BAB I PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Masalah
Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat
dimana seseorang
menilai keseluruhan
kehidupannya secara
positif Veenhoven, 2004. Ditambahkan lagi oleh Veenhoven bahwa elemen dasar dari
definisi ini adalah penilaian subjektif atas kesenangan akan hidup, juga mengacu pada kepuasan akan hidup. Sedangkan Jalaluddin 2004 menyatakan bahwa
kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya. Dalam hal ini, perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan
penilaian merupakan unsur kognitif. Menurut Biswas, Diener Dean 2007 kebahagiaan adalah sesuatu yang
lebih dari sebuah pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih
tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan Myers 2007 menyatakan bahwa kebahagiaan adalah pengalaman
hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan bahagia dan pikiran yang mengarah pada kepuasan kehidupan.
Bagi kebanyakan individu, kebahagiaan bisa terwujud ketika ia bisa merasakan keamanan, merasa lebih percaya diri, membuat sebuah keputusan
dengan cara yang mudah, memiliki pekerjaan yang menyenangkan, memiliki
Universitas Sumatera Utara
toleransi yang tinggi, hidup lebih sehat dan menikmati kehidupan yang memuaskan Briffol, 2007 ; Lyubomirsky, 2005 ; Pressman Cohen, 2005.
Menurut Myers 2004 ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang bahagia dalam hidupnya yaitu : a menghargai diri sendiri berarti
orang tersebut cenderung menyukai dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, b optimis berarti orang tersebut percaya bahwa peristiwa baik
memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga orang tersebut berusaha lebih keras pada setiap kesempatan agar dapat mengalami
peristiwa baik, c terbuka berarti orang tersebut mudah bersosialisasi dengan orang lain serta membantu oranglain yang membutuhkan dan d mampu
mengendalikan diri berarti orang tersebut memiliki kontrol diri pada hidupnya serta memiliki kekuatan atau kelebihan.
Penelitian Robert Frank dalam Myers, 2004 mengungkapkan bahwa orang berusaha untuk memperoleh lebih banyak uang yang akan digunakannya
untuk membeli barang – barang mewah bisa membuatnya menjadi lebih bahagia. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Gallup 2006 pada mahasiswa
Amerika yang menyatakan bahwa 73 dari partisipan setuju, ketika ditanyakan mengenai “setujukah anda bahwa seseorang akan merasa lebih bahagia jika ia
memiliki banyak uang?”. Dengan demikian, pada masa sekarang ini uang merupakan salah satu aspek yang dapat membuat individu merasa lebih bahagia
dimana ketika pendapatan seorang individu semakin tinggi maka semakin tinggi pula kebahagiaan yang dirasakan oleh individu tersebut Diener Oishi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian yang menggunakan 42.000 partisipan orang Amerika yang sudah menikah dalam Myers, 2007 menyatakan bahwa mempunyai
pasangan hidup terbukti membuat mereka lebih bahagia daripada orang yang tidak pernah memiliki pasangan hidup dikarenakan adanya social support yang
diberikan oleh pasangan hidup tersebut baik pria maupun wanita. Myers 2004 juga menyatakan hasil penelitiannya yang mengindikasikan bahwa dukungan dari
kerabat dekat sangat dibutuhkan agar bisa menjadi lebih bahagia dimana pertemanan yang intim ataupun pernikahan bisa membuat individu merasakan
kebahagiaan. Begitu juga menurut hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ed Diener dan Martin Seligman dalam Myers, 2004 yang menyatakan bahwa
individu yang sangat bahagia adalah bukan semata hanya karena uang melainkan juga kepuasaan dalam mempunyai hubungan kekerabatan. Sehingga menurut
Myers, 2002 memiliki pasangan hidup atau kerabat lainnya dapat meningkatkan kebahagiaan individu tersebut seperti individu tersebut lebih menikmati dukungan
dari pasangan ataupun kerabat, memiliki hubungan yang erat, mendapatkan rasa cinta, pertemanan dan kasih sayang dari pasangan ataupun kerabat serta dapat
mengurangi rasa kesepian. Menurut Kant 2009 selain uang ataupun kekayaan serta adanya
pasangan hidup dan kerabat dekat, salah satu faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kebahagiaan adalah adanya kebebasan dalam diri manusia
termasuk kebebasan untuk memilih. Ditambahkan pula bahwa kebebasan ini termasuk kebebasan untuk memilih tindakan yang kita lakukan berdasarkan
prinsip yang kita yakini sendiri Kant, 2009. Sementara itu, Adrian White 2009
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan UNESCO, CIA dan WHO menyatakan bahwa kebebasan pribadi, demokrasi dan kesetaraan sosial merupakan salah satu faktor yang paling
mempengaruhi kebahagiaan sehingga ketika seorang individu memiliki kebebasan dan dapat mempertahankan keinginannya maka ia sudah mendapatkan
kebahagiaan dalam kehidupannya Kant, 2009. Dengan demikian maka uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan,
mempunyai kerabat dekat, dan memiliki kebebasan amat berpengaruh pada pencapaian kebahagiaan pada kebanyakan individu. Namun ada sekelompok
individu yang justru hidup dengan menolak aspek-aspek kebahagiaan berupa kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam
hidupnya. Mereka adalah biarawati. Suster Efriani, seorang biarawati, adalah salah seorang dari sekian banyak
biarawati yang tinggal dan hidup di biara. Ia menghabiskan kesehariannya di biara dan gereja untuk melayani orang lain serta membantu sesamanya. Pada masa
sekarang ini, suster Efriani sudah pada tingkatan kaul kekal. Kaul kekal adalah tingkatan terakhir dari proses untuk menjadi seorang biarawati dimana pada
tingkatan ini ia berjanji untuk mengikat dirinya seumur hidup pada gereja Aleksander, 2007. Setiap hari ia berdoa dan melaksanakan tugas perutusannya di
salah satu gereja Katolik yang ada di Medan. Tugas perutusan yang ia kerjakan yaitu memberikan pendidikan, melayani kebutuhan umat, menolong dalam bidang
kesehatan dan juga spiritual Aleksander 2007. Aleksander 2007 menyatakan bahwa seorang biarawati adalah seorang
perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Di dalam biara, kehidupan para biarawati diikat oleh peraturan yang ketat
yaitu “tri suci”, janji suci dari setiap biarawati yang akan dipatuhi seumur hidupnya Aleksander, 2007. Ditambahkan pula oleh Aleksander 2007 bahwa
janji suci ini biasanya juga disebut dengan ‘kaul’. Janji atau kaul tersebut terdiri dari janji untuk hidup dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan Aleksander,
2007. Dengan janji untuk hidup dalam kemiskinan, biarawati akan menyalurkan
apa yang ia dapatkan kepada umat baik berupa pemberian materi seperti barang, barang berharga dan uang ataupun spiritual seperti nasehat dan doa. Hal tersebut
merupakan perwujudan kaul kemiskinan yang diikrarkan ketika melaksanakan tugas perutusannya Aleksander, 2007.
Pada kaul ketaatan, biarawati mengikrarkan ketaatan dengan mematuhi para pemimpin mereka menurut kaidah pedoman dan konstitusi mereka
Hardawiryana, 1992. Oleh karena itu dikatakan bahwa seorang biarawati tidak bisa mencari dan melaksanan kehendaknya sendiri tetapi kehendak Tuhan, mereka
juga tidak bisa menentukan akan berkarya dimana dan dengan siapa dikarenakan hal seperti itu ditentukan oleh pemimpin mereka. Dengan kaul ketaatan mereka
harus mengikuti instruksi atau perintah pemimpin mereka Jacobus, 2007. Dalam hal kaul kemurnian, biarawati tidak diperkenankan untuk
memiliki pasangan hidup. Sesuai dengan kaul kemurnian yang diucapkannya, Suster Efriani tidak memiliki pasangan hidup. Ia tidak memiliki pasangan hidup
karena telah mengikrarkan kaul yang terakhir yaitu kaul kemurnian.
Universitas Sumatera Utara
Kaul kemurnian ini harus dihargai sebagai karunia rahmat yang sangat luhur demi “kerajaan sorga” Hardawiryana, 1992. Ditambahkan pula oleh Hardawiryana
1992 bahwa kaul kemurnian ini secara istimewa membebaskan hati manusia supaya lebih berkobar cinta kasihnya terhadap Tuhan dan juga pada semua orang.
Menurut Suster Efriani, menjadi seorang biarawati adalah sebuah panggilan yang mulia pada dirinya sehingga ia bisa lebih mendekatkan dirinya
dengan masyarakat dan juga dapat membantu orang lain yang membutuhkan
bantuannya. Hidup di dalam biara membuat ia lebih khusyu’ dalam menjalankan
ibadah serta dapat menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih erat dengan para biarawati lainnya dan juga masyarakat di sekitarnya. Berikut adalah kutipan
wawancara dengan Suster Efriani beberapa waktu yang lalu dimana ia mengungkapkan keadaan seperti di atas:
“…menjadi seorang suster atau biarawati adalah keinginan saya dari dulu, dimulai ketika saya melihat saudara perempuan saya
yang memang seorang biarawati pulang ke rumah pada saat libur. Saya lihat dia cantik sekali terpancar dari aura mukanya
dan saya berpikir ia bisa seperti itu disebabkan karena ia sudah menjadi biarawati. Hal inilah yang menambah kuat keinginan
saya untuk menjadi seorang biarawati selain pada awalnya saya sudah merasa terpanggil untuk menjadi seorang biarawati. Saya
merasa menjadi seorang suster akan lebih mendekatkan saya dengan Tuhan saya dan saya merasa beruntung sekali menjadi
suster karena disini saya merasa terhibur dan mendapat kenyamanan. Saya bisa membantu masyarakat tiap hari. Selain
itu, saya juga menjadi lebih khusyu ketika berdoa disini setiap hari seperti merasa damai di dalam dada saya. Selain itu, di
biara ini kami bisa membantu sesama yang membutuhkan bantuan
kami, melayani
mereka serta
menjalin tali
kekeluargaan…” Komunikasi Personal, 15 Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan di atas maka peneliti memandang bahwa kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan oleh manusia pada umumnya dan
kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan biarawati sangatlah berbeda berdasarkan aspek–aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan,
mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, serta memiliki kebebasan. Hal ini dikarenakan biarawati menolak seluruh aspek yang dapat mewujudkan
kebahagiaan dalam kehidupan tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran kebahagiaan yang
dirasakan oleh biarawati tersebut karena terlihat sangat berbeda dengan manusia awam.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati.
Dengan demikian, variabel penelitian ini adalah kebahagiaan.
I.B. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah apa yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan
masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu, bagaimanakah gambaran kebahagiaan pada biarawati ?
Universitas Sumatera Utara
I.C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran
kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati.
I.D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah dalam pembelajaran mengenai gambaran
kebahagiaan pada biarawati dan memberi sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya Psikologi Klinis.
b. Menjadi acuan bagi penelitian lanjutan bagi pihak yang tertarik dengan
topik atau permasalahan yang berhubungan dengan kebahagiaan pada biarawati.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan wacana dan informasi tentang fenomena biarawati agar
dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua dan masyarakat tentang bagaimana sebenarnya kebahagiaan yang dirasakan biarawati.
Universitas Sumatera Utara
I.E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi atas lima bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini dirancang dengan susunan
sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang pemilihan masalah yang hendak
diteliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah membahas mengenai kebahagiaan
pada biarawati. Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah dimulai
dengan teori mengenai kebahagiaan, yang berupa pengertian kebahagiaan, Aspek kebahagiaan, Unsur kebahagiaan, karakteristik
orang yang bahagia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Kemudian diikuti dengan penjelasan teori biarawati
yang berupa pengertian biarawati, proses menjadi biarawati dan hubungan antara kedua variabel serta hipotesa penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, defenisi operasional
variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data
yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Variabel dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini adalah kebahagiaan. Alat ukur yang yang digunakan adalah skala kebahagiaan yang terdiri dari 2 skala yaitu skala
komponen kognitif dan skala komponen afektif. Kemudian akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kedua alat ukur
sebelum dikenakan pada subjek dalam penelitian. Kedua skala ini diuji dengan menggunakan uji validitas Pearson Product Moment dan
uji reliabilitas dengan menggunakan metode koefisien Alpha Cronbach. Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive
sampling. Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang interpretasi hasil dan analisis data-data sebagai hasil penelitian sesuai dengan tinjauan teoritis yang
digunakan. Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Bab ini terdiri dari kesimpulan dari pembahasan terhadap hasil penelitian dan syarat-syarat untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI