Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
dijumpai, dan penurunan volume statis paru berhubungan dengan derajat obesitas.
12
Namun, Tang dkk tidak menemukan perbedaan bermakna pada hasil pengukuran faal paru antara anak obesitas dan tidak obesitas setelah uji
lompat selama 10 menit.
9
Basisio dkk dan Chaussain dkk juga tidak menjumpai kelainan paru yang bermakna pada anak obesitas.
Dikutip dari 12
Uji faal paru adalah sebutan umum terhadap deretan studi atau manuver yang dilakukan dengan peralatan standarisasi untuk mengukur faal paru. Uji ini
sejak lama dikenal orang sebagai sarana penting untuk penanganan berbagai kelainan paru. Dimasa kini, kekerapan penyakit paru dan saluran respiratorik
semakin meningkat sehingga peranan uji faal paru semakin penting baik untuk diagnosis, penilaian keberhasilan terapi maupun meramalkan berbagai penyakit
paru dan saluran respiratorik. Uji faal paru dapat dilakukan dengan spirometri, pengukuran volume paru, kapasitas difusi karbon monoksida dan analisa gas
darah arteri.
13
Pengukuran faal paru sering sulit dilakukan pada anak karena kurang kooperatif sehingga dibuat suatu uji sederhana yang tidak membutuhkan
partisipasi aktif anak. Peak flow meter
PFM merupakan sebuah instrumen kecil, portable
, murah dan mudah digunakan sebagai suatu alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi. Alat ini secara luas telah digunakan pada penderita asma
atau sebagai uji tapis penyakit respiratorik.
13,14
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah : apakah terdapat perbedaan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan
sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas?
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan penelitian
Untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas
1.4. Hipotesis nol
Hipotesis nol penelitian ini adalah tidak ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak
obesitas.
1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Untuk ilmu pengetahuan
Diharapkan penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang efek obesitas dan latihan fisik terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada anak
1.5.2. Untuk bidang akademik
Penelitian ini diharapkan menjadi suatu pelatihan bagi peneliti, sehingga di waktu yang akan datang peneliti dapat memiliki kemampuan untuk
melakukan penelitian lainnya.
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Disfungsi saluran respiratorik pada obesitas anak
2.1.1. Efek mekanik compliance
paru
Proses pernafasan dibedakan atas 4 keadaan yaitu : 1. Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke paru-paru, 2. difusi oksigen dan
CO
2
dari udara yang masuk ke pembuluh darah di paru, 3. transport O
2
dan CO
2
dari darah ke sel, dan 4. pengaturan ventilasi.
15
Ventilasi pulmonal terjadi akibat peristiwa mekanik respirasi yang dikenal sebagai inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi merupakan fase aktif dari ventilasi oleh
kontraksi otot-otot pernafasan dan diafragma mengakibatkan volume rongga dada meningka, tekanan alveolar menurun sehingga udara mengalir ke paru
dan paru mengembang. Pada ekspirasi terjadi relaksasi diafragma dan elastic
recoil, volume paru menurun dan tekanan alveolar meningkat sehingga udara
terdorong keluar dari paru dan paru menguncup. Peristiwa ini tergantung pada adekuatnya pompa respirator otot-otot dan dinding dada, alat-alat mekanik
saluran respiratorik dan unit penukar gas. Otot terpenting untuk inspirasi adalah diafragma, sedangkan untuk
ekspirasi otot-otot dinding abdomen. Pada saat kontraksi, tekanan intraabdominal meningkat dan mendorong diafragma keatas. Dinding dada,
pleura, dan otot-otot pernafasan merupakan komponen terpenting dari pompa respirator dan harus berfungsi normal untuk menghasilkan ventilasi efektif.
Gangguan struktur komponen ini dapat mengakibatkan restriksi paru, gangguan fungsi ventilasi, dan gagal nafas.
16,17
Pada obesitas terjadi penumpukan berlebihan dari lemak tubuh. Penumpukan lemak di dada dan abdomen membatasi pergerakan dinding dada
dan diafragma, berkurangnya compliance
daya kembang paru dan meningkatkan kerja pernafasan, terutama saat anak berbaring. Lemak akan
memaksa otot-otot inspirasi bekerja lebih keras untuk mengembangkan paru. Compliance
paru berkurang karena alveoli kolaps, menyebabkan paru semakin kaku dan sulit mengembang selama inspirasi. Kombinasi ini mengakibatkan
meningkatnya kerja respirasi.
18,19
Gambar 1. Penumpukan lemak pada dada dan perut pada obesitas
Disfungsi dinding dada akan mengakibatkan gangguan paru-paru restriktif dengan pengurangan volume paru-paru, penurunan nilai arus absolut, rasio
forced expiratory volume in
1 second FEV
1
forced vital capacity FVC normal,
berkurangnya kekuatan otot-otot pernafasan, dan penurunan respon ventilasi terhadap aktivitas fisik. Infiltrasi lemak pada otot dan penumpukan lemak
subkutan menyempitkan saluran nafas atas dan membatasi visualisasi terhadap laring. Jika keadaan ini berkombinasi dengan tonsil dan adenoid yang besar,
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
dapat mengakibatkan obstruksi saluran nafas. Obesitas pada anak dapat menjadi penyulit tambahan pada saat intubasi.
19,20
IMPAIRMENT OF UPPER AND LOWER MOTOR
SCOLIOSIS OVERINFLATED
CHEST
OBESITY
MUSCULAR DISEASES DECREASED IN STRENGTH
ANDOR EFFICIENCY OF P
1
MAX ‒, P
E
MAX ‒
REDUCED VENTILATORY RESPONSES TO :
- CO
2
TESTS - EXERCISE
TESTS -
SUSTAINED MVV TEST REDUCED LUNG VOLUME
especially ERV and IRV
MISMATCH VQ VPVT
INCREASED MINUTE VENTILATION
Þ à CHEST WALL
COMPLIANCE
HYPOXIA - HYPERCAPNIA PULMONAL HYPERTENSION
with age or
pulmonary complications
RESPIRATORY FAILURE
Gambar 2. Skema patogenesis obesitas dengan disfungsi dinding dada terhadap gagal nafas.
20
2.1.2. Resistensi sistem pernafasan
Resistensi total sistem respirasi meningkat pada obesitas sebesar 30 – 100 selama inspirasi. Peningkatan ini berhubungan dengan meningkatnya resistensi
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
pada tingkat saluran respiratorik kecil. Resistensi respiratorik lebih meningkat pada keadaan berbaring, kemungkinan akibat penumpukan lemak di saluran
respiratorik supralaring dan meningkatnya aliran darah intrapulmonal yang mengakibatkan saluran respiratorik semakin menyempit.
21
Ülger dkk mendapatkan resistensi pernafasan dan saluran nafas meningkat secara
bermakna sesuai derajat obesitas, menegaskan bahwa dengan penambahan beban elastis, anak obesitas mengalami peningkatan resistensi respiratorik
diakibatkan penurunan volume paru.
22
2.1.3. Kerja pernafasan
Kerja pernafasan adalah kerja yang harus dilakukan otot-otot respiratorik menghasilkan kekuatan elastik, aliran resistif paru dan dinding dada. Pada
obesitas, kerja pernafasan diperkirakan 60 lebih besar dibanding normal, karena meningkatnya energi yang digunakan untuk menggerakkan diafragma.
Otot respiratorik bekerja 2 kali lebih keras sehingga otot menjadi lebih cepat lelah.
18,21
2.1.4. Kekuatan dan daya tahan otot-otot pernafasan
Kekuatan otot-otot inspirasi dan ekspirasi sedikit terganggu pada obesitas, diperkirakan oleh karena adanya infiltrasi lemak pada otot dan regangan
diafragma yang berlebihan. Daya tahan otot pernafasan yang diukur dengan maximal voluntary ventilation MVV berkurang pada obesitas.
19,21
2.2. Pengaruh latihan fisik terhadap anak obesitas
Uji latihan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya hiperreaktifitas bronkus, prinsipnya adalah terjadi bronkokonstriksi akibat hilangnya panas dan cairan
pada mukosa saluran nafas selama latihan fisik.
23
Bronkokonstriksi yang terjadi selama atau segera setelah latihan fisik disebut sebagai
exercise - induced asthma
EIA. Para ahli juga menggunakan istilah exercise – induced
bronchospasm EIB untuk menggambarkan adanya gejala-gejala ataupun
terjadinya penurunan FEV
1
secara bermakna sehubungan dengan latihan fisik. Biasanya, EIA terjadi beberapa menit setelah aktivitas fisik dan mencapai
puncaknya 5 – 10 menit. Aerobik atau lari bebas selama 6 – 8 menit dapat mengidentifikasi EIA anak. Prevalensi EIA pada asma anak berkisar 60 - 95,
dapat tejadi pada sekitar 10 anak tanpa riwayat asma.
24,25
Tabel 1. Symptoms of Exercise - Induced Bronchospasm
24
Shortness of breath or wheezing Decreased exercise endurance
Chest pain or tightness with exercise Cough
Upset stomach or stomachache Sore throat
Anak obesitas dapat mengalami dispnu hebat selama latihan fisik akibat kerja berlebihan untuk menggerakkan dada dan perut yang berat serta kondisi
tidak baik secara keseluruhan. Pola takipnu sewaktu latihan fisik menggambarkan kombinasi akibat penumpukan massa lemak dan berkurangnya
compliance paru-paru. Penurunan volume paru meningkatkan resistensi
respiratorik yang mengakibatkan exercise-induced dispnea
pada anak obesitas.
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007 USU e-Repository © 2008
18,24
Kaplan dkk mendapatkan bahwa EIA sering terjadi pada anak obesitas.
dikutip dari 9
Ülger dkk menemukan 31,6 anak obesitas positif terhadap uji latihan fisik, dibandingkan hanya 3,3 pada kelompok kontrol.
22
Tabel 2 . Mechanism of exercise intolerance in obese patients
.
21
Increased resting and exercise metabolic rate High metabolic cost to move body mass
Altered mechanics of chest and abdomen Low ventilatory and cardiovascular reserve
Low anaerobic threshold relative to body weight Dyspnea
Deconditioning Pulmonary hypertension
Diastolic dysfunction Cardiac ischemia
Claudication microvascular disease Musculoskeletal disturbances
Anxiety
2.3. Uji fungsi paru