10
c. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swastan
nasional. Contohnya: Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, BCA, Bank Lippo, Bank Mega.
d. Bank Asing, yaitu Bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing, yang
membuka kantor cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya berada diluar negri. Contohnya: Citibank, Bank of Tokyo Mitsubishi Ltd, Chase Manhattan,
Bank of America, HSBC, ABN Amro Bank, Deutsche Bank. e.
Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing dan sebagian dimiliki pihak swasta nasional. Contoh: Bank Hanvit Indonesia, Bank
UOB Indonesia, Bank Merincorp, ANZ Panin Bank, Bank OCBC Nisp. Jenis-jenis bank menurut transaksi valuta asing:
a. Bank Devisa, yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu ata uang dalam
transaksi perbankan. Contoh: Bank Central Asia, Bank Bukopin, Bank Nagari, Bank Kesawan, Bank Ekonomi.
b. Bank Non Devisa, yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata uang Rupiah
dalam transaksi perbankan.
2.2. Inflasi
2.2.1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu peristiwa penting dalam bidang ekonomi di Negara manapun hal ini terjadi. Banyak orang mendefinisikan inflasi dengan berbagai
macam pengolahan kata, namun menuju pada satu hal yaitu kenaikan harga. Definisi singkat dari inflasi adalah kecendurungan dari harga-harga untuk naik secara umum
Universitas Sumatera Utara
11
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja belum dapat dikatakan inflasi, kecuali bila kenaikan barang tersebut diikuti dengan kenaikan harga
sebagian besar barang-barang lainnya. Misalnya: kenaikan harga bahan baker minyak menaikkan harga ongkos kendaraan umum yang kemudian mengakibatkan
kenaikan biaya produksi, dan kenaikan harga barang-barang lainnya.
5
2.2.2. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan pada seberapa besar inflasi yang di alami, apa penyebab terjadinya inflasi, dan asal terjadinya
inflasi. Bedasarkan besarnya inflasi yang dialami inflasi dibedakan atas:
1. inflasi ringan, yaitu inflasi kurang dari 10 per tahun.
2. inflasi sedang, yaitu antara 10 s.d 30 pertahun.
3. inflasi berat, yaitu antara 30 s.d 100 pertahun.
4. hiper inflasi yaitu lebih dari 100.
6
Dilihat dari penyebab terjadinya, inflasi dibedakan atas 2 macam, yaitu: 1.
Demand pull inflation Yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu besar. Misalnya inflasi yang terjadi pada saat hari raya idul fitri, natal dan tahun baru.
2. Cost push inflation
Yaitu inflasi yang timbul karena adanya kenaikan ongkos produksi.
7
5
Boediono, Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Teori Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta, 1982, Hal. 97
6
Ibid,Hal 98.
Universitas Sumatera Utara
12
Berdasarkan asal terjadinya inflasi, macam inflasi antara lain: 1.
inflasi yang berasal dari dalam negri domestic inflation inflasi ini timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal, dsb. 2.
inflasi yang berasal dari luar negri imported inflation inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri terutama pada
barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor yang merupakan
salah satu komponen indeks harga konsumen akan meningkatkan biaya produksi.
8
A. Cost push inflation B. Demand pull inflation
P4 S2
P4 S
P3 S1 P3
D Z2 Z1
Gambar 2.1 Grafik Inflasi
Keterangan gambar: Gambar A: adalah grafik inflasi akibat dorongan biaya produksi. Bila ongkos
produksi naik mis: karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan
7
Ibid, Hal 99.
8
Ibid, Hal 101.
Universitas Sumatera Utara
13
dari luar negri atau karena kenaikan bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat aggregate supply bergeser dari S1 ke S2. dan harga
barang pun naik dari P3 ke P4. Gambar B: adalah grafik inflasi karena adanya permintaan masyarakat akan
barang-barang aggregate demand bertambah. Misalnya karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang
atau kenaikan permintaan luar negri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah maka
kurva aggregate demand begeser dari Z1 ke Z2.
2.2.3. Indikator Inflasi
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alat untuk menghitung inflasi atau indicator inflasi, antara lain:
1. Indeks Harga KonsumenIHK consumer price index
IHK adalah angka indeks yang menunjukan tingkat harga barang dan jasa yang harus di beli konsumen dalam satu periode tertentu
2. Indeks Harga Perdagangan BesarIHPB wholesale price index
IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
3. Indeks Harga Implicit GDP deflator
GDP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GDP nominal atas dasar harga berlaku dengan GDP riil atas
dasar harga konstan.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.4. Pengaruh Inflasi
Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri dan melemahkan posisi barang ekspor. Inflasi mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
bahan baku dan kenaikan upah buruh, maka kalkulasi harga pokok akan meninggikan harga jual produk lokal. Dilain pihak, turunnya daya beli masyarakat terutama yang
berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua barang dan jasa habis terjual. Inflasi juga mengakibatkan naiknya harga jual produksi barang ekspor, maka
permintaan luar negeri turun. Penurunan ekspor berpengaruh terhadap neraca pembayaran.
9
2.2.5. Cara-cara Mengatasi Inflasi
Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mempelajari cara-cara mengatasi inflasi adalah asumsi melalui Irving Fisher Equations. Diasumsikan penyebab
berubahnya nilai uang adalah M Money, V Velocity dan T Time. M dan V adalah faktor uang, sedangkan T sebagai faktor barang yang diperdagangkan. Inflasi
disebabkan kenaikan faktor-faktor M dan V tidak diimbangi T. Untuk mengatasi inflasi adalah dengan cara mengurangi M dan V serta
menaikkan T melalui kebijaksanaan: 1.
Kebijaksanaan Moneter Bank sentral dengan politik moneter adalah untuk menyempitkan pemberian
kredit dari Bank Sentral kepada bank dagang maupun badan kredit lainnya. Bank sentral dapat mengurangi jumlah uang beredar. Tujuan kebijaksanaan moneter
9
Harry Waluya, Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Hal.70
Universitas Sumatera Utara
15
terutama untuk stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
1. Politik Pasar Terbuka Tight Money Policy
a. Untuk menarik uang yang beredar, bank sentral melakukan tindakan untuk
menjual surat berharga antara lain yang disebut Sertifikat Bank Indonesia. b.
Bila Bank Sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga keuangan bank, adalah untuk menaikkan cadangan reservoir di bank-bank umum,
atau menaikkan likuiditas. c.
Asumsi dalam melakukan kebijaksanaan uang ketat ini antara lain: kebijaksanaan Tight Money Policy untuk memerangi inflasi, mata uang
dollar Amerika kuat, masyarakat suka menyimpan uang di bank, bank- bank umum memperoleh laba dari bunga, masyarakat ingin bebas
membelanjakan uangnya. 2.
Politik Diskonto Menaikkan Tingkat Bunga Tindakan bank sentral selaku otoritas moneter untuk mengubah tingkat bunga:
a. Diskonto Naik tingkat bunga , maka dapat mengubah kecenderungan
masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk disimpan dibank-bank dagang.
b. Diskonto Naik, maka ongkos pinjaman naik.
Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.
Universitas Sumatera Utara
16
3. Politik Perubahan Cadangan Minimal
Tindakan bank sentral untuk mengubah cadangan minimal dengan tujuan untuk memelihara likuiditas wajib minimal dalam rupiah bagi bank dan
lembaga keuangan non bank sekurang-kuranganya sebesar 8. Likuiditas minimal merupakan perbandingan antara jumlah alat likuid pada
satu masa laporan dengan jumlah dana pihak ketiga masyarakat pada 2 masa laporan sebelumnya.
4. Margin requirement Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank sentral dapat menetapkan margin requirement maksimal fasilitas kredit atau bagian kredit yang tidak di jamin oleh pemerintah atau lembaga
penjamin kredit, misalnya: a.
20 dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, untuk fasilitas yang disediakan bagi 1 kreditur.
b. 50 dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, fasilitas
yang disediakan bagi 1 debitur grup. 5.
Moral Suasion Bank sentral melalui mass media dapat mempengaruhi bank dan lembaga
keuangan non bank serta pihak ketiga, misalnya political will dari pemerintah, adalah untuk menurunkan tingkat bunga dari 25 menjadi 18 atau 21.
2. Kebijaksanaan Fiskal
3. Kebijaksanaan Non-Moneter
10
10
Ibid, Hal 71
Universitas Sumatera Utara
17
2.3. Suku Bunga