Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISA PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI DAN PENDAPATAN TERHADAP PERMINTAAN KREDIT GRIYA UTAMA PADA BANK BTN

CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ASTRI ADITIA

030523001

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

M e d a n 2007


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: N a m a : Astri Aditia

N I M : 030523001

Departemen : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi dengan judul “Analisa Pengaruh Suku

Bunga, Inflasi dan Pendapatan terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

MEDAN, 27 JUNI 2007 Yang Membuat Pernyataan

Astri Aditia


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Astri Aditia NIM : 030523001

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan

Tanggal, Ketua Departemen

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec Nip. 132 206 574

Tanggal, Dekan

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 131 285 985


(4)

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Astri Aditia NIM : 030523001

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan

Tanggal,

Pembimbing

Dra. T.Diana Bakti, Msi


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Jumat Tanggal : 5 Juli 2007 Nama : Astri Aditia NIM : 030523001

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Dra. T. Diana Bakti, M.Si)

Nip. 132206574 Nip. 131870596

Penguji I Penguji II

(Irsyad Lubis, PhD) (Paidi Hidayat, SE, M.Si)


(6)

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam yang gelap gulita kealam yang terang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini berjudul “Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, dan Pendapatan Terhadap Permintaan Kredit Griya Utama Pada Bank BTN Cabang Medan.”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program sarjana (S1-Extension) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangan Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc.Ph.D, selaku Sekretaris Departemem Ekonomi Pembangunan Program Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara. 4. Bapak Drs. M. Sayuti Nasution, SE, MS, selaku Dosen Wali Penulis.


(7)

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Ekonomi Universitas Sumatra Utara, yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Staf karyawan/ti Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

8. Bapak Radius Alviansyah dan Bapak T. Ikhsan, selaku pembimbing penulis pada Bank BTN Cabang Medan.

9. Seluruh staf karyawan/ti Bank BTN Cabang Medan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

10. Terima kasih untuk ayah Surya Adipati dan Ibu Suryani Atmaja selaku orang tua yang bijaksana bagi penulis dengan curahan kasih saying, semangat dan doa yang tidak pernah berakhir. Adinda tersayang Tirta Aulia.

11. Teman-teman di Jurusan Ekonomi Pembangunan Program S1 Ekstension angkatan 2003. Rina, Obet, Ina, Andez, Nita, Hety, Carol dkk. Thanks for all the goodness you gave to me.

12. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis yang namanya tidak disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari isi maupun sistematika penulisannya. Oleh karenia itu, kritik dan saran yang sifatnya sangat membangun dan mengedepankan ilmu pengetahuan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini.


(8)

akademisi lainnya.

Medan, Mei 2007 Penulis


(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman 4.1 Permintaan Kredit Griya Utama Bank BTN Cab Medan,

Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Perkapita Tahun

1990 s.d 2004--- 48

4.2 Model Summary--- 51

4.3 Coefficientsa --- 52

4.4 Annovab--- 57


(10)

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Grafik Inflasi--- 12

3.1 Grafik Durbin Watson--- 42

4.1 Uji t untuk X1 (Tingkat Suku Bunga)--- 53

4.2 Uji t untuk X2 (Tingkat Inflasi)--- 55

4.3 Uji t untuk X3 (Pendapatan Perkapita)--- 56

4.4 Grafik Uji Durbin Watson--- 61

4.5 Grafik Uji DurbinWatson pengaruh sukubunga, inflasi dan Pendapatan terhadap permintaan kredit griya utama pada α=5%--- 62


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAC...i

ABSTRAK………....…...………...ii

KATA PENGANTAR………...………iii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………..……...………viii

DAFTAR GAMBAR………...………...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...……….………....…...1

1.2. Perumusan Masalah……….5

1.3. Tujuan Penelitian……….5

1.4. Hipotesa………...6

1.5. Manfaat Penelitian………...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank...8

2.1.1. Pengertian Bank………...8

2.1.2. Fungsi Bank.………...8

2.1.3. Jenis-Jenis Bank...9

2.2. Inflasi...10

2.2.1 Pengertian Inflasi…….………10

2.2.2 Jenis-Jenis Inflasi………11

2.2.3 Indikator Inflasi………...13

2.2.4 Pengaruh Inflasi ………..14

2.2.5 Cara-Cara Mengatasi Inflasi………14

2.3. Suku Bunga...17

2.3.1 Pengertian Suku Bunga……..……….17

2.3.2 Teori Mengenai Suku Bunga...18


(12)

d. Analisa Hicks...20

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga...20

2.3.4 Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit...22

2.3.5 Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit...23

2.4. Pendapatan……….24

2.5. Kredit...25

2.5.1 Pengertian Kredit…...………..25

2.5.2 Unsur-Unsur Kredit...26

2.5.3 Tujuan dan Fungsi Kredit...27

2.5.4 Jenis-Jenis Kredit...28

2.5.5 Aspek-Aspek Penilaian Dalam Pemberian Kredit...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian………...37

3.2. Jenis Penelitian...37

3.3. Data dan Sumber data...38

3.4. Teknik Pengumpulan Data...38

3.5. Metode Analisis...39

3.6. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)……….40

3.6.1 Koefisien Determinasi (R Square)..………40

3.6.2 Uji t-Statistik………40

3.6.3 Uji F-Statistik………...41

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik (Multikolinearity).41 3.6.5 Serrial Correlation/Autocorrelation (Uji DurbinWatson)……….…42

3.6.6 Definisi Operasional………43

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan...44


(13)

4.2. Analisa dan Pembahasan...47

4.2.1. Model Estimasi………50

4.2.2. Interpretasi Model Estimasi……….50

4.2.3 Uji t………..52

4.2.3.1. Uji t Untuk X1 (Suku Bunga)…………...……...52

4.2.3.2. Uji t Untuk X2 (Tingkat Inflasi)………..54

4.2.3.3. Uji t Untuk X3 (Pendapatan)………55

4.2.4 Uji F……….57

4.2.5 Multikolinearity………...58

4.2.6 Serrial Autocorrelation Uji Durbin Watson………60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………63

5.2. Saran...65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT IZIN RISET DARI BANK BTN CABANG MEDAN SURAT PERNYATAAN


(14)

and Income against Demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan. This research use time series data from 1990 to 2004. The purpose of this research are to discover is there any connection or absolutely none connection between interest rate, inflation, income against Demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan.

This research use a model of ordinary least square. The data proceed by SPSS version 10.0. The result of the estimation has showed negative relation from interest rate and inflation against demand of Kredit Griya Utama. Even the positive relation are showed by income percapita against demand of Kredit Griya Utama. In other words rise in interest rate and inflation caused reduced by demand of Kredit Griya Utama. Even the rise of income per capita will caused rise of demand of Kredit Griya Utama.

Be posted with this variables, the principle of OLS (Ordinary Least

Square) can used to make the estimation. The result of the estimation has showed

that interest rate and inflation have negative influence and significant against demand of Kredit Griya Utama. And the other way income per capita have a positive influence and significant against demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan from 1990 to 2004.


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan terhadap Permintaan Kredit Griya Utama pada Bank BTN Cabang Medan.” Penelitian ini menggunakan data seri dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan sama sekali antara suku bunga, inflasi, pendapatan dan permintaan kredit griya utama dengan studi kasus pada Bank BTN Cabang Medan.

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Data yang ada diproses dengan menggunakan SPSS versi 10.0. Hasil estimasi menunjukkan adanya hubungan yang negative dari suku bunga dan inflasi terhadap permintaan kredit griya utama. Sedangkan hubungan positif ditunjukkan oleh pendapatan terhadap permintaan kredit griya utama. Dengan kata lain kenaikan suku bunga dan inflasi akan menyebabkan penurunan terhadap permintaan kredit griya utama, sedangkan peningkatan pendapatan akan menyebabkan kenaikan terhadap permintaan kredit griya utama.

Dengan mengetahui variable-variabel ini kaedah OLS (Ordinary Least

Square) dapat dipakai untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa

suku bunga dan inflasi mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan terhadap permintaan kredit griya utama. Sebaliknya pendapatan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap permintaan kredit griya utama pada Bank BTN Cabang Medan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.


(16)

and Income against Demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan. This research use time series data from 1990 to 2004. The purpose of this research are to discover is there any connection or absolutely none connection between interest rate, inflation, income against Demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan.

This research use a model of ordinary least square. The data proceed by SPSS version 10.0. The result of the estimation has showed negative relation from interest rate and inflation against demand of Kredit Griya Utama. Even the positive relation are showed by income percapita against demand of Kredit Griya Utama. In other words rise in interest rate and inflation caused reduced by demand of Kredit Griya Utama. Even the rise of income per capita will caused rise of demand of Kredit Griya Utama.

Be posted with this variables, the principle of OLS (Ordinary Least

Square) can used to make the estimation. The result of the estimation has showed

that interest rate and inflation have negative influence and significant against demand of Kredit Griya Utama. And the other way income per capita have a positive influence and significant against demand of Kredit Griya Utama at Bank BTN Branch Medan from 1990 to 2004.


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisa Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan terhadap Permintaan Kredit Griya Utama pada Bank BTN Cabang Medan.” Penelitian ini menggunakan data seri dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan sama sekali antara suku bunga, inflasi, pendapatan dan permintaan kredit griya utama dengan studi kasus pada Bank BTN Cabang Medan.

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Data yang ada diproses dengan menggunakan SPSS versi 10.0. Hasil estimasi menunjukkan adanya hubungan yang negative dari suku bunga dan inflasi terhadap permintaan kredit griya utama. Sedangkan hubungan positif ditunjukkan oleh pendapatan terhadap permintaan kredit griya utama. Dengan kata lain kenaikan suku bunga dan inflasi akan menyebabkan penurunan terhadap permintaan kredit griya utama, sedangkan peningkatan pendapatan akan menyebabkan kenaikan terhadap permintaan kredit griya utama.

Dengan mengetahui variable-variabel ini kaedah OLS (Ordinary Least

Square) dapat dipakai untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa

suku bunga dan inflasi mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan terhadap permintaan kredit griya utama. Sebaliknya pendapatan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap permintaan kredit griya utama pada Bank BTN Cabang Medan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.


(18)

1. Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang berusaha keluar dari berbagai permasalahan ekonomi yang telah terjadi sejak krisis moneter tahun 1998. Pemerintah Indonesia berusaha segiat-giatnya untuk membangun kembali infrastruktur ekonomi yang hancur akibat krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Salah satu usaha pemerintah untuk kembali membangkitkan perekonomian adalah pembangunan disektor riil yang mana sektor riil ini merupakan dasar bagi suatu pembangunan yang berkesinambungan.

Dalam rangka mendukung kemajuan pembangunan, terutama perekonomian di Indonesia, bank mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk mendukung laju perekonomian rakyat. Bank berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito dan meyalurkannya kembali ke masyarakat yaitu kredit atau pinjaman. Penyaluran kembali ke masyarakat atau yang biasa disebut kredit atau pinjaman sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat komersil maupun konsumtif.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi sehingga daya beli masyarakat pun menurun. Terlebih lagi saat ini harga minyak dunia sangat tinggi yang juga mempengaruhi harga bahan bakar minyak di


(19)

2

Indonesia dan serta merta menaikkan seluruh komposisi harga bahan kebutuhan pokok. Hal ini mengakibatkan masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka, apalagi kebutuhan untuk mendapatkan sebuah rumah yang layak huni.

Dengan kondisi yang seperti ini Bank Indonesia sebagai bank sentral mengeluarkan berbagai kebijakan agar kondisi ekonomi tetap stabil. Meningkatnya harga barang-barang dan bahan bakar minyak (BBM) membuat uang yang beredar pun semakin banyak, sehingga BI menetapkan suku bunga simpanan yang tinggi agar masyarakat yang berpendapatan tinggi tetap menempatkan dananya di Indonesia. Tingginya suku bunga simpanan juga akan meninggikan suku bunga pinjaman karena bagaimanapun bank devisa maupun bank swasta lainnya harus menyesuaikan tingkat suku bunga kredit agar mereka tidak mengalami kerugian ketika mengembalikan imbalan terhadap pemilik simpanan. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada mereka yang membutuhkan pinjaman dari bank.

Rumah merupakan suatu tempat untuk kita huni, dimana kita dapat merasa nyaman dan beristirahat. Selain itu rumah juga merupakan tempat kita untuk bernaung. Sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kala mencanangkan pembangunan sejuta rumah, pemerintah berusaha mengupayakan seluruh masyarakat Indonesia dapat memiliki rumah yang layak huni, karena banyak sekali orang yang belum memiliki tempat tinggal yang tetap dan belum layak huni seperti dibawah kolong jembatan, ditempat-tempat pembuangan sampah, dibantaran sungai dan sebagainya. Melalui lembaga perbankan diharapkan dapat membantu usaha pemerintah untuk memenuhi pembangunan perumahan untu


(20)

rakyat tersebut. Dan Bank BTN telah berkomitmen dengan pemerintah untuk dapat membantu pembiayaan perumahan sebanyak +- 100.000 unit rumah sederhana sehat.

Di kota Medan yang berpenduduk padat, setiap warganya tentu ingin mempunyai rumah yang layak huni. Namun tidak serta merta langsung dapat memenuhi keinginan mereka karena keterbatasan finansial. Disinilah bank sangat membantu mereka untuk mendapatkan rumah yang mereka inginkan tersebut. Bank memberikan bantuan pinjaman uang untuk membeli rumah kepada debitur yang membutuhkan rumah dengan syarat dan ketentuan yang sudah dipenuhi dan disepakati bersama. Dari data-data yang penulis peroleh memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan maupun penurunan yang cukup signifikan pada permintaan kredit griya utama pada Bank BTN Cabang Medan. Dari data-data tersebut terlihat bahwa ada peningkatan pendapatan setiap tahunnya, namun suku bunga dan inflasi naik turun tidak tentu. Artinya suku bunga dan inflasi terjadi karena kondisi pasar. Hal ini menyebabkan kenaikan maupun penurunan terhadap permintaan kredit griya utama. Karena walaupun pendapatan masyarakat meningkat akan tetapi bila suku bunga kredit dan inflasi tinggi mereka akan kesulitan untuk mengembalikan pinjaman.

Walaupun demikian selain hal-hal diatas terdapat juga hal-hal yang menjadi sebab masyarakat tidak dapat membeli dan memiliki rumah. Diantaranya pendapatan mereka yang minim atau kurang mencukupi, dalam arti walaupun terjadi kenaikan pendapatan namun bila dilakukan analisa terhadap permintaan kredit mereka serta untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, pendapatan yang mereka miliki belum dapat mencukupi untuk membayar kredit dan memenuhi


(21)

4

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Selain itu tingginya harga barang-barang (inflasi), suku bunga kredit rumah yang tinggi, letak atau lokasi yang kurang sesuai dengan keinginan, luas rumah atau tanah yang kurang sesuai dengan selera, model ataupun tipe rumah, maupun tawaran kredit dari bank lain dengan suku bunga dan persyaratan yang lebih ringan dan lain sebagainya.

Namun biasanya hal yang sangat berpengaruh terhadap konsumen untuk memiliki sebuah rumah adalah harga atau nilai dari rumah tersebut. Apakah harganya sesuai dengan kemampuan finansial dan pendapatan yang dimiliki oleh calon pembeli. Karena tidak semua orang dapat membeli rumah secara tunai, maka kredit di bank merupakan salah satu alternatif yang cukup baik untuk memiliki rumah.

Berdasarkan pada pengamatan yang selama ini penulis perhatikan, penulis berpendapat bahwa dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi permintaan akan kredit rumah, hal yang paling banyak mempengaruhi debitur untuk memohon kredit di bank antara lain adalah uang tunai yang dimiliki oleh calon debitur tidak cukup untuk membeli rumah secara tunai. Namun pendapatan mereka yang dinilai secara formal oleh bank tidak mencukupi untuk membayar cicilan perumahan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi pendapatan mereka belum dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi calon debitur sehingga sulit untuk bagi bank untuk memberikan mereka kredit. Tingginya suku bunga sehingga debitur merasa berat untuk membayar cicilan serta naiknya harga barang-barang dari waktu ke waktu yang menambah beban biaya hidup mereka. Untuk itulah penulis ingin mengetahui bahwa seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, dan pendapatan terhadap


(22)

banyaknya permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan. Adapun judul skripsi ini adalah: “ANALISA PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI, DAN PENDAPATAN TERHADAP PERMINTAAN KREDIT GRIYA UTAMA

PADA BANK BTN CABANG MEDAN.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarakan pada uraian yang telah dipaparkan di latar belakang sebelumnya maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Medan.

2. Berapa besarkah pengaruh tingkat inflasi terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Medan.

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan masyarakat terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Medan.

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara pasti bagaimana pertumbuhan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan

2. Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga, inflasi dan pendapatan mempengaruhi secara nyata permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan


(23)

6

3. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak yang berkompeten sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan serta mengambil kebijakan yang tepat.

1.4. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka hipotesanya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan

2. Pendapatan mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan

3. Tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

a) Bagi Penulis

Adapun manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dengan mengimplementasikan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dengan fakta yang terjadi dilapangan khususnya mengenai suku bunga, inflasi, pendapatan perkapita serta permintaan kredit griya utama di Bank BTN Cabang Medan.


(24)

b) Bagi Bank BTN

1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang suku bunga, inflasi dan pendapatan dalam hubungannya dengan permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan

2. Sebagai bahan informasi bagi Bank BTN Cabang Medan dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk lebih meningkatkan penjualan produk kredit griya utama dalam rangka usaha meningkatkan perannya sebagai bank yang fokus terhadap pembiayaan perumahan.

c) Bagi Pembaca

1. Sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian, baik dalam bidang yang sama maupun berbeda.

2. Bagi masyarakat secara umum akan menambah pengetahuan tentang suku bunga, inflasi serta kredit sehingga akan menambah wawasan mereka dalam rangka melakukan pemenuhan kebutuhan akan perumahan/tempat tinggal.


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1. Bank

2.1.1. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tanggal 10 Nopember 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya.

2.1.2. Fungsi Bank

Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara debitur dengan kreditur dana. Dengan demikian fungsi bank mencakup tiga hal pokok, yaitu2:

1. sebagai pengumpul dana

2. sebagai penjamin kredit antara debitur dan kreditur

3. sebagai penanggung risiko transformasi dan tingkat bunga, dari tingkat suku bunga rendah ke tingkat suku bunga tinggi.

Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang

1 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pasal 1, angka 2. 2 Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, Yogyakarta, 1996.


(26)

dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya. Dalam hal ini masyarakat memberikan kepercayaan kepada bank untuk mengelola dana yang mereka tempatkan untuk mencapai laba yang optimal.3

2.1.3. Jenis-jenis Bank

Jenis-jenis bank menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, jenis bank menurut fungsinya dibedakan sebagai berikut:

a. Bank Sentral ialah bank yang memperoleh hak untuk mengedarkan uang logam dan uang kertas.

b. Bank Umum ialah bank yang dalam usahanya menghimpun dana terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya. Didalam usahanya bank umum terutama memberikan kredit berjangka pendek.

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau tabungan pada bank lain.4

Jenis bank menurut kepemilikannya dibedakan sebagai berikut:

a. Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat. Contohnya: Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN. b. Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki Pemerintah

Daerah. Contohnya: Bank DKI Jakarta, BPD Surabaya, Bank Sumut, BPD Jabar.

3 O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal.10.


(27)

10

c. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swastan nasional. Contohnya: Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, BCA, Bank Lippo, Bank Mega.

d. Bank Asing, yaitu Bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing, yang membuka kantor cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya berada diluar negri. Contohnya: Citibank, Bank of Tokyo Mitsubishi Ltd, Chase Manhattan, Bank of America, HSBC, ABN Amro Bank, Deutsche Bank.

e. Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing dan sebagian dimiliki pihak swasta nasional. Contoh: Bank Hanvit Indonesia, Bank UOB Indonesia, Bank Merincorp, ANZ Panin Bank, Bank OCBC Nisp.

Jenis-jenis bank menurut transaksi valuta asing:

a. Bank Devisa, yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu ata uang dalam transaksi perbankan. Contoh: Bank Central Asia, Bank Bukopin, Bank Nagari, Bank Kesawan, Bank Ekonomi.

b. Bank Non Devisa, yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata uang (Rupiah) dalam transaksi perbankan.

2.2. Inflasi

2.2.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan suatu peristiwa penting dalam bidang ekonomi di Negara manapun hal ini terjadi. Banyak orang mendefinisikan inflasi dengan berbagai macam pengolahan kata, namun menuju pada satu hal yaitu kenaikan harga. Definisi singkat dari inflasi adalah kecendurungan dari harga-harga untuk naik secara umum


(28)

dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja belum dapat dikatakan inflasi, kecuali bila kenaikan barang tersebut diikuti dengan kenaikan harga sebagian besar barang-barang lainnya. Misalnya: kenaikan harga bahan baker minyak menaikkan harga ongkos kendaraan umum yang kemudian mengakibatkan kenaikan biaya produksi, dan kenaikan harga barang-barang lainnya.5

2.2.2. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan pada seberapa besar inflasi yang di alami, apa penyebab terjadinya inflasi, dan asal terjadinya inflasi.

Bedasarkan besarnya inflasi yang dialami inflasi dibedakan atas: 1. inflasi ringan, yaitu inflasi kurang dari 10% per tahun. 2. inflasi sedang, yaitu antara 10% s.d 30% pertahun. 3. inflasi berat, yaitu antara 30% s.d 100% pertahun. 4. hiper inflasi yaitu lebih dari 100%.6

Dilihat dari penyebab terjadinya, inflasi dibedakan atas 2 macam, yaitu: 1. Demand pull inflation

Yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu besar. Misalnya inflasi yang terjadi pada saat hari raya idul fitri, natal dan tahun baru.

2. Cost push inflation

Yaitu inflasi yang timbul karena adanya kenaikan ongkos produksi.7

5 Boediono, Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Teori Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta, 1982,

Hal. 97


(29)

12

Berdasarkan asal terjadinya inflasi, macam inflasi antara lain: 1. inflasi yang berasal dari dalam negri (domestic inflation)

inflasi ini timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal, dsb.

2. inflasi yang berasal dari luar negri (imported inflation)

inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri terutama pada barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor yang merupakan salah satu komponen indeks harga konsumen akan meningkatkan biaya produksi.8

A. Cost push inflation B. Demand pull inflation

P4 S2 P4 S

P3 S1 P3

D Z2 Z1

Gambar 2.1 Grafik Inflasi

Keterangan gambar:

Gambar A: adalah grafik inflasi akibat dorongan biaya produksi. Bila ongkos produksi naik (mis: karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan

7 Ibid, Hal 99. 8 Ibid, Hal 101.


(30)

dari luar negri atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2. dan harga barang pun naik dari P3 ke P4.

Gambar B: adalah grafik inflasi karena adanya permintaan masyarakat akan barang-barang (aggregate demand) bertambah. Misalnya karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah maka kurva aggregate demand begeser dari Z1 ke Z2.

2.2.3. Indikator Inflasi

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alat untuk menghitung inflasi atau indicator inflasi, antara lain:

1. Indeks Harga Konsumen/IHK (consumer price index)

IHK adalah angka indeks yang menunjukan tingkat harga barang dan jasa yang harus di beli konsumen dalam satu periode tertentu

2. Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB (wholesale price index)

IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

3. Indeks Harga Implicit (GDP deflator)

GDP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GDP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GDP riil (atas dasar harga konstan).


(31)

14

2.2.4. Pengaruh Inflasi

Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri dan melemahkan posisi barang ekspor. Inflasi mengakibatkan terjadinya kenaikan harga bahan baku dan kenaikan upah buruh, maka kalkulasi harga pokok akan meninggikan harga jual produk lokal. Dilain pihak, turunnya daya beli masyarakat terutama yang berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua barang dan jasa habis terjual. Inflasi juga mengakibatkan naiknya harga jual produksi barang ekspor, maka permintaan luar negeri turun. Penurunan ekspor berpengaruh terhadap neraca pembayaran.9

2.2.5. Cara-cara Mengatasi Inflasi

Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mempelajari cara-cara mengatasi inflasi adalah asumsi melalui Irving Fisher Equations. Diasumsikan penyebab berubahnya nilai uang adalah M (Money), V (Velocity) dan T (Time). M dan V adalah faktor uang, sedangkan T sebagai faktor barang yang diperdagangkan. Inflasi disebabkan kenaikan faktor-faktor M dan V tidak diimbangi T.

Untuk mengatasi inflasi adalah dengan cara mengurangi M dan V serta menaikkan T melalui kebijaksanaan:

1. Kebijaksanaan Moneter

Bank sentral dengan politik moneter adalah untuk menyempitkan pemberian kredit dari Bank Sentral kepada bank dagang maupun badan kredit lainnya. Bank sentral dapat mengurangi jumlah uang beredar. Tujuan kebijaksanaan moneter


(32)

terutama untuk stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.

1. Politik Pasar Terbuka (Tight Money Policy)

a. Untuk menarik uang yang beredar, bank sentral melakukan tindakan untuk menjual surat berharga antara lain yang disebut Sertifikat Bank Indonesia. b. Bila Bank Sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga keuangan

bank, adalah untuk menaikkan cadangan (reservoir) di bank-bank umum, atau menaikkan likuiditas.

c. Asumsi dalam melakukan kebijaksanaan uang ketat ini antara lain: kebijaksanaan Tight Money Policy untuk memerangi inflasi, mata uang dollar Amerika kuat, masyarakat suka menyimpan uang di bank, bank-bank umum memperoleh laba dari bunga, masyarakat ingin bebas membelanjakan uangnya.

2. Politik Diskonto (Menaikkan Tingkat Bunga)

Tindakan bank sentral selaku otoritas moneter untuk mengubah tingkat bunga: a. Diskonto Naik (tingkat bunga) , maka dapat mengubah kecenderungan

masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk disimpan dibank-bank dagang.

b. Diskonto Naik, maka ongkos pinjaman naik.

Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.


(33)

16

3. Politik Perubahan Cadangan Minimal

Tindakan bank sentral untuk mengubah cadangan minimal dengan tujuan untuk memelihara likuiditas wajib minimal dalam rupiah bagi bank dan lembaga keuangan non bank sekurang-kuranganya sebesar 8%.

Likuiditas minimal merupakan perbandingan antara jumlah alat likuid pada satu masa laporan dengan jumlah dana pihak ketiga (masyarakat) pada 2 masa laporan sebelumnya.

4. Margin requirement (Batas Maksimum Pemberian Kredit)

Bank sentral dapat menetapkan margin requirement (maksimal fasilitas kredit atau bagian kredit) yang tidak di jamin oleh pemerintah atau lembaga penjamin kredit, misalnya:

a. 20% dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, untuk fasilitas yang disediakan bagi 1 kreditur.

b. 50% dari modal sendiri bank atau lembaga keuangan non bank, fasilitas yang disediakan bagi 1 debitur grup.

5. Moral Suasion

Bank sentral melalui mass media dapat mempengaruhi bank dan lembaga keuangan non bank serta pihak ketiga, misalnya political will dari pemerintah, adalah untuk menurunkan tingkat bunga dari 25% menjadi 18% atau 21%. 2. Kebijaksanaan Fiskal

3. Kebijaksanaan Non-Moneter10


(34)

2.3. Suku Bunga

2.3.1. Pengertian Suku Bunga

Jika menurut sejarah falsafahnya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa tolong menolong tanpa pamrih, dalam alam Indonesia asli. Namun seiring dengan perkembangan jaman ekonomi modern menjuruskan manusia untuk berpikir berdasarkan pada penghargaan akan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan sewa modal berupa bunga, yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi yaitu penawaran dan permintaan.

Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit. Kredit swasta atau liar menghitung suku bunga berdasarkan penawaran dan kesanggupan masing-masing pihak. Suku bunga untuk perkreditan dari sumber tersebut dipengaruhi lagi oleh iklim peredaran uang dalam masyarakat.11

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya untuk pemanfaatan uang.12

Suku bunga perkreditan yang dilayani oleh lembaga-lembaga perkreditan resmi (bank) terikat pada pertimbangan etika sedangkan secara komersial dibatasi seperlunya, yaitu akuntansi biaya perusahaan.

11 R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, Hal 172.

12 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus Ekonomi,Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994, Hal 332.


(35)

18

2.3.2. Teori Mengenai Suku Bunga

Beberapa teori mengenai suku bunga antara lain: a. Loanable Fund Theory

Teori ini merupakan perluasan dari teori Irving Fisher yang memasukan faktor-faktor kekuasan pemerintah untuk menciptakan uang, permintaan pemerintah terhadap dana pinjaman yang biasanya kebal terhadap tingkat suku bunga dan kemungkinan individu dan perusahaan-perushaan berinvestasi dalam saldo kas.

Teori ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga umum ditentukan oleh interaksi kompleks dari dua faktor. Yang pertama adalah total permintaan dana oleh perusahaan, pemerintah, dan rumah tangga (atau individu-individu) untuk melakukan berbagai macam aktivitas ekonomi dengan dana tersebut. Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku bunga (kecuali permintaan pemerintah yang seringkali tidak tergantung pada tingkat bunga). Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat bunga adalah penawaran dana dari perusahaan, pemerintah dan individu, penawaran berhubungan positif dengan suku bunga jika semua faktor ekonomi yang lain konstan. Jika suku bunga meningkat, perusahaan dan individu akan menabung dan meminjamkan lebih banyak dan bank terdorong untuk memberikan pinjaman yang lebih banyak.

b. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk


(36)

menabung, artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menabung.

Investasi juga tergantung/merupakan fungsi tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari pada tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.

c. Analisa Keynes

Menurut Keynes bahwa tingkat bunga itu ditentukan oleh pertemuan antara kuva preferensi likuiditas (kurva permintaan uang) dan kurva penawaran yang yang mungkin tidak elastis terhadap bunga. Kalau hal ini ditetapkan oleh penguasa moneter/pemerintah. Dalam analisa Keynes tidak ada faktor-faktor yang menentukannya karena kurva permintaan uang akan bergerak (naik/turun) bersamaan dengan perubahan tingkat pendapatan.


(37)

20

d. Analisa Hicks

Berdasarkan suatu perumpamaan dengan suatu jumlah uang tertentu, dan preferensi likuiditas tertentu, tingkat bunga adalah suatu fungsi dari pendapatan uang (tingkat bunga mungkin terjadi dengan mengetahui jumlah uang yang beredar dengan fungsi preferensi likuiditas dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda). Tetapi walaupun demikian, kurva likuiditas sendiri tidak menunjukkan apa-apa kepada kita dan tidak bisa pula menunjukkan berapa tingkat bunga yang terjadi.13

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga

Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besarnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga baik suku bunga simpanan maupun pinjaman yang secara garis besar antara lain:14

1) Kebutuhan dana

Kebutuhan dana ini dikhususkan pada dana simpanan yaitu berapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat maka yang dilakukan oleh bank agar dana tabungan cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan dibank banyak,

13 Komaruddin, Analisa Moneter dan Manajemen Keuangan, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, Hal 120


(38)

sementara permohonan pinjaman kredit sedikit maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

2) Target Laba Yang diinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.

3) Kualitas Jaminan

Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan.

4) Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan bunga tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan pemerintah. Tujuannya agar bank dapat bersaing secara sehat.

5) Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu semakin tinggi bunga karena besarnya kemungkinan resiko macet dikemudian hari. Sebaliknya suku bunga simpanan, semakin panjang jangka waktunya semakin rendah suku bunganya, karena apabila suku bunga simpanan tinggi dengan jangka waktu yang panjang akan menambah beban biaya bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah oleh bank.

6) Reputasi Perusahaan/Peminjam

Reputasi peminjam berkaitan dengan kredit macet. Reputasi ini biasanya dinilai dari karakter si peminjam ataupun pendapat dari perusahaan lain yang merupakan mitra dari perusahaan peminjam. Jika reputasi baik maka risiko


(39)

22

kredit macet bisa diminimalisir, namun jika reputasi kurang baik maka berisiko tinggi terjadinya kredit macet.

7) Produk Yang Kompetitif

Untuk produk yang kompetitif di pasar biasanya kredit akan diberikan dengan bunga yang lebih rendah. Karena produk yang kompetitif akan lebih mudah dipasarkan dari produk yang tidak kompetitif. Sehingga modal akan cepat kembali. Penjualan yang tinggi akan lebih cepat menghasilkan laba dengan catatan harga dengan produk sejenis bersaing.

8) Hubungan Baik

Hubungan baik dengan berbagai pihak oleh peminjam merupakan faktor penting dalam memohon kredit.

9) Persaingan

Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara tingkat persaingan dalam memperubutkan dana simpanan cukup ketat maka mau tidak mau bank harus memberikan tingkat bunga yang cukup bersaing dengan bank lainnya.

2.3.4. Komponen-komponen dalam menentukan bunga kredit

1. Total Biaya Dana (Cost Of Fund)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana dari pihak ketiga.

2. Biaya Operasi

Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan usahanya.


(40)

3. Cadangan Risiko Kredit Macet

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko yang tidak terbayar.

4. Laba Yang Diinginkan

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh bank ditujukan untuk memperoleh laba yang maksimal. Penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit.

5. Pajak.

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

2.3.5. Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Setiap nasabah yang memperoleh fasilitas kredit juga dikenakan beban suku bunga. Saat ini ada 3 jenis pembebanan suku bunga yang sering dilakukan oleh bank. Adapun jenis pembebanan suku bunga antara lain:

1. Flate Rate

Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga jumlah angsurang setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas.

2. Sliding Rate

Merupakan pehitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan persentase suku bunga per periode dengan sisa pinajaman, sehingga jumlah suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun akibatnya angsuran yang dibayar pun menurun.


(41)

24

3. Floating Rate

Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan berjalan. Dengan model perhitungan seperti ini suku bunga dapat naik turun atau tetap setiap periodenya. Sehingga jumlah angsuran yang dibayarpun disesuaikan denga suku bunga yang berlaku.

2.4. Pendapatan

Pendapatan bagi seseorang adalah ketika ia mendapatkan sejumlah uang sebagai balas jasa terhadap apa yang telah ia lakukan. Pendapatan menyebabkan orang dapat mengkonsumsi berbagai jenis kebutuhan guna memuaskan keinginannya. Dari pendapatan seseorang juga dapat diukur kemampuan daya belinya.

Bagi suatu Negara juga terdapat pendapatan yang dihasilkan dari produksi baik berupa barang maupun jasa. Biasanya pendapatan suatu Negara dinamakan pendapatan nasional. Adapun definisi dari pendapatan nasional ialah nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam suatu tahun tertentu.15

Di negara-negara berkembang, konsep produk domestic bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk domestic bruto dapatlah diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Didalam kegiatan perekonomian di suatu Negara, produksi barang dan jasa tidak saja dihasilkan oleh negaranya sendiri tetapi juga warga Negara asing yang menghasilkan


(42)

barang dan jasa di Negara itu. Kegiatan perekonomian ini merupakan bahagian yang penting dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional, sehingga produk domestic bruto (Gross Domestic Product/GDP) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan Negara asing.16

Perbedaan antara Produk Domestik Bruto(PDB) dengan Produk Nasional Bruto (PNB) adalah PDB lebih menitik beratkan pada wilayah. Artinya semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan di dalalm wilayah Republik Indonesia baik oleh penduduk Indonesia maupun asing termasuk di dalam PDB sedangkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia diluar negri tidak masuk dalam PDB tetapi masuk ke dalam PNB.17

2.5. Kredit

2.5.1. Pengertian Kredit

Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.18

16 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke 2, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1998, Hal 33.

17 Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, BPFE Yogyakarta, Hal. 65. 18 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pasal 1, angka 10.


(43)

26

Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa arti kata kredit adalah: suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan

dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan

suatu kontra prestasi berupa bunga.

2.5.2. Unsur – Unsur Kredit

Di atas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Berdasarkan hal-hal di atas maka unsur-unsur dalam kredit adalah

1. Kepercayaan : suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang,

jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali di masa tertentu yang akan datang.

2. Kesepakatan : kesepakatan ini terjadi antara pemberi dan penerima kredit, yang dituangkan di dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewjibannya masing-masing. Kesepakatan pemberian kredit dibuat dalam suatu akad kredit.


(44)

3. Prestasi : yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang. Dalam perkembangan perkreditan di alam moderen ini maka yang dimaksudkan dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.

4. Waktu : bahwa antara pemberian prestasi dan pengembaliannya

dibatasi oleh suatu masa/waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai agio uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang dimasa yang akan datang.

5. Degree of risk : pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko,

di masa-masa tenggang adalah masa yang abstrak. Resiko timbul bagi pemberi karena uang/jasa/barang yang berupa prestasi telah lepas kepada orang lain.

6. Balas jasa : akibat dari pemberian kredit, pemberi kredit akan

mengharapkan suatu balas jasa yang berupa keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian kredit disebut bunga (prinsip bank konvensional). Ada juga balas jasa bentuk lain seperti provisi dan komisi serta biaya administrasi. Untuk bank berprinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.

2.5.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuan kredit dapat dilihat dari dua fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit yaitu:

Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang didapat dari pungutan bunga.


(45)

28

Safety, yaitu keamanan dari fasilitas kredit yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti.

Fungsi kredit di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:

1) Kredit dapat meningkatkan Utility (daya guna) dari modal/uang 2) Kredit dapat meningkatkan Utility (daya guna) dari sesuatu barang 3) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

4) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 5) Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi

6) Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional 7) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional

2.5.4. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah:


(46)

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2) Dilihat dari segi Tujuan Kredit 1. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi yang menghasilkan barang atau jasa.

2. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. 3. Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3) Dilihat dari segi Jangka Waktu 1. Kredit Jangka Pendek

Jangka waktu kredit ini kurang dari 1 tahun atau paling maksimal 1 tahun.


(47)

30

Jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. 3. Kredit Jangka Panjang

Jangka waktu kredit berkisar antara 3 tahun sampai dengan 5 tahun. 4) Dilihat dari segi Jaminan

1. Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

2. Kredit Tanpa Jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

5) Dilihat dari segi Sektor Usaha 1. kredit pertanian 2. kredit peternakan 3. kredit industri 4. kredit pertambangan 5. kredit pendidikan 6. kredit profesi 7. kredit perumahan


(48)

2.5.5. Aspek-aspek Penilaian dalam Pemberian Kredit

Ada beberapa aspek usaha yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian kredit, yaitu pemasaran, teknis produks, organisasi dan manajemen, financial dan ekonomi. Karena transaksi kredit dalam industri perbankan sifatnya sangat formal, maka aspek yuridis harus dipertimbangkan juga dengan cermat. Aspek-aspek tersebut umumnya disampaikan oleh debitur melalui penyerahan proposal usaha. Adapun hal-hal yang perlu dinilai terhadap aspek-aspek diatas antara lain sebagai berikut:

a. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran terutama mempertimbangkan permintaan efektif dari produk brang/jasa yang direncanakan oleh calon peminjam (debitur). Permintaan efektif itu mempertimbangkan jumlah potensial konsumen yang mampu dan ingin membeli barang/jasa yang direncakan diproduksi/dijual oleh debitur. Tujuan utama penilaian aspek pemasaran adalah apakah produk yang direncanakan dapat diserap pasar, sehingga hasil penjualan dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman. Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikan dari aspek pemasaran ini antara lain: bagaimana potensi pasarnya, bagaimana peluang memperoleh/mempertahankan/ meningkatkan pangsa pasar, bagaimana dengan pesaing potensial.

b. Aspek Teknis Produksi

Aspek teknis berkaitan dengan seluk-beluk produksi. Tekonologi apa yang digunakan? Berapa skala produksi agar tercapai tingkat efisiensi yang tinggi? Dari mana sumber bahan baku? Apakah sumber-sumber tersebut mampu menyediakan bahan baku terus-menerus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan? Jumlah karyawan


(49)

32

yang dibutuhkan klasifikasnya serta tingkat produktivitasnya juga perlu dipertimbangkan.

c. Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen bertujuan untuk mengetahui apakah secara manajemen kegiatan usaha dapat ditangani dengan efisien? Untuk itu perlu dievaluasi apakah struktur organisasi dan perencanaan staf sudah sesuai dengan kebutuhan usaha? Jangan sampai kegiatan usaha yang sangat sederhana, ditangani dengan organisasi yang kompleks dan membutuhkan staff dalam jumlah yang sangat besar. Sebaliknya jangan sampai terjadi kegiatan usaha yang berskala besar dan kompleks, dengan investasi awal yang sangat besar ditangi secara kekeluargaan bahkan ditangani sendirian (one man show)

d. Aspek Finansial

Tujuan dari analisis aspek financial adalah untuk mengetahui apakah secara financial kegiatan usaha yang direncanakan layak atau tidak. Dalam analisis financial dilakukan evaluasi terutama tentang arus kas keluar dan masuk, serta pola-polanya dihitung dalam nilai sekarang (Present Value). Dari arus keluar masuk itu dapat disusun beberapa kriteria untuk melihat kelayakan rencana usaha. Beberapa kriteria untuk melihat kelayakan rencana usaha. Beberapa kriteria yang biasanya digunakan antara lain: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pulang pokok (Pay Back

Period), analisis manfaat biaya (Benefit cost analysis), Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return).


(50)

Kelemahan dari analisis financial adalah diabaikan aspek pengorbanan ekonomi dari sumber daya yang langka. Seringkali suatu rencana usaha yang sangat baik secara finasial, tidak selalu baik secara ekonomi. Misalkan proposal usaha pabrik kimia akan semakin baik secara financial, bila perusahaan tidak membuat instalasi pengolahan limbah. Sayangnya secara ekonomi langkah tersebut menimbulkan biaya ekonomi berupa polusi yang sangat merugikan masyarakat.

Untuk mengetahui apakah alokasi sumber daya yang dilakukan dalam usaha yang direncanakan benar-benar sudah efisien secara ekonomi, dilakukan analisis aspek ekonomi, yang dasar perhitungan biayanya adalah biaya ekonomi (opportunity

cost). Sementara manfaat yang dihitung bukanlah manfaat financial tetapi manfaat

ekonomi. Dalam praktik, umumnya pengambilan keputusan pemberian kredit untuk sector swasta lebih didasarkan pada pertimbangan aspek financial. Sedangkan dasar pemberian kredit berdasarkan hasil analisis ekonomi, umumnya dilakukan pada proyek-proyek pemerintah.

f. Aspek Yuridis

Aspek yuridis mencakup status hukum badan usaha, kelengkapan izin usaha, aspek legal dari barang-barang jaminan, kontrak, dan lain-lain. Aspek yuridis sangat penting diperhatikan untuk menhidarkan kerugian dimasa mendatang kalau terjadi sengketa, pelanggaran perjanjian, dan masalah-masalah hukum lainnya.

Kriteria penilaian pemberian kredit dilakukan agar mendapatkan calon debitur yang benar-benar layak yang diberikan. Kriteria penilaian umum dapat dilakukan dengan analisis 6C dan 7P.


(51)

34

1. Character

Karakter merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca waktu atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianut, keadaan keluarga, hoby dan jiwa social. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk membayar.

2. Capital

Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank tetapi dibiayai bersama antara bank dan debitur. Oleh arena itu calon debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya pembiayaan dari bank dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut dengan

debt to equity ratio.

3. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melibihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.


(52)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, social dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang.

5. Capacity to Create Source of Funding

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kembali kreditnya. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis usahanya sehingga dapat menghasilkan dana yang bisa dibayarkan untuk kreditnya.

6. Constraints

Constraints merupakan factor hambatan atau rintangan berupa factor-faktor social psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.19

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut:

1. Personality

Yatu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari. Penilaian mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

2. Party

Yaitu mengkalasifikasikan nasabah ke dalam klasifikaasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang

19 Juli Irmayanto, dkk, Bank & Lembaga Keuangan, Penerbit Universitas Trisakti Jakarta, 2002, Hal. 77


(53)

36

digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

4. Prospect

Yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang, menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitu maka akan semakin baik.

6. Profitability

Merupakan suatu ukuran untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi


(54)

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi empiris untuk menemukan pemecahan masalan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang suku bunga kredit, inflasi dan pendapatan masyarakat kota Medan serta pengaruhnya terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat studi kasus, yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini yang diteliti serta interaksinya dengan lingkungan perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan berbentuk angka-angka kuantitatif yang diperoleh melalui data yang dikeluarkan di Bank BTN Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.


(55)

38

3.3. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1) Data sekunder yang diperoleh dari PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan berupa posisi jumlah realisasi kredit griya utama dan tingkat suku bunga kredit dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004

2) Data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatra Utara tentang tingkat inflasi dan pendapatan perkapita untuk kota Medan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.

3) Penelitian kepustakaan yaitu dengan menghimpunn data teoretis sehubungan dengan masalah pembahasan, melalui buku-buku dan karya ilmiah lain yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara penulis mengumpulkan data antara lain:

1) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat arsip-arsip yang dimiliki oleh perusahaan. Dari catatan-catatan tersebut dapat diperoleh data yang berguna dalam usaha memahami kenyataan masa lampau dan masa dating serta dapat digunakan sesuai tujuan penelitian.

2) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan mengadakan Tanya-jawab secara langsung kepada petugas yang mempunyai pengetahuan, pemahaman serta wewenang untuk memberikan penjelasan sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.


(56)

3.5. Metode Analisis

Adapun tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dicerna dan diaplikasikan. Didalam persamaan regresi ganda dianalisis bahwa ada hubungan antara variabel bebas/independent variabel (X) serta variabel tidak bebas/dependen variabel (Y).

Secara sistematis model persamaan dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ

Dimana:

Y = Permintaan Kredit Griya Utama

β 1 = Koefisien Regresi Tingkat Suku Bunga Kredit

β2 = Koefisien Regresi Tingkat Inflasi

β3 = Koefisien Regresi Pendapatan Perkapita

α = Intercept

X1 = Tingkat Suku Bunga X2 = Tingkat Inflasi X3 = Pendapatan (rupiah)

μ = Kesalahan Pengganggu (Term Error) Hipotesis Kerja dari persamaan ini:

∂Y

<

0 artinya, jika terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga, ceteris paribus maka jumlah kredit akan turun.

∂Y

<

0 artinya, jika terjadi kenaikan pada tingkat inflasi,

∂Y

∂X1

∂Y


(57)

40

ceteris paribus maka jumlah kredit akan turun.

∂Y

>

0 artinya, jika terjadi kenaikan pada tingkat pendapatan, ceteris paribus maka jumlah permintaan kredit akan naik.

3.6. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.6.1. Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel dependen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

3.6.2. Uji t- Statistik

Uji t merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependent variabel. Dengan menganggap variabel independent lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variable independent ke-I nilai parameter hipotesisnya biasanya = 0, artinya tidak ada pengaruh variable X terhadap Y. Bila t-hitungnya > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variable indpenden diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variable dependen.

∂Y


(58)

3.6.3. Uji F- Statistik

Uji F ini adalah pengujuan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho : bi = b2 = ………..bk = o (tidak ada pengaruh) Ha : bi = b2 = ………..bk ≠ 0 (ada pengaruh)

Pengujian in dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variable independent secara bersama-sama mempengaruhi dependen variable.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus F-hitung = R2/ (k-1)

(1- R2)/(n-k) Dimana:

R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel independent n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pada tingkat kepercayaan (1-α) 100% sebagai berikut: Ho diterima jika F-hitung < Fα

Ho ditolak jika F-hitung >Fα

3.6.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik (Multikolinearity)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat antar independent variabel. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearity dilihat R-Square, F-hitung, t-hitung, serta standard error.


(59)

42

Adanya multikolinearity ditandai dengan:  Standard error tidak terhingga  Tidak ada yang signifikan

 Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori  R2 sangat tinggi

3.6.5. Serial Correlation/Autocorrelation (Uji Durbin-Watson)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Uji D-W dirumuskan sebagai berikut:

∂ hit =

Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut: Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi Ho : ρ≠ 0 berarti ada autokorelasi

Dengan jumlah sample tertentu variable independent tertentu, diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi D-W untuk berbagai nilai .

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho Diterima

Ha diterima Ha diterima

Gambar 3.1 Grafik Durbin Watson

Σ (et- (et-1))2 Σe2t


(60)

Dimana:

Ho = Tidak ada autokorelasi

Dw<dl = Tolak Ho (ada autokorelasi positif) Dw>4-dl = Tolak Ho (ada autokorelasi negatif) Du<dw<d-du = Terima Ho (tidak ada autokorelasi)

dl≤dw≤ = Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ dw V (4-dl) = Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive) 3.6.6. Definisi Operasional

 Suku Bunga adalah tingkat pengembalian yang harus dibayarkan oleh peminjam atau debitur kepada bank sesuai dengan ketentuan bank yang berlaku pada saat pengembalian.

 Inflasi adalah kenaikan harga yang berlangsung secara terus menerus.

 Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau suatu badan atau suatu daerah dalam suatu periode tertentu.

 Permintaan adalah keinginan seseorang terhadap sesuatu barang yang diikuti oleh daya beli dari orang tersebut.

 Kredit adalah suatu kepercayaan yang diberikan oleh pemilik uang kepada orang yang membutuhkan uang dengan pengembalian secara menyicil.


(61)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung, Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Belsuit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan POSTSPAARBANK, yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 (empat) cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relative singkat (rush). Namun demikian keadaan keuangan POSTSPAARBANK pulih kembali pada tahun 1941.

Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemerintah Jepang, Jepang membekukan kegiatan POSTSPAARBANK dan mendirikan TYOKIN KYOKU sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. TYOKIN KYOKU hanya mendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta.

Proklamasi kemerdekaan R.I 17-08-1945 telah memberikan inspirasi kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan TYOKIN KYOKU dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah R.I. dan terjadilah penggantian nama menjadi KANTOR TABUNGAN POS. Bapak Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah R.I. menjadi Direktur pertama. Tugas pertama KANTOR TABUNGAN POS adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tetapi


(62)

kegaiatan KANTOR TABUNGAN POS tidak berumur panjang, karena agresi militer Belanda ( Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor- termasuk kantor cabang dari KANTOR TABUNGAN POS hingga tahun 1949. Saat KANTOR TABUNGAN POS dibuka kembali (1949), nama KANTOR TABUNGAN POS diganti menjadi BANK TABUNGAN RI. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama BANK TABUNGAN POS RI, lembaga ini bernaung dibawah Kementrian Perhubungan.

Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang substantive bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No.9 Tahun1950 Tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama “POSTSPAARBANK IN INDONESIA” berdasarkan staatsblat no. 295 tahun 1941 menjadi BANK TABUNGAN POS dan memindahkan induk kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan dibawah Mentri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama BANK TABUNGAN POS, tetapi tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir BANK TABUNGAN NEGARA. Nama BANK TABUNGAN POS menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No. 36 Tahun 1953 tanggal 18 Desember 1953. Perubahan nama dari BANK TABUNGAN POS menjadi BANK TABUNGAN NEGARA didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.

Penegasan status BANK TABUNGAN NEGARA ditetapkan dengan UU No. 20 Tahun 1968 tanggal 19-12-1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) BANK TABUNGAN NEGARA menjadi BNI unit V. jika tugas utama saat pendirian


(63)

46

POSTSPAARBANK (1897) sampai dengan BANK TABUNGAN NEGARA (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 BANK TABUNGAN NEGARA ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.

Bentuk hokum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PPNo. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak itu nama BTN menjadi PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Mentri BUMN dalam surat nomor S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai Bank Umum dengan focus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.

Salah satu produk pembiayaan perumahan atau kredit pemilikan rumah yang diberikan Bank BTN kepada masyarakat adalah Kredit Griya Utama, yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah tinggal baik yang dibangun/dijual oleh developer/developer perorangan, termasuk rumah bekas (rumah second). Dimana maksimal kredit yang dapat diberikan adalah sebesar 80% dari harga jual atau harga pasar yang wajar.


(64)

4.2. Analisa dan Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan melakukan analisa dan evaluasi terhadap permintaan Kredit Griya Utama pada Bank BTN Cabang Medan yang didasarkan pada data-data yang telah penulis peroleh. Adapun yang dianalisis pada bab ini adalah sejauh mana bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, inflasi dan pendapatan terhadap permintaan Kredit Griya Utama pada Bank BTN Cabang Medan.

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah model kuadran terkecil biasa (OLS/Ordinary Least Square), atau persamaan regresi linier berganda, dimana dalam persamaan regresi ini tercakup empat variabel (termasuk variabel tak bebas Y). Dalam regresi linier berganda variabel tak bebas Y (dependent) tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel tak bebas dan tiga variabel bebas. Analisa ini berfungsi untuk mengetahui apakah variabel tingkat suku bunga, inflasi dan pendapatan mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif atau tidak terhadap variabel Kredit Griya Utama. Model yang telah dibentuk dan diestimasi dengan menggunakan data time series atau deret waktu yang mengambil jangka waktu sepanjang 15 tahun dari tahun 1990 sampai dengan 2004. Adapun data-data ini diperoleh dari Bank BTN Cabang Medan, adalah Permintaan Kredit Griya Utama dan Suku Bunga Kredit Griya Utama, dari Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatra Utara adalah tingkat inflasi dan pendapatan domestik regional bruto perkapita kota Medan selama kurun waktu dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.


(65)

48

Tabel 4.1

Permintaan Kredit Griya Utama Bank BTN Cab. Medan, Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Perkapita Tahun 1990 s.d 2004

Tahun Permintaan KGU (dalam milyar rp) = Y

Suku Bunga = X1

Inflasi = X2

Pendapatan Perkapita = X3

1990 6987 20% 7.56% 1504525

1991 6067 21% 8.99% 1662323

1992 7712 18% 4.56% 1926103

1993 7571 22% 9.75% 2552084

1994 9971 20% 8.28% 2739905

1995 8007 19% 7.24% 3067553

1996 11078 20% 8.70% 3323631

1997 10088 24% 13.10% 3801819

1998 9251 35% 83.81% 5212763

1999 12354 20% 1.68% 5657328

2000 11580 22% 5.90% 9947895

2001 10965 24% 15.50% 11437782

2002 12009 19% 9.49% 12857576

2003 15360 16% 4.46% 14453544

2004 13495 17% 6.64% 16451358

Sumber:Bank BTN, BPS Kota Medan.

Tabel di atas adalah data-data Permintaan Kredit Griya Utama (KGU), Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Perkapita. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel bebas terdiri atas 3 (tiga) variabel, yaitu variabel Suku


(66)

Bunga (X1), variabel inflasi (X2) dan variabel pendapatan perkapita (X3). Sedangkan variabel terikatnya yaitu Permintaan Kredit Griya Utama (Y). pada tabel terlihat bahwa variabel Y (permintaan KGU) terjadi kenaikan maupun pernurunan disetiap tahunnya. Tidak setiap tahun terjadi peningkatan permintaan terhadap KGU ataupun penurunan. Namun terjadi variasi naik maupun turunnya permintaan di setiap tahunnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat tingkat suku bunga dan inflasi.

Berbeda dengan kedua variabel bebas lainnya, variabel pendapatan perkapita meningkat setiap tahunnya tanpa terpengaruh oleh inflasi dan suku bunga. Peningkatan pendapatan perkapita ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kesejahteraan terhadap kehidupan masyarakat kota Medan. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat berarti konsumsi masyarakat pun meningkat. Namun bisa jadi terdapat perubahan selera. Misalnya dengan pendapatan Rp 1.000.000,- seseorang yang tadinya terbiasa mengkonsumsi sebungkus nasi di warung biasa seharga Rp 3.000,- setelah pendapatannya meningkat sebesar Rp 500.000,- yaitu menjadi Rp 1.500.000,- orang tersebut menjadi terbiasa mengkonsumsi sebungkus nasi seharga Rp 5.000,- dari sebuah restoran minang.

Dengan adanya kenaikan pendapatan perkapita yang signifikan terhadap tingginya inflasi serta perubahan selera konsumen masyarakat maka ada kemungkinan akan permintaan sesuatu barang/jasa meningkat.


(67)

50

4.2.1. Model Estimasi

Dari hasi pengolahan data menggunakan program SPSS versi 10.0 maka didapatlah hasil model estimasi sebagai berikut:

Y = 8365.112 – 4050.797X1 – 193.790X2 + 0,0004166X3

Dimana :

Y = Besarnya jumlah permintaan Kredit Griya Utama (Rp) a = intercept

b1 = koefisien regresi tingkat suku bunga b2 = koefisien regresi tingkat inflasi

b3 = koefisien regresi pendapatan perkapita X1 = Tingkat Suku Bunga (%)

X2 = Tingkat Inflasi (%)

X3 = Jumlah Pendapatan Perkapita (Rp) 4.2.2. Interpretasi Model Estimasi

Dari hasil model estimasi diatas, maka akan dilakukan interpretasi terhadap hasil model estimasi sebagai berikut:

Hasil model estimasi menunjukkan bahwa variabel X1 (tingkat suku bunga) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap besarnya permintaan Kredit Griya Utama hal ini terlihat melalui koefisiennya sebesar -4050.797, artinya apabila jumlah suku bunga meningkat sebesar 1% (ceteris paribus) maka akan menurunkan besarnya jumlah permintaan Kredit Griya Utama sebesar Rp 4.050,797,-


(68)

Hasil model estimasi menunjukkan bahwa variabel X2 (inflasi) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap besarnya permintaan Kredit Griya Utama hal ini terlihat dari koefisiennya sebesar -193.790, artinya apabila tingkat inflasi meningkat sebesar 1% (ceteris paribus), maka akan menurunkan jumlah permintaan Kredit Griya Utama sebesar Rp 193,790.

Hasil model estimasi menunjukkan bahwa variabel X3 (Pendapatan Perkapita) mempunyai pengaruh yang positif terhadap besarnya permintaan Kredit Griya Utama. Hal ini terlihat dari koefisiennya sebesar 4,166 artinya apabila tingkat inflasi meningkat sebesar Rp 1.000,- (ceteris paribus), maka akan menurunkan jumlah permintaan Kredit Griya Utama sebesar Rp 4.166,-

Tabel 4.2 Model Summary

Model

Change Statistic

Durbin-Watson R Square F Change df1 df2 Sig. F Change

1 0.709 8.936 3 11 .003 1.773

Analisis dari model summary diatas adalah sebagai berikut

 Dari hasil pengolahan data terlihat pada tabel Model Summary R Square sebesar 0,709. Koefisien determinasi (r2) merupakan salah satu ukuran kecocokan model regresi yang dapat menunjukkan seberapa besar variabel jumlah Permintaan KGU, Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan Perkapita. Semakin mendekati 1 maka semakin cocoklah model regresi yang ditunjukkan. Pada model regresi ini koefisien determinasi R Square yakni sebesar 70.9%, artinya model regresi ini dapat menjelaskan hubungan jumlah Permintaan KGU, Suku Bunga, Inflasi dan Pendapatan sebesar


(1)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis akan menarik suatu kesimpulan, yakni:

1. Hasil model estimasi yang diperoleh adalah Y = 8365.112 – 4050.797X1 – 193.790X2 + 0,0004166X3. Dimana model estimasi ini menjelaskan bahwa variabel X1 (Suku Bunga) dan variabel X2 (Inflasi) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan Kredit Griya Utama. Sedangkan variabel X3 (pendapatan) mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan Kredit Griya Utama.

2. Hipotesa penulis untuk tingkat suku bunga yakni tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan adalah dapat diterima. Sedangkan dari hasil uji t yang dilakukan diketahui bahwa tingkat suku bunga tidak signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan kredit griya utama dan hasil pengolahan data menunjukkan hasil yang negatif (-0.164). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penulis yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan kredit griya utama adalah dapat diterima.

3. Hipotesa penulis untuk pendapatan perkapita yakni pendapatan perkapita mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan adalah dapat diterima. Sedangkan dari hasil uji t yang dilakukan diketahui bahwa pendapatan perkapita signifikan atau berpengaruh


(2)

64

secara nyata terhadap permintaan kredit griya utama dan hasil pengolahan data menunjukkan hasil yang positif yakni (4,663). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penulis yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan kredit griya utama adalah dapat diterima.

4. Hipotesa penulis untuk inflasi yakni inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan Kredit Griya Utama di Bank BTN Cabang Medan adalah dapat diterima. Sedangkan dari hasil uji t yang dilakukan diketahui bahwa inflasi tidak signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan kredit griya utama dan pengolahan data menunjukkan hasil negatif (-0,036). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penulis yang menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap permintaan kredit griya utama adalah dapat diterima.

5. Dari table output diketahui bahwa F hitung adalah 8,936 sedangkan F table yang diperoleh adalah 3,59. Dengan demikian F hitung > F table (8,936 > 3,59) maka Ha diterima. Artinya secara bersama-sama variabel suku bunga, inflasi dan pendapatan berpengaruh secara nyata terhadap besarnya jumlah permintaan kredit griya utama pada tingkat kepercayaan 95%.

6. Pada model regresi ini terdapat tanda-tanda multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai R2 yang tinggi yakni 0.709 menunjukkan gejala multikolinearitas. 7. Dari hasil analisa pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa serial korelasi


(3)

pendapatan perkapita terhadap permintaan kredit griya utama pada Bank BTN Cabang Medan.

5.2. Saran

1. Bank BTN merupakan salah satu Bank BUMN milik pemerintah yang cukup besar di Indonesia perlu memperluas jaringan usaha serta pemasaran produk dan jasa perbankannya agar dapat bersaing dengan Bank-Bank lainnya. Misalnya dengan membuka cabang-cabang baru dilokasi yang pasarnya baik untuk menjual layanan dan produk perbankan. Mengembangkan produk layanan elektronik banking, mobile banking, internet banking dsb sehingga memudahkan transaksi bagi nasabah khususnya dan bagi masyarakat umumnya.

2. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa suku bunga kredit yang diberikan Bank BTN tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan Kredit Griya Utama, hal ini berarti masyarakat tidak terlalu terpengaruh oleh suku bunga ketika mereka hendak memohon kredit, sehingga Bank BTN lebih mudah untuk menjual kreditnya kepada masyarakat. Untuk meningkatkan penjualan produk kredit ini Bank BTN tentunya dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal lagi kepada masyarakat misalnya dengan kemudahan akses untuk memenuhi persyaratan permohonan kredit, tidak membebankan biaya administrasi yang besar kepada calon debitur dan hal-hal lain yang dapat menarik minat masyarakat untuk mengambil kredit di Bank BTN. Selain itu Bank BTN juga harus melihat kepada perusahaan pesaing agar dapat membuat produk yang lebih unggul


(4)

66

sehingga penjualan kredit pun dapat meningkat yang secara agregatif dapat meningkatkan laba Bank BTN.


(5)

Jakarta; Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, 2000, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Boediono, 1983, Teori Moneter, Yogyakarta; BPFE.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Bogor; Galia Indonesia. Fabozzi, Fran J dkk,1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Jakarta; Salemba Empat. Gujarati, Damodar, & Sumarno Zein, 1998, Ekonometrika Dasar, Jakarta; Penerbit

Erlangga.

Irmayanto. Juli, dkk, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta; Penerbit Universitas Trisakti.

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Jakarta; Rajawali Pers.

Komaruddin, 1981, Analisa Moneter dan Manajemen Keuangan, Bandung; Penerbit Alumni.

Manurung, Mandala & Prathama Rahardja, 2004, Uang, Perbankan dan Ekonomi

Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Jakarta; Penerbitan Fakultas

Ekonomi UI.

Mankiw, N.Gregory, 2003, Teori Makro Ekonomi, Jakarta; Erlangga.

Nachrowi, dan Hardius Usman, 2002, Penggunaan Teknik Ekonometri, Jakarta; Rajawali Pers.


(6)

Samuelson, Paul.A. & Nordhaus, William.D., 1994, Ekonomi, Ed.XII, Jilid 2, Jakarta; Penerbit Erlangga.

Santoso, Ruddy Tri, 1996, Mengenal Dunia Perbankan, Yogyakarta; Andi Offset, 1996

Santoso, Singgih, 2003, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi

11.5, Jakarta; PT Elex Media Komputindo.

Salvatore, Duminick, & Diulio, Eugene A, 2004, Prinsip-Prinsip Ekonomi, Jakarta; Penerbit Erlangga.

Siahaan, Dergibson, & Sugiarto, 2006, Metode Statistika, Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukirno, Sadono, 1998, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-2, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono, 1981, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta; Bina Grafika. Tjiptoadinugroho, R., 1990, Perbankan Masalah Perkrediitan Penghayatan, Analisis

dan Penuntun, Jakarta; Pradnya Paramita.

Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992.

Walluya. Harry, 1993, Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan, Jakarta; Penerbit Rineka Cipta.