Penentuan Mutu Bibit Sungkai (Peronema canescens) di Pembibitan Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kabupaten Langkat

(1)

PENENTUAN MUTU BIBIT SUNGKAI (Peronema canescens) DI PEMBIBITAN MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL

GUNUNG LEUSER DESA HALABAN KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

RACHMAD HIDAYAT 021202020/BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ABSTRACT

The aim of the research was to know quality value of sungkai seedling (Peronema canescens) at local nursery around Gunung Leuser National Park (TNGL). The research started in May until June 2008 in local nursery around Gunung Leuser National Park of Countryside of Halaban of Subdistrict of Besitang of Regency of Langkat of Province of North Sumatra and Forest Product Technology Laboratory of Forestry Department of Faculty of Agriculture of North Sumatera University Medan. Sungkai seedling sample was taken about 250 seedling, observation for major bud high, diameter, desease attack percentage, leaf colour, major bud strong, woody bud, root solidarity to compare with SNI seedling standart. Average seedling quality index was compare to minimum quality index. The result of this research show that sungkai (Peronema canescens) seedling quality grade at local nursery around Gunung Leuser National Park was grade I of leaf colour criteria, major bud strong, and root compacting. Meanwhile for woody bud including to grade IV. Sungkai seddling that healthy or not had a desease attack was about 89,6%, deep green leaf colour was 100%, major bud strong was 100%, major bud diameter was 56,4%, major bud high was 92%, woody bud was 88,4%, root solidarity was 96%. Average seedling quality index was 0,13. this value show that sungkai (Peronema canescens) seedling at local nursery around Gunung Leuser National Park was good and competent to be in field.


(3)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai mutu bibit sungkai (Peronema

canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2008 di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Sampel bibit sungkai sebanyak 250 bibit, diamati tinggi tunas utama, diameter tunas utama, persentase serangan hama penyakit, warna daun, kekekaran tunas utama, pangkal tunas utama mengkayu, kekompakan akar untuk dibandingkan dengan standar bibit menurut SNI. Nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata dibandingkan dengan nilai Indeks Mutu Minimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grade mutu bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser adalah klasifikasi grade I untuk kriteria warna daun, kekekaran tunas utama dan kekompakan akar. Kriteria untuk pangkal tunas utama yang mengkayu trmasuk pada grade IV. Bibit sungkai (Peronema canescens) yang tidak terserang hama penyakit sebesar 89,6%, warna daun hijau tua sebesar 100%, kekekaran tunas utama sebesar 100%, diameter tunas utama sebeasr 56,4%, tinggi tunas utama sebesar 92%, pangkal tunas utama mengkayu sebesar 88,4%, kekompakan akar sebesar 96%. Nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata sebesar 0,13 menunjukkan bibit sungkai (Peronema

canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

adalah baik dan layak untuk ditanam di lapangan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Rabu, 29 Juni 1983 di Desa Buntu Bedimbar

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak

H. Suparlan dan Ibu Hj. Siti Khairliah.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri di Tanjung Morawa Tahun 1995,

tahun 1998 lulus Sekolah Menengah Pertama Swasta Nur Azizi di Tanjung

Morawa, tahun 2001 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Tanjung Morawa,

dan tahun 2002 diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SPMB

pada Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman berorganisasi penulis selama duduk dibangku perkuliahan,

yaitu 2004 masuk dalam pengurus Badan Kemakmuran Musholla (BKM) Baytul

Asyjaar Kehutanan USU sebagai Ketua Informasi dan Komunikasi. Selama masa

perkuliahan, penulis mengikuti Prakrik Umum Kehutanan (PUK) tahun 2004 di

Desa Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai dan

di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Lau Kawar Kabupaten Tanah Karo. Tahun 2007

penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian dengan judul “Penentuan Mutu Bibit Sungkai (Peronema canescens) di

Pembibitan Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban

Kabupaten Langkat”.

Penulisan hasil penelitian ini merupakan tahapan dalam penyusunan

skripsi dan salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Kehutanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Proses penulisan tidak

terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah memberikan bantuan moril dan spirit dalam

menyelesaikan hasil penelitian ini; Ibu Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si.dan

Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP., MP, selaku dosen pembimbing serta

teman-teman seangkatan yang banyak membantu dalam proses penulisan hasil penelitian

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih

banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Semoga dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, September 2008


(6)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

PENDAHULUAN Latar Belakang ………... 1

Tujuan Penelitian……… 3

Hipotesa Penelitian ……… 3

Manfaat Penelitian ……...……….. 4

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Sungkai (Peronema canescens) ……… 5

Persyaratan Tumbuh Sungkai (Peronema canescens) ……… 6

Perbanyakan Sungkai (Peronema canescens) ……… 7

Pembibitan Tanaman ………... 8

Kriteria Bibit yang Baik ………. 9

Standar Nasional Indonesia (SNI) ………. 11

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ……… 13

Bahan dan Alat ……… 13

Metode Penelitian ……… 14

Penentuan Grade Mutu Bibit Berdasarkan SNI …………... 14

Pengukuran Biomassa dan Nilai Indeks Mutu Bibit ……... 17

Analisis Data ……….. 17

Persentase Grade Mutu Bibit Sungkai ……… 17

Indeks Mutu Bibit ……….. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ………... 19

Persentase Tinggi Tunas Bibit (%) ………... 19

Persentase Diameter Pangkal Tunas Utama (%) ………….. 20

Persentase Serangan Hama dan Penyakit (%) ……….. 20

Persentase Warna Daun (%) ………. 21

Persentase Kekekaran Tunas Utama (%) ………. 22

Persentase Pangkal Tunas Utama yang Mengkayu (%) ….. 22

Persentase Kekompakan Akar (%) ………... 23

Indeks Mutu Bibit ………. 24


(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ……… 31

Saran ……….. 31

DAFTAR PUSTAKA ………. 32


(8)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kriteria Standar Mutu Bibit ………... 16

2. Hasil Pengamatan Terhadap Grade Mutu Bibit Sungkai


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Perbanyakan Tanaman Sungkai Secara Stek Batang (Vegetatif) …... 7

2. Kerjasama Antara Kelompok Tani Dengan Pemerintah Dan Instansi Lingkungan Hidup Lainnya ……….. 9

3. Pengukuran Diameter Pangkal Tunas ………... 14

4. Pengukuran Tinggi Mata Tunas ………... 15

5. Persentase Tinggi Tunas Bibit (%) ………. 19

6. Persentase Diameter Bibit Sungkai (%) ………... 20

7. Persentase Serangan Hama dan Penyakit (%) ……… 21

8. Warna Daun Bibit Sungkai ………. 22

9. Kekekaran Tunas Utama Bibit Sungkai ………... 22

10. Persentase Pangkal Tunas Utama Yang Mengkayu (%) ………….... 23

11. Persentase Kekompakan Akar (%) ………. 23

12. Penyakit Bibit Sungkai ………... 26


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Talley Sheet Penilaian Grade Mutu Bibit Sungkai


(11)

ABSTRACT

The aim of the research was to know quality value of sungkai seedling (Peronema canescens) at local nursery around Gunung Leuser National Park (TNGL). The research started in May until June 2008 in local nursery around Gunung Leuser National Park of Countryside of Halaban of Subdistrict of Besitang of Regency of Langkat of Province of North Sumatra and Forest Product Technology Laboratory of Forestry Department of Faculty of Agriculture of North Sumatera University Medan. Sungkai seedling sample was taken about 250 seedling, observation for major bud high, diameter, desease attack percentage, leaf colour, major bud strong, woody bud, root solidarity to compare with SNI seedling standart. Average seedling quality index was compare to minimum quality index. The result of this research show that sungkai (Peronema canescens) seedling quality grade at local nursery around Gunung Leuser National Park was grade I of leaf colour criteria, major bud strong, and root compacting. Meanwhile for woody bud including to grade IV. Sungkai seddling that healthy or not had a desease attack was about 89,6%, deep green leaf colour was 100%, major bud strong was 100%, major bud diameter was 56,4%, major bud high was 92%, woody bud was 88,4%, root solidarity was 96%. Average seedling quality index was 0,13. this value show that sungkai (Peronema canescens) seedling at local nursery around Gunung Leuser National Park was good and competent to be in field.


(12)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai mutu bibit sungkai (Peronema

canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2008 di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Sampel bibit sungkai sebanyak 250 bibit, diamati tinggi tunas utama, diameter tunas utama, persentase serangan hama penyakit, warna daun, kekekaran tunas utama, pangkal tunas utama mengkayu, kekompakan akar untuk dibandingkan dengan standar bibit menurut SNI. Nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata dibandingkan dengan nilai Indeks Mutu Minimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grade mutu bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser adalah klasifikasi grade I untuk kriteria warna daun, kekekaran tunas utama dan kekompakan akar. Kriteria untuk pangkal tunas utama yang mengkayu trmasuk pada grade IV. Bibit sungkai (Peronema canescens) yang tidak terserang hama penyakit sebesar 89,6%, warna daun hijau tua sebesar 100%, kekekaran tunas utama sebesar 100%, diameter tunas utama sebeasr 56,4%, tinggi tunas utama sebesar 92%, pangkal tunas utama mengkayu sebesar 88,4%, kekompakan akar sebesar 96%. Nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata sebesar 0,13 menunjukkan bibit sungkai (Peronema

canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

adalah baik dan layak untuk ditanam di lapangan.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan kayu tergantung dari ketersediaan dari jumlah bibit yang

dibudidayakan dan yang ditanam di lapangan. Bibit merupakan salah satu penentu

keberhasilan budidaya tanaman. Budidaya tanaman yang sebenarnya telah dimulai

sejak memilih bibit tanaman yang baik. Hal ini dapat dimengerti karena bibit

merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya

selanjutnya. Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang

menentukan sifat tanaman tersebut setelah berproduksi. Dengan demikian, untuk

memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat diperoleh dengan

memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat tersebut. Pengertian

bibit yang dimaksud disini adalah tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal dari

pembiakan generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau teknologi

pembiakan lainnya. Selain itu, bibit juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara

perbanyakan tersebut (Setiawan, 1999).

Bibit yang baik paling tidak memiliki tiga kriteria, yaitu berasal dari induk

yang baik, sehat, dan bersertifikat. Jika ada satu kriteria yang tidak terpenuhi

maka mutu bibit tersebut patut diragukan. Oleh karenanya, ketiga kriteria ini

penting diperhatikan dalam menilai sebuah bibit tergolong bibit baik atau tidak

(Setiawan, 1999).

Salah satu spesies fast growing adalah tanaman sungkai (Peronema

canescens). Sungkai (Peronema canescens Jack) atau jati sabrang merupakan


(14)

penghijauan untuk memenuhi program HTI, karena tanaman ini cepat tumbuh,

sehingga mampu memenuhi permintaan kayu yang terus meningkat

(Imelda, 2003). Sungkai (Peronema canescens Jack) merupakan jenis potensial

untuk dikembangkan sebagai tanaman hutan industri (Sumiasri & Rahayu, 1995).

Pemanfaatan sungkai antara lain untuk berbagai keperluan misalnya bahan

bangunan, mebel dan ukir-ukiran karena kayu sungkai berkualitas baik dan awet.

Selain itu kayu olahan sungkai, juga telah diekspor ke luar negeri misalnya ke

Jepang, Belanda dan Korea. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka

diperlukan sediaan kayu yang cukup besar.

Saat ini permasalahan pada tanaman sungkai adalah belum memiliki

standar mutu bibit, maka diperlukan suatu teknik perbanyakan tanaman yang tepat

dan efisien, agar dapat dipraktekkan di lapangan oleh berbagai pihak terutama

oleh pengelola HTI. Abdulah (1991) melaporkan bahwa perbanyakan tanaman

sungkai dengan menggunakan biji, persentase berkecambah biji sangat rendah

(10%). Selanjutnya Soetisna et al, (1995) melaporkan hal yang sama, persentase

kecambah yang dihasilkan tidak lebih dari 12,5%. Oleh karena itu, salah satu cara

yang dapat ditempuh dalam hal ini adalah melalukan perbanyakan vegetatif (stek

cabang) yang dilakukan di pembibitan.

Banyaknya pembibitan yang dilakukan dengan menggunakan tanaman

sungkai (Peronema canescens), bertujuan untuk memenuhi kegiatan reboisasi

hutan di Taman Nasional Gunung Leuser. Dalam hal ini dilakukan penelitian

untuk mengetahui mutu bibit sungkai dan menentukan nilai Indeks Mutu Bibit

Rata-rata dengan nilai Indeks Mutu Minimum, untuk mengetahui layak atau tidak


(15)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah :

1. Mengetahui nilai mutu bibit sungkai (Peronema canescens) berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI) secara umum di pembibitan masyarakat

sekitar Taman Nasional Gunung Leuser desa Halaban.

2. Membandingkan nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata sungkai di pembibitan

terhadap Indeks Mutu Minimum Rata-rata bibit.

Hipotesa Penelitian

Hipotesa di dalam penelitian adalah :

1. Bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman

Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten

Langkat Propinsi Sumatera Utara mempunyai kekekaran tunas utama yang

kokoh, warna daun yang hijau tua, kekompakan akar yang kompak dan

terbebas dari serangan hama dan penyakit, sehingga secara umum dapat

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

2. Bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan masyarakat sekitar Taman

Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten

Langkat Propinsi Sumatera Utara memiliki nilai Indeks Mutu Bibit lebih besar

dibandingkan dengan nilai Indeks Mutu Minimum, sehingga layak untuk


(16)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Sebagai dasar di dalam perbaikan mutu bibit dengan menghitung nilai dari

mutu bibit sungkai di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung

Leuser.

2. Mengetahui kelayakan bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan

masyarakat Desa Halaban, sehingga dapat diketahui kelayakan untuk ditanam


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Bibit Sungkai (Peronema canescens) 1. Morfologi Sungkai (Peronema canescens)

Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk kedalam famili Verbenaceae. Menurut

Dephut (2006), daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera Barat, Jambi,

Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan seluruh Kalimantan dan Peronema

canescens adalah jenis yang banyak tersebar di Semenanjung Malaysia

(Zulfahmi, 2007).

Dalam dunia tumbuhan tanaman sungkai (Peronema canescens) tersusun

dalam sistematika sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Familia : Verbenaceae

Genus : Peronema

Spesies : Peronema canescens


(18)

Tinggi pohon mencapai 20–30 m panjang batang bebas cabang mencapai

15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk

dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu

atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras

berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah

serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat.

Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret –Juni.

Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir (Dephut, 2006).

Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu

terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun. Tajuk pohon

berbentuk avoid, skala tajuk halus sampai sedang. Daun pertama pinateli, ujung

daun ovate, bentuk daun petiolate. Bentuk kotiledon sama dengan perkecambahan

epigeal (Zulfahmi, 2007).

2. Persyaratan Tumbuh Sungkai (Peronema canescens)

Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai

C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian 0 sampai 600 m diatas

permukaan laut. Tanaman sungkai perlu tanah yang baik, sedangkan di tanah yang

tidak subur tidak dianjurkan. Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan

dan semak belukar dengan sistim jalur atau cemplongan. Disamping itu dapat juga

ditanam pada areal yang terbuka dengan pengolahan tanah total yang dapat


(19)

3. Perbanyakan Sungkai (Peronema canescens)

Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara

mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi

mengingat perbanyakan secara biji (generatif) lebih kecil pesentase tumbuhnya,

maka untuk pengadaan benih lebih mudah dilaksanakan dengan cara perbanyakan

vegetatif penanaman digunakan stek batang, yang diambil dari

terubusan-terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan.

Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah tunggul yang

berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus (Dephut, 2006).

Gambar 1. Perbanyakan Tanaman Sungkai secara Stek Batang (Vegetatif)

Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan

dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter

lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan

akar, maka stek dapat diberi hormon tumbuh (Roton F), kemudian

ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya

dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua


(20)

insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan

pada umur lebih kurang 3 bulan (Dephut, 2006).

Menurut Zulfahmi (2007), metode perbanyakan yang sering digunakan

adalah stek. Pohon dari pemotongan stek, akan membentuk sistem akar yang

rumit, yang sama dengan pertumbuhan pohon yang berasal dari benih. Tetapi jika

perbanyakan yang digunakan dari benih, maka benih yang dikoleksi tidak

berkecambah dengan baik. Benih berkecambah dengan cepat dibawah sinar

matahari penuh.

Bahan stek dapat diperoleh dari cabang-cabang pohon yang mempunyai

persentase hidup 80%-100%, stek pucuk 60%-80% dan terubusan atau anakan.

Bahan stek sungkai sebaiknya diambil dari terubusan-terubusan yang berumur + 2

tahun dari tungkul bekas tebangan. Pertumbuhan akar dapat dirangsang dengan

pemberian zat pengatur tumbuh. Ukuran stek sungkai sebaiknya berdiameter 1,5

cm – 2,0 cm dan ukuran panjang stek 10-12 cm (Suita, 2005).

Selama ini penyediaan bibit sungkai dilakukan dengan stek batang, namun

jumlahnya terbatas. Perbanyakan melalui biji juga sulit dilakukan karena

bunganya hanya dijumpai 2 kali setahun dan viabilitasnya sangat rendah.

Perbanyakan in vitro tanaman sungkai melalui proliferasi tunas aksiler untuk skala

laboratorium telah berhasil dikembangkan di Puslit Bioteknologi, LIPI

(Imelda, 2003).

4. Pembibitan Tanaman

Bibit tanaman penghijauan bisa diperoleh dengan mengajukan bibit


(21)

mempunyai anggaran khusus untuk bibit penghijauan ini, tapi jumlahnya terbatas.

Dengan demikian, tidak mungkin semua permintaan bibit dapat dilayani oleh

pemerintah. Selain itu tidak semua jenis tanaman tersedia dalam jumlah yang

banyak (Setiawan, 2000).

Banyaknya kelompok tani yang dibentuk dan dibina oleh pemerintah demi

tercapainya program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam kegiatan

rehabilitasi hutan dan lahan. Pembinaan kelompok tani tersebut dinyatakan dalam

pembuatan beberapa pembibitan-pembibitan di sekitar kawasan yang akan

ditanami. Biasanya bibit yang di tangkarkan kelompok tani adalah bibit anjuran

pemerintah yang mempunyai kriteria tumbuh di lahan yang akan ditanami seperti

kondisi iklim, tanah dan kemiringan tanah tersebut.

Gambar 2. Kerjasama Antara Kelompok Tani dengan Pemerintah dan Instansi lingkungan hidup lainnya

5. Kriteria Bibit yang Baik

Menurut Sagala (1994), bibit yang baik itu akan tumbuh terus setelah

ditanam di lapangan. Bibit yang tidak baik disebut bibit stagnasi yaitu setelah

ditanam di lapangan, daunnya gugur. Setelah beberapa minggu, baru pucuknya


(22)

dari cabang. Ada yang batangnya mati setelah beberapa bulan, tetapi tunas baru

lalu keluar dari leher batang.

Dalam memilih bibit tanaman yang perlu diperhatikan pertama kali adalah

pertumbuhan batang, cabang, dan daunnya. Kemudian bisa diperhatikan juga

penampakan luarnya, apakah ada gejala serangan hama dan penyakit atau tidak.

Bentuk batang dan cabang yang baik kelihatan mulus dan kokoh, tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu pendek sesuai dengan umurnya. Tanaman yang kerdil

biasanya pertumbuhan meningginya juga terhambat sehingga kelihatan pendek

dari yang seharusnya. Adapula bibit yang pertumbuhan tingginya terlalu pesat,

sedangkan batangnya kelihatan kecil dan terkesan kurang kokoh. Demikian pula

pertumbuhan daunnya kelihatan subur dengan warna hijau cerah. Jika

pertumbuhan daunnya terlalu lebat, maka bisa dipangkas sebagian. Untuk melihat

apakah bibit yang kita dapatkan bebas penyakit atau tidak, bisa dilihat secara

sepintas. Namun, untuk lebih pastinya kita perlu tahu dulu gejala-gejala serangan

penyakit tersebut (Setiawan, 2000).

Pada tanaman sungkai ini, anakan yang berada di bawah naungan saling

terserang karat daun, sedangkan batang pohon sungkai kadang-kadang diserang

hama penggerek pucuk. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk masalah

hama dan penyakit ini adalah dengan cara pemangkasan daun (Dephutbun,1998).

Eradikasi perlu dilakukan apabila anakan dan pohon sungkai yang terserang hama

dan penyakit sudah tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara lain.

Pertanaman untuk produksi harus tumbuh dengan baik. Metode yang baik

untuk menumbuhkan tanaman yang baik untuk tujuan konsumsi pada umumnya


(23)

internal untuk pertanaman benih. Dalam pengendalian mutu internal ini produsen

benih harus mengamankan pertanamannya dari kontaminasi oleh serbuk sari asing

ketika penyerbukan berlangsung (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Menurut Johnson dan Cline (1991), nilai Indeks Mutu Minimum bibit

adalah 0,09. Dan indeks mutu minimum ini banyak digunakan didalam penilaian

bibit tanaman pertanian dan perkebunan. Dengan kesimpulan apabila nilai Indeks

Mutu Bibit Rata-rata < 0,09 berarti bibit tersebut tidak layak untuk ditanam di

lapangan dan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata > 0,09 berarti bibit

tersebut layak untuk ditanam di lapangan. Mutu bibit tanaman yang tinggi secara

umum ditentukan oleh bibit yang dapat beradaptasi di lapangan secara cepat,

tingkat daya hidup yang tinggi, dan mempunyai pertumbuhan yang tinggi (Barnett

dan Baker, 1991 ; Johnson dan Cline, 1991).

5. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibekukan, disusun

berdasarkan consensus semua pihak yang terkait demham memperhatikan

syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan dating untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standarisasi adalah proses

merumuskan, merevisi, menetapakan, menerapkan standar, dilaksanakan secara

tertib dan kerjasama dengan semua pihak (Imanda, 2008).

Standarisasi nasional mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan

kesehatan dan keselamatan kepada konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat,


(24)

dan produktifitas usaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

mantap, tercapainya persaingan yang sehat dalam perdagangan, serta menunjang

kelestarian lingkungan hidup. Standarisasi nasional yang menjadi Standar

Nasional Indonesia ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah

Non Departemen dan dapat diterapkan secara wajib dan/atau secara sukarela


(25)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2008 di pembibitan

masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan

Besitang Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara dan Laboratorium

Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan pada penelitian adalah: bibit sungkai yang

berumur 3 bulan dalam polibag yang dipelihara di pembibitan masyarakat sekitar

Taman Nasional Gunung Leuser Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten

Langkat Propinsi Sumatera Utara. Bibit yang disemaikan berasal dari kebun

masyarakat Aceh Tamiang Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Bibit

yang digunakan berasal dari perbanyakan vegetatif yaitu stek batang yang berasal

dari pohon sungkai (Peronema canescens) dan kantong kertas.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah : kalkulator, penggaris,

kaliper, gunting stek, timbangan elektrik, oven, Tabel Standar Mutu Bibit Sungkai

berdasarkan rekomendasi Tabel Standar Nasional Indonesia (SNI), talley sheet,


(26)

Metode Penelitian

Penentuan Grade Mutu Bibit Berdasarkan SNI

Penelitian dilakukan dengan metode penentuan mutu bibit sungkai

(Peronema cenescens) di pembibitan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemilihan sampel bibit-bibit sungkai yang memiliki ukuran stek batang relatif

sama. Sampel bibit sungkai (Peronema canescens) tersebut diperoleh dengan

menggunakan metode acak sebanyak 250 bibit sungkai (Peronema canescens)

dari total bibit lebih kurang 12000 bibit di pembibitan masyarakat sekitar

Taman Nasional Gunung Leuser.

2. Diameter bibit sungkai (Peronema canescnes) tersebut diukur pada pangkal

tunas utama.

Gambar 3. Pengukuran Diameter Pangkal Tunas

Panah berwarna merah menunjukkan posisi atau tempat pengukuran diameter


(27)

3. Tinggi bibit sungkai (Peronema canescnes) diukur yaitu dari pangkal tunas

utama sampai pucuk tunas utama.

Gambar 4. Pengukuran Tinggi Mata Tunas.

Panah yang berwarna hitam menunjukkan cara menghitung tinggi dari pangkal

tunas ke atas hingga pucuk tunas pada bibit sungkai.

4. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diamati ada tidaknya serangan hama

penyakit.

5. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diamati warna daunnya.

6. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diamati kekekaran tunas utamanya.

7. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diamati pangkal tunas utama yang

mengkayu.

8. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diamati kekompakan perakarannya dengan

merobek polybag dan melepaskannya dengan tetap memegang stek batang

bibit. Kekompakan dinilai dari reaksi media terhadap akar tanaman setelah


(28)

9. Sampel bibit-bibit sungkai tersebut diklasifikasikan berdasarkan grade dari

masing-masing kriteria penilaian dan dihitung persentasenya.

Kriteria penilaian tersebut tercantum di dalam tabel Standar Mutu Bibit

Sungkai (Peronema canescens) berdasarkan Standar Nasional Indonesia secara

umum yang direkomendasikan seperti dibawah ini :

Tabel 1. Standar Mutu Bibit Sungkai (Peronema canescens) :

No. Kriteria Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV

1. Serangan hama

penyakit

Tidak ada Tidak ada

s/d Ringan

Ringan Ringan s/d

Sedang

2. Warna daun Hijau Tua Hijau Tua Hijau Pucat Hijau Pucat

3. Kekekaran

tunas utama Kokoh tegar Kokoh tegar Lemah tertekan Lemah tertekan

4. Diameter tunas

utama

> 5 mm > 5 mm 2,5 s/d 5

mm

< 2,5 mm

5. Tinggi tunas

utama

10 s/d 20

cm

> 20 cm > 20 cm < 10 atau >

20 cm

6. Pangkal tunas

utama

mengkayu

Mengkayu Mengkayu Mengkayu Tidak

Mengkayu

7. Kekompakan

akar


(29)

Pengukuran Biomassa dan Nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata

Metode pengukuran biomassa dan nilai Ineks Mutu Bibit Rata-rata

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Sampel bibit tersebut dicabut dari polybag dan akarnya dipisahkan dari

tanah-tanah yang melekat dengan menggunakan air.

2. Sampel bibit-bibit sungkai dipisahkan bagian-bagiannya, yaitu antara tunas

utama dengan akar dengan menggunakan gunting stek serta diberi label untuk

penentuan shoot-root ratio.

3. Sampel tajuk dan akar tersebut dikeringkan pada suhu kamar kemudian

ditimbang untuk mengetahui berat basahnya.

4. Sampel tajuk dan akar tersebut dikemas secara terpisah dalam kantong kertas

kemudian diovenkan pada suhu 70oC – 80oC selama 2 x 24 jam.

5. Sampel tajuk dan akar tersebut ditimbang menggunakan timbangan elektrik

untuk mengetahui berat kering ovennya.

6. Hasil berat kering oven tersebut digunakan untuk menghitung Indeks Mutu

Bibit Rata-rata kemudian dibandingkan dengan Indeks Mutu Minimum

sebesar 0,09.

Analisis Data

Persentase Grade Mutu Bibit Sungkai

Persentase grade mutu bibit berdasarkan kriteria mutu bibit yang diperoleh

dari data di lapangan akan menunjukkan grade mutu bibit sungkai yang lebih


(30)

Indeks Mutu Bibit Rata-rata

Analisis akan dilakukan dengan menggunakan rumus Perhitungan Indeks

Mutu Bibit Rata-rata (Dickson et. al. 1960 dalam Tampubolon et. al. 1999) yakni:

n : BK A BK P D

T BK T r ata

-Rata Bibit M utu I ndeks

     

   

+ =

Keterangan :

BKT : Bobot kering oven total (gr),

T : Tinggi rata-rata (cm),

D : Diameter pangkal tunas utama rata-rata (mm),

BKP : Berat kering oven tunas utama (gr),

BKA : Berat kering oven akar (gr),

n : Jumlah sampel.

Nilai Indeks Mutu Minimum adalah 0,09 dan banyak digunakan didalam

penilaian bibit tanaman pertanian dan perkebunan (Johnson dan Cline, 1991).

Apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata < 0,09 berarti bibit tersebut tidak layak

untuk ditanam di lapangan dan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata > 0,09


(31)

0.40% 7.60% 92%

< 10 cm 10-20 cm > 20 cm HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Mutu Bibit Berdasarkan SNI Persentase tinggi tunas bibit (%)

Hasil pengamatan kriteria tinggi tunas bibit pada sampel bibit sungkai di

pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser menunjukkan

bahwa sampel bibit dengan tinggi tunas 10-20 cm sebesar 7,6 % yaitu (19 bibit

dari 250 bibit); sampel bibit sungkai dengan tinggi tunas > 20 cm sebesar 92 %

(230 bibit dari 250 bibit) dan sampel bibit sungkai dengan tinggi tunas < 10 cm

sebesar 0,4 % (1 bibit dari 250 bibit).

Gambar 5. Persentase tinggi tunas bibit (%)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa rata-rata tinggi mata tunas bibit

sungkai pada pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

adalah > 20 cm sebesar 92 %. Maka hal ini sesuai dengan kriteria yang terdapat

pada tabel Standar Mutu Bibit umum berdasarkan SNI bahwa diameter pangkal


(32)

0

56.4 43.6

< 0.25 cm 0.25-0.5 cm > 0.5 cm Persentase diameter pangkal tunas utama (%)

Hasil pengamatan kriteria diameter pangkal tunas utama pada sampel bibit

sungkai di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

menunjukkan bahwa sample bibit sungkai dengan diameter pangkal tunas < 2,5

mm sebesar 0 %; sampel bibit sungkai dengan diameter pangkal tunas 2,5 mm – 5

mm sebesar 56,4 % (141 bibit dari 250 bibit) dan sampel bibit sungkai dengan

diameter pangkal tunas > 5 mm sebesar 43,6 % (109 bibit dari 250 bibit). Sesuai

dengan kriteria yang terdapat pada tabel Standar Mutu Bibit umum berdasarkan

SNI bahwa diameter pangkal tunas utama bibit sungkai terdapat pada mutu III.

Gambar 6. Persentase Diameter Bibit Sungkai (%)

Persentase serangan hama dan penyakit (%)

Hasil pengamatan kriteria serangan hama dan penyakit pada sampel bibit

sungakai di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

menunjukkan bahwa sampel bibit sungkai terkena penyakit sebesar 10,4 %, yaitu

terkena penyakit perubahan warna, perlubangan pada daun dan pengeritingan

pada daun. Sedangkan 89,6 % tidak terkena penyakit maupun hama.

Dari jumlah sampel bibit sungkai yang terkena penyakit yaitu 10,4 %,


(33)

2.60% 3.80%

89.60%

Pengeritingan Daun Daun Berlubang Tidak terrkena Penyakit

menguning tidak seperti daun lainnya. Sampel bibit sungkai yang terkena

pengeritingan daun sebesar 2,6 %. Bentuk daun tersebut tidak lurus melainkan

meliuk-liuk seperti mengeriting. Bibit sungkai yang terkena penyakit daun

berlubang-lubang adalah sebesar 3,8 %, dimana daun tersebut berlubang bukan

karena gigitan serangga atau ulat. Sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel

Standar Mutu Bibit umum berdasarkan SNI bahwa serangan hama dan penyakit

terdapat pada mutu II dan mutu III.

Gambar 7. Persentase serangan hama dan penyakit (%) Persentase warna daun (%)

Hasil pengamatan kriteria warna daun pada sample bibit sungkai di

pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser menunjukkan

bahwa sample bibit sungkai 100 % berwarna hijau tua. Hal ini dapat dilihat secara

keseluruhan rata-rata bibit sungkai yang terdapat di pembibitan adalah berwarna

hijau tua. Sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel Standar Mutu Bibit


(34)

Gambar 8. Warna Daun Bibit Sungkai Persentase kekekaran tunas utama (%)

Hasil pengamatan kriteria kekekaran tunas utama pada bibit sungkai di

pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser menunjukkan

bahwa sample bibit sungkai dengan kekekaran tunas utama sebesar 100%. Sesuai

dengan kriteria yang terdapat pada tabel Standar Mutu Bibit umum berdasarkan

SNI bahwa kekekaran tunas utama terdapat pada mutu I

Gambar 9. Kekekaran tunas utama bibit sungkai Persentase pangkal tunas utama yang mengkayu (%)

Hasil pengamatan kriteria pangkal tunas utama mengkayu pada bibit


(35)

11.60%

88.40%

Pangkal Tunas Mengkayu Pangkal Tunas tidak Mengkayu

96%

4%

Akar Kompak Akar Lepas

menunjukkan bahwa sampel bibit sungkai dengan pangkal tunas utama mengkayu

sebesar 11,6 %. Dan sampel bibit sungkai dengan pangkal tunas utama tidak

mengkayu sebesar 88,4 %. Sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel

Standar Mutu Bibit umum berdasarkan SNI bahwa pangkal tunas utama yang

mengkayu terdapat pada mutu IV.

Gambar 10. Persentase pangkal tunas utama yang mengkayu (%) Persentase kekompakan akar (%)

Hasil pengamatan kriteria kekompakan akar pada bibit sungkai di

pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser menunjukkan

bahwa sampel bibit sungkai dengan perakaran akar kompak sebesar 96 % dan

sampel sungkai dengan perakaran yang lepas sebesar 4 %. Sesuai dengan kriteria

yang terdapat pada tabel Standar Mutu Bibit umum berdasarkan SNI bahwa

kekompakan akar terdapat pada mutu I.


(36)

Indeks Mutu Bibit Rata-rata

Hasil pengukuran terhadap rata-rata tinggi, rata-rata diameter pangkal

tunas utama, berat kering oven tunas total, berat kering oven akar total, dan berat

kering oven total menunjukkan hasil sebagai berikut:

Rata-rata Tinggi tunas : 31,2 cm

Rata-rata Diameter Pangkal Tunas : 5,4 mm

Berat kering oven tunas total : 580,3 gr

Berat kering oven akar total : 41,9 gr

Berat kering oven total : 622,2 gr

Dengan demikian nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n : BK A BK P D T BK T r ata -Rata Bibit M utu I ndeks           + = 250 : 41,9 580,3 5,4 31,2 622,2 r ata -Rata Bibit M utu I ndeks             + = 250 : r ata -Rata Bibit M utu

I ndeks 

     = 19,6 622,2 0,13 = r ata -Rata Bibit M utu I ndeks

Hasil perhitungan nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata terhadap sampel bibit

sungkai di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Leuser

diperoleh nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata sebesar 0,13. Hasil yang diperoleh

dapat diartikan bahwa bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan


(37)

ditanam di lapangan karena nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata 0,13 > nilai Indeks

Mutu Bibit Minimum 0,09.

Pembahasan

Tinggi tunas bibit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

penerimaan cahaya dan ketersediaan hara pada bibit tanaman tersebut. Semakin

banyak cahaya yang diterima oleh tanaman, maka semakin baik tingkat

pertumbuhan tunas bibit dan diikuti oleh ketersediaan hara yang juga cukup akan

membantu pertumbuhan agar lebih baik. Pertumbuhan tinggi tunas yang baik

biasanya juga diikuti oleh pertumbuhan diameter tunas bibit yang juga baik. Hal

ini sesuai dengan hasil yang didapat yaitu dari jumlah persentase tinggi tunas

rata-rata bibit adalah > 20 cm sebesar 92 % yang diikuti dengan pertumbuhan diameter

tunas rata-rata adalah 2,5 mm – 5 mm sebesar 56,4 % dengan penentuan nilai

mutu bibit terletak pada mutu III pada tabel standar mutu bibit sungkai.

Media yang digunakan untuk menumbuhkan bibit adalah tanah yang ada

disekitar lokasi penanaman bibit nantinya, yaitu kawasan Taman Nasional

Gunung Leuser. Jenis tanah yang digunakan adalah jenis tanah podsolik merah.

Media tanah yang digunakan ini diharapkan dapat membantu bibit sungkai

beradaptasi dengan lingkungan, khususnya pada jenis tanah atau media

dilapangan yang akan menjadi tempat penanaman bibit sungkai ini.

Pada pertumbuhan bibit sungkai ini terdapat sedikit gangguan yang

diakibatkan oleh adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hal tersebut


(38)

areal pembibitan tidak diperhatikan. Bibit-bibit tersebut hanya disiram secara

intensif agar tidak kekurangan air, sedangkan untuk pemeliharaan dari hama

penyakit tanaman kurang diperhatikan.

Bibit sungkai yang terkena penyakit pengeritingan daun yaitu permukaan

daun berubah bentuk menjadi bergelombang atau melekuk-lekuk jika diraba

seperti menggulung dan kondisi ini disebabkan oleh gejala kekurangan kalsium.

Menurut Ir.Yos sutiyoso dalam Dunia Flora, 2006 yaitu pakar hama dan penyakit

tanaman di jakarta, kalsium di dalam tubuh tanaman mempengaruhi kekerasan

dinding sel. Bila kurang, dinding sel melemah. Akibatnya, daun mengeriput. Cara

mengatasinya adalah dengan penyiraman teratur karena bisa saja kalsium sudah

ada dalam media, tetapi dalam kondisi tidak terlarut..

Adapun penyakit lain yang menyerang bibit sungkai ini adalah adanya

bercak pada daun, penyakit ini bukan disebabkan oleh gigitan serangga atau ulat.

a. b.

Gambar 12. a.Penyakit Perubahan Warna Daun; b.Pengeritingan Daun

Penyakit yang menyerang bibit sungkai ini adalah perubahan warna pada daun

yang awalnya dicirikan daun terdapat bercak-bercak cokelat kemudian menguning


(39)

daun yang semula berwarna hijau cerah, menjadi kuning, hijau redup, atau hijau

pucat disebut klorose. Perubahan warna ini disebabkan oleh rusak atau tidak

berfungsinya klorofil (zat hijau daun), hal ini diakibatkan oleh kekurangan cahaya

matahari. Perubahan warna ini terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat,

ungu, hitam, kelabu, keputihan atau bersama-sama.

Warna hijau tua pada daun dapat dipengaruhi karena faktor lingkungan,

penerimaan cahaya dan suplai unsur hara yang baik. Secara tertulis Abidin (1994)

berpendapat, bahwa warna daun hijau tua pada tanaman disebabkan oleh

penerimaan cahaya yang sangat cukup. Sedangkan menurut Salisbury dan Ross

(1999) menerangkan bahwa warna daun hijau tua sangat dipengaruhi oleh faktor

keturunan yang baik, penerimaan cahaya, dan suplai hara mineral yang cukup. Hal

ini mengakibatkan terjadinya proses fotosintesis yang baik, guna berjalannya

metabolisme pada tanaman tersebut. Metabolisme yang terus menerus terjadi pada

jaringan tanaman akan membentuk kambium pada pangkal tunas utama atau

pangkal tunas utama mengkayu. Jumlah pangkal tunas utama yang mengkayu

pada bibit lebih sedikit yaitu 11,60 % dibandingkan pangkal tunas utama yang

belum mengkayu adalah sebesar 88,40 %. Hal ini dikarenakan umur bibit sungkai

yang digunakan adalah umur 3 bulan. Pada umur tersebut kekekaran tunas utama

masih terlihat sempurna, karena kambium yang terbentuk pada tunas utama masih

sedikit sehingga tunas utama mempunyai bentuk menurut tipe atau komposisi

daun yang sesuai dengan karakteristik tanaman sungkai. Hal tersebut yang

menjadikan tunas utama pada tanaman sungkai terlihat kokoh dan tegar. Hal ini

sesuai dengan pendapat Jayusman (2005), bahwa batang bibit tanaman yang telah


(40)

yang batang atau pangkal tunas utamanya mengkayu berumur 9 bulan, karena

pada umur bibit tanaman tersebut telah siap untuk ditanam ke lapangan.

Bibit yang siap ditanam ke lapangan sebaiknya harus memiliki perakaran

yang kompak, agar penyesuaian akar bibit terhadap media perakaran yang baru

yaitu di lapangan akan lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan fungsi sistem akar

yang dinyatakan oleh Goldsworthy dan Fisher (1996), bahwa fungsi sistem akar

yang paling nyata adalah untuk mendukung tumbuhan secara kukuh dalam tanah.

Perakaran yang kompak dapat dilihat dari tanah yang melekat pada akar

tersebut, sehingga apabila dipindahkan ke areal penanaman tanaman tersebut lebih

dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ritchie dan Dunlop (1980), bahwa bibit tanaman yang baik dan kuat memiliki

perakaran yang kompak sehingga dapat memegang media. Hal itu penting untuk

ketahanan hidup di lapangan baik dan segi penyerapan hara maupun bertahan dari

gangguan alam. Beberapa pakar menentukan pentingnya penilaian kapasitas

pertumbuhan perakaran (root growth capacity) sebagai ukuran mutu bibit tanaman

kehutanan.

Perakaran yang kompak apabila tanamannya diangkat, tanahnya tidak akan

lepas, dan tidak akan mudah dicabut dari polibag. Darwo (2005) menuliskan

pendapatnya, bahwa bibit tanaman yang belum layak tanam biasanya

perakarannya belum berkembang dengan baik (perakaran tidak kompak) dan jika

batang bibit diangkat akan mudah tercabut. Sedangkan bibit yang telah layak

tanam perakarannya akan kompak dan apabila batangnya diangkat, maka tanah


(41)

a. b. Gambar 13. a. Akar Kompak; b. Akar Lepas

Menurut Daniel, et. al. (1995), bahwa kemampuan semai untuk

memproduksi akar baru tergantung pada kondisi iklim persemaian, karakteristik

genetis jenis tanaman tertentu. Perlakuan pada persemaian sebelum dipindahkan,

kondisi penyimpanan dan tranportasi semai, kehati-hatian dalam penanaman, dan

lingkungan lokasi penanaman. Sedikitnya semai yang hidup bisa terjadi terutama

pada lokasi penanaman yang sulit, jika salah satu faktor ini tidak menguntungkan.

Hasil pengamatan terhadap grade mutu bibit sungkai berdasarkan Standar

Nasional Indonesia di pembibitan masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung

Leuser adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Terhadap Grade Mutu Bibit Sungkai Berdasarkan Kriteria Standar Nasional Indonesia.

Kriteria Mutu Jumlah (%)

Serangan hama penyakit II, III 89,6

Warna daun I 100

Kekekaran tunas utama I 100

Diameter tunas utama III 56,4

Tinggi tunas utama III 92

Pangkal tunas utama mengkayu IV 88,4


(42)

Hasil persentase terbesar dari mutu yang terbaik tersebut menunjukkan

kesimpulan bahwa grade mutu bibit sungkai di pembibitan masyarakat sekitar

Taman Nasional Gunung Leuser kecamatan Besitang Kabupaten Langkat adalah :

1. Bibit sungkai dengan kriteria grade I adalah pada kriteria warna daun,

kekekaran tunas utama dan kekompakan akar.

2. Bibit sungkai dengan kriteria grade II adalah pada kriteria serangan hama

penyakit.

3. Bibit sungkai dengan kriteria grade III adalah pada kriteria diameter tunas

utama dan tinggi tunas utama.

4. Bibit sungkai dengan kriteria grade IV adalah pada kriteria pangkal tunas


(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan menunjukkan

persentase tinggi tunas bibit yang terbesar yaitu pada sampel bibit dengan

tinggi tunas > 20 cm sebesar 92%; persentase diameter pangkal tunas yang

terbesar yaitu pada sampel bibit sungkai dengan diameter pangkal tunas

0,25-0,5 cm sebesar 56,4%; persentase serangan hama dan penyakit yang

terbesar yaitu sebesar 89,6% tidak terkena hama penyakit; persentase

warna daun menunjukkan 100% daun berwarna hijau tua; persentase

pangkal tunas utama mengkayu yang terbesar yaitu pada sampel bibit

dengan pangkal tunas utama tidak mengkayu sebesar 88,4%; dan

persentase kekompakan akar yang terbesar yaitu sampel bibit dengan

perakaran kompak sebesar 96%.

2. Bibit sungkai (Peronema canescens) di pembibitan adalah baik dan layak

untuk ditanam di lapangan karena memiliki Nilai Indeks Mutu 0,13.

Saran

1. Penetapan kriteria dan standar mutu bibit untuk mencari nilai indeks

rata-rata bibit berdasarkan sifat morfologis yang lain pada bibit perlu

diupayakan dan untuk mencapai standar mutu tersebut penyediaan bibit

bermutu dan perlakuan persemaian yang tepat menjadi suatu keharusan.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan hidup bibit maka disarankan


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, H.R. 1991. Teknik Pembibitan Penanaman Sungkai (Peronema

canescens Jack). Departemen Kehutanan. Dirjen Reboisasi dan

Rehabilitasi Lahan. Palembang: Balai Teknologi Benih Benakat.

Abidin, Z. 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Penerbit Angkasa Bandung. Bandung.

Barnett, P.J and Baker, 1991. Regeneration Methods in M.L. Deuryea and P.M. Dougherty (eds). Forest Regeneration Manual. Kluwer Academic Publisher. London. Pp. 35-50.

Daniel, T. W., John, A. H. dan Frederick, S. B., 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Edisi kedua. Penerjemah: Djoko Marsono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Darwo, 2005. Kualitas Bibit Tanaman GERHAN di Sumatera Utara Memprihatinkan. Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil Penelitian : Optimalisasi Program GERHAN dan Hasil-hasil Penelitian dalam Upaya Mendukung Kelestarian Hutan dan Lahan. Parapat.

Dephutbun, 1998. Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. Jakarta.

Dephut, 2006. Budidaya Sungkai (Peronema canescens). 4 Maret 2008

Duniaflora, 2006. Musuh-Musuh Anthurium. 21 Agustus 2008

Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M., 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Imanda, 2008. Kategori Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli. Perpustakaan Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak dipublikasikan.

Imelda, 2003. Pengembangan Teknik In Vitro yang Efisien untuk Produksi Bibit Sungkai Unggul. Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI. Jakarta. 4 Maret 2008


(45)

Jayusman, 2005. Pengujian Awal Dalam Rangka Pemantapan Standarisasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii). Majalah SURILI Rimbawan Jawa Barat Volume 37 No. 4 Desember 2005. Hal 64-67. ISSN: 1693-3460.

Johnson, J.D. and M.L. Cline. 1991. Seedling Culture In M.L. Duryea and P.M. Dougherty (eds). Forest Regeneration Manual. Kluwer Academic Publisher. London. Pp. 143-159.

Mugnisjah, Q.W. dan Setiawan, A., 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara dan Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Plantamor, 2008. INFORMASI SPESIES.Sungkai. 4 Maret 2008

Pracaya, 1999. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ritchie, G. A and Dunlop. 1980. Root growth potensial; it’s development and expression in forest tree seedlings.

Sagala, P., 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Salisbury, F. B and Ross, C. 1969. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company Inc. Belmont California.

Setiawan, A.I. 1999. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soetisna, U., Rahmawati, S. & Mulyaningsih, E.S. 1995. The morphology of sungkai (Peronema canescens Jack) fruit: Investigative study on its germination. Proceedings International Workshop on Biotechnology and Development of Species for Industrial Timber Estates. R&D Centre for Biotechnology LIPI. Bogor, 27-29 June 1995.

Sumiasri, N dan Rahayu, M., 1995. Evaluasi Sungkai Jenis Tanaman Potensial untuk HTI. Prosiding Seminar Nasional Biologi XIV. Kerjasama Perhimpunan Biologi Indonesia dan Universitas Indonesia. Jakarta, 26-27 Juli 1995.

Suita, E., 2005. Atlas Benih Tanah Hutan Indonesia. Volume 4 Jilid V. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bogor.


(46)

Tampubolon A. P., Rusmana dan Yafis. M. H., 1999. Pengaruh Morfologi Benih (Gmelina arborea, Acacia crassicarpa dan Swietenia macrophylla) Terhadap Sifat Perkecambahan Dan Penampilan Bibit Serta Pengaruh Kekompakan Akar Bibit Terhadap Mutu Bibit. Buletin Teknologi Reboisasi No.2. Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru. Kalimantan Selatan.

Zulfahmi, 2007. Characteristic target species. 4 Maret 2008


(47)

TALLY SHEET PENILIAIAN GRADE MUTU BIBIT SUNGKAI (Peronema canescens) No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

1 29 43 6,8 √ √ √ √ √

2 38 48 7,3 √ √ √ √ √

3 41 53 6,6 √ √ √ √ √

4 15 30 5,1 √ √ √ √ √

5 41 46 7,7 √ √ √ √ √

6 31 48 7,3 √ √ √ √ √

7 53 69 6,8 √ √ √ √ √

8 30 40 7,3 √ √ √ √ √

9 39 48 6,6 √ √ √ √ √

10 22 35 4,5 √ √ √ √ √

11 29 44 5,7 √ √ √ √ √

12 29 36 5,4 √ √ √ √ √

13 25 34 4,4 √ √ √ √ √

14 35 49 4,8 √ √ √ √ √

15 22 35 5,8 √ √ √ √ √

16 33 42 5,3 √ √ √ √ √

17 8 22 6,7 √ √ √ √ √

18 31 45 5,4 √ √ √ √ √

19 45 63 5,7 √ √ √ √ √

20 24 38 5,8 √ √ √ √ √

21 27 46 6,0 √ √ √ √ √

22 20 33 4,0 √ √ √ √ √

23 33 42 4,9 √ √ √ √ √

24 44 55 7,3 √ √ √ √ √

25 31 43 5,1 √ √ √ √ √

26 35 53 5,6 √ √ √ √ √


(48)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

29 16 30 5,7 √ √ √ √ √

30 28 41 5,4 √ √ √ √ √

31 14 25 4,4 √ √ √ √ √

32 27 45 6,8 √ √ √ √ √

33 29 35 6,3 √ √ √ √ √

34 40 54 5,8 √ √ √ √ √

35 41 49 6,7 √ √ √ √ √

36 26 45 6,0 √ √ √ √ √

37 25 41 5,8 √ √ √ √ √

38 41 53 5,3 √ √ √ √ √

39 38 51 4,5 √ √ √ √ √

40 28 39 5,4 √ √ √ √ √

41 29 36 4,3 √ √ √ √ √

42 34 48 5,9 √ √ √ √ √

43 26 43 6,0 √ √ √ √ √

44 37 46 6,0 √ √ √ √ √

45 18 25 4,4 √ √ √ √ √

46 37 54 6,5 √ √ √ √ √

47 24 40 5,5 √ √ √ √ √

48 36 51 5,3 √ √ √ √ √

49 25 40 4,2 √ √ √ √ √

50 27 38 5,6 √ √ √ √ √

51 22 28 4,8 √ √ √ √ √

52 24 41 3,3 √ √ √ √ √

53 40 53 5,7 √ √ √ √ √

54 21 36 5,1 √ √ √ √ √

55 37 48 4,6 √ √ √ √ √

56 30 33 4,3 √ √ √ √ √

57 31 38 4,2 √ √ √ √ √


(49)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

59 38 57 6,6 √ √ √ √ √

60 40 57 5,2 √ √ √ √ √

61 27 37 5,6 √ √ √ √ √

62 21 35 5,3 √ √ √ √ √

63 18 23 3,4 √ √ √ √ √

64 44 53 6,8 √ √ √ √ √

65 44 57 5,7 √ √ √ √ √

66 43 57 6,1 √ √ √ √ √

67 21 29 4,4 √ √ √ √ √

68 38 48 4,8 √ √ √ √ √

69 27 35 6,4 √ √ √ √ √

70 29 45 5,6 √ √ √ √ √

71 31 42 4,3 √ √ √ √ √

72 15 35 6,6 √ √ √ √ √

73 31 47 3,5 √ √ √ √ √

74 20 35 3,4 √ √ √ √ √

75 31 43 4,3 √ √ √ √ √

76 32 48 5,9 √ √ √ √ √

77 34 43 5,2 √ √ √ √ √

78 34 51 9,6 √ √ √ √ √

79 34 44 5,5 √ √ √ √ √

80 34 44 6,5 √ √ √ √ √

81 32 47 5,6 √ √ √ √ √

82 47 57 6,2 √ √ √ √ √

83 35 47 4,7 √ √ √ √ √

84 21 37 5,2 √ √ √ √ √

85 29 39 4,8 √ √ √ √ √

86 30 46 5,1 √ √ √ √ √

87 30 35 5,0 √ √ √ √ √


(50)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

89 37 55 6,9 √ √ √ √ √

90 41 41 7,3 √ √ √ √ √

91 29 46 4,7 √ √ √ √ √

92 17 36 4,1 √ √ √ √ √

93 20 33 3,6 √ √ √ √ √

94 29 33 4,3 √ √ √ √ √

95 41 50 5,8 √ √ √ √ √

96 22 37 5,2 √ √ √ √ √

97 43 52 4,5 √ √ √ √ √

98 30 40 5,4 √ √ √ √ √

99 36 52 6,4 √ √ √ √ √

100 43 59 5,9 √ √ √ √ √

101 27 35 5,5 √ √ √ √ √

102 33 49 6,9 √ √ √ √ √

103 25 39 54,7 √ √ √ √ √

104 28 39 4,2 √ √ √ √ √

105 20 43 4,5 √ √ √ √ √

106 33 48 5,5 √ √ √ √ √

107 36 44 4,6 √ √ √ √ √

108 24 30 5,0 √ √ √ √ √

109 27 32 4,6 √ √ √ √ √

110 36 43 5,1 √ √ √ √ √

111 37 57 5,0 √ √ √ √ √

112 22 22 3,2 √ √ √ √ √

113 37 45 5,9 √ √ √ √ √

114 39 39 4,3 √ √ √ √ √

115 25 37 5,6 √ √ √ √ √

116 21 30 4,2 √ √ √ √ √

117 38 51 5,1 √ √ √ √ √


(51)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

119 26 38 4,7 √ √ √ √ √

120 45 45 5,4 √ √ √ √ √

121 37 48 4,7 √ √ √ √ √

122 38 38 4,2 √ √ √ √ √

123 31 38 5,6 √ √ √ √ √

124 42 51 6,3 √ √ √ √ √

125 43 43 4,4 √ √ √ √ √

126 21 36 3,7 √ √ √ √ √

127 20 32 3,3 √ √ √ √ √

128 36 50 5,5 √ √ √ √ √

129 40 49 5,8 √ √ √ √ √

130 34 40 4,2 √ √ √ √ √

131 35 44 4,2 √ √ √ √ √

132 24 39 4,7 √ √ √ √ √

133 33 39 4,7 √ √ √ √ √

134 20 30 3,3 √ √ √ √ √

135 28 36 5,6 √ √ √ √ √

136 27 41 6,3 √ √ √ √ √

137 39 59 5,1 √ √ √ √ √

138 31 44 6,7 √ √ √ √ √

139 29 42 5,5 √ √ √ √ √

140 23 37 6,4 √ √ √ √

141 30 47 6,8 √ √ √ √ √

142 52 59 6,1 √ √ √ √ √

143 35 49 5,3 √ √ √ √ √

144 28 38 4,6 √ √ √ √ √

145 36 55 6,6 √ √ √ √ √

146 22 44 4,3 √ √ √ √ √

147 38 48 6,2 √ √ √ √ √


(52)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

149 49 63 5,7 √ √ √ √ √

150 18 31 4,1 √ √ √ √ √

151 35 42 4,8 √ √ √ √ √

152 29 44 4,2 √ √ √ √ √

153 37 53 4,7 √ √ √ √ √

154 42 53 5,4 √ √ √ √ √

155 26 41 5,8 √ √ √ √ √

156 28 33 5,0 √ √ √ √ √

157 22 35 6,9 √ √ √ √ √

158 35 43 4,2 √ √ √ √ √

159 24 40 4,8 √ √ √ √ √

160 23 40 4,1 √ √ √ √ √

161 24 37 5,0 √ √ √ √ √

162 27 42 5,0 √ √ √ √ √

163 33 48 4,8 √ √ √ √ √

164 28 41 5,4 √ √ √ √ √

165 21 36 6,3 √ √ √ √ √

166 24 38 6,7 √ √ √ √ √

167 36 48 5,9 √ √ √ √ √

168 34 50 5,2 √ √ √ √ √

169 41 52 6,9 √ √ √ √ √

170 42 51 7,0 √ √ √ √ √

171 34 48 6,2 √ √ √ √ √

172 52 64 6,7 √ √ √ √ √

173 36 51 6,6 √ √ √ √ √

174 41 47 5,4 √ √ √ √ √

175 41 51 5,2 √ √ √ √ √

176 25 40 4,7 √ √ √ √ √

177 49 57 5,8 √ √ √ √ √


(53)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

179 38 50 7,6 √ √ √ √ √

180 26 42 5,3 √ √ √ √ √

181 26 36 5,7 √ √ √ √ √

182 23 33 5,2 √ √ √ √ √

183 30 40 5,1 √ √ √ √ √

184 31 42 5,9 √ √ √ √ √

185 35 48 7,2 √ √ √ √ √

186 54 67 8,7 √ √ √ √ √

187 40 45 6,3 √ √ √ √ √

188 35 45 5,6 √ √ √ √ √

189 29 33 4,6 √ √ √ √ √

190 37 47 4,3 √ √ √ √ √

191 38 42 4,5 √ √ √ √ √

192 22 31 4,4 √ √ √ √ √

193 33 35 4,4 √ √ √ √ √

194 37 47 4,9 √ √ √ √ √

195 15 28 4,8 √ √ √ √ √

196 24 30 5,1 √ √ √ √ √

197 31 41 6,7 √ √ √ √ √

198 32 33 5,3 √ √ √ √ √

199 35 41 5,3 √ √ √ √ √

200 45 53 5,8 √ √ √ √ √

201 48 60 5,7 √ √ √ √ √

202 28 43 5,4 √ √ √ √ √

203 40 48 4,7 √ √ √ √ √

204 31 49 4,2 √ √ √ √ √

205 28 46 6,3 √ √ √ √ √

206 26 40 5,8 √ √ √ √ √

207 32 43 6,0 √ √ √ √ √


(54)

No. Bibit Tinggi Tunas (cm) Tinggi Total (cm) Diameter (mm) Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada Hijau Tua Hijau Pucat Kokoh Tegar Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

209 11 23 4,2 √ √ √ √ √

210 35 49 8,7 √ √ √ √ √

211 27 44 5,5 √ √ √ √ √

212 25 34 4,3 √ √ √ √

213 22 34 4,6 √ √ √ √ √

214 13 24 4,2 √ √ √ √ √

215 30 40 5,0 √ √ √ √ √

216 21 43 6,0 √ √ √ √ √

217 56 63 5,7 √ √ √ √ √

218 20 27 5,4 √ √ √ √ √

219 29 32 5,1 √ √ √ √ √

220 36 51 6,8 √ √ √ √ √

221 41 47 4,1 √ √ √ √ √

222 21 34 4,8 √ √ √ √ √

223 26 43 5,8 √ √ √ √ √

224 30 42 5,2 √ √ √ √ √

225 43 52 5,5 √ √ √ √ √

226 17 32 5,4 √ √ √ √ √

227 29 40 4,8 √ √ √ √ √

228 28 34 4,2 √ √ √ √ √

229 41 53 6,7 √ √ √ √ √

230 23 33 5,3 √ √ √ √ √

231 28 43 5,8 √ √ √ √ √

232 37 41 4,4 √ √ √ √ √

233 28 42 4,3 √ √ √ √ √

234 29 35 5,6 √ √ √ √ √

235 45 55 7,7 √ √ √ √ √

236 28 44 4,2 √ √ √ √ √

237 30 35 5,8 √ √ √ √ √


(55)

No. Bibit

Tinggi Tunas (cm)

Tinggi Total (cm)

Diameter (mm)

Serangan Hama

Penyakit Warna Daun

Kekekaran Tunas Utama

Pangkal Tunas Utama

Mengkayu Kekompakan Akar Ada Tidak

Ada

Hijau Tua

Hijau Pucat

Kokoh Tegar

Lemah

Tertekan Mengkayu

Tidak

Mengkayu Kompak Retak Patah Lepas

239 31 40 5,5 √ √ √ √ √

240 44 53 5,3 √ √ √ √ √

241 39 55 7,9 √ √ √ √ √

242 30 38 4,2 √ √ √ √ √

243 36 41 5,8 √ √ √ √ √

244 12 24 4,1 √ √ √ √ √

245 26 38 4,0 √ √ √ √ √

246 27 38 4,0 √ √ √ √ √

247 32 44 4,2 √ √ √ √ √

248 32 38 4,9 √ √ √ √ √

249 29 41 4,9 √ √ √ √ √


(1)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

89 37 55 6,9 √ √ √ √ √

90 41 41 7,3 √ √ √ √ √

91 29 46 4,7 √ √ √ √ √

92 17 36 4,1 √ √ √ √ √

93 20 33 3,6 √ √ √ √ √

94 29 33 4,3 √ √ √ √ √

95 41 50 5,8 √ √ √ √ √

96 22 37 5,2 √ √ √ √ √

97 43 52 4,5 √ √ √ √ √

98 30 40 5,4 √ √ √ √ √

99 36 52 6,4 √ √ √ √ √

100 43 59 5,9 √ √ √ √ √

101 27 35 5,5 √ √ √ √ √

102 33 49 6,9 √ √ √ √ √

103 25 39 54,7 √ √ √ √ √

104 28 39 4,2 √ √ √ √ √

105 20 43 4,5 √ √ √ √ √

106 33 48 5,5 √ √ √ √ √

107 36 44 4,6 √ √ √ √ √

108 24 30 5,0 √ √ √ √ √

109 27 32 4,6 √ √ √ √ √

110 36 43 5,1 √ √ √ √ √

111 37 57 5,0 √ √ √ √ √

112 22 22 3,2 √ √ √ √ √

113 37 45 5,9 √ √ √ √ √

114 39 39 4,3 √ √ √ √ √

115 25 37 5,6 √ √ √ √ √

116 21 30 4,2 √ √ √ √ √

117 38 51 5,1 √ √ √ √ √


(2)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

119 26 38 4,7 √ √ √ √ √

120 45 45 5,4 √ √ √ √ √

121 37 48 4,7 √ √ √ √ √

122 38 38 4,2 √ √ √ √ √

123 31 38 5,6 √ √ √ √ √

124 42 51 6,3 √ √ √ √ √

125 43 43 4,4 √ √ √ √ √

126 21 36 3,7 √ √ √ √ √

127 20 32 3,3 √ √ √ √ √

128 36 50 5,5 √ √ √ √ √

129 40 49 5,8 √ √ √ √ √

130 34 40 4,2 √ √ √ √ √

131 35 44 4,2 √ √ √ √ √

132 24 39 4,7 √ √ √ √ √

133 33 39 4,7 √ √ √ √ √

134 20 30 3,3 √ √ √ √ √

135 28 36 5,6 √ √ √ √ √

136 27 41 6,3 √ √ √ √ √

137 39 59 5,1 √ √ √ √ √

138 31 44 6,7 √ √ √ √ √

139 29 42 5,5 √ √ √ √ √

140 23 37 6,4 √ √ √ √

141 30 47 6,8 √ √ √ √ √

142 52 59 6,1 √ √ √ √ √

143 35 49 5,3 √ √ √ √ √

144 28 38 4,6 √ √ √ √ √

145 36 55 6,6 √ √ √ √ √

146 22 44 4,3 √ √ √ √ √

147 38 48 6,2 √ √ √ √ √


(3)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

149 49 63 5,7 √ √ √ √ √

150 18 31 4,1 √ √ √ √ √

151 35 42 4,8 √ √ √ √ √

152 29 44 4,2 √ √ √ √ √

153 37 53 4,7 √ √ √ √ √

154 42 53 5,4 √ √ √ √ √

155 26 41 5,8 √ √ √ √ √

156 28 33 5,0 √ √ √ √ √

157 22 35 6,9 √ √ √ √ √

158 35 43 4,2 √ √ √ √ √

159 24 40 4,8 √ √ √ √ √

160 23 40 4,1 √ √ √ √ √

161 24 37 5,0 √ √ √ √ √

162 27 42 5,0 √ √ √ √ √

163 33 48 4,8 √ √ √ √ √

164 28 41 5,4 √ √ √ √ √

165 21 36 6,3 √ √ √ √ √

166 24 38 6,7 √ √ √ √ √

167 36 48 5,9 √ √ √ √ √

168 34 50 5,2 √ √ √ √ √

169 41 52 6,9 √ √ √ √ √

170 42 51 7,0 √ √ √ √ √

171 34 48 6,2 √ √ √ √ √

172 52 64 6,7 √ √ √ √ √

173 36 51 6,6 √ √ √ √ √

174 41 47 5,4 √ √ √ √ √

175 41 51 5,2 √ √ √ √ √

176 25 40 4,7 √ √ √ √ √

177 49 57 5,8 √ √ √ √ √


(4)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

179 38 50 7,6 √ √ √ √ √

180 26 42 5,3 √ √ √ √ √

181 26 36 5,7 √ √ √ √ √

182 23 33 5,2 √ √ √ √ √

183 30 40 5,1 √ √ √ √ √

184 31 42 5,9 √ √ √ √ √

185 35 48 7,2 √ √ √ √ √

186 54 67 8,7 √ √ √ √ √

187 40 45 6,3 √ √ √ √ √

188 35 45 5,6 √ √ √ √ √

189 29 33 4,6 √ √ √ √ √

190 37 47 4,3 √ √ √ √ √

191 38 42 4,5 √ √ √ √ √

192 22 31 4,4 √ √ √ √ √

193 33 35 4,4 √ √ √ √ √

194 37 47 4,9 √ √ √ √ √

195 15 28 4,8 √ √ √ √ √

196 24 30 5,1 √ √ √ √ √

197 31 41 6,7 √ √ √ √ √

198 32 33 5,3 √ √ √ √ √

199 35 41 5,3 √ √ √ √ √

200 45 53 5,8 √ √ √ √ √

201 48 60 5,7 √ √ √ √ √

202 28 43 5,4 √ √ √ √ √

203 40 48 4,7 √ √ √ √ √

204 31 49 4,2 √ √ √ √ √

205 28 46 6,3 √ √ √ √ √

206 26 40 5,8 √ √ √ √ √

207 32 43 6,0 √ √ √ √ √


(5)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

209 11 23 4,2 √ √ √ √ √

210 35 49 8,7 √ √ √ √ √

211 27 44 5,5 √ √ √ √ √

212 25 34 4,3 √ √ √ √

213 22 34 4,6 √ √ √ √ √

214 13 24 4,2 √ √ √ √ √

215 30 40 5,0 √ √ √ √ √

216 21 43 6,0 √ √ √ √ √

217 56 63 5,7 √ √ √ √ √

218 20 27 5,4 √ √ √ √ √

219 29 32 5,1 √ √ √ √ √

220 36 51 6,8 √ √ √ √ √

221 41 47 4,1 √ √ √ √ √

222 21 34 4,8 √ √ √ √ √

223 26 43 5,8 √ √ √ √ √

224 30 42 5,2 √ √ √ √ √

225 43 52 5,5 √ √ √ √ √

226 17 32 5,4 √ √ √ √ √

227 29 40 4,8 √ √ √ √ √

228 28 34 4,2 √ √ √ √ √

229 41 53 6,7 √ √ √ √ √

230 23 33 5,3 √ √ √ √ √

231 28 43 5,8 √ √ √ √ √

232 37 41 4,4 √ √ √ √ √

233 28 42 4,3 √ √ √ √ √

234 29 35 5,6 √ √ √ √ √

235 45 55 7,7 √ √ √ √ √

236 28 44 4,2 √ √ √ √ √

237 30 35 5,8 √ √ √ √ √


(6)

Ada Tua Pucat Tegar Tertekan Mengkayu

239 31 40 5,5 √ √ √ √ √

240 44 53 5,3 √ √ √ √ √

241 39 55 7,9 √ √ √ √ √

242 30 38 4,2 √ √ √ √ √

243 36 41 5,8 √ √ √ √ √

244 12 24 4,1 √ √ √ √ √

245 26 38 4,0 √ √ √ √ √

246 27 38 4,0 √ √ √ √ √

247 32 44 4,2 √ √ √ √ √

248 32 38 4,9 √ √ √ √ √

249 29 41 4,9 √ √ √ √ √