Uji Biokimia Serta Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Isolat Bakteri Dari Ikan Lele Dumbo (Clarias sp)

(1)

CAIR TEMPURUNG KELAPA TERHADAP ISOLAT BAKTERI

DARI IKAN LELE DUMBO

(Clarias sp)

KARYA ILMIAH

INDAH

072401006

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TEMPURUNG KELAPA TERHADAP ISOLAT BAKTERI DARI IKAN LELE DUMBO

(Clarias sp)

KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya

INDAH 072401006

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : UJI BIOKIMIA SERTA UJI INDEKS

ANTI-MIKROBIAL ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA TERHADAP ISOLAT BAKTERIDARI IKAN LELE DUMBO (Clarias sp)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : INDAH

Nomor Induk Mahasiswa : 072401006

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2010

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan, M. S Dr.RumondangBulan, M. S


(4)

UJI BIOKIMIA SERTA UJI INDEKS ANTI-MIKROBIAL ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA TERHADAP ISOLAT BAKTERI DARI IKAN LELE

DUMBO (Clarias sp)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2010

INDAH 072401006


(5)

Salam Sejahtera

Segala puji syukur bagi Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat, nikmat dan karuniaNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir berupa Karya Ilmiah dengan judul “Uji Biokimia Serta Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Isolat Bakteri Dari Ikan Lele Dumbo (Clarias sp)” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan yakni kepada :

a. Ibu Dr.Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi bimbingan kepada penulis.

b. Ibu Dr. Marpongahtun, M. Sc selaku Kepala Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

c. Seluruh Dosen dan Karyawan / Staf Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

d. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayah Bun Tjuang dan Ibunda Nurmiaty yang selalu memberi dukungan dan nasehat kepada penulis baik secara materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

e. Kakak dan Adik penulis, Lisa Mutiara, Harianto dan Windi yang selalu mendukung, memberi semangat dan menghibur penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(6)

Edy Trans, Lina Chuango, Nurlela yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

g. Rekan – rekan Mahasiswa/i Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2007.

Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga Tugas Akhir ini akan berguna bagi para pembacanya, penulis juga amat menyadari masih banyak kekurangan pada Tugas Akhir ini maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bersama menuju hasil yang lebih sempurna.


(7)

ABSTRAK

Salah satu syarat pemeriksaan untuk menyatakan komoditas ikan bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina adalah melalui pemeriksaan parasit berupa bakteri. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjaga komoditas agar tetap memenuhi syarat baik konsumsi maupun non-konsumsi. Untuk menentukan apakah bakteri pada komoditi berupa parasit atau tidak maka pertama harus dilakukan identifikasi untuk mengetahui spesies bakteri di mana prinsipnya berdasarkan pada metabolismenya terhadap beberapa senyawa kimia tertentu. Sedangkan untuk uji indeks anti-mikrobial dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik pengasapan yang biasa diterapkan masyarakat untuk pengawetan komoditi ikan khususnya ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Uji ini dilakukan dengan cara menempatkan cakram berisi asap cair pada hasil kulturisasi bakteri dalam media Tryptone Soya Agar dan dihitung diameter zona hambatnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil isolasi dan identifikasi bakteri dari daging ikan Lele Dumbo (Clarias sp) adalah bakteri Aeromonas sp, Pseudomonas sp

dan Clostiridium sp. sedangkan untuk uji indeks anti-mikrobial asap cair tempurung kelapa didapatkan hasil untuk bakteri Aeromonas sp adalah 5, Pseudomonas sp adalah 3 dan Clostiridium sp adalah 1.25.


(8)

BIOCHEMISTRY ANALYSIS AND ANTI-MICROBIAL INDEX TESTING OF LIQUEFIED COCONUT SHELL SMOKE OF BACTERIA ISOLATE FROM

LELE DUMBO CATFISH (Clarias sp)

ABSTRACT

One of the major analysis conditions to decide that a commodity is free from quarantine infections and illnesses is from parasites analysis such as bacteria. This analysis is done to keep the commodity in meeting standards in consumption or non-consumption. To know that the bacteria in commodity are included as parasites or not, firstly they should be identified to know the species where the principle is based on its metabolism to certain kinds of chemical substances. As for anti-microbial index testing is done to know the effectiveness of curing techniques which is applied by many people to preserve fish commodity especially Lele Dumbo Catfish (Clarias sp). This testing was done by placing a disc containing liquefied smoke to the bacteria cultures in Tryptone Soya Agar media, and continued with counting the prevention zone diameters. From the analysis can be get as result from bacteria isolation and identification from Lele Dumbo Catfish meat is Aeromonas sp, Pseudomonas sp and

Clostiridium sp while for the result of anti-microbial index of liquefied coconut shell smoke is 5 for Aeromonas sp, 3 for Pseudomonas sp and 1.25 for Clostiridium sp.


(9)

Halaman Persetujuan ... iii Pernyataan ... iv Penghargaan ... v Abstrak ... vii Abstract ... viii Daftar Isi ... ix Daftar Tabel ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

... 1

1.1 Latar Belakang

... 1

1.2 Tujuan

... 1


(10)

... 2

1.4 Permasalahan

... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

... 3

2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp)

3

2.1.1 Karakteristik Ikan Lele Dumbo 3

2.1.2 Komposisi Gizi Ikan Lele Dumbo 5

2.1.3 Peluang Pasar Ikan Lele Dumbo 6

2.2 Asap Cair

... 6

2.2.1 Komposisi Kimia Asap Cair 6

2.2.2 Tingkat Keamanan Konsumsi Asap Cair 7

2.3 Uji Biokimia Metabolisme, Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri

... 8

2.3.1 Penentuan Karakterisasi Bakteri 9


(11)

11

3.2 Bahan

... 12

3.3 Cara Kerja

... 13

A. Persiapan Analisa 13

A.1 Penyediaan Sampel 13

A.2 Isolasi dan Uji Biokimia Metabolisme Bakteri 13

A.3 Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair 17

A.3.1 Persiapan Isolat Bakteri 17

A.3.2 Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa 18

B. Pengamatan Hasil Uji Biokimia Metabolisme Bakteri 18

B.1 Uji Methyl Red – Voges Proskauer 18

B.2 Uji Gelatin 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

... 20

4.1 Hasil

... 20

4.1.1 Data Penelitian 20


(12)

20

B. Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa 23 4.1.2 Perhitungan 24 4.2 Pembahasan ... 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

... 26 5.1 Kesimpulan ... 26 5.2 Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA ... 27

Lampiran 1 Tabel Hama dan Penyakit Ikan Karantina

... 29

Lampiran 2. Tabel Pembacaan Karakteristik Tingkat Pertama Bakteri Gram Positif

34

Lampiran 3. Tabel Pembacaan Karakteristik Tingkat Kedua Bakteri


(13)

36

Lampiran 5. Tabel Pembacaan Karakteristik Tingkat Kedua Bakteri

Pseudomonas sp

...

37

Lampiran 6. Tabel Pembacaan Karakteristik Tingkat Kedua Bakteri

Aeromonas sp

...

38

Lampiran 7. Tabel Pembacaan Karakteristik Tingkat Ketiga Bakteri

Aeromonas sp

...

39

Lampiran 8. Gambar Karakteristik Pertumbuhan Koloni Bakteri

... 40

Lampiran 9. Gambar Hasil Awal Isolasi dan Teknik Biakan Murni

... 41

Lampiran 10. Gambar Hasil Uji Biokimia Metabolisme Bakteri

... 42

Lampiran 11. Gambar Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair

... 43


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Komposisi Gizi pada Ikan Lele 5

Tabel 2 Kandungan Asam Amino Esensial pada Ikan Lele 5

Tabel 4.1 Bentuk, Elevasi, Warna dan Tepi Koloni 20

Tabel 4.2 Uji Pewarnaan Gram 20

Tabel 4.3 Uji Karbohidrat untuk Koloni Bakteri A 20

Tabel 4.4 Uji Karbohidrat untuk Koloni Bakteri B 21

Tabel 4.5 Uji Karbohidrat untuk Koloni Bakteri C 21

Tabel 4.6 Uji Media Selektif dan Media Diferensial 21

Tabel 4.7 Uji Sitrat 22

Tabel 4.8 Uji Motilitas, Indol dan Ornitin 22

Tabel 4.9 Uji Methyl Red – Voges Proskauer 22

Tabel 4.10 Uji Triple Iron Sugar Agar 22

Tabel 4.11 Uji Lysine Iron Agar 22

Tabel 4.12 Uji Gelatin 23

Tabel 4.13 Uji Respirasi (Oksidasi) dan Fermentasi Glukosa 23

Tabel 4.14 Uji Oksidase 23

Tabel 4.15 Uji Katalase 23


(15)

ABSTRAK

Salah satu syarat pemeriksaan untuk menyatakan komoditas ikan bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina adalah melalui pemeriksaan parasit berupa bakteri. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjaga komoditas agar tetap memenuhi syarat baik konsumsi maupun non-konsumsi. Untuk menentukan apakah bakteri pada komoditi berupa parasit atau tidak maka pertama harus dilakukan identifikasi untuk mengetahui spesies bakteri di mana prinsipnya berdasarkan pada metabolismenya terhadap beberapa senyawa kimia tertentu. Sedangkan untuk uji indeks anti-mikrobial dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik pengasapan yang biasa diterapkan masyarakat untuk pengawetan komoditi ikan khususnya ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Uji ini dilakukan dengan cara menempatkan cakram berisi asap cair pada hasil kulturisasi bakteri dalam media Tryptone Soya Agar dan dihitung diameter zona hambatnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil isolasi dan identifikasi bakteri dari daging ikan Lele Dumbo (Clarias sp) adalah bakteri Aeromonas sp, Pseudomonas sp

dan Clostiridium sp. sedangkan untuk uji indeks anti-mikrobial asap cair tempurung kelapa didapatkan hasil untuk bakteri Aeromonas sp adalah 5, Pseudomonas sp adalah 3 dan Clostiridium sp adalah 1.25.


(16)

BIOCHEMISTRY ANALYSIS AND ANTI-MICROBIAL INDEX TESTING OF LIQUEFIED COCONUT SHELL SMOKE OF BACTERIA ISOLATE FROM

LELE DUMBO CATFISH (Clarias sp)

ABSTRACT

One of the major analysis conditions to decide that a commodity is free from quarantine infections and illnesses is from parasites analysis such as bacteria. This analysis is done to keep the commodity in meeting standards in consumption or non-consumption. To know that the bacteria in commodity are included as parasites or not, firstly they should be identified to know the species where the principle is based on its metabolism to certain kinds of chemical substances. As for anti-microbial index testing is done to know the effectiveness of curing techniques which is applied by many people to preserve fish commodity especially Lele Dumbo Catfish (Clarias sp). This testing was done by placing a disc containing liquefied smoke to the bacteria cultures in Tryptone Soya Agar media, and continued with counting the prevention zone diameters. From the analysis can be get as result from bacteria isolation and identification from Lele Dumbo Catfish meat is Aeromonas sp, Pseudomonas sp and

Clostiridium sp while for the result of anti-microbial index of liquefied coconut shell smoke is 5 for Aeromonas sp, 3 for Pseudomonas sp and 1.25 for Clostiridium sp.


(17)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu syarat suatu komoditi perikanan layak untuk dikonsumsi atau tidak adalah berdasarkan kepada pemeriksaaan Hama dan Penyakit Ikan Karantina, dan untuk mengetehaui apakah komoditi tersebut dinyatakan bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina atau tidak adalah melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan parasit yang secara visual terlihat langsung, pemeriksaan bakteri, jamur dan virus. Setelah dinyatakan komoditi tersebut layak untuk dikonsumsi maka akan didistribusikan kepada masyarakat. Setelah itu masyarakat akan menggunakan berbagai cara untuk mengolah komoditi tersebut dan salah satunya adalah dengan cara pengasapan.

Oleh karena itu penulis ingin melakukan pemeriksaan terhadap komoditi perikanan khususnya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dikarenakan ikan Lele Dumbo banyak dikonsumsi masyarakat luas namun pemeliharaan dan pembudidayaannya masih banyak dilakukan dengan cara tradisional sehingga ikan Lele Dumbo banyak terserang Hama dan Penyakit Ikan Karantina. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengidentifikasi isolat bakteri yang didapatkan dari ikan Lele kemudian diidentifikasi sehingga dapat diketahui apakah spesies bakteri tersebut termasuk dalam HPIK atau tidak. Identifikasi dilakukan berdasarkan pada uji biokimia bakteri yaitu perbedaan metabolisme bakteri terhadap zat kimia tertentu misalnya karbohidrat, sitrat, Fe, perbedaan pada pewarnaan gram, kemampuan oksidase dan katalase serta moltilitasnya. Setelah dilakukan identifikasi selanjutnya adalah menguji kemampuan anti mikrobial asap cair tempurung kelapa terhadap isolat bakteri tersebut untuk membuktikan tingkat keefektifan metode pengasapan yang banyak dilakukan masyarakat.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan komoditi ikan Lele Dumbo berdasarkan pada jenis parasit berupa bakteri yang diidentifikasi melalui karakteristik metabolismenya secara biokimia dimana komoditi berasal dari


(18)

untuk mengetahui keefektifan teknik pengasapan untuk mengawetkan ikan Lele Dumbo.

1.3 Manfaat

Untuk mengetahui jenis – jenis parasit terutama bakteri yang terdapat pada komoditi Ikan Lele serta keefektifan teknik pengawetan dengan cara pengasapan terhadap bakteri tersebut agar komoditi dapat bertahan lebih lama untuk disimpan maupun diperjual belikan.

1.4 Permasalahan

Apakah komoditi Ikan Lele Dumbo bebas dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina? Apakah teknik pengawetan dengan cara pengasapan efektif dan aman untuk Komoditi Ikan Lele Konsumsi?


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) 2.1.1 Karakteristik Ikan Lele Dumbo

Ikan Lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri – ciri tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila, mandibula luar dan mandibula dalam, masing-masing terdapat sepasang kumis. Hanya kumis bagian mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung (dorsal) dan bagian samping (lateral). Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beracun (Suyanto 2007). Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.(www.fishbase.org)

Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama kali masuk ke Indonesia padatahun 1985. Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, antara lain lebih mudah dibudidayakan dan dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur yang besar serta mempunyai kecepatan tumbuh dan efisiensi pakan yang tinggi. Ikan lele dumbo dicirikan oleh jumlah sirip punggung, sirip dada , sirip perut, sirip anal dan jumlah sungut 4 pasang, dimana 1 pasang diantaranya lebih besar dan panjang. Perbandingan antara panjang standar terhadap tinggi badan adalah 1:5-6 dan perbandingan antara panjang standar


(20)

berupa aborescen yang merupakan kulit tipis, menyerupai spons, yang dengan alat pernapasan tambahan ini ikan lele dumbodapat hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah.

Gambar 1. Kelamin jantan dan betina ikan lele (Clarias sp.)

Gambar 2.Ikan lele dumbo (Clarias sp.)

1 : Panjang Standar 2 : Panjang Kepala 3 : Tinggi Badan A : Mandibular Barbel B : Maxilaris Barbel C : Sirip Perut D : Sirip Pectoral E : Sirip Verbral F : Sirip Caudal

Klasifikasi ikan lele dumbo

Filum : Chordata

Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi

2 A

B

D

[ E

F

1

3 C


(21)

Protein yang terdapat dalam ikan merupakan protein yang amat penting dan istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein konsumsi tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam pola makan. Ikan lele selain mengandung gizi yang penting seperti protein juga mengandung asam amino esensial seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Gizi pada Ikan Lele

Zat Gizi Jumlah (%)

Protein 17.7

Lemak 4.8

Mineral 1.2

Karbohidrat 0.3

Air 76

Sumber : Vaas 1985 dalam Astawan 2008

Tabel 2. Kandungan Asam Amino Esensial pada Ikan Lele

Asam Amino Jumlah (%)

Arginin 6.3 Histidin 2.8 Isoleusin 4.3 Leusin 9.5 Lisin 10.5 Metionin 1.4 Fenilalanin 4.8 Treonin 4.8 Valin 4.7 Triptophan 0.8

Sumber : Astawan 2008

Selain itu jika dibandingkan dengan bahan pangan dari daging merah (red meat) seperti daging sapi dan ayam, kandungan gizi dalam ikan lele lebih sehat karena selain berprotein tinggi juga rendah akan lemak dan kolesterol. Sebagai contoh dalam 100 gram ikan lele mempunyai kandungan protein 20% sedangkan kandungan lemaknya hanya 2 gram, jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi sebesar 14 gram apalagi daging ayam 25 gram. (Warta Pasar Ikan, 2009)

2.1.3 Peluang Pasar Ikan Lele Dumbo

Ikan Lele Dumbo walaupun memiliki tempat tersendiri di masyarakat, namun harga penjualannya tergolong rendah. Hal ini dapat diantisipasi dengan cara pengolahan yang tepat untuk meningkatkan nilai produksinya, dan salah satu cara


(22)

Sebelum diolah menjadi ikan asap (salai) harga jual ikan Lele hanya berkisar antara Rp.15.000 – Rp.25.000, sedangkan setelah pengolahan menjadi ikan salai harga ikan lele dapat menjangkau hingga Rp.85.000 per kilogramnya. (Warta Pasar Ikan, 2009)

2.2 Asap Cair

2.2.1 Komposisi Kimia Asap Cair

Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. (Darmaji, 2002).

Komposisi senyawa kimia yang terkandung di dalam asap cair adalah sebagai berikut :

- Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu dan bahan lainnya, kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol. (Girard, 1992). Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987)

- Senyawa – senyawa asam yang mempunyai sifat sebagai anti bakteri seperti asam asetat, asam propionat, butirat dan valerat. (Girard, 1992)

- Senyawa – senyawa polisiklik aromatis yang terbentuk pada saat proses pirolisis termasuk benzo(a)pirena, pembentukan senyawa polisiklik aromatis ini tergantung pada beberapa hal yaitu temperatur, lama pirolisis, kelembaban udara dan kandungan udara dalam kayu. (Girard, 1992)


(23)

dikonsumsi?

Untuk mengetahui tingkat keamananan asap cair telah dilakukan pengujian oleh Soesanto Mangkoewidjojo et al melalui penentuan lethal concentration 50 (LC50) pada ikan atau pengujuian lethal dose 50 (LD50) pada hewan mamalia seperti kelinci, tikus, dan mencit. Penetapan LD50 adalah penetapan kemampuan toksik suatu bahan kimia secara akut yang menyebabkan kematian hewan coba hingga mencapai 50% melalui pemberian secara oral. Toksisitas akut dapat didefinisikan sebagai kejadian keracunan akibat pemaparan bahan toksik dalam waktu singkat, Biasanya dapat dihitung dengan nilai LC50 dan LD50. Nilai ini didapatkan melalui proses statistik dan berfungsi mengukur angka relatif toksisitas akut bahan kimia. Uji ini dapat dilakukan menggunakan spesies tertentu seperti mamalia, unggas, ikan, hewan invertebrata dan tumbuhan vaskuler serta alga. Sementara untuk uji LD50 dianjurkan menggunakan tikus, mencit, dan kelinci. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala klinis yang tampak pada mencit yang mendapat perlakuan dosis tinggi diantaranya peningkatan aktivitas, peningkatan pernafasan, mencit tampak meregangkan badan dan beristirahat di sudut kandang. Pada akhirnya mencit menutup mata dan terlihat tenang. Kelompok perlakuan dengan dosis lebih tinggi menunjukkan mencit mengalami kematian setelah periode kritis (3jam) sementara mencit pada kelompok lainnya mati pada periode antara 24-48 jam. Hasil LD50 asap cari grade 2 dengan metode reed-muench diperoleh dosis 7848 ± 191,069. Dosis ini menunjukan bahan asap cair grade 2 dinyatakan relatif tidak toksik.

2.3 Uji Biokima Metabolisme, Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri

Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup mulai dari bersel satu sampai bersel banyak. Metabolisme terbagi dua yaitu anabolisme yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Pembentukan molekul besar dari molekul kecil - Membutuhkan energi


(24)

- Penguraian molekul besar menjadi molekul kecil - Menghasilkan energi

- Prosesnya berupa oksidasi

(Wirahadikusumah, 1985)

Tujuan dilakukannya uji biokima terhadap metabolisme bakteri adalah untuk menentukan karakteristik kultural dari mikroorganisme untuk membantu dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan organisme tersebut dalam kelompok taksonominya. Dengan prinsip ketika suatu mikroorganisme ditumbuhkan dalam beberapa jenis media, maka mikroorganisme tersebut akan menunjukkan suatu perbedaan secara makroskopik dalam pertumbuhannya. Perbedaan inilah yang disebut dengan karakteristik kultural, yang digunakan sebagai dasar dalam membagi mikroorganisme dalam taksonominya masing – masing. Karakteristik kultural ditentukan dengan mengkulturisasi mikroorganisme pada nutrient agar miring dan agar plate, dalam nutrient broth, dan nutrient gelatin. (Cappucino, 1996)

Menurut Cappucino (1996), mikroorganisme perlu dipisahkan dan diidentifikasi disebabkan oleh beberapa alas an seperti :

1. Penentuan patogenitas yang menyebabkan penyakit

2. Seleksi dan isolasi dari strain bakteri fermentatif diperlukan untuk produksi industri alkohol, pelarut, vitamin, asam organik, antibiotik, dan enzim

3. Isolasi dan pengembangan dari jenis mikroorganisme yang sesuai untuk pembuatan dan peningkatan rasa serta kualitas dalam beberapa bahan makanan tertentu seperti yogurt, keju dan susu

4. Perbandingan dari aktivitas biokimia untuk tujuan taksonomi

2.3.1 Penentuan Karakterisasi Bakteri

Dalam menentukan karakterisasi mikroorganisme, akan lebih baik jika berpegangan pada pengujian yang memberikan hasil paling konstan dan memiliki daya reproduksibilitas tinggi. Sayangnya hampir semua pengujian dipengaruhi oleh


(25)

berwarna terang dapat saja menjadi karakteristik beberapa spesies bakteri, namun pigmen dapat saja menyesatkan. Walaupun belum diterima secara menyeluruh namun banyak ahli taksonomi sekarang mendukung teori Adansonian yang menyatakan bahwa setiap karakter harus diberikan bobot yang sama, hubungan antara strain dapat dihitung dan dinyatakan dengan berdasarkan kepada kesamaan karakter tersebut. (Sneath, 1957), atau dengan membandingkan hasil positif dan hasil negatif. (Hill et al, 1991).

Beberapa dari uji penentuan karakterisasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Uji pewarnaan Gram pewarnaan ini termasuk dalam pewarnaan differensial yang membutuhkan paling sedikit tiga reagen kimia yang digunakan secara berurutan pada ulasan yang difiksasi menggunakan panas. Pewarnaan ini bertujuan untuk membedakan bakteri kedalam kelompok Gram negatif dan Gram positif.

- Uji media selektif dan Media diferensial dimana media selektif adalah media yang digunakan untuk mengisolasi kelompok bakteri secara spesifik. Media ini mengandung senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan bakteri lain sementara pertumbuhan bakteri lain tetap berjalan. Sedangkan media diferensial adalah media yang digunakan untuk membedakan secara morfologi dan biokimia dalam kelompok organisme yang berkaitan. Media ini mengandung senyawa kimia yang jika diikuti oleh inokulasi atau inkubasi maka akan menghasilkan perubahan pada penampakan pertumbuhan bakteri atau media yang mengelilingi koloni yang menghasilkan perbedaan, misalnya MacConkey Agar, Mannitol Salt Agar.

- Uji gelatin ditujukan untuk mengetahui kemampuan enzim ekstraselular bakteri untuk menguraikan protein hasil hidrolisa kolagen menjadi asam amino. Di bawah temperatur 25o C, gelatin akan berbentuk solid sedangkan di atas temperatur 25o C gelatin akan berbentuk cair. Setelah mengalami degradasi oleh enzim gelatinase, protein akan membentuk asam amino yang walaupun disimpan dalam suhu 4oC tidak akan menjadi solid.

- Uji fermentasi karbohidrat untuk menentukan kemampuan mikroorganisme mendegradasi dan memfermentasikan karbohidrat yang diikuti oleh pembentukan gas atau asam atau keduanya.


(26)

enterobacteriaceae dengan kelompok lain dari bakteri basilus dalam usus, dimana semua bakteri basilus Gram negatif akan dapat memfermentasi glukosa dengan menghasilkan asam. Pembagian ini didasarkan pada perbedaan pola fermentasi pada karbohidrat dan pembentukan hidrogen sulfida.

- Uji IMViC yang terdiri atas beberapa uji sebagai berikut : uji pembentukan indol, uji metil merah, uji Voges Preskauer, dan uji sitrat.semua pengujian ini bertujuan untuk membedakan kelompok dalam family enterobacteriaceae yang merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora dimana jenis yang termasuk dalam family ini adalah bakteri patogen, patogen okasional, dan flora normal.

- Uji hidrogen sulfida untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan hidrogen sulfida dari senyawa seperti asam amino yang mengandung sulfur atau senyawa sulfur anorganik.

- Uji katalase untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mendegradasi hidrogen peroksida dengan menghasilkan enzim katalase.

- Uji oksidase untuk mengetahui dan membedakan bakteri berdasarkan pada aktivitas oksidasi sitokromnya.

(Cappucino, 1996)

BAB 3


(27)

enterobacteriaceae dengan kelompok lain dari bakteri basilus dalam usus, dimana semua bakteri basilus Gram negatif akan dapat memfermentasi glukosa dengan menghasilkan asam. Pembagian ini didasarkan pada perbedaan pola fermentasi pada karbohidrat dan pembentukan hidrogen sulfida.

- Uji IMViC yang terdiri atas beberapa uji sebagai berikut : uji pembentukan indol, uji metil merah, uji Voges Preskauer, dan uji sitrat.semua pengujian ini bertujuan untuk membedakan kelompok dalam family enterobacteriaceae yang merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora dimana jenis yang termasuk dalam family ini adalah bakteri patogen, patogen okasional, dan flora normal.

- Uji hidrogen sulfida untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan hidrogen sulfida dari senyawa seperti asam amino yang mengandung sulfur atau senyawa sulfur anorganik.

- Uji katalase untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mendegradasi hidrogen peroksida dengan menghasilkan enzim katalase.

- Uji oksidase untuk mengetahui dan membedakan bakteri berdasarkan pada aktivitas oksidasi sitokromnya.

(Cappucino, 1996)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat - Alat

a. Cawan petri b. Jarum ose lurus


(28)

d. Tabung reaksi Pyrex

e. Tabung durham Pyrex

f. Neraca analitis Sturdy

g. Spatula

h. Beaker glass 250 ml Pyrex

i. Gelas ukur 100ml Duran

j. Gelas ukur 50ml Pyrex

k. Rak tabung reaksi l. Kaca preparat m. Mikroskop cahaya n. Botol akuades o. Aluminium foil p. Pipet tetes q. Bunsen r. Vortex s. Inkubator t. Laminary u. Kapas steril v. Cover glass w. Penjepit tabung

x. Oksidase strip Merck

y. Blank disk z. Pinset

aa. Jangka sorong bb. Hockey stick

cc. Autoklaf Sturdy CE

3.2 Bahan

a. Etanol 70% b. Akuades steril


(29)

g. Media sukrosa h. Media fruktosa i. Media maltosa j. Media laktosa k. Media glukosa l. Media sorbitol m. Media salisin n. Media inositol o. Media manitol

p. Media GSP Merck

q. Media MacConkey Agar Merck

r. Simon’s Citrate Agar Merck

s. Media MIO (motility indol ornitin) Merck t. Media MR-VP (methyl red vorges proskauer) Merck u. Media Miring Triple Sugar Iron Agar Merck v. Media Miring LIA (lysine Iron Agar) Merck

w. Media Gelatin Merck

x. Media O/F basal Merck

y. H 2O2 3 %

z. Reagen Kovac’s Merck

aa. Indikator metil merah bb. Larutan alfa naftol cc. Larutan KOH-Kreatin dd. Parafin cair

ee. Media Tryptone Soya Agar Merck

ff. Asap cair 3.3 Cara Kerja A. Persiapan Analisa A.1 Penyediaan sampel

Sampel ikan Lele Dumbo (Clarias sp) yang akan dianalisa berasal dari satu sumber yaitu Pasar Sore Padang Bulan. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa sampel yang berasal dari pasar akan langsung menjangkau


(30)

Bandara Polonia Medan selama dua hari dan setelah itu akan dilakukan isolasi bakteri dari sampel pada bagian daging sesuai dengan prosedur selanjutnya. Setelah dilakukan isolasi dan pemurnian bakteri, maka akan dilanjutkan dengan uji identifikasi untuk menentukan apakah bakteri yang didapat termasuk dalam hama dan penyakit ikan karantina atau tidak. Identifikasi dilakukan sesuai dengan referensi hasil uji biokimia pada lampiran

A.2 Isolasi dan Uji Biokimia Metabolisme Bakteri

- Isolasi Bakteri dari Daging Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) Prosedur

a. Disterilkan area kerja yaitu laminary dan tangan dengan etanol 70%

b. Dipersiapkan ikan Lele Dumbo yang akan digunakan pada wadah pembedahan setelah dimatikan

c. Disediakan media TSA

d. Dilakukan pembedahan terhadap ikan Lele Dumbo pada bagian badan e. Diambil bakteri dari daging ikan Lele Dumbo bagian dalam

f. Dikulturisasi bakteri pada media TSA yang telah disediakan dengan metode cawan gores

g. Diinkubasi secara terbalik pada suhu 28 - 30o C selama 24-48 jam - Teknik Biakan Murni

Prosedur

a. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% b. Dihidupkan bunsen

c. Disediakan media TSA yang telah diberi label

d. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi dan dibiarkan hingga dingin e. Disentuh permukaan koloni yang akan dimurnikan dengan jarum ose bengkok,

pilih koloni yang terpisah untuk mendapatkan hasil yang optimal f. Digoreskan pada permukaan media TSA


(31)

a. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% b. Dipindahkan biakan bakteri dengan jarum ose bengkok

- Jika biakan berupa cairan maka transfer 1 – 2 lup ose biakan ke permukaan slide, sebarkan secara merata kemudian difiksasi

- Jika biakan berbentuk padat maka disentuh koloni dengan jarum ose steril kemudian transfer ke permukaan slide, ose diinsenerasi kembali. Teteskan 1 – 2 tetes akuades steril pada olesan, kemudian dengan ose steril sebarkan secara merata lalu slide difiksasi

c. Diberi zat warna kristal violet dan biarkan selama 1 menit d. Dibilas dengan akuades kemudian dikering anginkan e. Diteteskan Gram’s iodin dan dibiarkan selama 30 detik f. Dibilas dengan aseton alkohol untuk dekolorisasi g. Dibilas dengan akuades

h. Digenangi slide dengan larutan safranin selama 1 menit i. Dibilas kembali dengan akuades kemudian dikeringkan j. Diamati preparat di bawah mikroskop

- Uji Karbohidrat Prosedur

h. Diberi label pada setiap media karbohidrat

i. Disterilkan tangan dan area kerja engan etanol 70% j. Disterilkan jarum ose dengan insenerasi

k. Diinokulasikan 1 lup ose biakan murni bakteri kedalam media sukrosa secara aseptis

l. Diinkubasikan biakan pada suhu 28 – 30 o C selama ± 48 jam m. Diamati hasilnya

n. Dilakukan perlakuan yang sama untuk media fruktosa, glukosa, maltosa, laktosa, salisin, inositol, manitol serta sorbitol

- Uji Media Selektif dan Media Diferensial Prosedur

a. Diberi label pada media GSP yang akan digunakan b. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi


(32)

dengan metode cawan gores (streak plate)

e. Diinkubasikan secara terbalik pada suhu 28 – 30 o C selama ± 48 jam f. Diamati hasilnya

g. Dilakukan perlakuan yang sama untuk media MacConkey Agar - Uji Sitrat

Prosedur

a. Diberi label pada media Simon’s Citrate Agar yang akan digunakan b. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70%

c. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi

d. Disentuh koloni bakteri kemudian secara aseptis dikultur pada media SCA dengan metode cawan gores (streak plate)

e. Diinkubasikan secara terbalik pada suhu 28 – 30 o C selama ± 48 jam f. Diamati hasilnya

- Uji Motilitas Indol dan Ornitin Prosedur

a. Diberi label pada media MIO yang akan digunakan b. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose lurus dengan insenerasi

d. Diinokulasikan biakan bakteri secara aseptis dengan cara menusukkan jarum ose lurus hingga setengah kedalaman pada media

e. Diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 28o – 30o C f. Diamati hasilnya

- Uji Methyl Red Voges-Proskauer Prosedur

a. Diberi label pada media MR-VP cair yang akan digunakan b. Disterilkan tangan dan area kerja dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi


(33)

a. Diberi label pada media miring TSIA yang akan digunakan b. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose lurus dengan insenerasi

d. Diinokulasikan biakan bakteri secara aseptis ke bagian butt media dengan cara menusukkan jarum ose lurus hingga setengahnya kemudian pada bagian slunt dilakukan dengan cara penggoresan (streak)

e. Diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 28o – 30o C f. Diamati hasilnya

- Uji Lysine Iron Agar Prosedur

a. Diberi label pada media LIA yang akan digunakan b. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose lurus dengan insenerasi

d. Diinokulasikan biakan bakteri secara aseptis dengan cara menusukkan jarum ose lurus hingga setengah kedalaman pada media

e. Diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 28o – 30o C f. Diamati hasilnya

- Uji Gelatin Prosedur

a. Diberi label pada media gelatin yang akan digunakan b. Disterilkan tangan dan area kerja dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi

d. Diinokulasikan 1 – 2 lup ose biakan murni bakteri kedalam media gelatin secara aseptis

e. Diinkubasikan biakan pada suhu 28o – 30o C selama 48 jam f. Dilakukan pengamatan hasil sesuai prosedur B.2

- Uji Respirasi (Oksidasi) dan Fermentasi Glukosa Prosedur

a. Disediakan dua tabung media O / F kemudian diberi label pada pada masing – masing media I dan II

b. Disterilkan tangan dan area kerja dengan etanol 70% c. Disterilkan jarum ose lurus dengan insenerasi


(34)

dengan cara menusukkan jarum ose lurus hingga setengah kedalaman media e. Diteteskan beberapa tetes larutan parafin pada tabung I

f. Diinkubasikan kedua biakan pada suhu 28o – 30o C selama 48 jam g. Diamati hasilnya

- Uji Oksidase Prosedur

a. Disterilkan tangan dan area kerja dengan etanol 70% b. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi

c. Diinokulasikan 1 – 2 lup ose biakan bakteri pada oksidase strip secara aseptis d. Disterilkan kembali jarum ose

e. Diamati perubahan warna yang terjadi - Uji Katalase

Prosedur

a. Disediakan kaca preparat yang bersih

b. Disterilkan jarum ose bengkok dengan insenerasi

c. Diambil 1 – 2 lup ose biakan murni bakteri secara aseptis d. Ditempatkan pada tengah kaca preparat

e. Diteteskan 2 – 3 tetes H 2O2 3 % pada permukaan olesan bakteri f. Diamati perubahan yang terjadi

A.3 Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair A.3.1 Persiapan Isolat Bakteri

Prosedur

a. Disterilkan area kerja dan tangan dengan etanol 70%

b. Diambil biakan murni bakteri secara aseptis, diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi ± 10 mL akuades steril, ditutup dengan kapas steril

c. Divortex inokulum hingga homogen

d. Disediakan media TSA steril yang telah diberi label


(35)

i. Diamati pertumbuhan koloni dan diulangi prosedur yang sama jika pertumbuhan bakteri tidak merata

A.3.2 Uji Indeks Anti-mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa Prosedur

a. Disterilkan blank disk dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 15psi selama 15 menit

b. Dicelupkan blank disk secara septis kedalam asap cair dan dibiarkan c. Disterilkan tangan dan area kerja dengan etanol 70%

d. Diambil isolat bakteri yang telah tumbuh merata

e. Diambil disk yang telah berisi asap cair dengan pinset kemudian ditempatkan ditengah – tengah media isolat bakteri

f. Diinkubasikan kembali selama 24 jam g. Dihitung indeks mikrobialnya

Perhitungan Indeks Anti-mikrobial

Indeks Anti-Mikrobial = Diameter zona hambat – diameter disk Diameter disk

B. Pembacaan Hasil Uji Biokimia Metabolisme Bakteri B.1 Uji Methyl Red – Voges Proskauer

Prosedur

a. Hasil biakan bakteri dibagi kedalam dua tabung reaksi dan masing- masing diberi label tabung I dan tabung II

b. Pada tabung I diteteskan beberapa tetes indikator metil merah dan diguncang c. Pada tabung II diteteskan beberapa tetes larutan alfa naftol dan diguncang d. Ditambahkan beberapa tetes larutan KOH – keratin pada tabung II dan

diguncang kembali

e. Diamati perubahan warna yang terjadi B.2 Uji Gelatin

Prosedur

a. Diambil biakan bakteri pada media gelatin dan ditempatkan didalam lemari pendingin selama 10-15 menit


(36)

permukaan media maka didapatkan hasil yang positif, jika tidak terdapat bagian cair pada permukaan media maka didapatkan hasil negative

c. Jika hasil yang didapatkan kurang meyakinkan maka biakan bakteri dapat kembali diinkubasi selama 24 jam kemudian diamati kembali dengan perlakuan yang sama

BAB 4


(37)

Dari hasil isolasi bakteri didapatkan empat koloni bakteri dengan ciri awal koloni sebagai berikut :

Tabel 4.1 Bentuk, Elevasi, Warna dan Tepi Koloni No Nama

Koloni

Bentuk Koloni

Tepi Koloni Elevasi Koloni Warna Koloni

1 A Circular Curled Convex Putih

kekuningan

2 B Irregular Undulate Flat Orange

3 C Circular Entire Convex Krem

Tabel 4.2 Uji Pewarnaan Gram

Jenis Koloni Hasil

A Gram Negatif

B Gram Negatif

C Gram Positif

Tabel 4.3 Uji Karbohidrat untuk Koloni Bakteri A

No Jenis Karbohidrat Hasil

1 Glukosa +

2 Sukrosa +

3 Maltosa +

4 Laktosa +

5 Fruktosa +

6 Sorbitol +

7 Inositol

-8 Manitol +

9 Salisin +

Tabel 4.4 Uji Karbohidrat untuk Koloni Bakteri B

No Jenis Karbohidrat Hasil

1 Glukosa +

2 Sukrosa

-3 Maltosa

-4 Laktosa

-5 Fruktosa +

6 Sorbitol +

7 Inositol

-8 Manitol +

9 Salisin


(38)

1 Glukosa +

2 Sukrosa

-3 Maltosa +

4 Laktosa

-5 Fruktosa +

6 Sorbitol +

7 Inositol

-8 Manitol +

9 Salisin

-Tabel 4.6 Uji Media Selektif dan Media Diferensial

No Jenis Koloni Media GSP Media MacConkey Agar

1 A + (kuning) + (bening)

2 B + (merah)

-3 C _

-Tabel 4.7 Uji Sitrat

No Jenis Koloni Hasil

1 A +

2 B +

3 C

-Tabel 4.8 Uji Motilitas, Indol dan Ornitin

No Jenis Koloni Motilitas Indol Ornitin

1 A + +

-2 B + -

-3 C + -

-Tabel 4.9 Uji Methyl Red – Voges Proskauer

No Jenis Koloni Methyl Red Voges Proskauer

1 A - +

2 B +

-3 C - +

Tabel 4.10 Uji Triple Iron Sugar Agar

No Jenis Koloni Slant Butt H2S


(39)

-2 B Merah Kuning

-3 C Ungu Kuning +

Tabel 4.12 Uji Gelatin

No Jenis Koloni Hasil

1 A +

2 B +

3 C

-Tabel 4.13 Uji Respirasi (Oksidasi) dan Fermentasi Glukosa

No Jenis Koloni Hasil

1 A F

2 B O

3 C F

Tabel 4.14 Uji Oksidase

No Jenis Koloni Hasil

1 A +

2 B +

3 C +

Tabel 4.15 Uji Katalase

No Jenis Koloni Hasil

1 A +

2 B +

3 C

-B. Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa

Tabel 4.16 Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair Tempurung Kelapa

No Jenis Koloni Diameter zona hambat

1 A 2.4 mm


(40)

4.1.2 Perhitungan

Untuk penentuan indeks anti-mikrobial dapat digunakan rumus berikut ini : Indeks Anti-Mikrobial = Diameter zona hambat – diameter disk

Diameter disk Di mana diameter disk yang digunakan adalah 0.4 mm - Bakteri A

Indeks Anti-Mikrobial = 2.4 mm – 0.4 mm 0.4 mm = 2.0

0.4 = 5 - Bakteri B

Indeks Anti-Mikrobial = 1.6 mm – 0.4 mm 0.4 mm = 1.2

0.4 = 3 - Bakteri C

Indeks Anti-Mikrobial = 0.9 mm – 0.4 mm 0.4 mm = 0.5

0.4 = 1.25

4.2 Pembahasan

Dari hasil uji biokimia metabolisme bakteri didapatkan untuk karakteristik koloni bakteri A adalah berupa bakteri Gram’s negatif dan motil, serta memiliki hasil


(41)

fruktosa, sorbitol, dan manitol, kemudian pada uji media GSP menunjukkan adanya koloni berwarna merah. Sedangkan untuk koloni bakteri C menunjukkan hasil positif pada pewarnaan Gram’s dan bersifat motil, untuk uji karbohidrat hasil positif didapatkan pada media glukosa, maltosa, fruktosa, sorbitol dan manitol, namun pada uji media GSP mendapatkan hasil negatif. Selanjutnya karakteristik bakteri tersebut yang didukung uji biokimia lainnya yang ditunjukkan pada tabel 4.7 sampai tabel 4.15 dicocokkan dengan literatur pada lampiran 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 maka akan mendapatkan hasil sebagai berikut :

No Jenis Koloni Spesies Bakteri

1 A Aeromonas sp

2 B Pseudomonas sp

3 C Clostiridium sp

Dan berdasarkan pada keterangan pada lampiran 1 tentang Hama dan Penyakit Ikan karantina, bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp termasuk dalam HPIK, sedangkan untuk bakteri Clostirdium sp tidak termasuk. Walaupun sebagian jenis bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp termasuk dalam HPIK tetapi kedua jenis bakteri yang didapatkan pada sampel bukanlah bakteri yang digolongkan HPIK melainkan hanya penyakit ikan biasa dilihat dari ciri – ciri fisik ikan Lele selama masa karantina, disamping itu bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas spyang termasuk dalam HPIK banyak ditemukan menyerang ikan ait laut dan untuk ikan air tawar seperti ikan Lele amat jarang ditemukan kasus demikian. Untuk bakteri Clostirdium sp hanya merupakan flora normal perairan, oleh sebab itu jika secara visual dan anatomi tidak menunjukkan adanya penyakit yang bersangkutan atau secara langsung disebabkan oleh ketiga jenis bakteri tersebut maka komoditi dapat dinyatakan bebas Hama dan Penyakit Ikan Karantina.

Sementara untuk pengujian indeks anti-mikrobial asap cair dapat disimpulkan bahwa penggunaan asap cair tempurung kelapa termasuk cukup efektif, karena jika dibandingkan dengan natrium nitrat pada konsentrasi 0.1 M, 0.2 M, 0.3 M, 0.4 M dan 0.5 M yang memberikan hasil negatif, indeks anti-mikrobial asap cair lebih besar dan bertahan cukup lama. Sedangkan untuk keamanaan konsumsi asap cair telah dibuktikan melalui penelitian tentang lethal dose terhadap mencit, dan dibandingkan


(42)

pendek maupun jangka panjang.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) yang dianalisa secara visual dinyatakan sehat. Sedangkan berdasarkan pada uji biokima untuk identifikasi jenis bakteri yang terdapat pada komoditi ikan Lele Dumbo (Clarias sp) memberi hasil

Aeromonas sp, Pseudomonas sp dan Clostiridium sp dimana walaupun sebagian jenis bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp termasuk dalam HPIK namun ketiganya tidak menimbulkan bahaya jika diolah dengan baik untuk tujuan dikonsumsi, oleh karena itu komoditi disimpulkan layak untuk dikonsumsi

2. Uji indeks anti-mikrobial asap cair tempurung kelapa menunjukkan hasil > 1 yang menunjukkan bahwa pengawetan dengan cara pengasapan cukup efektif jika dibandingkan dengan koefisien fenol dan pengujian dengan natrium nitrat. 5.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisa Hama dan Penyakit Ikan pada sampel lainnya yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan rentan terserang penyakit.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisa sampel dengan uji biokimia metabolisme bakteri yang lebih lengkap dimana karakteristik yang digunakan lebih banyak agar hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.

3. Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk menganalisa teknik pengawetan dengan bahan kimia lainnya dan memaparkan efek sampingnya.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M.,Lele Bantu Pertumbuhan Janin.http://wilystra2007.multiply.com/ journal /item/62/Lele_Bantu_Pertumbuhan_Janin. Diakses tanggal 12 Mei 2010.

Cappucino,J.G.,1996.Microbilogy; A Laboratory Manual.Fourth Edition.California: The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Cowan,S.T.,1974.Manual for the Identification Of Medical Bacteria.Second Edition.Cambridge:Cambridge University Press.

Darmadji, P.,2002. Optimasi Pemurnian Asap Cair dengan Metoda Redistilasi: Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.

Girrard, J.P.,1992. Smoking in Technology of Meat Products. Ellis Horwood, New York: Clermont Ferrand.

Hill, L.R.,1970.Identification and Characterisation of Bacteriodes Corrodes Medical Microbiology.Cambridge:Cambridge University Press.

http://fishbase.org/Summary/speciesSummary.php?

ID=1934&genusname=Clarias&speciesname=gariepinus. Diakses tanggal 28 April, 2010

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf. SNI 6484.1 – 2000 tentang induk ikan Lele Dumbo.Diakses tanggal 28 April, 2010. Maga, J.A.,1988. Smoke in Food Processing. Florida: CRC Press, Inc.

Soesanto Mangkoewidjojo, Syarifuddin Tato, Hendry T.S.S.G Saragih,MP.2008. Penentuan Lethal Dose (LD50) Asap Cair Grade 2 pada Mencit Betina.

Sneath, N.R.,1956.Cultural and Biochemical Characteristics of Genus Chromobacterium. Cambridge:Cambridge University Press.


(44)

Warta Pasar Ikan.Edisi Juli 2009.Volume 71.Jakarta:Departemen Kelautan dan Perikanan.

Wirahadikusumah, M.,1985.Biokimia;Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung; Penerbit ITB.


(45)

LAMPIRAN 1


(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

LAMPIRAN 2


(51)

LAMPIRAN 3


(52)

LAMPIRAN 4


(53)

LAMPIRAN 5


(54)

LAMPIRAN 6


(55)

LAMPIRAN 7


(56)

LAMPIRAN 8


(57)

LAMPIRAN 9

Gambar Hasil Awal Isolasi dan Teknik Biakan Murni


(58)

LAMPIRAN 10

Gambar Hasil Uji Biokimia Metabolisme Bakteri


(59)

LAMPIRAN 11

Gambar Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair


(1)

(2)

LAMPIRAN 7


(3)

(4)

LAMPIRAN 9

Gambar Hasil Awal Isolasi dan Teknik Biakan Murni


(5)

LAMPIRAN 10

Gambar Hasil Uji Biokimia Metabolisme Bakteri


(6)

LAMPIRAN 11

Gambar Uji Indeks Anti-Mikrobial Asap Cair