BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat, sebagai salah satu bentuk peribadatan yang lebih mengedepankan nilai-nilai sosial di samping pesan-pesan ritual, tampak
memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Bisa diduga hampir sepanjang usia umat manusia itu sendiri generasi Adam as. Atau paling sedikit mulai
generasi beberapa nabi Allah sebelum Adam as. Atau selambat-lambatnya sejak sejumlah nabi Allah sebelum Muhammad saw. Menurut hemat penulis,
Allah swt, hanya menurunkan satu agama sepanjang perjalanan umat manusia, sejak generasi Adam as. hingga generasi Muhammad saw. Dengan
kalimat lain, agama Allah sejak Adam as. Hingga Muhammad saw, adalah Al-Islam, yang dari nabi yang satu hingga kepada nabi berikutnya dalam
beberapa hal tertentu mengalami proses penyempurnaan sesuai dengan kondisi sosial yang ada. Tahap penyempurnaan Al-Islam ini mencapai
puncaknya pada zaman Nabi Muhamad saw. Dalam perspektif Islam sendiri dikatakan salah satu wujud peningkatan
era, serta umat Islam dalam pembangunan nasional yang sejalan dengan rukun Islam adalah dalam bentuk pemberian zakat. Zakat merupakan
kewajiban setiap muslim yang mampu untuk menbayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya, sehingga zakat merupakan sumber
upaya pemberian modal.
1
Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan dikalangan umat Islam untuk mempesempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang
miskin dan mengindari penumpukan harta kekayaan. Oleh karena itu menurut ajaran Islam zakat sebaiknya di pungut oleh negara atau pemerintah yang
bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya yang ada pada orang kaya.
1
Zakat pada masa-masa awal Islam terdapat perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan Islam tentang waktu pensyariatan zakat. Ada yang
menyatakan pada tahun kedua hijrah yang berarti satu tahun sebelum pensyariatan puasa tetapi ada juga yang berpendirian bahwa zakat
disyariatkan pada tahun ketiga hijriah yakni satu tahun setelah pensyariatan shiyam yang diwajibkan satu tahun sebelumnya kedua hijriah. Lepas dari
perbedaan pendapat itu, yang jelas Nabi Muhamad saw. Menerima perintah zakat setelah beliau hijrah ke Madinah.
2
Pensyariatan zakat tampak seiring dengan upaya pembinaan tatanan sosial yang baru dibangun oleh Muhamad saw. Setelah Nabi berada di
Madinah. Sedangkan selama Muhammad saw. Tinggal di Mekah, bangunan ke Islaman hanya terfokus pada bidang akidah, qashash dan akhlaq. Baru
pada periode Madinah, Nabi akhir zaman ini melakukan pembangunan dalam semua bidang. Tidak saja dalam bidang akidah dan akhlak, akan tetapi juga
telah memperlihatkan bangunan muamalat dengan konteksnya yang sangat
1
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf jakarta : UI press, 1989,
cet- 1, h. 33
2
Kuantarno Noor Alfah dan Nasir Tajang, Zakat dan Peran Negara Jakarta : FOZ Forum
Zakat
luas dan menyeluruh. Termasuk bangunan ekonomi sebagai salah satu tulang punggung bagi pembangunan umat Islam bahkan umat manusia secara
keseluruhan. Dalam kurun waktu yang begitu lama, umat Islam memiliki persepsi
bahwa ajaran zakat tidak lebih dari sekedar ibadah ritual yang terpisah dari konteks sosial. Pandangan dogmatis ritualistik ini menjadikan zakat sosial
dan teralienasi dari fungsi dasar yang diembannya. Karena di butuhkan strategi yang mungkin perlu terus-menerus di perbaharui dalam
mengaktualisasikan potensi zakat di tengah-tengah masyarakat agar setiap masyarakat bisa merasakan secara langsung implikasinya dalam kehidupan
sosial ekonomi mereka baik sekarang dan masa yang akan datang. Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya sistem
kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip : ummatan wahidan, musawamah permaan drajat, ukhuwah Islamiyah persaudaraan Islam, dan
takaful ijtima tanggung jawab bersama. Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta dan keseimbangan
tanggung jawab individu dalam masyarakat.
3
Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan, economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya
daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi.
3
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, jakarta, 2005 : cv. Pustaka Amri cet. h. 7.
Namun potensi ekonomi yang terdapat dalam zakat belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai kalangan memandang zakat sebagai sebuah
kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun, tanpa melihat aspek pemberdayaan dana zakat, padahal zakat bisa menjadi salah satu solusi
alternative berbagai problematika, jika potensi yang ada padanya dikelola secara professional untuk mengatasi problematika yang ada.
Zakat yang didalamnya terdapat amanat umat yang harus diatur dan di salurkan kepada yang berhak sesuai dengan aturan agama, jelas memerlukan
pengaturan dan pengelolaan yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, jadi dengan melalui pengelolaan zakat yang
dilakukan secara professional dan handal diharapkan tujuan dari kehadiranya zakat itu sendiri dapat dirasakan kita semua.
Diantara hikmah disyariatkanya mengeluarkan zakat ialah bahwa pendistribusiannya dan pendayagunaan yang baik mampu memperbaiki
kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat menyatukan anggota-anggota masyarakat seolah-olah menjadi sebuah satu
tubuh. Selain dari itu, zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng
keamanan dalam system ekonomi Islam dan sebagai jaminan kearah stabilitas dan keseimbangan sejarah sosial sebuah masyarakat.
4
Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi masyarakat dari kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan
4
Syaikh Muhamad Abdul Malik Ar-Rahman. Zakat 1001 Masalah dan Solusinya Jakarta,
2003 : Pustaka Cerdas Cet I, h 167
masyarakat dari ketidak mampuan menjadi keahlian. Sekaligus pendidikan adalah saran mengubah kemalasan dan kemudahan menjadi kesadaran dan
tindakan oleh karena itu pendidikan menjadi fondasi sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena strategisnya kedudukan
pendidikan dalam perubahan masyarakat, maka pendidikan harus mendapatkan prioritas yang tinggi dalam pembangunan.
Keberhasilan anak didik meraih prestasi yang maksimal bukan hanya di pengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi semua institusi dan kondisi
lingkungan sekitarnya, seperti lingkungan keluarga termasuk status sosial ekonomi orang tua anak didik, apalagi yang berpenghasilan lemah dan tingkat
ekonomi kurang baik, hal ini akan menjadi hambatan bagi anak didik dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.
Dengan adanya lembaga amil zakat Portalinfaq diharapkan dana zakat dapat dikelola secara profesional dan yang terpenting adalah
pendayagunaanya tepat pada sasaran. Dengan demikian zakat dapt menjadi dana tepat yang cukup profesional untuk kesejahteraan umat serta berguna
untuk agama dan pendidikan Oleh karena itu, penulis memandang perlu adanya kajian serius tentang pendayagunaan dana zakat untuk pendidikan,
agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyaluran dana zakat untuk mustahik khususnya kaum lemah, berkenaan dengan uraian diatas maka
penulis tertarik nengkaji lebih jauh lagi tentang permasalahan tersebut yang tertuang dalam skripsi yang berjudul Pendayagunaan Zakat LAZ Portalinfaq
Untuk Peduli Pendidikan Anak Pemulung di Bantar Gebang Bekasi .
Adapun yang menjadi alasan penulis mengkaji masalah tersebut adalah pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia, keberhasilan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh faktor biaya, maka bagi yang tidak
mempunyai biaya karena keadaan ekonomi lemah ini akan menjadi hambatan tersendiri untuk melanjutkan pendidikan. Oleh karena itu, untuk mengatasi
hal tersebut dapat di upayakan antara lain pendistibusian dana zakat untuk pendidikan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah