9 indikasi karena seluruh pasien demam tifoid mendapat terapi dengan antibiotik, antara lain:
siprofloksasin, levofloksasin, dan seftriakson. Hasil penelitian sesuai dengan standar Depkes RI tahun 2006, antibiotik segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah
ditegakkan. Antibiotik digunakan untuk pengobatan demam tifoid karena patofisiologi infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteriemia Merdjani., 2008.
2. Tepat Obat
Tepat obat adalah ketepatan pemberian obat sesuai dengan drug of choice untuk penyakit pasien sesuai dengan standar pengobatan yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006.
Tabel 7. Ketepatan Obat Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014
Antibiotik Ketepatan
Tepat Tidak Tepat
Obat lini kedua Seftriakson
45 -
Levofloksasin -
5 Siprofloksasin
9 -
Jumlah 54
5 Persentase
92 8
Berdasarkan Tabel 7, pada pasien dewasa demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014, sebanyak 45 pasien 76 mendapat pengobatan dengan
seftriakson sefalosporin, 9 pasien 15 mendapat pengobatan dengan antibiotik siprofloksasin, 5 pasien 9 dengan antibiotik levofloksasin sehingga 54 pasien 92
tidak tepat obat. Menurut standar Depkes, bila pemberian antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif maka diganti dengan antibiotik lini kedua seftriakson, cefixime, dan
quinolon. Kloramfenikol tidak digunakan di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi sebagai obat pilihan pertama untuk pasien demam tifoid dimungkinkan karena,
kloramfenikol memiliki kekurangan yaitu apabila diberikan dalam dosis kecil tidak akan menimbulkan efek, sedangkan apabila diberikan dalam dosis besar menimbulkan efek
yang merugikan yaitu kerusakan sumsum tulang dan terjadi gangguan pada pembentukan eritrosit sehingga dapat menyebabkan anemia aplastik Tjay dan Rahardja, 2002.
Penelitian Nelwan et al., 2006 menunjukkan bahwa levofloksasin dapat menurunkan demam secara signifikan, namun levofloksasin bukan merupakan obat pilihan untuk
demam tifoid berdasarkan standar Depkes RI tahun 2006 sehingga levofloksasin tidak tepat obat.
3. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah ketepatan pemberian dosis obat sesuai dengan standar pengobatan yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006. Dosis diberikan tergantung dari faktor usia, berat
badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, keparahan penyakit dan keadaan pasien.
10 Analisis ketepatan dosis dinilai berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006.
Dosis suatu obat sangat berperan penting karena menentukan obat tersebut dapat memberikan efek optimal atau tidak.
Tabel 8. Ketepatan Dosis Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014
Dosis Antibiotik Standar
Depkes
RI, 2006
Dosis Pemakaian No Kasus
Ketepatan Tepat
Tidak Tepat
Seftriakson IV 2- 4 ghari 5 hari
Seftriakson 1ghari
2hari, 3hari, Seftriakson 2 ghari 2
hari, 3hari, 4hari Seftriakson
2 ghari
5hari, 6hari, 7 hari, 8hari, 9 hari, 10hari, 11
hari, 12 hari, 13 hari, 15 hari
19, 21 2, 14, 20, 28, 30, 37,
39, 42, 46, 47, 48, 50, 53, 54, 56, 57
1, 3, 4, 5, 6, 12, 15, 16, 17, 18, 24, 26, 27, 29,
31, 33, 34, 35, 38, 40, 44, 45, 51, 52, 55, 58,
59
27 2
16
Levofloksasin IV 500 mghari
1 minggu Levofloksasin
250 mghari 4hari
Levofloksasin 500
mghari 2 hari, 3 hari 7, 49
9, 41, 43 2
3 Siprofloksasin
IV 2x500 mg 1 minggu
Siprofloksasin 2x200
mghari 3 hari, 5hari, 7hari, 9 hari
Siprofloksasin 2x500 mg 3 hari
Siprofloksasin 2x500 mg 6hari, 7 hari, 15 hari
8, 11, 13, 32, 36 25
10, 22, 23
3 5
1
Jumlah 30
29 Persentase
51 49
Berdasarkan Tabel 8, hasil penelitian pada 59 pasien, sebanyak 30 pasien 51 tepat dosis dan 29 pasien 49 tidak tepat dosis. Pengobatan demam tifoid dengan antibiotik
yang tidak tepat dosis disebabkan karena dosis yang diberikan kurang under dose dan durasi antibiotik yang digunakan kurang dari dosis standar. Berdasarkan standar Depkes RI
2006, levofloksasin diberikan dengan dosis untuk dewasa 500 mghari namun pada pemberian dosis antibiotik untuk pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr.
Moewardi pasien diberi dosis 250 mghari. Pemberian antibiotik dalam dosis kurang atau lebih dapat membahayakan pasien karena dapat menyebabkan keracunan dan pemborosan.
Semakin besar dosis yang diberikan untuk pasien dalam jangka waktu lama atau sering
11 menggunakan antibiotik tertentu, maka pasien tersebut akan kebal bila dosis antibiotik
yang diberikan kecil untuk penyakit ringan Tjay dan Rahardja, 2002. Durasi penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri resistensi terhadap antibiotik
tersebut. Menurut Utami 2011 ketidaktepatan dosis antibiotik disebabkan karena penggunaan antibiotik yang terlalu singkat dan dosis penggunaan antibiotik yang terlalu
rendah
.
4. Tepat Pasien