kodi Kabupaten Sumba barat Daya.
D. KegunaanPenelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti
Dalam unsur penelitian ini selaku penulis hendak berbicara dengan kata hati, diutamakan karena dalam diskusi Mahasiswa adalah tujuan utama yang diperhatikan khalayak pemerintah maupun masyarakat.Membantu pemerintah daerah dalam menyelamatkan kebudayaan yang berdasarkan simbol itu sendiri.Ikut peduli dalam eksistensi simbol Mamuli untuk menjaga kearifan lokal. Diharapkan penelitian ini akan berguna sebagai bahan dokumentasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah.
2. Manfaat bagi masyarakat Sumba
Membantu daerah yang diteliti untuk menginformasikan kepada masyarakat luas.SehinggaDapat membantu untuk menambah nilai kebudayaan lokal setempatMembantu menafsirkan arti dari sebuah simbol Mamuli.
3. Manfaat bagi Lembaga IKIP Budi Utomo Malang
Membantu lembaga perguruan tinggi IKIP budi Utomo Malang sebagai sumber referensi di masa yang akan datang. Untuk menambah bahan kajian budaya akan pembelajaran.
E. Definisi Operasional
(8)
a. Mamuli
Mamuli merupakan mas kawin yang digunakan orang Sumba yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terkhususnya ibu dari sang mempelai wanita bermakna sebagai lambing kesuburan, kehidupan dan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada sang ibu yang telahmelahirkan sang anak (mempelaiwanita).Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap. Bentuk dasar Perhiasan mamuli menyerupai bentuk rahim atau kelamin perempuan, sebagai simbol kewanitaan dan perlambangan kesuburan, yang tentunya dimaksudkan menghormati kedudukan perempuan.Di Sumba Barat Daya (Kodi) yang polos disebut “kamomol”. Baik mamuli maupun lulu amah terbuat dari emas.Mamuli yang paling besar mencapai 20 gram.
b. Simbol
Simbol adalah satu kultur budaya yang didalamnya terdapat ada banyak perbedaan tetapi tidak untuk menghilagkan rasa nasionalis kita yang bebeda Agama atau warna kepercayaan,salah satunya adalah Simbol atau Makna tertentu dimana simbol ini memberikan banyak makna arti kehidupan yaitu simbol kesuburan dan tanda kekelurgaan yang erat.
(9)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Menurut ilmu antropologi (Koentjaraningrat1979), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar. Hampir seluruh tindakan manusia didapatkan melalui pembelajaran dari lingkungan sekitarnya, oleh karena itu manusia akan melahirkan budaya sepanjang hidupnya. Hal ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
(10)
sampai matinya.Kebudayaan meliputi berbagai aspek kehidupan,yang mencakup sikap,kesadaran dan perilaku hidup serta menunjuk pada kepercayaan-kepercayaan dalam masyarakat (Endraswara 2006; Ember dan Ember 1973).Kebudayaan diturunkan dalam masyarakat dari generasi ke generasi dan merupakan sesuatu yang khas dan dimiliki bersama oleh suatu masyarakat.Jadi, jika hanya dilakukan atau dipikirkan oleh satu orang saja, maka tidak dapat dikatakan kebudayaan.
2. Kebudayaan Marapu
Unsur kebudayaan Marapu yaitu budaya yang memberikan dan menyampaikan pesan lewat media alam dan dianalogikan lewat benda-benda keramat salah satunya batu kubur (tempat pemakaman). Batu kubur bagi orang Sumba diyakini memberikan tanda kehidupan yang mempunyai jiwa mistis lewat perantara roh dan jiwa leluhur nenek moyang.
Kepercayaan Marapu (atau Merapu) adalah “keyakinan hidup” yang masih dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Sumba yang masih menganut kepercayaan Marapu atau “ajaran para leluhur” senantiasa melakukan upacara dan perayaan ritual untuk mengiringi berbagai sendi kehidupan mereka.Kepercayaan ini dilambangkan dengan ritual, perayaan upacara, dan pengorbanan untuk penghormatan kepada sang pencipta juga arwah para leluhur mereka.Marapu dalam bahasa Sumba berarti “Yang dipertuan atau dimuliakan” terutama untuk menyebut arwah-arwah para leluhur mereka.
Menurut Hadiwijono (1977: 29-31) mengemukakan tentang Marapu sebagai berikut:” Marapu adalah tokoh ilahi yang di dalamnya termasuk alam gaib, baik dalam arti dewa maupun dalam arti roh, jiwa serta barang-barang
(11)
duniawi yang menajdi tanda-tanda atau symbol kehadiran Marapu dan alam gaib tadi.”atas dasar yang dikemukakan itu, berikut adalah penggolongan Marapu sesuai dengan kedudukan, pangkat, dan kekuasaan (Daeng, 2008:118):
1) Marapu Inyangita (Marapu Langit) atau Marapu Awange (Marapu Awan). Marapu-marapu jenis ini hidup di alam sana, jadi tidak termasuk alam manusia. Mereka berkuasa atas hidup dan mati manusia. Kedalam golongan Marapu Inyangita atau Marapu Awange dimasukkan marapu-marapu berikut:
a) Marapu yang tertinggi, yang hidup samar-samar dalam kenang-kenangan; oleh masyarakat Marapu yang tertinggi dikatakan sebagai yang menjadikan dan pengayam manusia. Di Sumba Barat, Marapu yang tertinggi disebut Inna Kalada-Ama Kalada (nenek dan kakek). Oleh sub-kelompok etnik lain diberi namaInna Matunggu- Ama Matunggu.
b)Marapu yang memerintah, pelaksana kehendak Marapu tertinggi. Marapu ini disebut Inna Nuku-Ama Hara, karena merekalah yang menjamin bahwa nuku (hukum) dan hara (cara) yang terpelihara dalam masyarakat.
c) Marapu Pengawas untuk para dewa sebagai pelaksana segala-galanya yang direncanakan oleh Marapu yang memerintah(Daeng, 2008:118).
2) Marapu yang tergolong dalam alam manusia, yang selanjutnya dirinci sebagai berikut;
a) Marapu mete (Marapu orang mati) ialah Marapu arwah orang yang sudah mati, yang berpindah dari alam nyata kea lam gaib.
(12)
b)Marapu Moripa (marapu hidup) ialah roh-roh yang karena keadaannya memang menjadi marapu; mereka hanya dapat didekati manusia dengan perantara Marapu mate(Daeng, 2008:118).
3) Di samping marapu-marapu yang disebut diatas, ke dalam Marapu digolongkan:
a) Watu Kabala (batu meteor) yang dijadikan perantara dalam hubungan dengan Marapu Kabala yang dapat dimintai pertolongan untuk tujuan-tujuan destruktif bagi orang lain. Oranng sering membawa sesajian pada watu kabala.
b)Peralatan kerja dan senjata yang pernah digunakan oleh nenek moyang; peralatan itu dipandang berpengaruh positif maupun negative bagi manusia.
c) Batu-batu di Sumba Tengah dan Sumba Timur disebut Katoda, yang dijadikan tempat untuk meletakkan sesajian yang diteruskan kepada Marapu yang bersangkutan (Daeng, 2008: 120).
'Marapu' terdiri dari dua kata, ma dan rapu. Kata ma berarti 'yang'. Sedangkan kata rapu berarti 'dihormati' dan 'didewakan'. Atau mera dan appu. Mera artinya 'serupa' dan appu artinya 'nenek moyang'. Jadi Marapu artinya 'serupa dengan nenek moyang'. Dalam kaitannya ini, 'Marapu" merupakan kepercayaan asli orang Sumba. Pemujaan arwah nenek moyang atau leluhur yang didewakan merupakan unsur yang menonjol. Mereka disebut 'Marapu', yang
(13)
dipertuan, yang diperdewa, yang diperilah adalah para leluhur yang sangat dihormati oleh anak cucunya turun temurun (Boim, 2010).
Marapu terbagi menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu.Marapu yang pertama merupakan arwah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu (keluarga luas, clan). Sedangkan marapu Ratu ialah merapu yang dianggap turun dari langit dan merupkan leluhur dari para Marapu lainnya.
Kehadiran para marapu bagi masyarakat sumba di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu.Lambang-lambang suci itu disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu.Walaupun mempunyai banyak Marapu yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Sang Maha Pencipta.Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur saja, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa(Wacana, 2012).
Pengakuan adanya Sang Maha Pencipta biasanya dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat kiasan. Itu pun hanya dalam upacara-upacara tertentu atau peristiwa-peristiwa penting saja.Dalam keyakinan Marapu, Sang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama-Nya pun dipantangkan.
Sedangkan para Marapu itu sendiri dianggap sebagai media atau perantara untuk menghubungkan manusia dengan Penciptanya. Kedudukan dan peran para Marapu itu dimuliakan dan dipercaya sebagai lindi papakalangu – ketu
(14)
papajolangu (titian yang menyeberangkan dan kaitan yang menjulurkan, sebagai perantara) antara manusia dengan Tuhannya.
3. Simbolisme
a. Pengertian Simbolisme
Simbol diyakini oleh berbagai kalangan untuk mendapatkan satu petunjuk atau sebagai perwujudan sang pencipta yang tak terlihat oleh kasat mata manusia,tetapi sangat dihormati dengan cara mendoakan atau megadakan salah satu upacara adat setempat.Simbol selalu dikaitkan dengan kehidupan manusia yang berperan sebagai perjalanan kisah antara kehidupan dan kematian.Simbolisme merupakan tanda atau lambang yang memberi arti tertentu yang sangat besar dan dipercaya memberikan suatu kehidupan yang baru.Menurut Konjoronigrat dan Endraswara (2006:12) bahwa simbolisme adalah suatu penyatuan antara manusian dan alam sekitar.
b. Jenis-Jenis SimbolismeMenurut Masyarakat Sumba 1) Parang Sumba/golok
Parang Sumba merupakan simbol kejantanan laki laki atau makna dari sebuah perlidungan jiwa dan raga bahkan sudah menjadi primadona dalam akhir akhir ini tentang simbol parang Sumba. Parang Sumba tidak semua sama.pada dasarnya parang Sumba selallu disarungkan dengan kulit kayu dengan diameter panjang 1meter (Frans W.Heby 2001:32)
2) Koteka Sumba/kabala
Koteka Sumba adalah jenis pakain yang terbuat dari kulit kayu yang selalu dicawatkan didepan bagian bawah kelamin laki laki. Koteka atau cawat sampai saat ini masih terjaga akan kelestariannya. Koteka saat ini sering dipertunjukan dalam acara budaya misalanya pagelaran budaya dan HUTRI setiap bulan agustus.(Emilia C.Reckit 1992.17)
(15)
Seni tenun simbol ini diyakini oleh orang Sumba,bahwa setiap pemberian makna simbol pasti ada berkahnya,karena semauanya itu adalah tentang manusia yang lahir akan dunia baru dan tercipta segala ikatan tali cinta kasih. Kain tenun mamuli adalah cara mengungkapakan bagaimana cara disaat seorang wanita Sumba tidak sanggup mengucpkan lewat kata kata tetapi memberikan salah satu simbol agar bisa dipahami,karena wanita adalah makhluk misterius.( Abilla.G. Mari 2003:156
4) Njungga/Jukis
Njungga adalah alat musik tradisional yang sering dimainkan oleh para kstaria Sumba sebagai simbol rasa terima kasih kepada sang leluhur. Njungga terkadang berubah alih,tidak hanya kstaria saja tetapi masyarakat biasa juga sudah bisa dipermainkan. Njungga dengan senar 4 melambangkan tali persaudaraan yang begitu erat dimulai dari anak,remaja,dewasa dan sampai pada masa Tua. Njungga sudah lama dikenal masyarakat luas,keberadaan njungga sekarang sudah berbeda dari tahun ke tahun contohnya perubahan cara membuat dan cara menggunakannya. Hal ini dikarenakan oleh perubahan jaman. Peminat Njungga tidak sebanyak peminat gitar jaman sekarang dimna warna musick/irama sangat berbeda dengan gitar biasa. Untuk itu masyarakat Sumba harus benar benar sadar akan keberadaan alat musik tradisional supaya tidak terjadi kepunahan(Frans W.Heby 2001: 23).
5) Tarian adat Woleka
Tarian budaya woleka adalah tarian yang disuguhkan untuk para tamu undangan dalam acara ritual adat Sumba. Tarian ini mencertikan bahwa seorang anak perempuan jaman dahulu kala yang masih perawan dan belum mendapatkan jodoh. Tarian woleka saat ini sudah di perbaharui oleh
(16)
kebnyakn orang,tarian woleka tidak hanya dipesta budaya atdat Sumba tetapi sudah sering ditampilkan diacara pemerintahan seperti acara HUT RI dan lain lain.( Frans W.Heby 1999:34 ).
6) Sirih dan Pinang
Sirih dan Pinang merupakan perwujudan makna saling menerima antara satu sama lain dan sudah menjadi tradisi dalam adat istiadat orang Sumba yang dipercaya untuk proses mempersunting atau melakukan pernikahan secara adat Sumba.
4. Mamuli
Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap. Sebagaimana perhiasan adalah salah satu bentuk peradaban manusia maka mamuli diyakini sebagai lambang jati diri sebagai perhiasan yang digunakan oleh masyarakat Sumba. Bentuk dasar Perhiasan mamuli menyerupai bentuk rahim atau kelamin perempuan, sebagai simbol kewanitaan dan perlambangan kesuburan, yang tentunya dimaksudkan menghormati kedudukan perempuan(Anymous, 2016).
Ada pertanda bagi para perempuan Sumba yang menggunakan mamuli sebagai anting di sebelah kanan, yang berarti belum atau tidak menikah. Tidak hanya digunakan oleh perempuan, mamuli juga digunakan oleh laki-laki sebagai bentuk penghormatan yang digunakan pada saat menari dan pergelaran upacara-upacara adat. Walaupun mamuli sebagai perlambagan perempuan (feminim), namun dianggap
(17)
mengandung nilai maskulinitas berdasarkan karakteristik sekunder dari ornamen yang ada. Seperti pada gambar berikut memperlihatkan oranamen tambahan prajurit membawa tombak dan perisai (maskulin) sebagai konsep perlindungan dan saling melengkapi, perlu juga diketahui bahwa logam emas bagi masyarakat adat Sumba merupakan simbolisme laki-laki (anymous, 2016).
Dalam kebudayaan Sumba, logam mulai dipercaya berasal dari langit. Matahari dibuat dari emas dan bulan-bintang dibuat dari perak. Emas dan perak tertanam di bumi karena matahari dan bulan tenggelam atau karena bintang jatuh dari langit. Benda yang terbuat dari emas menunjukkan kekayaan dan berkah dari Tuhan. Mamuli disimpan bersama benda-benda keramat lainnya oleh suku Sumba dan digunakan antara lain oleh dukun sakti untuk berhubungan dengan arwah nenek moyang. Mamuli yang paling berharga dan dianggap kuat jarang dikeluarkan dari tempat penyimpanan karena dipercaya memiliki kesaktian yang bisa menimbulkan bencana alam atau membawa malapetaka bagi orang di sekitarnya. Mamuli juga digunakan sebagai jimat atau mahar pernikahan bagi pengantin perempuan(Ngera, 2011).
(18)
Gambar 2.1 Seorang Perempuan Sumba Menggunakan Mamuli (Sumber:Ngera, 2011)
Secara umum mamuli mengambil bentuk alat kelamin perempuan, namun sifat feminin atau maskulin mamuli ditentukan oleh karakteristik sekundernya. Mamuli “jantan” memiliki bentuk dasar yang melebar, yang dihiasi oleh gambar halus berbentuk manusia, hewan atau benda lain. Mamuli yang memiliki detil rumit ini menggambarkan para petarung bersorban dan bercawat yang memegang pedang dan tameng, sedang berjalan dengan gagah didampingi oleh figur kecil yang tampak dalam posisi berdoa (Ngera, 2011).
(19)
Gambar 2.2 Mamuli yang berfungsi sebagai ornament telinga
(Sumber: Ngera, 2011)
Pada upacara pernikahan, ritual adat, ataupun kunjungan persahabatan, emas dijadikan sebagai simbol serah terima hadiah dan ditukarkan dengan kain, secara simbolis emas dianggap sebagai sesuatu yang maskulin dan kain diangap sebagai sesuatu yang feminim. Mamuli emas yang berbentuk omega adalah perhiasan yang dianggap penting bagi masyarakat sumba.
Saat ini Mamuli dilingkarkan di leher sebagai perhiasan pakaian dan dijadikan seperti liontin, namun beda halnya pada jaman dahulu, Mamuli dipasang di telinga, sehingga masih kelihatan pada nenek-nenek yang sudah berumur telinganya panjang-panjang akibat dari tarikan Mamuli tersebut, jangan heran hal ini memang adalah sebuah kebiasan yang sudah turun-temurun sebagai tanda untuk mempercantik diri. Perhiasan Mamuli juga sebagai simbol dari strata sosial. Selain itu Mamuli juga dianggap sebagai lambang rahim atau tempat tumbuhnya kehidupan yang tidak lain adalah wanita itu sendiri (Umbu, 2014).
(20)
Gambar 2.3 Mamuli Emas dengan detil rumit (Sumber: Norbert Umbu, 2014)
Saat ini mamuli jarang lagi digunakan sebagai perhiasan telinga, dahulunya digunakan sebagai anting-anting dengan cara memperbesar lubang pada telinga untuk disematkan anting-anting mamuli.Namun kini telah dimodifikasi dengan kaitan untuk disematkan tanpa memperbesar lubang pada telinga. Selain dijadikan anting-anting, fungsi mamulijuga bertambah karena ukurannya yang besar digunakan sebagai kalung liontin (pendant)yang biasa dipakai dalam pergelaran tarian adat. Mamuli juga dapat dilekatkan pada pakaiansebagai bros (Daun Lontar, 2011).
Perhiasaan berbentuk Omega (Ω) ini terbuat dari emas yang bahan dasarnya berasal dari logam emas yang di berikan Belanda kepada keluarga dari raja-raja yang bersekutu dengan Belanda. Sebelumnya kedudukan logam emas sangat sentral dalam kehidupan Merapu (agama asli Pulau Sumba). Dalam
(21)
kepercayaan setempat logam mulia berasal dari langit. Matahari terbuat dari emas dan bulan bintang terbuat dari perak. Kemudian sebagian emas dari matahari jatuh kebumi saat matahari terbenam dan juga perak jatuh ke bumi melalui bintang jatuh (meteorit). Baik logam emas dan perak dijadikan sebagai kekayaan dari kemurahan Tuhan yang disimpan menjadi relik suci oleh klan-klan di Sumba(Daun Lontar, 2011).
Gambar 2.4 Mamuli dengan fungsi sebagai pendant (Sumber: Daun Lontar, 2011)
Secara adat mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, menjadi bekal kubur selain perhiasan lainnya dan juga bagi keluarga bangsawan, mamuli merupakan salah satu benda pusaka yang disimpan secara khusus karena memliki pertalian dengan para luluhur. Selain itu bentuk mamuli banyak ditemukan dalam motif kain tenun Sumba(Daun Lontar, 2011).
(22)
Mamuli ada yang polos dan ada yang memiliki asesoris berbentuk benjolan-benjolan atau bintik-bintik serta gambar-gambar semisal ayam.Luluh amah atau kanatar berbentuk lonjong, ujungnya serupa alat kelamin laki-laki.Mamuli ada yang kecil dan ada yang besar. Di Sumba Barat Daya (Kodi) yang polos disebut “kamomol”. Baik mamuli maupun lulu amah terbuat dari emas.Mamuli yang paling besar mencapai 20 gram.Dalam perkawinan adat, suku Kodi menganggapnya sebagai hulu belis.Ini berlaku untuk semua anak gadis Kodi.Kini hulu belis bisa diaganti dengan kerbau jantan besar.Rupanya orang Kodi mengangap lebih menguntungkan karena harga satu ekor kerbau jantan besar di Kodi di atas Rp 25.000.000(Hebi, 2014).
B. Penelitian yang Relevan
1. Eka Hikmawati (2016) mahasiswa Universitas Negeri Raden Patah dengan judul penelitian, “Makna Simbl dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan Palembang.” Tujuan penelitian ini adalah, (1) Mendeskripsikan umum pakaian adat pernikahan Palembang; (2) Mendeskripsikan proses akulturasi budaya Jawa dan Cina dalam pakaian adat pernikahan Palembang; (3) Mendeskripsikan makna-makna simbol apa saja yang terkandung dalam aesan gede dan pak sangkong. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi dan teori makna simbol. Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode kebudayaan yang mana metode ini merupakan suatu deskripsi fenomena mengenai kebudayaan yang timbul di dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini dapat
(23)
disimpulkan sebagai berikut. Deskripsi Pakaian adat Palembang ini dibagi menjadi dua yaitu pakaian utama dan ada yang disebut pelengkap Pakaian. Perpaduan budaya Jawa, Cina dan Arab pada aesan gede dan pak sangkong tidak menghilangkan kebudayaan asli di Palembang ini merupakan hasil dari akulturasi budaya. Serta, banyak makna simbol yang terkandung pada pakaian adat pernikahan Palembang ini yang kesemuanya memiliki pesan yang luhur untuk kebaikan dunia dan akhirat.
2. Sri Asyanti (2016) mahasiswa Universitas negeri Medan dengan judul penelitian, “Intrepretasi Makna dan symbol Perhiasan Pengantin Suku Angkola pada Pesta Perkawinan di Kota Padangsidimpuan.“ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan simbol yang terkandung pada perhiasan yang dikenakan oleh pengantin suku Angkola di Kota Padangsidimpuan. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu pada awal April sampai dengan Mei 2016. Lokasi penelitian adalah daerah Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Populasi pada penelitian ini berjumlah 17 perhiasan pengantin. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin pada upacara pesta perkawinan berjumlah 17 jenis perhiasan. Pada pengantin laki-laki terdapat 3 jenis perhiasan yaitu Hampu, Puttu, dan Keris. Sedangkan pada pengantin perempuan terdapat 16 jenis perhiasan antara lain: Bulang, Jarunjung, Jagar-jagar, Tarojak, Suri sere, Tusuk sanggul, Tabur sanggul, Anting-anting, Puttu, Rumbung, Gaja meong, Sori bulan/tapak kuda, Pamontang, Sisilon sere, dan Keris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada setiap perhiasan yang dikenakan oleh pengantin dalam upacara adat perkawinan mengadung nilai-nilai yang menjunjung tinggi budaya suku
(24)
Angkola. nilai-nilai yang terdapat di masing-masing jenis perhiasan adalah untuk saling melengkapi peran pasangan pengantin perempuan dan laki-laki dalam memasuki kehidupan rumah tangga
3. Suprayitno (2014) dengan judul penelitian, “Makna Simbolik dibalik Kain Lurik Solo- Yogyakarta.” Sebagaimana kain tenun lainnya di Nusantara, kain tenun Lurik memiliki nilai-nilai filosofi dan juga sarat dengan makna simbolik. Kain tenun Lurik tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan masyarakat sebagaimana halnya upacara ritual keagamaan maupun adat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ulang makna simbolis pada kain tenun Lurik tersebut, dengan pendekatan metode kualitatif melalui tahapan studi literatur dan wawancara. Filosofi dan makna simbolik sehelai lurik biasanya tercermin dalam motif dan warnanya. Tenun Lurik dengan beragam coraknya dianggap memiliki nilai sakral memberi tuah, dan ada pula yang mensiratkan nasehat, petunjuk, dan harapan. Kesemuanya tercermin dalam sehelai corak / motif kain tenun Lurik.
(25)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan JenisPenelitian
Pendekatan (approach) adalah cara “mendekati” objek sehingga karya budaya, sebagai struktur makna dpat diungkapkan secara jelas (Ratna, 2010:45). Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah menganalisa arti dari simbol Mamuli dalam masyarakat Sumba khususnya Kecamatan Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya.perkawinan adat di desa Mareda Kalada Kabupaten Sumba Barat Daya. Sehingga pendekatan yang paling tepat adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif juga disebut naturalistik, dengan pertimbangan melakukan penelitian dalam latar yang sesungguhnya sehingga objek tidak berubah, baik sebelum maupun sesudah suatu penelitian (Ratna, 2010:95).
.
B. Kehadiran Peneliti
Untuk memenuhi standar penelitian, peneliti haruslah sabar dan toleransi, hal ini mengacu pada penelitian karena peneliti wajib menjadi pendengar yang baik dan bersikap baik, terbuka dan objektif.
C. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 s/d 30 April 2016. D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini termasuk dalam kategori data kualitatif.Data kualitatif adalah data yang diperoleh berupa kata-kata atau
(26)
ungkapanyang didapat dari lokasi penelitian. Sumber data dari penelitian ini dapatdikategorikan dalam data primer dan data sekunder.Data adalah unit tertentu yang dperoleh melalui suatu hasil pengamatan. Dengan singkat, data adalah hasil penelitian, baik yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan proses pemahaman lain, melaluinyalah dtarik inferensi ( Ratna, 2010: 141). Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber asli, sumber tangan pertama penyelidik. Dari sumber data ini akan dihasilkan data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus. Sumber data penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara (interview) yangberpedoman pada panduan yang telah disiapkan dan observasi ataupengamatan terhadap objek yang dipilih sebagai key informan dan informanpendukung. Data primer ialah data yang diperoleh penelitian secara langsung di lapangan terutama dari informan seperti para Mosalaki dantokoh masyarakat.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti di lapangan terutama diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis atau bersumber padadata kepustakaan.Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh daridokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan topik penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara
Wawancara adalah pengamatan menyeluruh terhadap objek diikuti dengan aktifitas tertentu dengan menggunakan instrumen tertentu(Ratna,
(27)
2010:222). Teknik wawancara merupakan proses interaksi secara langsung antara pewawancara dan informan (Rehy katoda dan Muda Tary) wawancara yang digunakan bersifat tidak struktur yang diharapkan mengunakan data yang bersifatinformatif, seperti ide-ide atau pandangan pribadi (Sugiyono, 2008:319).
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang palng banyak dilakukan dalam penelitian. Dalam etnografi teknik observasi dikategorikan sebagai aliran utama. Teknik observasi tdak melakukan ntervensi dan dengan demikian tidak menganggu objektivtas penelitian (Ratna, 2010:217).
Selama observasi berlangsung peneliti diwajibkan agar benar dan mau mengamati benda dengan sudut pandang yang berbeda,misalnya peneliti harus berpindah tempat agar benda yang diamati bisa dilihat dari segala sisi.
3. Dokumentasi
Adalah cara pengumpulan data yang relevan yaitu lewat catatan,data dan media cetak seperti Foto dukemen. Hal ini mengacu pada kebutuhan penelit ketika menghadapi penyimpulan Data.
F. Instrumen penelitian
Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka penelitii adalah instrumen utama dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna (2010:217):
1. Pertama, sesuai dengan salah satu ciri metode kualitatf, peneliti adalah instrumen utama
(28)
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2014: 274).
Aktivitas dalam analisis data terdiri dari empat tahap yaitu: a. Pengumpulan data
Data yang berhasil dikumpulkan melalui wawancara, observasi danstudi dokumentasidicatat dalam bentuk catatan lapangan (fieldnotes). Catatan lapangan tersebut berisi apa yang dikemukakan oleh informan, serta catatan tentang tafsiran peneliti terhadap informasi yang diberikan oleh informan.
b. Reduksi data
Miles dan Huberman (2014: 16) reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksa data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkimpul, antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya.Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis
(29)
memo).Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
c. Penyajian data/display data
Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah penyajian data.Miles dan Huberman (2014: 17) membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dati alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.
d. Penarikan kesimpulan
Miles dan Huberman (2014: 18) mengatakan kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang merupakan
validitasnya.Dalam penelitian ini, Peneliti menyusun kesimpulan berdasarkan data yang telah dimaknai.
Berikut adalah tahap analisis data dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (2014:20):
(30)
1. Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu simbol mamuli dalam masyarakat Sumba.
2. Peneliti mencari bahan pustaka yang berkaitan dengan informasi mengenai simbol mamuli dalam masyarakat Sumba.
3. Peneliti mencari informan yang dapat menyediakan informasi mengenai simbol mamuli dalam masyarakat Sumba.
4. Peneliti menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan objek penelitian yaitu simbol mamuli dalam masyarakat Sumba.
5. Peneliti menyusun informasi yang didapat dari wawancara mendalam dengan informan
6. Peneliti mengklasifikasi data
7. Peneliti memaknai data yang telah diklasifikasi
8. Peneliti menyajikan informasi secara utuh.
BAB IV
(31)
A. Paparan Data
1. Profil Desa Penelitian
Dalam bab ini peneliti secara khusus meneliti Desa Watu Wona Kecamatan Kodi Mbokol, Sumba Barat Daya,Nusa Tenggara Timur sebagai tempat penelitian dan sumber data terkuat untuk mengungkapkan persoalan yang merupakan tugas akhir dari Mahasiswa.
a. Keadaan Desa Watu Wona
Keadaan Geografis Desa Watu Wona adalah desa yang termasuk desa pengrajin pernak pernik khususnya pernak Mamuli. Berdasarkan topografi, wilayah desa ini pada umumnya wilayahnya berbukitdengan kemiringan 45-90,dengan topografi yang demikian maka sebagian besar masyarakat desa hidup dengan bertani, dengan sitem irigasi dan trasering, adapun batas wilayah desa watu wona yaitu:
1) Bagian utara berbatasan dengan desa Rada loko
2) Bagian selatan bebbatasan dengan desa kapaka Madeta 3) Bagian timur berbatasan dengan desa anloko
4) Bagian barat berbatsan dengan desa ate dolo
5) Luas wilayah desa watu wona dalam monografi tahun 2016.
Untuk lebih jelas perhatiakanlah tabel berikut ini.
NO. Uraian Luas HA
1 Pemukiman 225
(32)
3 Ladang 175
4 Perkebunan 250
5 Sarana pendidikan 100 6 Sarana Olahraga 50
7 Sarana Umum 25
JUMLAH 25
1025
Sumber : Dokumentasi Desa Watu Wona.
Jumlah penduduk desa watu wona menurut data terpercaya 1.809, dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 500 termasuk anak anak dan laki laki berjumlah 1.609.
No Golongan Umur Golongan Umur Desa
1 1-20 20-30 Watu Wona
2 2-40 40-60 Watu Wona
3 40-60 30-70 Watu Wona
4 60-80 30-50 Watu Wona
5 Laki-laki Perempuan 80%
Pada tabel diatas menunjukan bahwa kebanyakan warga desa watu wona adalah berumur panjang,karena semuanya masih dalam status kampung parmanen yang didapat dari alam sebagai bahan pokok obat obatan. Pemukiman rumah warga desa watu wona ini terdiri dari rumah Alang dan atap jerami dan biasanya dihuni oleh bapak ibu adik dan kakak atau ada penambahan keluarga dari keluarga dekat.
(33)
Pada tabel berikut peneliti akan menuraikan secara sistematis tabel tentang rumah dan pemabngunan.
No Uraian Jumlah
1 Rumah Alang 27
2 Rumah Papan 4
3 Rumah Tembok 10
Jumlah 41
b. Agama dan Aliran Kepercayaan
Sumba merupakan agama beraliran kepercayan yaitu marapu. marapu dikaitkan dengan berbagai cara Tuhan. masa penjajahan Belanda adalah masa peralihan budaya dimana budaya aliran marapu sudah dibentuk atau di imbangi dengan satu budaya barat dengan cara menyatukan antara aliran kepercayaan dan agama modern dapat dilihat pada tabel berikut ini sebagai berikut:
No Agama Jumlah Rumah Ibadah
1 Marapu 27
2 Katolik 10
3 Islam 4
Jumlah 41
c. Pendidikan
Desa watu wona adalah desa yang baru dan berkembang dengan baik,salah satunya didesa tersebut ada beberapa Sekolah Dasar dafasilitas umum lainnya. Secara umum pendidikan didesa watu wona sangat baik dan perlu perkembangan yang lebih maju lagi, salah satunya tentang
(34)
watu wona, pemerintah desa dan beberpa kepala sekolah dasar bekerja sama untuk melaksanakan kegiatan perlombaan, agar meningkatkatkan kemauan anak bersekolah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel Pendidikan berikut ini:
No Uraian Jumlah
1 Tamat SD Semua warga desa tamat SD
2 Tamat SMP 30
3 Tamat SMA 20
4 Perguruan Tinggi 10
Jumlah 60
Sumber: Dokumentasi Desa Watu Wona d. Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil cipta, dan rasa karya ilmiah manusia berupa ide atau gagasan dengan satu pengertian yaitu kebudayan harus berdarkan simbol sebagai tanda keselamatan bagi manusia (fuad, hasan ,1989:13). Pernyataan bahwa manusia adalah makhluk budaya mengandung banyak pengertian bahawa kebudayaan yang berdasrkan simbol harus diutamakan (frans Wora.H.1990:14). Dalam sejarah manusia,simbol sering dikaitkan sebagai arah dan tujuan hidup.hidup sudah dituliskan atau digambarkan lewat patung atau benda yang selalu mendahului bahwa simbolis adalah satu kepercayaan bahwa ia akan memberikan yang lebih dari semuanya Sangat sederhana contohnya:
1) Mamuli.
Bagi orang lain mamuli hanyalah benda atau barang yang biasa saja tetapi bagi masyarakat Sumba,sangat dipercaya bahwa simbol Mamuli memberikan tanda kesuburan dan kedamain bagi kehidupan.
(35)
2) Adat istiadat
Adat istiadat meliputi banyak cara salah satunya adalah tentang aliran dan simbol kehidupan manusia lewat dari sebuah benda atau barang. Acara perkawinan adalah acara yang sangat sakral bagi masyarakat Sumba umumnya karena letak pemberian simbol dan dan Mamuli harus melalui ritual adat yang mengacu pada keyakinan/aliran.
3) Kesenian.
Yang dimaksud dengan kesenian adalah cara kita kita berimajisai akan sesuatu benda atau dengan menunujukan gerak tubuh entah harus melalui simbolis dan lain sebagainya. Kesenian ini mengacu pada sistem cara berpikir kita,karena setiap ada imajinasi yang berdaya seni,itu semua sudah mengandung simbol dan tanda bahwa gerakan tubuh sesorang seakan akan berbicra dan kita yang meyaksikan hal itu mengerti dan memahami tentang apa yang diperagakan. DiSumba setiap bulan september adalah bulan adat,dimana orang Sumba akan mengadakan acara budaya untuk menjalin keakraban kembali antara manusia dan arwah nenek moyang,agar bisa memberikan kesehatan,kelimpahan akan hasil bumi dan air bersih yang secukupnya.
4) Sistem mata pencaharian secara ekonomi
Aktifitas perekonomian didesa watu wona sudah sangat lama dikenal masyarakat sekitar,karena didesa watu memiliki pasar tradisional yang berbasiskan penjualan sayur mayur, pernak pernik mamuli Sumba, dan hewan seperti kuda, kerbau, babi, anjing dan ayam. Hal ini mengacu pada kebutuhan masyarakat untuk kebutuhan sehari hari, dan uniknya pasar ini
(36)
sampai saat ini masi diberlakukan antara pertukaran barang dengan barang atau dengan istilah (Barter) Contotnya: sayur ubi ditukarkan dengan sekumpulan garam dapur atau seikat siri ditukar dengan sebuah pinang.keserdahanaan ini sulit didapatkan dari kebanyakan pasar tradisional lainnya.
5) Sistem perkawinan adat Mamuli Sumba
Sistem perkawinan adat Sumba memiliki perbedaan dengan wilayah-wilayah lain karena perkawinanan orang Sumba menggunakan Mamuli sebagai belis yang harus ada dan di berikan kepada orang tua dari wanita tersebut. Jika mamoli tidak ada maka orang tua wanita terus mendesak orang tua dari anak laki-laki dan harus memberikan sebagai tanda bahwa mereka telah berjasa dalam membesarkan anak tersebut. Dalam perkawinan adat Sumba masyarakat Sumba juga lebih mengutamakan mamuli di bandingkan kebahagiaan anaknya, orang tua dari anak laki-laki harus mempertaruhkan hidup dan mati demi mendapatkan mamuli tersebut. Masyarakat Sumba juga mereka tidak membedakan antarayang kaya dan miskin. Masa perkawinan orang Sumba selalu dihiasi dengan perbedaan pendapat anatara kedua belah pihak, tetapi itu hanya bagian dari budaya dan sistem pertahanan harga diri dan tidak menyurtkan untuk perpisahan. Hal lain tentang perkawinan secara budaya mamuli seringkali dikenal dengan budaya modern atau hanya untuk disesuaikan antar budaya setempat dan agama. Perkawinan ini dikrenakan oleh langkahnya Mamuli ditanah Sumba dan proses pembuatannya yang cukup lama, jadi sebagai gantinya, kerbau jantan di kiaskan sebagai Mamuli mopir/hidup
(37)
yang pada awalnya dikisahkan sebagai simbol kesuburan bagi wanita Sumba.
HasilWawancara.
Hari : Minggu 23 April-2016 Pukul : 09;00
Metode : Wawancara Informan : MudaTary
Tabel 1.1
P : PengertiandanMaknasertamanfaatsymbolMamulibagiDesawatuWona P :BagaimanaPandanganbapakMengenaiMamuli Sumba ?
N: MenurutsayamamuliituadalahsymbolkeagunganseorangwanitaSumba DimnapadasaatituawalmulanyamamulidaripenjajahBelanda P :BagaimanatanggapanbapakmengenaimaknasymbolMamuli?
N :
MenurutSayamaknasymbolMamuliituadalahkeagunganseoran gwanitadarituruntemurundansampaisaatinimaknamamuiselal udikuatkandenganadanyasumberkepercayaanyaituMarapuali ran/agama asliSumba.
P :ApamanfaatsymbolMamulibagi orang Sumbakhususnyabagidesawatuwona? N :
menurutsayamanfaatsymbolmamuliituadabanyakterutamaab agidesawatuwona,secarakhususadalahbagaimnacaranyame mpertahankandanmemperkuattalikesuburanseorangwanitaS umba.
Hal
inisudahmengutkansayaakanbuktidanmanfaatmamulikhusus nyadalamduniabisnissepertisekarangini.salahsatucontohnya kainatautenunanikatSumba yang bermotifkan mamuli.ini
(38)
sangatsederhananamunsudan menjadimanfaat yang begitubesar.
P : BagaimanaperanwargadesawatuwonatentangMamuliSumba? N : peranwargadisinisangatbesar,karena rata
ratawargasangatmemahamitentangartidanmaknasymbolMa mulijadidisinipemerintahdanmasyarakatdesawatuwonabers epakatuntukmengadakanacarabudaya yang
berbasiskanpembahasantentangMamuliSumba. P : ApatanggapanpemerintahsoalMamulididesaBapak?
N : tanggapanpemerintahbelumbegitubesarkarenadisinpemerintahhanyala bansaja,acuhtakacuh.
P: Apaharapanbapakpadapemerintahdanmasyarakatdesawatuwona?
N :
Harapansayaadalahmenjagadanmelestarikanbudayasym bolMamulidanbagipemerintahsayamengajakuntukbiasme mpromosikanmamuliinitidakhanya di Indonesiatetapibagiduniakalaupunbisa.
Itusajaharapansaya.
Hari : Rabu 25-April-2016 Pukul : 15:42
Metode : Wawancara Informan : Rehykatoda
Tabel 1.2
P : PengertiandanMaknasertamanfaatSimbolMamuli di desawatuwona P : Apapengertianmamulimenurutbapak?
(39)
N : menurutsayamamuliitulambingkesuburanbagiseorangperempuanSumba,symb olinidinobatkanpadasaatpenjajahanBelanda.
Pengertianmamulituluasnyasebenarnya,hanyasajabelakanganinisemuanyasuda hmulailunturKarenapendalamanakanceritasebuahmamulisuda hjarang.
P : BagaimanaMaknasymbolMamulimenurutBapak ?
N :sebenarnyamaknanyatidakbegitujauhdengankehidupan orang Sumbapadajamandahulukalahinggasaatini.
Kehidupan orang Sumbasangatlahsederhanadansangatrelegiusakanajaran agama
marapu,sampaisaatinimaknamamuliselaludikaitkandengan sang penciptaalamsemesta.
P:
ApaManfaatMamulibagimasyarakatdesawatuwonaumumnyabagiwargaSumba .
N
:manfaatnyaadabanyakuntuksaatsekarangdanseterusnya, karenaMamulisudahbanyakmengenalsimbol omega itu. ManfaatnyaadalahwargadesawatuwonasudahbiasmengetahuicarapembuatanM
amulilewattenunandanaksesorieslainnyadikrenakanolehk emajuanberpikir.
(40)
Manfaatumumnyaadalah orang Sumbasudahmampumemaknaidanmemeliharamaknadanp engertianartidarisebuahmamuli.
P : PeranKetuaAdatMengenaiMamuli
P : BagaimanakahPeranKetuaAdatMengenaiMamulididesawatuwona?
N :
tanggapansangatbaguskarenasemuaperanketuaadatdijlanka nolehkekuasaandantugasnyasebagai orang pertamadisukukodiini.
Ketuaadatdanpemerintahberusahasemaksilmungkinuntukbiasmewujudkandes a yang potensialakandayatenunan yang banyakcoraksymbolMamuli.
B. Pembahasan
1. Pengertian Mamuli
Mamuli merupakan mas kawin yang digunakan orang Sumba yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terkhususnya ibu dari sang mempelai wanita bermakna sebagai lambang kesuburan, kehidupan dan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada sang ibu yang telah melahirkan sang anak (mempelai wanita). Mamuli adalah logam emas murni yang dipakai oleh pihak Belanda pada saat penjajahan tahun 1912,Awalnya adalah pertukaran barang dengan barang atau dengan satu kata istilah barter.Awal dari sebuah barter Belanda memperkirakan bahwa masa jajahan mereka adalah masa peralih anuntuk menarik
(41)
perhatian kepada warga Sumba maka mengawali dari sebuah jajahan ditanah marapu (Sumba) Belanda tentunya menarik perhatian antara raja-raja Sumba untuk melakukan pertukaran barang dan jasa mereka.
Awalnya adalah emas batangan atau lebih dikenal lagi sebagai emas balok.Dengan melihat Belanda tidak semata-mata menukarkan barang tetapi Belanda juga berkeinginan kuat untuk mempersunting atau melakukan peleburan budaya agar tidak terjadi pergeseran antar budaya barat dan budaya timur. Proses social inilah yang disebut asimilasi karena Belanda sudah mewujudkan perubahan dan menyatukan unsure budaya Magis Sumba(Marapu) dan budaya modern barat Belanda.Besar dugaan bahwa,emas balok itu berasal dari Papua,karena Belanda pada saat itu masih menduduki Papua dan dilihat dariciri-ciri emas itu sendiri.Mamuli itu dibuat oleh Belanda karena melihat kemolekan dan keanggunanwanita Sumba yang masih sangat alami pada saat itu. Perlu kita ketahui bahwa ada banyak symbol l Mamuli menceritakan tentang sang pencipta atau dengan kata lain Tuhan Allah.
2. Konsep Simbol Mamuli Sumba Secara Umum
Pertama kali melihat mamuli setelah sekilas akhirnya saya membuat kesimpulan bahwa Indonesia kebanyakan tidak tahu apa itu mamuli. Oleh karena itu, cukup kita di ajak dan diberi kesempatan untuk berkunjung langsung ke tempat pembuatan mamuli di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.Mamuli adalah perhiasan yang memiliki kedudukan penting bagi masyarakat adat Sumba.Desainnya sangat original.Bentuk mamuli terinspirasi dari rahim perempuan dan merupakan simbol
(42)
kesuburan.Mamuli berperan sangat penting pada upacara pernikahan dan penguburan adat Sumba.Pada upacara pernikahan, mamuli berfungsi sebagai (belis) yakni semacam mahar yang diberikan bila seorang pria hendak (meminang wanita).
Awalnya mamuli digunakan sebagai anting-anting oleh perempuan pada saat berlangsung upacara.Pada perkembangannya, mamuli dipakai sebagai liontin kalung.Para laki-laki pun lantas turut memakai mamuli sebagai bentuk penghormatan terhadap kaum perempuan.
3. Makna Simbol Mamuli
Simbol Mamuli diyakini oleh berbagai kalangan untuk mendapatkan satu petunjuk atau sebagai perwujudan sang pencipta yang tak terlihat oleh kasat mata manusia,tetapi sangat dihormati dengan cara mendoakan atau megadakan salah satu upacara adat setempat.Simbol selalu dikaitkan dengan kehidupan manusia yang berperan sebagai perjalanan kisah antara kehidupan dan kematian.Makna simbol Mamuli Menyatakan bahwa symbol mamuli ini merupakan symbol rahasia yang digunakan oleh penganut ajaranKristus yang teraniaya oleh kekuasaan romawi saat itu. Menurut sejarah, ketika orang Kristen bertemu di jalan, mereka akan menggambar satu lengkungan sederhana menyerupai setengah ikan. jika orang asing menggambar lengkungan menyerupai setengah ikan lainnya, mereka akan saling percaya untuk dapat bekerja sama.”Satu hal yang pasti ialah kepercayaan Marapu meyakini bahwa sang Pencipta Tertinggi itu ada dan Esa/Satu/Tunggal, adapun semacam dewa-dewa atau benda-benda yang dikeramatkan itu hanya dianalogikan sebagai
(43)
seksi-seksi dalam struktur pemerintahan di mana masyarakat (manusia) terlalu sungkan untuk langsung meminta kepada presiden (Pencipta) maka terlebih dahulu ia menyampaikannya kepada kepala-kepala bidang tangan kanan presiden, misalnya (biasa laikat atau dewa dalam pemahaman marapu) tetapi dengan jelas mereka meyakini kedudukan tertinggi ialah sang penciptaMamuli Juga diyakini bahwa mempunyai jiwa dan mistis yang laur biasa salah satu kepercayan sederhana ialah seorang perempuan yang sudah menikah tetapi tidak memiliki anak atau tidak bias menagndung,dengan ritual adat Mamuli dan perantara roh dan jiwa leluhu rnenek moyang semuanya pasti terja dikarena masyarakat Sumba mempunyai aliran kepercayaan yang sangat di junjung tinggi oleh penganutnya.
Jiwa sang khalik atau sang pencipta adalah satu, yang hidup di dalam jiwa dan roh .Sebelum adanya pengkristenisasian, orang Sumba mempunyai kepercayaan bahwa alam menjadi perantara antara kehidupan nyata dan kehidupan mistis yang sudah di gariskan lewat symbol mamuli dan aliran kepercayaan.Semuanya itu, agama modern memendang bahwa aliran kepercayaan (marapu) yang mereka percaya itu adalahTuhan Sang Pencipta,hanya saja semuanya itu lewat dari pikiran,perkataan, dan perbuatan, dan tidak mempunyai buku seperti kitab yang digunakansekarang.
Dalam hal ini saya mengajak untuk kita berpikir dan memandang dari sekian banyak agama dan aliran kepercayaan didunia.Hal ini
(44)
memeluk Aliran kepercayaan yang dijunjung teguh oleh para penganutnya.Para penganut aliran sanagt percaya bahwa alam dan sekitar memberikan kehidupan yang sangat besar dan segala tentangNafas kehidupan alam semestalah yang memberikan semuanya.Mari kita perhatikan beberapa dialeg manusia terhadap sang khalik pencipta alam semesta alam ini.(Mbokol Mata MhelekRoktilu) yang bermata besar dan bertelinga lebar,dengarlah. Kami memintamu sedekah kehidupan ini.Pandanganiniakan mewujudkan segala upaya dan niat baik mereka karena setiap keperluan apapun,pasti selalu didahulukan Doa arwah atau menyimpan salah satu benda keramat seperti Mamuli.
Emas dijadikan simbol yang sangat sakral dalam kehidupan dan kepercayaan serta adat masyarakat Sumba, emas sangat penting peranannya dalam agama merapu.Pada upacara pernikahan, ritual adat, ataupun kunjungan persahabatan, emas dijadikan sebagai simbol serah terima hadiah dan ditukarkan dengan kain, secara simbolis emas dianggap sebagai sesuatu yang maskulin dan kain diangap sebagai sesuatu yang feminim.
Mamuli emas yang berbentuk omega adalah perhiasan yang dianggap penting bagi masyarakat Sumba.Saat ini Mamuli dilingkarkan di leher sebagai perhiasan pakaian dan dijadikan seperti liontin, namun beda halnya pada jaman dahulu, Mamuli dipasang di telinga, sehingga masih kelihatan pada nenek-nenek yang sudah berumur telinganya panjang-panjang akibat dari tarikan Mamuli tersebut, jangan heran hal ini memang adalah sebuah kebiasan yang sudah turun-temurun sebagai tanda untuk
(45)
mempercantik diri. Perhiasan Mamuli juga sebagai simbol dari strata sosial. Selain itu Mamuli juga dianggap sebagai lambang rahim atau tempat tumbuhnya kehidupan yang tidak lain adalah wanitaitusendiri.
Sementara logam dipercaya sebagai langit, menurut kebudayaan masyarakat Sumba matahari terbuat dari emas dan bulan bintang terbuat dari perak, tentunya hal ini punya arti dan kiasan yang mendalam.Mitos masyarakat Sumba mengatakan bahwa emas dianggap datangnya dari matahari dan tertanam di muka bumi, yang merupakan pemberian dari TuhanyangMahaKuasa.Emas Mamuli biasanya digabungkan dengan benda-benda keramat lainnya dan digunakan sebagai perantara ataupun penghubung dengan arwah nenek moyang dalam melakukan ritual maupun permohonan-permohonan kepada yang ilahi atau sang pencipta.Emas Mamuli berharga dan memiliki motif dianggap memiliki kekuatan dan kesaktian yang dapat mengakibatkan malapetaka dan bencana alam semesta bagi orang sekitarnya, sehingga jarang sekali di keluarkan atau disatukan di tempat penyimpanan. Jika ingin dilepas atau diambil harus menjalani ritual yang panjang dan memohon ijin kepada arwah nenek moyang.
Pada acara pernikahan bagi pengantin wanita emas mamuli dijadikan sebagai jimat atau mahar dalam acara tersebut. Bentuk Emas mamuli seperti alat kelamin perempuan, oleh karena itu sifatnya dianggap sebagai sesuatu yang feminim atapun maskulin, namun ada juga emas mamuli “jantan” bentuknya melebar dan dihiasi bentuk halus yang berbentuk seperti manusia, binatang ataupun benda lain.Corak emas Mamuli terlihat
(46)
seperti para petarung yang memakai sorban dan cawat sambil memegang tameng dan pedang berjalan dengan gagahnya,adapula sedang menunggangi kuda menunjukan keperkasaannya.Semakin menambah keindahan dan sedap di pandang mata, namun tetap menunjukan sisi mistis yang misterius yang menyimpan sejuta sejarah yang terkandung didalamnya. Itulah mengapa emas mamuli dianggap sebagai suatu benda yang yang amat penting dalam kebudayaan masyarakat Sumba terutama bagi para marapu.
Perhiasan adat tradisional suku-suku di Nusantara merupakan buah karya leluhur yang tiada dua.Simbol simbol kehidupan dibalur eloknya logam mulia menjadi bingkai identitas bangsa luhur dengan cita rasa seni yang tinggi.Mamulimerupakan benda keramat terbuat dari berukuran sekitar 8 cm x 9 cm x 1 cm. Bentuk dasar Mamuli menyerupai bentuk rahim sebagai perlambang kesuburan dan kewaanitan. Mamuli terbuat dari perak dan ada pula yaang terbuat dari emas. Benda logam dengan material emas terutama digunakan oleh para bangsawan, baik wanita maupun pria. 4. Manfaat Simbol Mamuli
Untuk menjadikan suatu pedoman yang kuat agar menjadi pembelajaran,khususnya bagi pembelajaran didaerah masing dan untuk menjaga dan melindungi warisan yang sudah diwasitkan oleh nenek moyang secara turun temurun.dan merupakan pembelajaran juga untuk mahasiswa dan dosen untuk menjadikannya sebagai resensi agar pengenenalan budaya Mamuli semakin meluas dan dikenal seluruh Dunia.Mamuli adalah jimat tradisional dari Sumba, mamuli terbuat dari
(47)
emas hanya dikenakan oleh kaum bangsawan Sumba.Tradisi yang dikenakan berbeda-beda, orang-orang Sumba Barat memakainya sebagai anting-anting, sementara diSumba Timur, itu adalah bagian dari sebuah kalung.
Menurut adat social, Mamuli memainkan peran dalam acara seremonial, tetapi juga berfungsi sebagai bekal kubur. Motif pada mamuli menentukan fungsinya, mamuli yang tidak berhias digunakan sebagai mahar pernikahan di daerah Loli, Sumba Barat, dan mamuli menggambarkan Adung (pohon kehidupan) hanya digunakan oleh bangsawan dengan motif manusia, dan sebagai benda keramat.Kita lebih banyak mengenal simbol kebudayaan lokal yang telah populer dibandingkan dengan beberapa kebudayaan yang belum terangkat dalam pusaran pengenalan kebudayaan daerah.Penduduk Nusa Tenggara Timur boleh berbangga dengan dikenal luasnya produk kebudayaan lokal seperti sasando, tii langga dan kain tenun daerah. Namun ada serpihan kebudayaan lain yang belum diulas, salahsatunya adalah mamuli.
Ornamen telinga dari abad ke-19 yang berasal dari Kecamatan Kanatangu Kabupaten Sumba Timur. Terbuat dari emas dengan ukuran 33/4 inci (9,5 cm). Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap.Selama ini kita telah mengenal perhiasan dari Nusa Tenggara Timur seperti pena bola (tusuk konde), bula molik (hiasan kepala berbentuk bulan sabit), gelang, giring-giring,
(48)
anting-adalah salah satu bentuk peradaban manusia maka mamoli diyakini sebagai lambang jati diri sebagai perhiasan yang digunakan oleh masyarakat Sumba.Bentuk dasar Perhiasan mamoli menyerupai bentuk rahim atau kelamin perempuan, sebagai simbol kewanitaan dan perlambangan kesuburan, yang tentunya dimaksudkan menghormati kedudukan perempuan.Ada pertanda bagi para perempuan Sumba yang menggunakan mamoli sebagai anting di sebelah kanan, yang berarti belum atau tidak menikah.Tidak hanya digunakan oleh perempuan, mamuli juga digunakan oleh laki-laki sebagai bentuk penghormatan yang digunakan pada saat menari dan pergelaran upacara-upacara adat.Walaupun mamoli sebagai perlambagan perempuan (feminim), namun dianggap mengandung nilai maskulinitas berdasarkan karakteristik sekunder dari ornamen yang ada.Seperti pada gambar berikut memperlihatkan oranamen tambahan prajurit membawa tombak dan perisai (maskulin) sebagai konsep perlindungan dan saling melengkapi, perlu juga diketahui bahwa logam emas bagi masyarakat adat Sumba merupakan simbolisme laki-laki.
Saat ini mamoli jarang lagi digunakan sebagai perhiasan telinga, dahulunya digunakan sebagai anting-anting dengan cara memperbesar lubang pada telinga untuk disematkan anting-anting mamuli. Namun kini telah dimodifikasi dengan kaitan untuk disematkan tanpa memperbesar lubang pada telinga.Selain dijadikan anting-anting, fungsi mamuli juga bertambah karena ukurannya yang besar digunakan sebagai kalung liontin (pendant) yang biasa dipakai dalam pergelaran tarian adat. Mamuli juga dapat dilekatkan pada pakaian sebagai bros. Perhiasaan berbentuk Omega
(49)
(Ω) ini terbuat dari emas yang bahan dasarnya berasal dari logam emas yang di berikan Belanda kepada keluarga dari raja-raja yang bersekutu dengan Belanda.Sebelumnya kedudukan logam emas sangat sentral dalam kehidupan Marapu (agama asli Pulau Sumba).Dalam kepercayaan setempat logam mulia berasal dari langit.Matahari terbuat dari emas dan bulan bintang terbuat dari perak.Kemudian sebagian emas dari matahari jatuh kebumi saat matahari terbenam dan juga perak jatuh ke bumi melalui bintang jatuh (meteorit).Baik logam emas dan perak dijadikan sebagai kekayaan dari kemurahan Tuhan yang disimpan menjadi relik suci oleh klan-klan di Sumba. Salah satu bentuk atau motif mamuli pada kain tenun Sumba Secara adat mamoli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, menjadi bekal kubur selain perhiasan lainnya dan juga bagi keluarga bangsawan, mamuli merupakan salah satu benda pusaka yang disimpan secara khusus karena memliki pertalian dengan para luluhur. Selain itu bentuk mamoli banyak ditemukan dalam motif kain tenun Sumba.Tidak seperti di Sumba Timur, motif kain tenun di wilayah Sumba Barat umumnya kecil-kecil dan sedikit abstrak.Pada kain laki-laki motif seringkali berupa garis, titik-titik, dan mamoli di tepinya.Sementara motif yang terdapat pada kain wanita aslinya berupa belah ketupat (mata kerbau) dan segi tiga (ekor kuda).
Menurut Janet Hoskins (1990:12) motif-motif tersebut diadopsi dari benda-benda yang diberi pihak laki-laki sewaktu meminang seorang gadis (belis).Sementara benda-benda yang diberikan pihak perempuan seperti babi atau gading dianggap tabu.Mamuli yang merefliksakan seksualitas
(50)
wanita digambar pada kain laki-laki, sementara mata kerbau dan ekor kuda yang merupakan simbol-simbol maskulin di gambar pada kain perempuan.Pada acara-acara adat kedua kain ini selalu hadir berpasangan sebagai gambaran transaksi yang seimbang.Dewasa ini motif kain tenun tidak lagi mengikuti pakem tradisional.Misalnya mamuli, kini banyak muncul pada kain perempuan, ada pula motif kepiting yang merupakan simbol kebangsawanan. Bahkan motif paling baru berupa burung di kolam air mancur yang banyak muncul belakangan ini tidak memiliki makna apa pun, sekedar hiasan dekoratif yang dicontoh sang penenun dari buku-buku bergambar.Namun hal-hal yang dianggap tabu tetap tak berbah, hingga hari ini tidak pernah ada yang mengaplikasikan belis balasan pihak wanita sebagai motif kain tenun.
5. Pengumpulan Data (Wawancara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muda Tary pada tangal 23 april 2016 mengatakan bahwa simbol Mamuli adalah lambang atau simbol keangungan seorang wanita Sumba dimana pada saat itu awal mulanya Mamuli dari masa penjajahanBelanda dan makna mamuli itu sendiri adalah keangungan seorang wanita dari turun temurun dan sampai saat ini makna mamuli selalu dikaitkan dengan adanya sumber kepercayaan yaitu Marapu aliran/agama asli Sumba.Adapun manfaat simbol mamuli bagi orang Sumba khususnya bagi desa watu wona merupakan cara untuk mempertahankan dan memperkuat tali kesuburan seorang wanita Sumba, bukti nyata dan manfaat mamuli khusunya dalam dunia bisnis seperti
(51)
sekarang ini salah satunya kain atau tenunan ikat Sumba yang bermotifkan mamuli ini sangat sederhana namun sudah memiliki manfaat yang begitu besar.
Adapun pendapat serupa tentang Mamuli menurut bapak Rehy Katoda mengatakan bahwa Mamuli itu merupakan lambang kesuburan bagi seorang perempuan Sumba dan simbol ini dinobatkan pada masa penjajahan Belanda. Mamuli sangat bermakna sekali bagi orang Sumba karena mamuli tersebut merupakan Mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terutama kepada ibu dari mempelai wanita sebagai tanda penghormatan dan penghargaan kepada ibu yang melahirkan sang anak (mempelai wanita).
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa“ Mamuli Sebagai Simbol Budaya Sumba “ Kabupaten Sumba Barat Daya Kecamatan Kodi Besar Desa Watu Wona.
1. Pengertian Mamuli Di Desa Watu Wona
Mamuli merupakan mas kawin yang digunakan orang Sumba yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terkhususnya ibu dari sang mempelai wanita bermakna sebagai
(52)
lambang kesuburan, kehidupan dan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada sang ibu yang telah melahirkan sang anak (mempelai wanita). Mamuli adalah logam emas murni yang dipakai oleh pihak Belanda pada saat penjajahan tahun 1912,Awalnya adalah pertukaran barang dengan barang atau dengan satu kata istilah barter.
Awalnya adalah emas batangan atau lebih dikenal lagi sebagai emas balok.Dengan melihat Belanda tidak semata-mata menukarkan barang tetapi Belanda juga berkeinginan kuat untuk mempersunting atau melakukan peleburan budaya agar tidak terjadi pergeseran antar budaya barat dan budaya timur. Proses social inilah yang disebut asimilasi karena Belanda sudah mewujudkan perubahan dan menyatukan unsure budaya Magis Sumba(Marapu) dan budaya modern barat Belanda.Besar dugaan bahwa,emas balok itu berasal dari Papua,karena Belanda pada saat itu masih menduduki Papua dan dilihat dariciri-ciri emas itu sendiri.
2. Bagaimana makna simbol mamuli dikalangan masyarakat desa watu wona
Pertama kali melihat mamuli setelah sekilas akhirnya saya membuat kesimpulan bahwa Indonesia kebanyakan tidak tahu apa itu mamuli. Oleh karena itu, cukup kita di ajak dan diberi kesempatan untuk berkunjung langsung ke tempat pembuatan mamuli di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.Mamuli adalah perhiasan yang memiliki kedudukan penting bagi masyarakat adat Sumba.Desainnya sangat original.Bentuk mamuli terinspirasi dari rahim perempuan dan
(53)
merupakan simbol kesuburan.Mamuli berperan sangat penting pada upacara pernikahan dan penguburan adat Sumba.Pada upacara pernikahan, mamuli berfungsi sebagai (belis) yakni semacam mahar yang diberikan bila seorang pria hendak (meminang wanita).
3. Apa manfaat simbol mamuli sebagai wujud kebudayaan Sumba khususnya di desa watu wona
Untuk menjadikan suatu pedoman yang kuat agar menjadi pembelajaran,khususnya bagi pembelajaran didaerah masing dan untuk menjaga dan melindungi warisan yang sudah diwasitkan oleh nenek moyang secara turun temurun.dan merupakan pembelajaran juga untuk mahasiswa dan dosen untuk menjadikannya sebagai resensi agar pengenenalan budaya Mamuli semakin meluas dan dikenal seluruh Dunia.Mamuli adalah jimat tradisional dari Sumba, mamuli terbuat dari emas hanya dikenakan oleh kaum bangsawan Sumba.Tradisi yang dikenakan berbeda-beda, orang-orang Sumba Barat memakainya sebagai anting-anting, sementara diSumba Timur, itu adalah bagian dari sebuah kalung.
Menurut adat social, Mamuli memainkan peran dalam acara seremonial, tetapi juga berfungsi sebagai bekal kubur. Motif pada mamuli menentukan fungsinya, mamuli yang tidak berhias digunakan sebagai mahar pernikahan di daerah Loli, Sumba Barat, dan mamuli menggambarkan Adung (pohon kehidupan) hanya digunakan oleh bangsawan dengan motif manusia, dan sebagai benda keramat.Kita
(54)
dibandingkan dengan beberapa kebudayaan yang belum terangkat dalam pusaran pengenalan kebudayaan daerah.Penduduk Nusa Tenggara Timur boleh berbangga dengan dikenal luasnya produk kebudayaan lokal seperti sasando, tii langga dan kain tenun daerah. Namun ada serpihan kebudayaan lain yang belum diulas, salahsatunya adalah mamuli.Ornamen telinga dari abad ke-19 yang berasal dari Kecamatan Kanatangu Kabupaten Sumba Timur. Terbuat dari emas dengan ukuran 33/4 inci (9,5 cm). Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap.Selama ini kita telah mengenal perhiasan dari Nusa Tenggara Timur seperti pena bola (tusuk konde), bula molik (hiasan kepala berbentuk bulan sabit), gelang, giring-giring, anting-anting, kalung habas, kalung muti sala dan cincin. Sebagaimana perhiasan adalah salah satu bentuk peradaban manusia maka mamoli diyakini sebagai lambang jati diri sebagai perhiasan yang digunakan oleh masyarakat Sumba
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat Kecamatan Kodi
Masyarakat agar dapat menjaga segala aspek budaya yang seharusnya patut dilestarikan seperti dalam bentuk budaya karya, leluhur yaitu mamuli sebagai simbol budaya dalam hal rangkaian upacara-upacara kegiatan leluhur kemudian diwariskan bagi generasi.
2. Bagi Pembaca Dan Penggemar
Tradisi simbol mamuli ini merupakan yang didalamnya mengandung nilai leluhur yang berfungsi sebagai tuntutan dalam hal hidup. Maka dari itu budaya yang fumdamental pada masyarakat tetap menjaga dan
(55)
melestarikan nilai dan eksistensi yang ada dan sudah menjadi warisan individu maupun kelompok
(1)
wanita digambar pada kain laki-laki, sementara mata kerbau dan ekor kuda yang merupakan simbol-simbol maskulin di gambar pada kain perempuan.Pada acara-acara adat kedua kain ini selalu hadir berpasangan sebagai gambaran transaksi yang seimbang.Dewasa ini motif kain tenun tidak lagi mengikuti pakem tradisional.Misalnya mamuli, kini banyak muncul pada kain perempuan, ada pula motif kepiting yang merupakan simbol kebangsawanan. Bahkan motif paling baru berupa burung di kolam air mancur yang banyak muncul belakangan ini tidak memiliki makna apa pun, sekedar hiasan dekoratif yang dicontoh sang penenun dari buku-buku bergambar.Namun hal-hal yang dianggap tabu tetap tak berbah, hingga hari ini tidak pernah ada yang mengaplikasikan belis balasan pihak wanita sebagai motif kain tenun.
5. Pengumpulan Data (Wawancara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muda Tary pada tangal 23 april 2016 mengatakan bahwa simbol Mamuli adalah lambang atau simbol keangungan seorang wanita Sumba dimana pada saat itu awal mulanya Mamuli dari masa penjajahanBelanda dan makna mamuli itu sendiri adalah keangungan seorang wanita dari turun temurun dan sampai saat ini makna mamuli selalu dikaitkan dengan adanya sumber kepercayaan yaitu Marapu aliran/agama asli Sumba.Adapun manfaat simbol mamuli bagi orang Sumba khususnya bagi desa watu wona merupakan cara untuk mempertahankan dan memperkuat tali kesuburan seorang wanita Sumba, bukti nyata dan manfaat mamuli khusunya dalam dunia bisnis seperti
(2)
sekarang ini salah satunya kain atau tenunan ikat Sumba yang bermotifkan mamuli ini sangat sederhana namun sudah memiliki manfaat yang begitu besar.
Adapun pendapat serupa tentang Mamuli menurut bapak Rehy Katoda mengatakan bahwa Mamuli itu merupakan lambang kesuburan bagi seorang perempuan Sumba dan simbol ini dinobatkan pada masa penjajahan Belanda. Mamuli sangat bermakna sekali bagi orang Sumba karena mamuli tersebut merupakan Mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terutama kepada ibu dari mempelai wanita sebagai tanda penghormatan dan penghargaan kepada ibu yang melahirkan sang anak (mempelai wanita).
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa“ Mamuli Sebagai Simbol Budaya Sumba “ Kabupaten Sumba Barat Daya Kecamatan Kodi Besar Desa Watu Wona.
1. Pengertian Mamuli Di Desa Watu Wona
Mamuli merupakan mas kawin yang digunakan orang Sumba yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan terkhususnya ibu dari sang mempelai wanita bermakna sebagai
(3)
lambang kesuburan, kehidupan dan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada sang ibu yang telah melahirkan sang anak (mempelai wanita). Mamuli adalah logam emas murni yang dipakai oleh pihak Belanda pada saat penjajahan tahun 1912,Awalnya adalah pertukaran barang dengan barang atau dengan satu kata istilah barter.
Awalnya adalah emas batangan atau lebih dikenal lagi sebagai emas balok.Dengan melihat Belanda tidak semata-mata menukarkan barang tetapi Belanda juga berkeinginan kuat untuk mempersunting atau melakukan peleburan budaya agar tidak terjadi pergeseran antar budaya barat dan budaya timur. Proses social inilah yang disebut asimilasi karena Belanda sudah mewujudkan perubahan dan menyatukan unsure budaya Magis Sumba(Marapu) dan budaya modern barat Belanda.Besar dugaan bahwa,emas balok itu berasal dari Papua,karena Belanda pada saat itu masih menduduki Papua dan dilihat dariciri-ciri emas itu sendiri.
2. Bagaimana makna simbol mamuli dikalangan masyarakat desa watu wona
Pertama kali melihat mamuli setelah sekilas akhirnya saya membuat kesimpulan bahwa Indonesia kebanyakan tidak tahu apa itu mamuli. Oleh karena itu, cukup kita di ajak dan diberi kesempatan untuk berkunjung langsung ke tempat pembuatan mamuli di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.Mamuli adalah perhiasan yang memiliki kedudukan penting bagi masyarakat adat Sumba.Desainnya sangat original.Bentuk mamuli terinspirasi dari rahim perempuan dan
(4)
merupakan simbol kesuburan.Mamuli berperan sangat penting pada upacara pernikahan dan penguburan adat Sumba.Pada upacara pernikahan, mamuli berfungsi sebagai (belis) yakni semacam mahar yang diberikan bila seorang pria hendak (meminang wanita).
3. Apa manfaat simbol mamuli sebagai wujud kebudayaan Sumba khususnya di desa watu wona
Untuk menjadikan suatu pedoman yang kuat agar menjadi pembelajaran,khususnya bagi pembelajaran didaerah masing dan untuk menjaga dan melindungi warisan yang sudah diwasitkan oleh nenek moyang secara turun temurun.dan merupakan pembelajaran juga untuk mahasiswa dan dosen untuk menjadikannya sebagai resensi agar pengenenalan budaya Mamuli semakin meluas dan dikenal seluruh Dunia.Mamuli adalah jimat tradisional dari Sumba, mamuli terbuat dari emas hanya dikenakan oleh kaum bangsawan Sumba.Tradisi yang dikenakan berbeda-beda, orang-orang Sumba Barat memakainya sebagai anting-anting, sementara diSumba Timur, itu adalah bagian dari sebuah kalung.
Menurut adat social, Mamuli memainkan peran dalam acara seremonial, tetapi juga berfungsi sebagai bekal kubur. Motif pada mamuli menentukan fungsinya, mamuli yang tidak berhias digunakan sebagai mahar pernikahan di daerah Loli, Sumba Barat, dan mamuli menggambarkan Adung (pohon kehidupan) hanya digunakan oleh bangsawan dengan motif manusia, dan sebagai benda keramat.Kita
(5)
dibandingkan dengan beberapa kebudayaan yang belum terangkat dalam pusaran pengenalan kebudayaan daerah.Penduduk Nusa Tenggara Timur boleh berbangga dengan dikenal luasnya produk kebudayaan lokal seperti sasando, tii langga dan kain tenun daerah. Namun ada serpihan kebudayaan lain yang belum diulas, salahsatunya adalah mamuli.Ornamen telinga dari abad ke-19 yang berasal dari Kecamatan Kanatangu Kabupaten Sumba Timur. Terbuat dari emas dengan ukuran 33/4 inci (9,5 cm). Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap.Selama ini kita telah mengenal perhiasan dari Nusa Tenggara Timur seperti pena bola (tusuk konde), bula molik (hiasan kepala berbentuk bulan sabit), gelang, giring-giring, anting-anting, kalung habas, kalung muti sala dan cincin. Sebagaimana perhiasan adalah salah satu bentuk peradaban manusia maka mamoli diyakini sebagai lambang jati diri sebagai perhiasan yang digunakan oleh masyarakat Sumba
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat Kecamatan Kodi
Masyarakat agar dapat menjaga segala aspek budaya yang seharusnya patut dilestarikan seperti dalam bentuk budaya karya, leluhur yaitu mamuli sebagai simbol budaya dalam hal rangkaian upacara-upacara kegiatan leluhur kemudian diwariskan bagi generasi.
2. Bagi Pembaca Dan Penggemar
Tradisi simbol mamuli ini merupakan yang didalamnya mengandung nilai leluhur yang berfungsi sebagai tuntutan dalam hal hidup. Maka dari itu budaya yang fumdamental pada masyarakat tetap menjaga dan
(6)
melestarikan nilai dan eksistensi yang ada dan sudah menjadi warisan individu maupun kelompok