LANDASAN TEORI Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati

BAB II LANDASAN TEORI

II.A. KEBAHAGIAAN II.A.1. Definisi Kebahagiaan Aristoteles dalam Adler, 2003 menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles dalam Rusydi, 2007 adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money and goodness. Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian Rusydi, 2007. Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener Dean 2007 merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Universitas Sumatera Utara II.A.2. Aspek-Aspek Kebahagiaan Andrew dan McKennel dalam Carr, 2004 membagi aspek kebahagiaan menjadi dua hal, yaitu: a. Aspek afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lain. b. Aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan. Aspek di atas didukung oleh Suh dkk, 1997 dalam carr, 2004 yang menyatakan bahwa kegembiraan merupakan aspek afektif dan kepuasan merupakan aspek kognitif. Kemudian Suh menambahkan bahwa aspek afektif tersebut terbagi menjadi dua komponen yang saling bebas yaitu afek positif dan afek negatif. Selanjutnya evaluasi kognitif yang saling tergantung pada kepuasan dalam variasi domain seperti keluarga atau aturan kerja dan pengalaman- pengalaman kepuasan lainnya. Universitas Sumatera Utara Penjelasan diatas didukung oleh Diener dkk dalam Carr, 2004 yang mengelompokkan komponen dari kebahagiaan sebagai berikut: Tabel 1. Komponen Aspek Kebahagiaan Oleh Diener dalam Carr, 2004 Cognitive Component Affective Component Domain wilayah Satisfaction Positive affect Negative Affect Diri Sendiri Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya Happiness kebahagiaan Depresi Keluarga Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan Kegembiraan Kesedihan Teman Sebaya Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya. Perasaan suka cita Iri, cemburu Kesehatan Kepuasan dengan masa lalu Kebanggaan Marah Keuangan Kepuasan dengan masa yang akan dating Kasih sayang Stress Pekerjaan Keinginan untuk merubah hidup Beriang hati Perasaan bersalah dan malu Waktu Luang Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan Kepuasan Kecemasan Sumber: Diadaptasi dari Diener dkk dalam Carr, 2004 Universitas Sumatera Utara Argyle dan crosland 1987 berpendapat bahwa kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu: frekuensi dari afek positif atau kegembiraan; level dari kepuasan pada suatu periode; dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan. Aspek-aspek yang telah disebutkan oleh beberapa tokoh di atas sejalan dengan dua komponen kebahagiaan menurut Jalaluddin 2004 dimana komponen kebahagiaan pertama adalah perasaan yang menyenangkan. Bahagia adalah emosi positif, dan sedih adalah emosi negatif. Sedangkan komponen kebahagiaan yang kedua adalah penilaian seseorang tentang hidupnya. Perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian unsur kognitif. II.A.3. Unsur – Unsur Kebahagiaan Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan yaitu afeksi dan kepuasan hidup Rusydi, 2007. a. Afeksi Perasaan feeling dan emosi emotion merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Menurut salah seorang pakar psikologi Tellegen menyebutkan bahwa setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai kepada perasaan yang tidak membahagiakan. b. Kepuasan Hidup Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara segala peristiwa yang dialami Universitas Sumatera Utara dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin terpenuhinya kebutuhan dan harapan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan seseorang. II.A.4. Karakteristik Orang yang Bahagia Setiap orang bisa sampai kepada kebahagiaan akan tetapi tidak semua orang bisa memiliki kebahagiaan. Menurut David G. Myers, seorang psikolog yang mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia modern, ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu : a. Menghargai diri sendiri Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyetujui pernyataan seperti diatas. b. Optimis Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu dimensi permanen menentukan berapa lama seseorang menyerah dan dimensi pervasif menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi. Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi Universitas Sumatera Utara Seligman, 2005. Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu. c. Terbuka Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain serta membantu oranglain yang membutuhkan bantuannya. Penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang tergolong sebagai orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar. d. Mampu mengendalikan diri Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan. Sehingga kunci utama untuk dapat mewujudkan kebahagiaan adalah merasa bahagia yang ditandai dengan keempat karakteristik diatas. II.A.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, yaitu: a. Budaya Triandis dalam Carr, 2004 mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang. Carr 2004 mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota birokrasi pemerintahan. Universitas Sumatera Utara b. Kehidupan Sosial Menurut Seligman 2005, orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi. c. Agama atau Religiusitas Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius Seligman, 2005. Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia Seligman, 2005. Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut Carr, 2004. Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan Seligman, 2005. d. Pernikahan Seligman 2005 mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr 2004, ada dua penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan Carr, 2004. Kebahagiaan Universitas Sumatera Utara orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita Seligman, 2005. e. Usia Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah Seligman, 2005. Seligman 2005 menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman. f. Uang Seligman 2005 menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan Seligman, 2005. g. Kesehatan Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan Seligman, 2005. Menurut Seligman 2005 yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita. Seligman 2005 juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. h. Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan kebahagiaan Seligman, 2005. Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim daripada pria Seligman, 2005. Wanita mengalami lebih banyak emosi Universitas Sumatera Utara positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria Seligman, 2005. Seligman 2005 juga menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria. II.B. BIARAWATI II.B.1. Pengertian Biarawati Aleksander 2007 menuturkan bahwa seorang biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu tempat ibadah. Seorang biarawati diikat oleh ‘tri suci’ atau janji suci yang harus ia patuhi seumur hidupnya Aleksander, 2007. Ketiga janji atau kaul yang harus mereka patuhi adalah sebagai berikut : a. Kemiskinan Menurut Aleksander 2007 kemiskinan berarti membebaskan manusia dari keterikatan pada harta milik, materi dan menyatakan solider dengan orang yang hidup sederhana. Dengan tidak terikat pada penggunaan hal – hal duniawi, biarawati dapat bebas bekerja dan terbuka akan sabda Ilahi. Dalam kaul kemiskinan ini, biarawati tetap dapat menggunakan hal – hal duniawi namun penggunaan hal – hal duniawi tidak boleh merugikan perutusan seorang biarawati. Biarawati sadar bahwa kekayaan sejati adalah Tuhan, dengan demikian biarawati tidak meremehkan dan tidak menolak harta duniawi tetapi menggunakan harta tersebut sebagai sarana membina hubungan dengan Tuhan melalui pelayanan Universitas Sumatera Utara rohani yang diberikan kepadanya. Kekayaan duniawi tidak pernah boleh menggantikan posisi sebagai sarana pelayanan rohani ini Jacobus, 2007. Biarawati berpartisipasi dalam semangat kemiskinan untuk pelayanan, dimana barang duniawi tidak menjadi penghalang bagi biarawati untuk melakukannya. Semangat kemiskinan dari seorang biarawati sangat berguna untuk kesejahteraan gereja dan karya cinta kasih Jacobus, 2007. Sesuai dengan kaul kemiskinan, seorang biarawati tidak diperkenankan untuk memperkaya diri dan memperkaya kaum kerabat. Biarawati boleh menjadi perantara antara orang kaya dan orang miskin, dalam bentuk meneruskan bantuan dari orang kaya kepada orang miskin. Biarawati mengingatkan orang kaya bahwa dengan memberi justru manusia mengalami kebahagiaan dalam hidupnya, dan bahwa kekayaan sejati berada dalam jiwa manusia, bahwa manusia haruslah menjadi saluran rahmat Tuhan bagi sesamanya. Jacobus 2007 juga menambahkan bahwa tantangan utama terhadap semangat kemiskinan adalah materialism dimana harta milik dan kekayaan menjadi ukuran martabat manusia. Materialisme bisa membuat individu melupakan dimensi yang lain seperti hubungan personal, religiusitas, kehidupan rohani, sikap hormat dan semangat pelayanan. Bila tidak hati –hati materialisme pun dapat tertular pada diri seorang biarawati. Biarawati bisa terjebak dalam kegiatan duniawi untuk mendapatkan keuntungan dan tambahan penghasilan. b. Ketaatan Aleksander 2007 menyatakan bahwa ketaatan berarti kesediaan menjalankan kehendak Ilahi sebagaimana diatur dan diperintahkan oleh atasan. Universitas Sumatera Utara Hal ini selaras dengan pandangan Jacobus 2007 bahwa setiap biarawati menjanjikan ketaatan kepada uskupnya atau pemimpinnya. Panggilan seorang biarawati adalah untuk melaksanakan kehendak Tuhan, oleh karena itu, seorang biarawati tidak mencari dan melaksanakan kehendaknya sendiri. Seorang biarawati haruslah berusaha berpikir dan berkehendak sesuai dengan pikiran Tuhan, mencari kehendak tersebut melalui ajaran tradisi Gereja dan Kitab Suci. Jacobus 2007 mengatakan bahwa ketaatan seorang biarawati mencontohi ketaatan Yesus yang bukan taat hanya dalam kegembiraan hidup tetapi juga dalam penderitaan, yang tidak saja dalam hidup enak tetapi juga dalam memikul sedih. Oleh karena itu, seorang biarawati menerima keputusan uskup atau pemimpinnya dengan senang hati karena bagaimanapun, keputusan biarawati tidak dapat terlaksana kecuali dalam kesatuan dengan pemimpinnya. Paham ketaatan yang dijalani oleh biarawati ini memiliki nilai manusiawi dan kristiani. Menurut Jacobus 2007 ketaatan ini sebenarnya menampakkan keindahan kebebasan, karena merupakan bentuk ketaatan yang bukan seperti ketaatan seorang budak yang taat karena takut akan hukuman, tetapi ketaatan insan merdeka yang bertanggungjawab dan dijiwai sikap saling mempercayai. Dengan demikian, walaupun diikat oleh kaul ketaatan, seorang biarawati diharapkan tetap memiliki sikap mandiri, kreativitas, kesanggupan berprakarsa, kesadaran bertanggungjawab dan ketaatan demi kepentingan umum dan juga bagi sesama. Universitas Sumatera Utara c. Kemurnian Menurut Jacobus 2007, kemurnian atau hidup wadat selibat merupakan status tidak kawin karena alasan – alasan religius. Setiap biarawati harus bersedia hidup selibat. Pandangan ini selaras dengan Aleksander 2007 yang menyatakan bahwa kemurnian berarti secara khusus tidak menikah, mendorong mereka merindukan kebersamaan dalam komunitas “kerajaan surga”, tidak memfokuskan cinta pada seseorang tetapi cinta kepada orang sebagai saudara demi mencapai nilai – nilai keilahian. Ditambahkan pula oleh Jacobus 2007 bahwa dengan kaul kemurnian para biarawati akan lebih mudah mendekatkan diri dengan Tuhan dan bebas mengabdikan dirinya pada Tuhan. Selain itu, sebagai sebuah pola hidup, selibat berfungsi melayani imamat. Selibat juga dapat mengantar biarawati kepada kekudusan yang secara bertahap mempererat hubungannya dengan Tuhan Jacobus, 2007. Dalam kehidupan selibat seorang biarawati harus menjalin hubungan yang baik dengan rekan – rekan biarawati lainnya. Mereka harus saling mendukung dan saling menguatkan, menjalin rasa persaudaraan yang akrab, hangat, dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa kesepian Jacobus, 2007. Universitas Sumatera Utara II.B.2. Proses menjadi Biarawati Menurut Aleksander 2007 terdapat proses yang panjang dan khusyu’ untuk dapat menjadi seorang biarawati, yaitu : Gambar 1. Proses menjadi Biarawati a. Proses tersebut diawali ketika Gereja secara rutin mengingatkan orangtua terutama kaum remaja untuk tanggap pada panggilan hidupnya. Maka diadakan aksi panggilan dan minggu misi panggilan. b. Seseorang yang akan menjadi seorang biarawati, biasanya telah menamatkan pendidikan SMA sederajat, walaupun ini bukanlah syarat yang mutlak. Selain Aksi panggilan dan minggu misi panggilan Masa Perkenalan Masa Postulat Masa Novisiat Masa Kaul Sementara Masa Kaul Kekal atau Biarawati Universitas Sumatera Utara itu, mereka juga harus bersedia mengabdi pada Tuhan, sehat jasmani dan rohani, serta beragama Katolik. c. Setelah persyaratan dipenuhi maka, calon biarawati masuk pada masa perkenalan selama 2 tahun. d. Langkah berikutnya adalah memasuki masa Postulat. Masa ini adalah masa persiapan untuk menjadi calon biarawati. e. Apabila keyakinan diri sudah mantap maka calon biarawati ini memasuki tahap selanjutnya yaitu Novisiat. Masa ini adalah masa perkenalan tingkat yang lebih mendalam selama 2 tahun dan ini adalah masa orientasi biarawati. f. Setelah menjalani masa Novisiat, calon biarawati akan mengucapkan kaul sementara. Pada masa ini para calon biarawati akan memperbaiki janjinya setiap tahun selama 6 sampai 9 tahun sehingga ia menjadi biarawati dan melakukan praktek biarawati. g. Setelah yakin betul pada pilihannya, biarawati akan mengikrarkan kaul kekal. Kaul ini akan mengikat diri biarawati seumur hidupnya pada gereja. II.C. GAMBARAN KEBAHAGIAAN PADA BIARAWATI Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif Veenhoven, 2004. Ditambahkan lagi oleh Veenhoven bahwa elemen dasar dari definisi ini adalah penilaian subjektif atas kesenangan akan hidup, juga mengacu pada kepuasan akan hidup. Sedangkan Jalaluddin 2004 menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya. Dalam hal ini, perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian merupakan unsur kognitif. Menurut Biswas, Diener Dean 2007 kebahagiaan adalah sesuatu yang lebih dari sebuah pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan Myers 2007 menyatakan bahwa kebahagiaan adalah pengalaman hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan bahagia dan pikiran yang mengarah pada kepuasan kehidupan. Ada beberapa aspek yang dapat mewujudkan kebahagiaan pada manusia umumnya yakni berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, memiliki kebebasan dan tingkat religiusitas seseorang yang amat berpengaruh pada pencapaian kebahagiaan pada kebanyakan individu. Hal ini dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat sekitar kita, namun ada sekelompok individu yang justru hidup dengan menolak beberpa aspek kebahagiaan berupa kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam hidupnya tetapi individu tersebut menyerahkan hidupnya hanya untuk aspek religiusitas seumur hidupnya. Mereka adalah biarawati. Aleksander 2007 menyatakan bahwa seorang biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Di dalam biara, kehidupan para biarawati diikat oleh peraturan yang ketat Universitas Sumatera Utara yaitu “tri suci”, janji suci dari setiap biarawati yang akan dipatuhi seumur hidupnya Aleksander, 2007. Ditambahkan pula oleh Aleksander 2007 bahwa janji suci ini biasanya juga disebut dengan ‘kaul’. Janji atau kaul tersebut terdiri dari janji untuk hidup dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan Aleksander, 2007. Carr 2004 menyatakan bahwa salah satu hal yang berhubungan dengan kebahagiaan adalah agama dan spiritualitas. Dalam suatu Studi di Amerika Utara ditemukan bahwa terdapat hubungan yang moderat antara bahagia dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan Myers, dalam Carr, 2004. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah ketika seseorang memiliki uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat serta memiliki kebebasan. Selain itu, ada beberapa aspek yang dapat menilai apakah seseorang merasakan kebahagiaan berdasarkan dari komponen kognitif dan juga komponen afektif. Berdasarkan dari aspek kebahagiaan inilah akan dilihat bagaimana gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati berdasarkan dari domain atau wilayah komponen kognitif dan juga berdasarkan komponen afektif yaitu positive affect dan juga negative affect. II.D. Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini ingin melihat gambaran kebahagiaan pada biarawati. Universitas Sumatera Utara II.E. Kerangka Berfikir Gambar 2. Kerangka Berfikir Kebahagiaan Komponen Kognitif Biarawati Aspek - aspek kebahagiaan Komponen Kognitif Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati?? Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN