Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

i

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA
SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

MIKOLEHI FIRDAUS
A24060441

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

i

RINGKASAN
MIKOLEHI FIRDAUS. Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif
Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh

ABDUL QADIR dan ADE WACHJAR).
Magang yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mempelajari tahapan
dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta
mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif
dan analisis tandan. Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (PPKS) Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan yang dimulai
dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal l5 Juli 2010. Penulis melakukan
identifikasi karakter vegetatif dan generatif/analisis tandan kelapa sawit pada
tanaman yang sama di kebun uji Sei Dadap. Penulis juga melakukan kegiatan
penelusuran tetua kelapa sawit yang menurunkan sifat penyakit tajuk.
Pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman,
lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal
petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi.
Hasil pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap menunjukkan bahwa
tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu 534.110 cm.
Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan
17BB5626/98, yaitu 3.293 m. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan
11MA1559/99. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98.
Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah
terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Leaf area terluas terdapat pada

persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.553 m2. Total leaf area (TLA) terluas terdapat
pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 437.99 m2. Leaf area index (LAI) di kebun
uji Sei Dadap berkisar antara 4.757 - 6.260. LAI tertinggi terdapat pada
persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.260.
Di kebun uji Sei Dadap terdapat beragam persilangan yang dilakukan oleh
pemulia PPKS. Persilangan terbaik dapat diketahui dari berbagai peubah tandan
yaitu

bobot

tandan,

%

buah/tandan,

%

inti/buah,


%

daging/buah,

ii

% minyak/daging, dan % minyak/tandan. Peubah-peubah tersebut diperlukan
untuk mengetahui potensi produksi minyak yang akan dihasilkan oleh kelapa
sawit.
Dari berbagai persilangan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap tersebut,
persilangan terbaik dapat diketahui berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi.
Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression
pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter tersebut
yaitu buah/tandan (X1), daging/buah (X2), inti/buah (X3), minyak/daging (X4), dan
bobot tandan (X5). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan
karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap minyak/tandan.
Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga peubah X1, X2, dan
X4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Melalui tiga peubah tersebut
didapatkan persamaan yang digunakan untuk melihat nilai Y terbaik. Hasil yang
diperoleh dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa persilangan 9BA3954/98

memiliki rendemen minyak yang paling baik yaitu sebesar 30.02 persen.
Pada penelusuran tetua penyakit tajuk, dilakukan penelusuran berdasarkan
tetua yang digunakan sebagai pohon betina (female) dan tetua yang digunakan
sebagai pohon jantan (male). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon
induk didapatkan melalui persentase parent female (PF) dan grandparent female
(GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon jantan didapatkan
melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase
PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terkena penyakit tajuk dengan
berbagai persilangan pada tetua induk atau tetua bapak tertentu. Persentase GPF
dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada
setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan
yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon
tersebut banyak menurunkan penyakit tajuk pada keturunannya.
Dari penelusuran yang dilakukan diperoleh orijin betina yang keturunan
dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, yaitu DS155D × DS155D,
PA131D × PA131D, TI221D × GB30D, dan BJ169D × BJ169D. Orijin jantan
yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk yaitu:
DS155D × DS155D, dan TI221D × GB30D.

i


IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT
(PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Mikolehi Firdaus
A24060441

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ii


Judul :

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF
HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT
(PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Nama :

MIKOLEHI FIRDAUS

NIM

A24060441

:

Menyetujui,
Dosen Pembimbing


Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Abdul Qadir, M.S.

Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.

NIP: 19620927 198703 1 001

NIP: 19550109 198003 1 008

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP: 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:


iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Tirto, Provinsi Lampung pada tanggal 9 Mei
1988. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak H. Jimin dan Ibu Hj. Siti
Maryami.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri Sidoasih, KetapangLampung Selatan pada tahun 2000, SLTP Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2003
dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulis kemudian
melanjutkan studi ke pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
IPB pada tahun 2007.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus. Penulis pernah sebagai staf
Departemen Kebijakan Publik BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu (2006 - 2007).
Penulis pernah menjabat ketua umum Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA)
periode 2008-2009. Selain itu, penulis juga dipercaya sebagai wakil ketua panitia
Masa Pengenalan Departemen (MPD) pada tahun 2008.
Penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dengan menyelesaikan skripsi
berjudul: ”Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Marihat, Sumatera Utara” dibawah bimbingan Bapak Ir. Abdul Qadir,
MS. dan Bapak

Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul : Identifikasi
Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat,
Sumatera Utara.
Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan yang dilakukan penulis di Satuan
Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS Marihat selama empat bulan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ir Abdul Qadir, MSi dan Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan
penulis dalam penyelesaian skripsi.
2. Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian
studi selama perkuliahan.
3. Bapak Dr Muhammad Syukur, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi.
4. Ayahanda H. Jimin A.Ma dan ibunda Hj. Siti Maryami tercinta atas
pemberian motivasi, dukungan dan doanya pada setiap waktu.
5. Bapak Dr Ir Iman Yani Harahap selaku Kepala Unit Usaha PPKS Marihat
yang telah bersedia menerima penulis melakukan kegiatan magang dan
riset di PPKS Marihat.
6. Bapak Edy Suprianto, SP, MSc selaku manajer Breeding and Research
Development (BRD) yang telah membimbing penulis selama kegiatan
magang dan riset di PPKS Marihat.
7. Bapak


Nanang Supena,

SP

selaku

pembimbing lapangan

yang

mengarahkan penulis dalam setiap kegiatan magang dan riset di PPKS
Marihat.

v

8. Teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43,
kalian mutiara sangat berharga bagi saya.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2011

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
Botani Kelapa Sawit ................................................................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ..................................................................
Varietas Tanaman Kelapa Sawit ..............................................................
Penyerbukan Kelapa Sawit ......................................................................
Pemuliaan Kelapa Sawit ..........................................................................

3
3
5
6
7
8

METODE MAGANG .......................................................................................
Tempat dan Waktu ...................................................................................
Metode Pelaksanaan ................................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data .......................................................

11
11
11
12

KEADAAN UMUM .........................................................................................
Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit ....................................................
Lokasi dan Letak Geografis PPKS ..........................................................
Keadaan Tanaman dan Lahan ..................................................................
Struktur Organisasi ..................................................................................

13
13
14
15
16

PELAKSANAAN MAGANG .......................................................................... 18
Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit .................................................. 18
Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan ................................................. 35
PEMBAHASAN ...............................................................................................
Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap ......................................
Analisis Tandan .......................................................................................
Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease ............

44
44
48
53

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 59
Kesimpulan .............................................................................................. 59
Saran ........................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
LAMPIRAN ...................................................................................................... 64

vii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS
Marihat ........................................................................................................ 15

2.

Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat ....................................... 16

3.

Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label ......... 25

4.

Kelas Fruitset pada Tandan ....................................................................... 29

5.

Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit .................................................... 30

6.

Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II .............................................. 39

7.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa
Sawit di Sei Dadap ...................................................................................... 44

8.

Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji
Sei Dadap .................................................................................................... 46

9.

Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif ......................................... 48

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan ................................ 49
11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei
Dadap .......................................................................................................... 50
12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan ................................................... 51
13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan ........................... 52
14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi .............. 53
15. Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk .......... 57
16. Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk .......... 58

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) .................................................9

2.

Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh..........................22

3.

Posisi Bunga untuk Pengamatan .....................................................................23

4.

Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan ..................................................26

5.

Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah
Dibersihkan, (c) Penomoran ...........................................................................35

6.

Pengukuran Lingkar Batang............................................................................36

7.

Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak
Daun (c)...........................................................................................................36

8.

Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b) ............................37

9.

Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b) ..............37

10. Buah Tenera Hasil Segregasi ..........................................................................38
11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) ..........39
12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong.............................................................40
13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah
Pulih ................................................................................................................40
14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b) ...............................41
15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk .....................................................................41
16. Tanaman Abnormal.........................................................................................42
17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal ...................43
18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d)
Lebar Biji ........................................................................................................43
19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan .........................................54

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Daftar Varietas Kelapa Sawit di PPKS ...................................................... 65

2.

Struktur Organisasi PPKS .......................................................................... 66

3.

Sidik Ragam Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei
Dadap .......................................................................................................... 67

4.

Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Generatif Tanaman Kelapa Sawit di
Kebun Uji Sei Dadap .................................................................................. 68

5.

Hasil Best Regression dari Minitab 14 ....................................................... 69

6.

Hasil Pengamatan Penyakit Tajuk di Pembibitan ...................................... 73

7.

Hasil Pengamatan di Blok 2005 Afdeling II .............................................. 74

8.

Hasil Pengamatan pada Blok 2007 Afdeling I ........................................... 74

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat
potensial di Indonesia. Kelapa sawit sangat berperan dalam pembangunan
nasional yang saat ini terus digalakkan. Hasil olahan minyak sawit digunakan
dalam industri rafinasi dan fraksionasi, industri oleokimia, dan industri energi
alternatif. Perkebunan kelapa sawit dapat menambah cadangan devisa negara dan
lapangan pekerjaan di Indonesia di samping mampu meningkatkan perekonomian.
Peta penyebaran kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi dengan
luas areal tanaman pada tahun 2004 sebesar 5.45 juta hektar. Provinsi yang
mempunyai luas areal terbesar yaitu Riau dengan luas 1.37 juta hektar atau 25.15
% dari total areal kelapa sawit nasional. Peringkat kedua dan ketiga yaitu Provinsi
Sumatera Utara (17.53 %) dan Sumatera Selatan (9.46 %). Komposisi
kepemilikan usaha kelapa sawit yang paling dominan yaitu perkebunan swasta
nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan perkebunan
negara (Pahan, 2008). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2007), luas
lahan kelapa sawit perkebunan besar meningkat sebesar 2.53 % yaitu dari
3 592 000 hektar pada tahun 2005 menjadi 3 682 900 hektar pada tahun 2006.
Luas lahan kelapa sawit perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar
11.86 % yaitu dari 2 356 900 hektar pada tahun 2005 menjadi 2 636 400 hektar
pada tahun 2006.
Salah satu faktor keberhasilan pengembangan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah penggunaan bahan tanam yang unggul. Bahan tanam unggul
dapat diperoleh melalui proses pemuliaan, sehingga dapat dihasilkan kelapa sawit
dengan produksi dan produktivitas yang tinggi. Menurut Latif (2006), dari segi
kultur teknis, produktivitas ditentukan oleh materi bahan tanam yang digunakan,
kelas kesesuaian lahan, manajemen pengelolaan, dan usia tanaman. Secara umum,
produktivitas rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia termasuk
rendah, yaitu sekitar 3.4 ton CPO/ha/tahun pada tahun 2006. Produktivitas
tersebut jauh berada di bawah potensi produksi bahan tanam kelapa sawit yang

2

dihasilkan oleh produsen benih yaitu 7 - 10 ton CPO/ha/tahun. Tidak tercapainya
potensi produktivitas tersebut diduga karena banyaknya penggunaan benih palsu
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Latif, 2006). Benih palsu
merupakan benih yang dihasilkan bukan dari perusahaan benih kelapa sawit yang
telah resmi ditunjuk oleh pemerintah. Benih palsu tidak memiliki asal usul yang
jelas sehingga tidak diketahui potensi produksi yang akan dihasilkan oleh benih
tersebut.
Benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu didapatkan dari persilangan
berbagai tanaman yang unggul. Benih yang akan digunakan harus jelas asalusulnya, yaitu berasal dari pusat sumber benih. Perlu diketahui juga varietas yang
dianjurkan, riwayat penemuan, potensi produksi, dan tindakan kultur teknis yang
perlu dilakukan agar potensi tersebut dapat tercapai. Pemilihan tetua sangat
penting karena akan menentukan karakter benih yang nanti akan dihasilkan.
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah:
1. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kemampuan kerja, baik secara teknis
di lapangan maupun manajerial.
2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam memahami
proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa sawit serta dapat membandingkan
teori dan praktik di lapangan.
Tujuan secara khusus adalah:
1. Mempelajari tahapan proses dalam memproduksi benih kelapa sawit yang
unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif
melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan.
2. Mengidentifikasi karakteristik vegetatif dan generatif pohon kelapa sawit dan
menelusuri tetua yang menurunkan penyakit tajuk.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan,
tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar,
batang, daun, bunga dan buah.
Secara umum, taksonomi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis
(2008) adalah:
Divisi

: Tracheophyita

Subdivisi

: Pteropsida

Kelas

: Angiospermae

Subkelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Cocoideae

Famili

: Arecaceae/Palmae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq.

Akar kelapa sawit merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi untuk
menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari
dalam tanah serta dapat menjadi alat respirasi tanaman. Akar terdiri atas akar
primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer keluar dari pangkal batang
dan menyebar secara horisontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar
sekunder merupakan akar yang terbentuk dari akar primer. Akar sekunder
membentuk akar tersier, dan akar tersier membentuk akar kuartener. Akar tersier
dan kuartener inilah yang paling aktif dalam menyerap air dan hara dari dalam
tanah. Pada tanaman di lapangan, akar-akar tersebut terutama berada pada
2 - 2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan yang merupakan daerah sebaran
pupuk.
Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang
anak (midrib).
b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

4

c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberikan kekuatan pada batang.
Menurut Lubis (1992) daun kelapa sawit yang pertama kali muncul pada
stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan meyusul
pinnate. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur dan memiliki rumus
daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri atau ke kanan, tetapi
kebanyakan berputar ke kanan. Pengenalan arah putaran penting dilakukan untuk
mengetahui letak daun ke-17 yang dapat digunakan sebagai pengambilan contoh
daun untuk analisis perhitungan dosis pemupukan. Produksi pelepah daun
bergantung pada umur tanaman. Selama setahun, pelepah daun yang dihasilkan
berkisar 20 - 30, kemudian semakin berkurang sesuai umur menjadi 18 - 25.
Panjang pelepah bervariasi bergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jumlah
anak daun yang dihasilkan oleh setiap pelepah dapat mencapai 150 – 200 helai.
Luas permukaan daun tanaman kelapa sawit dapat mencapai 10 - 15 m2
pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Perbedaan umur akan
mempengaruhi luas permukaan daun demikian pula varietas pohon induk yang
dipakai dalam persilangan. Pada umumnya daun akan mencapai luas maksimum
pada umur 10 - 13 tahun. Penanaman yang rapat akan lebih mempercepat
tercapainya luas permukaan daun maksimum tersebut (Lubis, 1992).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian
15 - 20 m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman
dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar daripada batang bagian atas
yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara
cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam
pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis,
2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), yaitu bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang
sama (Pahan, 2008). Bunga jantan dan betina yang berada pada satu tandan
terkadang masih dijumpai dan dinamakan bunga hermafrodit. Kelapa sawit mulai
berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru ekonomis dipanen pada umur

5

2.5 tahun. Bunga tumbuh di setiap ketiak pelepah yang nantinya akan
menghasilkan bunga jantan atau betina. Jenis bunga yang dihasilkan bergantung
pada faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah, dan umur tanaman (Hakim,
2007).
Bunga jantan tumbuh silindris, terdiri atas tangkai bunga (spikelet) yang
berbentuk silinder dengan panjang sekitar 10 - 20 cm dengan diameter sekitar
1 - 1.5 cm. Satu rangkaian bunga memiliki 100 - 150 spikelet. Setiap spikelet
berisi 500 - 1 500 bunga kecil yang nantinya akan menghasilkan tepung sari
(Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008) bunga jantan mekar mulai dari bagian dasar
spikelet dan seluruh bunga sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada
kondisi hujan yang mekar setelah empat hari.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah
15 - 20 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga memiliki 100 - 200 spikelet dan
setiap spikelet memiliki 15 - 20 bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang
akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang terbentuk tidak semuanya
akan membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam tandan.
Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2 000 buah bergantung pada
besarnya tandan. Setiap pokok kelapa sawit dapat menghasilkan 15 - 25
tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan 8 - 12 tandan/pokok/tahun pada
tanaman dewasa (Lubis, 2008).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 - 500 meter
di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000 - 2 500
mm/tahun dengan penyebaran hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak
mengalami defisit air. Suhu harian optimal berkisar antara 24 - 28 oC, kelembaban
80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Data curah hujan bulanan dan
jumlah hari hujan sangat penting karena berhubungan dengan sifat tanaman yang
berbuah sepanjang tahun. Fluktuasi curah hujan secara langsung berkorelasi erat
dengan fluktuasi hasil dari bulan ke bulan. Kelapa sawit juga membutuhkan
kondisi tanah yang datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 0 - 15 % dan
memiliki drainase yang baik (Lubis, 2008).

6

Menurut Setyamidjaja (2006), sifat fisik dan kimia tanah yang harus
dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit yang baik adalah sebagai berikut:
1. Solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak
terganggu.
2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, dan
liat 20 - 25 %.
3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas
sedang.
4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang memiliki
drainase buruk sebaiknya dibuat saluran drainase.
5. Reaksi tanah (pH) optimal yaitu pada 5 - 5.5.
6. Tanah memiliki kandungan unsur hara cukup tinggi.

Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai varietas berdasarkan tebal tipisnya
cangkang (Setyamidjaja, 2006). Vaughan (1970) membagi jenis kelapa sawit
tersebut dalam empat varietas, yaitu: (1) varietas Macrocarya dengan ketebalan
cangkang 40 - 60 %, (2) varietas Dura dengan ketebalan cangkang 20 - 40 %, (3)
varietas Tenera dengan ketebalan cangkang 5 - 20 %, dan (4) varietas Pisifera
dengan cangkang tipis. Menurut Pahan (2008) varietas Tenera lebih disukai untuk
penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih
tinggi daripada Dura. Varietas Macrocarya akhir-akhir ini sudah tidak dipakai
lagi karena tidak merupakan sifat genetik yang signifikan.
Jenis tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan dari warna buah. Varietas
yang dibedakan dari warna buah (Lubis, 2008) antara lain:
1. Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan
menjadi merah-kuning (orange) setelah matang.
2. Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan setelah matang
berwarna merah kuning (orange).
3. Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena
mengandung sedikit karoten.

7

Penyerbukan Kelapa Sawit
Bunga betina pada tanaman kelapa sawit tidak serentak dalam anthesis.
Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3 - 5 hari atau lebih. Bunga
jantan dan bunga betina terletak terpisah sehingga waktu anthesis tidak bersamaan
dan terjadi penyerbukan silang. Menurut Pamin dan Tailiez (1976), pada areal
tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda (young mature palms) sering
terjadi masalah kekurangan tepung sari/polen. Kekurangan tepung sari tersebut
akan mengakibatkan pembentukan tandan-tandan yang kurang sempurna dan
kadang-kadang menjadi busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan
penyerbukan buatan (assisted pollination) dengan menaburkan serbuk sari dari
pohon berbeda ke bunga-bunga betina yang sedang dalam masa subur.
Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang menurut
hasil pengamatan Lubis (2008) di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Daging buah (mesocarpium). Warna buah hingga 3 bulan setelah anthesis
masih putih-kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah masih terdiri
atas air, serat, dan klorofil serta minyak belum terbentuk. Perubahan warna
daging buah menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa
minyak telah terbentuk dengan terbentuknya karoten.
2. Cangkang

atau

tempurung.

Cangkang

terbentuk

satu

bulan

setelah

penyerbukan, tetapi masih sangat tipis dan lembut. Pengerasan terus
berlangsung dan pada umur 3 bulan cangkang sudah mengeras. Warna
cangkang berubah dari putih menjadi cokelat muda.
3. Inti (endocarpium atau nucleus seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan
bentuk dari cairan menjadi agar-agar dan pada umur 3 bulan inti sudah
terbentuk padatan yang agak keras.
4. Lembaga atau embrio. Lembaga belum terlihat dengan mata sampai 3 bulan
setelah penyerbukan. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1.5
mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan telah mencapai 3
mm dan terbentuknya bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3.5 bulan
panjangnya mencapai 3.5 mm yaitu ukuran normal.

8

Pemuliaan Kelapa Sawit
Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individuindividu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka
panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan meningginya
lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih
berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai buah lebih pendek, serta
adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Pelaksanaan program pemuliaan
menggunakan

metode yang banyak digunakan, yaitu metode Resiprocal

Recurrent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour
les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS merupakan skema yang sangat
menarik baik bagi program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa
sawit. Hal ini disebabkan: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi benih hibrida
komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya
hibrida-hibrida teruji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi
memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan
terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat
direproduksi dengan menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura
dan berbagai persilangan tenera/pisifera diseleksi tenera (Purba, Akiyat, dan
Muluk, 1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki
secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup
A (dura) dan grup B (tenera, pisifera) yang dicirikan dengan:
a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan jumlah
tandan sedikit, tetapi ukuran tandan besar.
b. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan jumlah
tandan banyak tetapi berukuran relatif lebih kecil.
Grup tersebut merupakan populasi dasar (base population) dalam
pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Populasi dasar yang telah diseleksi
kemudian dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan
persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung
khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut
dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk
untuk produksi benih. Pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua

9

yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi
yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya.
Penggunaan rekombinasi diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dasar
baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et
al., 1997). Skema program pemuliaan dengan metode RRS dapat dilihat pada
Gambar 1.
Populasi
Tenera/Pisifera

Populasi Dura

D1, D2, D3, …..

Pengujian
Progeny
DxP, DxT

Dura terpilih
Selfing/Crossing

P1, P2, P3,T1, T2 …

Pisifera/Tenera
terpilih
Selfing/Crossing

Produksi Kecambah
DxP
Introduksi

Introduksi

Populasi Pisifera/ Tenera
Hasil Rekombinasi

Populasi Dura Hasil
Rekombinasi

D1 x D2
D2 x D3

Pengujian
Progeny
DxP, DxT

P1 x P2
P3 x P4, T1 x T2

Gambar 1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) (Purba et al., 1997)

10

Menurut Lubis (1993) benih varietas kelapa sawit yang baik dan unggul
adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2)
tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, (3) umur genjah,
(4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap
perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang
(25 - 30 tahun), (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap
lingkungan, dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa
sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah.
Pengadaan benih unggul kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, di antaranya adalah (1) Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, (2) PT Socfindo, (3) PT PP London
Sumatera, (4) PT Tunggal Yunus, (5) PT Dami Mas, (6) PT Bina Sawit Makmur,
dan (7) PT Tania Selatan. Kapasitas produksi total yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut berkisar 124 - 135 juta benih pada tahun 2006 (Purba et al.,
2006). PPKS Medan sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit telah
menghasilkan banyak varietas. Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah
11 varietas. Varietas tersebut yaitu: Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS
718, Simangulun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), AVROS, Sungai Pancur 2, Bah
Jambi, dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan 718 dilepas tahun 2007 (Kurnila,
2009). Daftar varietas kelapa sawit di PPKS terdapat pada Lampiran 1.
Karakteristik tanaman induk yang menjadi kriteria seleksi untuk produksi
benih adalah:
1. Produksi TBS

150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO +

PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rataan selama 3
tahun produksi.
2. Rendemen pabrik

23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen

laboratorium × 0.855 (faktor koreksi).
3. Pertumbuhan meninggi

80 cm/tahun yang diukur setelah tanaman berumur 6

tahun setelah tanam (Purba et al., 2006).

11

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Marihat, Sumatera Utara, pada bulan Maret hingga Juli 2010.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilakukan selama pelaksanaan magang di PPKS Marihat yaitu
metode umum dan metode khusus:
Metode Umum
a. Mengikuti kegiatan orientasi perusahaan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada setiap divisi di PPKS Unit Marihat selama satu bulan.
b. Mengikuti kegiatan yang dilakukan di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman
(SUS-BHT) bagian pemuliaan tanaman selama tiga bulan.
c. Pengumpulan data sekunder dari bank data, arsip dan laporan lainnya.
d. Wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan magang
seperti kelompok peneliti, mandor lapangan, supervisor, bank data, staf dan
pegawai pusat penelitian (puslit) lainnya.
Metode Khusus
Metode khusus digunakan dalam kegiatan pencarian persilangan terbaik di
kebun uji Sei Dadap berdasarkan nilai rendemen minyak/tandan tertinggi.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan sofrware SAS 6.12 dan
Minitab versi 14. Langkah-langkah penentuan hasil persilangan terbaik tersebut,
yaitu:
a. Penggunaan best regression untuk menentukan faktor yang paling
berpengaruh terhadap minyak/tandan dari berbagai karakter yang teramati.
b. Peubah yang dominan berpengaruh terhadap minyak/tandan kemudian
dicari persamaan regresinya dari keseluruhan data.
c. Persamaan regresi kemudian diuji pada setiap persilangan untuk
mendapatkan persilangan dengan nilai minyak/tandan yang paling baik.

12

Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk (crown disease) dilakukan
dengan mengamati tanaman yang terkena serangan penyakit tajuk secara langsung
di lapangan dan melalui data sekunder yang diperoleh dari bank data. Tanaman
tersebut diidentifikasi tetua dan grandparents-nya berdasarkan buku crossing plan
dan buku Daftar Persilangan Percobaan Pemuliaan 1992-1999 dan Rencana
Penanaman Tahun 2000.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang dengan
menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data
sekunder). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung
melalui pengamatan di lapangan. Data primer diperoleh dari setiap kegiatan yang
dilakukan selama magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen
(bulanan, semesteran, tahunan) yang berkaitan dengan keadaan umum puslit, letak
geografis, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana/prasarana pendukung,
produksi benih, dan varietas. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi
pustaka, baik berupa buku teks, jurnal maupun sumber pustaka lainnya.
Pengambilan data pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, lingkar
batang, jumlah daun, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, jumlah anak daun
satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Pengukuran daun dilakukan pada daun
ke-17. Data pertumbuhan vegetatif diambil dari kebun uji Sei Dadap.
Pengambilan data perkembangan generatif dari analisis tandan dilakukan di
kebun uji Sedi Dadap. Data yang digunakan adalah berat tandan rata-rata (kg), %
buah/tandan, % daging buah/buah, % inti/buah, % minyak/daging buah, dan %
minyak/tandan.
Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk dilaksanakan dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan. Penelusuran tetua dilakukan
dengan melihat peta persilangan dan buku crossing plan. Pengamatan penyakit
tajuk dilakukan di pembibitan, Afdeling II tahun tanam 2005, dan Adeling II
tahun tanam 2007. Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan dengan
melihat jumlah tanaman yang terserang penyakit pada persilangan tertentu dan
jumlah tanaman yang ada. Pengamatan dilakukan berdasarkan kejadian penyakit.

13

KEADAAN UMUM

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September
1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene
Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) dikemudian hari
menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA pada saat
itu cukup banyak dan sangat berguna bagi pengembangan perkebunan di
Sumatera. Setelah Perang Dunia II sebagian besar perkebunan di Sumatera
terlantar, sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan “Deli Planters
Vereniging”.
Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil
alih perkebunan-perkebunan milik Belanda karena alasan politik dan ekonomi.
Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha
Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). APA diganti dengan Balai Penelitian
GAPPERSU yang dikenal dengan RISPA (Research Institute of the Sumatera
Planters Association). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di
bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan
Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan.
Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan
Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada
Direksi PN Perkebunan I - IX sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian
RI No. 353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember 1968. Pada tahun 1971
pembinaan Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan
Pembina Balai Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5
Desember 1971. Sejak April 1976 RISPA mendapat biaya dari APBN dan mulai
1978 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan diserahkan kepada Balai Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian 133/Kpts/OP/12/1978.

14

Pada bulan November 1987 Asosiasi Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta. Balai-Balai Penelitian
Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI. Dengan perubahan tersebut
selanjutnya Balai Penelitian Perkebunan Medan disebut dengan Pusat Penelitian
Perkebunan Medan atau disingkat Puslitbun Medan (Lubis, 2008)
Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No.
084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan
unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada 4 Februari 1993
dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang
merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan,
Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun
tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi.
Pada tahun 1993 itu juga, melalui rapat anggota, AP3I berubah nama menjadi
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI).
Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun 1996.
Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia
(APPI) dalam suratnya No. 03/RA-APPI/II/1996, Pusat Penelitian Perkebunan
lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggung jawab kepada
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya
mendapatkan pembinaan dan pengaawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian
Perkebunan (Lubis, 2008).
PPKS merupakan satu-satunya lembaga penelitian yang bergerak dalam
penelitian semua aspek kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan mulai dari
pemuliaan tanaman, bioteknologi tanaman, proteksi tanaman, tanah dan agronomi,
pengolahan hasil dan mutu, enjinering dan lingkungan hingga kajian sosial dan
ekonomi.

Telah

begitu

banyak

hasil

yang

dicapai

dalam

menunjang

perkembangan industri kelapa sawit nasional.

Lokasi dan Letak Geografis PPKS
PPKS terletak di Marihat, Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara. Areal kompleks termasuk dalam konsesi PTPN IV.

15

PPKS Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas
permukaan laut, curah hujan rata-rata 1 764 mm/tahun dengan jumlah hari hujan
rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 20 ⁰C dan maksimum 29 ⁰C. Jenis
tanah Podzolik dengan pH rata-rata 5.0 - 6.0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan
maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas lahan S1.

Keadaan Tanaman dan Lahan
Kebun produksi yang dimiliki PPKS Marihat bekerja sama dengan PTPN
IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian
110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon
induk yang masih produktif hingga bulan November 2009 adalah 2 781 pohon dan
pohon bapak 153 pohon. Jumlah pohon induk dan pohon bapak yang terdapat di
PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di
PPKS Marihat
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
4.

Lokasi/Pos
Bah Jambi IV Pos 1
Bah Jambi IV Pos 2
Bah Jambi IV Pos 3
Bah Jambi IV Pos 4
Bah Jambi IV Pos 5
Bah Jambi Afdeling III/93
Bah Jambi Afdeling II/266
Balimbingan Afd. I/95
Bah Jambi Afd. IV/92
Bah Jambi Afd. VII/96
Bah Jambi VIII/2000A
Bah Jambi VIII/2000B
Marihat Afd. III/44B Pos 1
Marihat Afd. III/44A Pos 2
Total Pohon Induk
Benoa VII 83, 87
Benoa VIII 100
Bah Jambi VIII/2000
Bah Jambi II/92
Total Pohon Bapak

Tahun
Tanam
1987
1987
1987
1987
1988
1993
1989
1995
1992
1996
2000
2000
1986
1986
1974/1977
1976
2000
1992

Sumber: Laporan Bulanan Pohon Induk PPKS Marihat

Jumlah Pohon
(pohon)
147
140
200
359
213
169
57
140
136
74
416
348
215
167
2 781
118
23
8
4
153

Jumlah Pohon
Non Aktif
(pohon)
21
56
27
52
10
14
6
20
11
15
35
9
27
21
324
0

16

Pohon induk merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua
betina dalam persilangan kelapa sawit. Tetua betina yang digunakan merupakan
varietas Dura terpilih hasil seleksi sebelumnya. Pohon bapak merupakan tanaman
kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua jantan dalam persilangan kelapa sawit.
Tetua jantan yang digunakan merupakan varietas Pisifera terpilih hasil seleksi
pemulia tanaman.
PPKS Unit Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun
tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun
komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha, tetapi yang produktif hanya 548.57 ha.
Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat
No

Sub station

7

Sijambujambu
Teluk Dalam
Pulau Maria
Pargarutan
Simirik
Padang
Madarsyah
Kalianta

8

Dalu-Dalu

1
2
3
4
5
6

Total

Lokasi

Luas
(ha)

Produktif (ha)

Keterangan

Sumatera Utara

21.00

21.00

D×P

Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara

40.00
4.75
45.86
4.58

35.00
4.75
45.00
4.58

DP
DP
DP
DP

Riau

402.20

102.17

DP

Riau

93.10

83.40

Riau

269.97

252.00

Dura, DD,DP
DP/DD, DT
TT MK

881.46

548.57

Sumber : PPKS Marihat

Struktur Organisasi
PPKS dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh kepala bidang
penelitian, kepala biro umum/ SDM, kepala bidang usaha dan kepala satuan unit
strategis (SUS).
Kepala bidang penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian, yaitu
Kelompok Penelitian Pemuliaan Tanaman, Kelompok Penelitian Bioteknologi
Tanaman, Kelompok Penelitian Proteksi Tanaman, Kelompok Penelitian Ilmu

17

Tanah dan Agronomi, Kelompok Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu,
Kelompok Penelitian Engineering dan Lingkungan, serta Kelompok Penelitian
Sosial Ekonomi, yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua kelompok
peneliti dan kepala urusan penelitian.
Kepala biro umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu urusan SDM dan
hukum, urusan akuntansi dan keuangan, dan urusan rumah tangga. Kepala bidang
usaha membawahi unit usaha Marihat, unit usaha Medan, urusan pengembangan
usaha dan promosi, urusan pelayanan dan konsultasi, serta urusan laboratorium
dan pelayanan.
Kepala bidang SUS membawahi semua bagian yang memproduksi,
memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Disamping itu,
direktur dibantu oleh kepala urusan satuan pengawasan intern (SPI) yang dalam
tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Struktur organisasi PPKS
dapat dilihat pada Lampiran 2.

18

PELAKSANAAN MAGANG

Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit
Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research
and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit.
Populasi dasar tersebut kemudian dilakukan rekombinasi dan evaluasi. Seleksi
dilakukan terhadap pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pohon induk
dan pohon bapak. Terhadap pohon induk dan pohon bapak yang terpilih kemudian
dilakukan penyerbukan oleh polinator. Tandan yang sudah matang fisiologis
(umur 4.5-5 bulan) dipanen dan tandan diangkut ke bagian persiapan benih.
Proses dari penyerbukan hingga pengangkutan tandan merupakan bagian kegiatan
Divisi Pohon Induk. Tandan yang telah diangkut ke persiapan benih kemudian
diproses hingga menjadi benih yang siap untuk dikecambahkan. Benih yang telah
berkecambah sesuai dengan standar mutu kemudian siap disalurkan kepada
konsumen. Proses dari persiapan benih hingga pengecambahan merupakan bagian
dari kegiatan produksi benih, sedangkan penyaluran benih kepada konsumen
merupakan kegiatan dari pemasaran. Perlu waktu sekitar 9 bulan untuk
memperoleh benih mulai dari awal penyerbukan.
Divisi Breeding Research Development (BRD)
Divisi BRD merupakan salah satu bagian dari Satuan Usaha Strategis Bahan
Tanaman (SUS BHT) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di
Marihat. Divisi BRD memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa
sawit, karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan rendemen
minyak.
Divisi BRD memiliki beberapa sub divisi, diantaranya Crossing Plan,
Pembibitan, Vegetatif, Penimbangan Produksi, dan Analisis Tandan. Kegiatan
dari setiap sub divisi tersebut diharapkan dapat mempertahankan

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

0 52 93

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Produksi dan Pemasaran Bahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat Sumatera Utara

1 10 6

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

1 14 163