Persyaratan Tumbuh Sungkai Peronema canescens Perbanyakan Sungkai Peronema canescens

Tinggi pohon mencapai 20–30 m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat. Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret –Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir Dephut, 2006. Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun. Tajuk pohon berbentuk avoid, skala tajuk halus sampai sedang. Daun pertama pinateli, ujung daun ovate, bentuk daun petiolate. Bentuk kotiledon sama dengan perkecambahan epigeal Zulfahmi, 2007.

2. Persyaratan Tumbuh Sungkai Peronema canescens

Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian 0 sampai 600 m diatas permukaan laut. Tanaman sungkai perlu tanah yang baik, sedangkan di tanah yang tidak subur tidak dianjurkan. Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan dan semak belukar dengan sistim jalur atau cemplongan. Disamping itu dapat juga ditanam pada areal yang terbuka dengan pengolahan tanah total yang dapat dikombinasi dengan pemberian tanaman tumpang sari Dephut, 2006. Universitas Sumatera Utara

3. Perbanyakan Sungkai Peronema canescens

Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih biji dilakukan dengan cara mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat perbanyakan secara biji generatif lebih kecil pesentase tumbuhnya, maka untuk pengadaan benih lebih mudah dilaksanakan dengan cara perbanyakan vegetatif penanaman digunakan stek batang, yang diambil dari terubusan- terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilihtegakan plus Dephut, 2006. Gambar 1. Perbanyakan Tanaman Sungkai secara Stek Batang Vegetatif Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi hormon tumbuh Roton F, kemudian ditanamdisemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali sehari dan jika terserang hamapenyakit dilakukan pemberantasan dengan Universitas Sumatera Utara insektisidafungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur lebih kurang 3 bulan Dephut, 2006. Menurut Zulfahmi 2007, metode perbanyakan yang sering digunakan adalah stek. Pohon dari pemotongan stek, akan membentuk sistem akar yang rumit, yang sama dengan pertumbuhan pohon yang berasal dari benih. Tetapi jika perbanyakan yang digunakan dari benih, maka benih yang dikoleksi tidak berkecambah dengan baik. Benih berkecambah dengan cepat dibawah sinar matahari penuh. Bahan stek dapat diperoleh dari cabang-cabang pohon yang mempunyai persentase hidup 80-100, stek pucuk 60-80 dan terubusan atau anakan. Bahan stek sungkai sebaiknya diambil dari terubusan-terubusan yang berumur + 2 tahun dari tungkul bekas tebangan. Pertumbuhan akar dapat dirangsang dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Ukuran stek sungkai sebaiknya berdiameter 1,5 cm – 2,0 cm dan ukuran panjang stek 10-12 cm Suita, 2005. Selama ini penyediaan bibit sungkai dilakukan dengan stek batang, namun jumlahnya terbatas. Perbanyakan melalui biji juga sulit dilakukan karena bunganya hanya dijumpai 2 kali setahun dan viabilitasnya sangat rendah. Perbanyakan in vitro tanaman sungkai melalui proliferasi tunas aksiler untuk skala laboratorium telah berhasil dikembangkan di Puslit Bioteknologi, LIPI Imelda, 2003.

4. Pembibitan Tanaman