PENILAIAN KESEHATAN BANK TINJAUAN TEORITIS

2.4 PENILAIAN KESEHATAN BANK

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank dilakukan dengan menggunakan analisis CAMELS, yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Kualitas Manajemen Management

Dalam mengelola kegiatan bank sehari – hari, juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen dapay dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini, yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Penilaian kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset, dan rentabilitas. Akan tetapi, kini penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja.

2. Aspek Sensitivitas Sensitivity

Aspek ini mulai diberlakukuan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004. Seperti kita ketahui dalam melepaskan kreditnya perbankkan harus memerhatikan dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankkan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri Universitas Sumatera Utara dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan. Penilaian kesehatan bank disamping dilakukan untuk bank konvensional juga dilakukan untuk bank syariah, baik untuk bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat membei gambaran yang lebih dapat mengenai kondisi saat ini dan mendatang. Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 91PBI2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007. Dan hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia, penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa perbankkan syariah ke depan yang kian beragam dan kompleks sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank syariah, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat kesehatannya pada bank tersebut. Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukkan risiko yang telah melekat pada aktivitas bank inberent risk, yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko. Bank umum syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan, yang meliputi faktor – faktor antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Permodalan capital; 2. Kualitas aset aset quality; 3. Rentabilitas earning; 4. Likuiditas liquidity; 5. Sensitibilatas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk; 6. Dan manajemen management; 2.5 Rasio Keuangan 2.5.1 Rasio Permodalan