BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA JAMSOSTEK
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek
Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu dari kata “verzekering”. Di Indonesia, para sarjana member
definisi berbeda dalam pemakaian istilah “pertanggungan”. Dalam uraian skripsi ini nanti tidak dibedakan istilah Asuransi atau Pertanggungan, keduannya
digunakan secara bergantian. Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam
perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.
8
Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada
9
dua pihak yang terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup
menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa
yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian, yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
penanggung.
10
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 5
9
J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 182.
10
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2001, hal, 217-218
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu, Asuransi atau Pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam
golongan perjanjian untung-untungan kansovereenkomst. Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada
suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan untung- ruginya salah satu pihak.
11
1.
Asuransi terhadap kebakaran Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan
tentang 5 lima macam asuransi, yaitu:
2.
Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3.
Asuransi terhadap kematian orang asuransi jiwa
4.
Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
5.
Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai. Buku 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengatur tentang jenis
asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari
jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dapat dilakukan penggolongan besar sebagai berikut
1 Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran
dan asuransi pertanian 2
Asuransi jiwa
11
Ibid
3 Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai.
12
Analisis tentang pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menunjukkan bahwa lingkup pengaturan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat berbagai jenis asuransi lainnya yang memerlukan pengaturan. Terlepas dari
keterbatasan dalam penggolongan tersebut diatas, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang memungkinkan jenis penutupan asuransi secara luas, sesuai dengan
ketentuan Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi: “ Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan
dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.”
Namun, definisi tersebut tidak lagi mencukupi karena kepentingan yang diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan
uang sebagaimana halnya dengan jiwa seseorang. Kebutuhan masyarakat telah jauh melampaui kebutuhan terhadap asuransi kebakaran semata untuk
mempertanggungkan kepentingan mereka mengingat risiko-risiko yang timbul kemudian melahirkan kebutuhan terhadap jenis-jenis asuransi baru. Batasan atas
objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah tidak sesuai praktik industri sudah sejak lama.
12
Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. hal, 50-54
Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan
untuk memberikan asuransi bagi masa depan rakyatnya. Asuransi sosial timbul karena suatu kebutuhan masyarakat akan
terselenggarakannya suatu Jaminan Sosial. Suatu jaminan Sosial itu sudah merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi
sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya.
Hal ini disebabkan timbulnya Asuransi Sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai
dengan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni, untuk memajukan kesejahteraan
umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama para pegawai dan pensiun.
Jaminan Sosial sebagai tanggung jawab negara oleh karena itu mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan
sosial atau kebijakan untuk kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di Inggris melalui Beveridge Plan 1940’s pernah mencatat situasi di mana hidup seorang
warga negara sejak lahir hingga mati from cradle to grave dilindungi oleh sistim Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang
cukup luas dalam perkembangan jaminan sosial modern. Sistem Jaminan Sosial dapat memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja
terhadap perusahaan akan meningkat yang pada gilirannya akan berdampak positif
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja
karena telah terlindungi dari kemungkinan kecelakaan kerja maupun pensiun. Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu
Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu
jaminan sosial perlu diterapkan sehingga akan mampu membantu perekonomian
nasional, bahkan dapat menjadi cadangan dana nasional.
Perkembangan Asuransi Sosial dimulai dengan adanya Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para
pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai swasta dalam program Jamsostek. Perkembangan kehidupan sosial di Indonesia
yang semakin kompleks telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan. Asuransi Sosial pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum,
keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun
cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah PP No.33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program
ASTEK. Terbit pula PP No.341977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan bagian yang cukup penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin keamanan tenaga kerja yang merupakan bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses
produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para
pelaksana terbawah. Perhatian akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan
perlindungan jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan memperhatikan unsur keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada
permasalahan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terlihat pada gencarnya program PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara untuk memberikan
Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penyelenggaraan program Jaminan Sosial terhadap tenaga kerja oleh PT JAMSOSTEK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan sosial, ekonomi kepada masyarakat, sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan
program JAMSOSTEK berdasarkan funded social security yaitu jaminan sosial
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja formal.
13
13
Pada tahun 1992, upaya ASTEK dikembangkan lagi menjadi JAMSOSTEK. Pelaksanaan program JAMSOSTEK berdasarkan kepada UU No. 3 Tahun 1992.
Hal ini merupakan pengembangan kembali program–program ASTEK yang dibawah JAMSOSTEK, telah ditambahkan rancangan pemeliharaan kesehatan
wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992 diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut UU JAMSOSTEK, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah
Perusahaan Perseroan PERSEROAN PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK dan menggunakan istilah JAMSOSTEK secara resmi sejak 31
Agustus 1996. Kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau
serikat buruh. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Manfaat
perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas
kerja. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menyatakan bahwa
www.jamsostek.com, Sejarah JAMSOSTEK diakses tanggal 21 April 2015
Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya pengembangan bahwa dasar jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem
jaminan sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. PT. JAMSOSTEK ditranformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan
telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial UU BPJS, pada tanggal 25 November 2011,
maka terjadilah pergantian dari PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan,
atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi. UU BPJS menentukan bahwa PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada
saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi selambatnya tanggal 1 Juli
2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang
dikelola oleh PT Taspen Persero dan PT Persero Asabri, sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Transformasi dari PT Persero menjadi badan hukum publik sangat
mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang saham menuju nir laba melayani kepentingan publik yang lebih luas untuk
melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang- undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain BPJS pada dasarnya
menyelenggarakan program yang merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pasal 5 ayat 2 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam
pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum,
kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuantidak diskriminatif, keterbukaan,
akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
tua, dan meninggal dunia. Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek,
Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981,
program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan
pada UU No 6 Tahun 1966. Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia berbasis
kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil PNS,dan anggota TNIPolri.
14
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
15
Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga mencakup usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan sosial dalam upaya
meningkatkan taraf hidup manusia dan mencegah atau mengatasi Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir 1 Undang-
Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja” dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu,
yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir 2 yang
berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
14
M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja. http:www.academia.edu8652768diakses tanggal 1 Juni 2015
15
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal 152
keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada
umumnya.
Pihak-pihak dalam JAMSOSTEK antara lain : 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT. Jamsostek Persero adalah Badan Usaha Milik Negara BUMN sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT Jamsostek Persero tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan Persero, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-213MBU2011 tanggal
13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengalihan Tugas Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan Persero PT Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
16
Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 terdapat syarat-syarat tertentu dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,
2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam Pasal 1 huruf 2 terdapat definisi peserta. Peserta adalah Pengusaha
dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerjaburuh.
Pengusahapemberi kerja dapat berupa orang individu maupun badan hukum. Berakhirnya JAMSOSTEK dikarenakan antara lain :
1. Jangka Waktu Habis
16
Jamsostek.co.idorganisasi diakses tanggal 23 Mei 2015
dan buruhpekerja meninggal. Karena program jaminan hari tua merupakan jaminan jangka panjang yang akan dibayarkan santunannya apabila terdapat buruh
yang telah berusia 55 tahun. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dengan batas usia buruh, apabila telah mencapai usia tersebut seorang buruh tidak akan
membayar premi jaminan hari tua. Akan tetapi sebaliknya, buruh tersebut akan mendapat manfaat dari jaminan hari tua.
2. Terjadi Evenemen Diikuti Dengan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan
Jaminan Kematian akan berakhir apabila terjadi evenemen dan dilanjutkan dengan klaim. Evenemen-evenemen harus terkait ketiga program tersebut, yakni
kecelakaan, sakit, atau meninggal dunia. Karena santunan akan dibayarkan oleh Badan Penyelenggara apabila terjadi risiko.
B. Dasar Hukum dan Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja