Objektivitas Wartawan Foto Di Harian Umum Pikiran Rakyat Dalam Menentukan Sudut Pandang (ANGEL) Suatu Foto Berita

(1)

i Oleh : Hamdikri NIM. 41803808

Skripsi ini dibawah bimbingan, Melly Maulin P., S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap objektifitas wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat, dengan menelaah mulai dari proses menghasilkan foto berita sampai menentukan sudut pandang suatu foto berita. Dalam mengungkap seperti apa objektifitas wartawan foto itu.

Peneliti melakukan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data yang didapatkan sebagian besar adalah melalui wawancara yang ditunjang oleh studi literatur.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Dimensi Truth atau Facktualitas foto berita Seorang wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam mencari sebuah foto berita yang berupa kejadian nyata atau peristiwa harus pintar-pintar mencari sudut pandang yang mewakili peristiwa atau kejadian tersebut. Relevansi wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dengan standar jurnalistik adalah relevansi aspek-aspek fakta dalam berita dengan indikator kelayakan berita diantaranya Significance, Prominence, Magnitute, Timelines, Proximity geografis, Proximity Psikologis. Ketidakberpihakkan seorang wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat memilih sudut pandang atau angle itu berarti wartawan foto tersebut sudah memihak, bukan dalam arti memihak pada satu individu atau golongan, tetapi si wartawan hanya memberikan dampak dari yang ingin ditampilkan. Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam Menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita lebih berpedoman kepada kode etik jurnalistik itu sendiri serta terhadap kebijakan perusahaan.

Kesimpulan dari hasil penelitian Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam Menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita lebih berpedoman kepada kode etik jurnalistik itu sendiri serta terhadap kebijakan perusahaan. Tapi sebisa mungkin seorang wartawan foto menahan dirinya untuk tidak terlalu menonjolkan subjektifitasnya dalam memandang suatu hal.

Saran bagi wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat di harapkan tetap dapat menjaga antara objektivitas wartawan foto dengan subjektivitasnya sendiri, agar lebih terlihat menarik dilihat oleh pembaca tetap menampilkan foto-foto yang bernilai artistik tanpa mengesampingkan fakta dari peristiwa, supaya dapat bersaing dengan media elektronik.


(2)

ii By: Hamdikri NIM. 41803808

This research Under Supervisor by: Melly Maulin P., S.Sos., M.Si

This research aims to reveal the objectivity of the press photographers at Harian Umum Pikiran Rakyat, to review the start of the process of producing news pictures to determine the point of view of a news photograph. In revealing what kind of journalist objectivity of the photograph.

Researchers conducted a descriptive method using qualitative research approaches. Data obtained mostly through interviews, supported by literature study.

The result showed that the dimensions of Truth or Facktualitas news photos A photo journalist at Harian Umum Pikiran Rakyat in the search for a news photo of a real incident or event must be a smart-looking smart perspective that represents the event or incident. Relevance photo journalist at the Harian Umum Pikiran Rakyat with journalistic standards is the relevance of the aspects of the facts in the news, with indicators such as news worthiness Significance, Prominence, Magnitute, Timelines, geographic proximity, Proximity Psychological. To the right side is not a photo journalist at Harian Umum Pikiran Rakyat chose the point of view or angle that means journalists have sided with the image, not in terms of siding with one individual or group, but the reporter just wanted to give the effect of which is shown. Photo Journalist objectivity in Harian Umum Pikiran Rakyat in Determining General Viewpoint (Angle) A Photo News more guided by the journalistic code of ethics itself and against company policy.

The result of the research Photo Journalist objectivity in Harian Umum Pikiran Rakyat in Determining General Viewpoint (Angle) A Photo News more guided by the journalistic code of ethics itself and against company policy. But as much as possible a photo journalist for not restrain himself too highlight subjektifitasnya of looking at something.

Suggestion for Photo journalist at Harian Umum Pikiran Rakyat on the General can still expect to maintain the objectivity of the press photographers with own subjectivity, to be more visible attract visits by readers keep showing pictures of artistic value without compromising the facts of the incident, in order to compete with electronic media.


(3)

SKRIPSI

Diajuk an Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Stu di Ilmu Komunik asi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Nama : Hamdikri NIM : 41803808

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2010


(4)

vii LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5.1 Kerangka Teoretis ... 8

1.5.2 Kerangka Konseptual ... 12

1.6 Pertanyaan Penelitian ... 13

1.7 Metode Penelitian ... 15


(5)

viii

1.9 Objek Penelitian dan Informan... 19

1.9.1 Objek penilitian ... 19

1.9.2 Informan ... 20

1.10 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

1.10.1 Lokasi penelitian ... 21

1.10.2 Waktu Penelitian ... 21

1.11 Sistematika Penulisan ... 22

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi ... 24

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 24

2.1.2 Unsur – Unsur Komunikasi ... 26

2.2.3 Sifat Komunikasi ... 27

2.2.4 Tujuan Komunikasi ... 28

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 29

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 29

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 31

2.3 Tinjauan Mengenai Media Massa ... 33

2.3.1 Pengertian Media Massa... 33

2.3.2 Karakteristik Media Massa ... 34

2.3.3 Bentuk – Bentuk Media Massa... 34

2.4 Tinjauan Mengenai Jurnalistik ... 34

2.4.1 Pengertian Jurnalistik ... 34

2.4.2 Unsur-unsur Jurnalistik ... 36


(6)

ix

2.5.1 Pengertian Pers ... 40

2.6 Tinjauan Mengenai Fotografi ... 43

2.6.1 Pengertian Fotografi ... 43

2.6.2 Proses Fotografi... 44

2.7 Tinjauan Mengenai Foto Berita ... 45

2.7.1 Pengertian Foto Berita ... 45

2.7.2 Jenis – Jenis Foto Berita... 47

2.7.2 Syarat Foto Berita ... 49

2.8 Tinjauan Mengenai Wartawan ... 51

2.8.1 Pengertian Wartawan ... 51

2.8.2 Asal dan Ruang Lingkup Istilah Wartawan ... 51

2.9 Tinjauan Mengenai Angle ... 52

2.10 Tinjauan Mengenai Objektifitas ... 53

2.10.1 Pengertian Objektifitas ... 53

BAB III : OBJEK PENELITIAN 3.1 Sekilas Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat ... 55

3.1.1 Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat... 55

3.1.2 Sejarah Divisi Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 59

3.2 Foto Berita di Harian Umum Pikiran Rakyat ... 60

3.3 Visi dan Misi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 63

3.3.1 Visi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 63

3.3.1 Misi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 65

3.4 Profil Harian Umum Pikiran Rakyat ... 66

3.5 Logo Harian Umum Pikiran Rakyat ... 67


(7)

x

3.6.2 Struktur Organisasi Bagian Redaksi HU Pikiran Rakyat .... 70

3.7 Sarana dan Prasarana ... 72

3.8 Pembagian Halaman Pikiran Rakyat ... 73

3.8.1 Halaman Utama ... 73

3.8.2 Halaman Suplemen Pikiran Rakyat ... 76

3.9 Job Description ... 79

3.9.1 PT Pikiran Rakyat Bandung ... 79

3.9.2 Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informan ... 91

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

4.2.1 Dimensi truth atau faktualitas foto berita ... 92

4.2.1.1 Fakta foto berita yang berupa peristiwa, kejadian nyata, dan faktual ... 92

4.2.1.2 Fakta foto berita yang berupa interpretasi subjektif 94

4.2.1.3 Fakta foto berita terhadap kecermatan atau ketepatan berita 94

4.2.2 Relefansi aspek-aspek Fakta yang diberitakan dengan Standar Jurnalistik 96

4.2.3 Ketidakberpihakkan Sebuah Foto Berita 99


(8)

xi

sejauhmana sikap tak memihak... 99

4.2.3.2 Foto berita terhadap pencampuran opini dan fakta ... 100

4.2.3.3 Foto berita terhadap kesesuaian judul dengan isi berita 101

4.2.3.4 Foto berita terhadap penyajian fakta tidak proposional 102

4.2.4 Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam Menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita 104

4.3 Pembahasan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran-saran... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 123


(9)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan Skripsi ini tak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bunda dan Ayah tercinta serta keluarga yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. J.M Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan ilmu-nya selama penulis melaksanakan kegiatan kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.


(10)

iv

kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam proses bimbingan, arahan dan nasehatnya agar penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Yth. Bapak Manap Solihat, S.Sos., M.Si., Selaku dosen wali yang telah banyak memberi pengarahan pada anak walinya dan senantiasa banyak memberikan bimbingan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

5. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si., selaku Dosen Penulis yang telah memberikan bimbingan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Yth. Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si., selaku Dosen yang telah banyak memberikan bimbingan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

7. Yth. Bapak Andi, S.Ikom., Inggar Prayoga S.Ikom., Sangra Juliano S.Ikom., selaku Dosen yang telah banyak memberikan bimbingan dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.


(11)

v

membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis laksanakan.

9. Yth Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan. Terima kasih.

10.Yth Ibu Erna, selaku staf Sekretariat Redaksi HU Pikiran Rakyat Bandung, yang telah membantu segala keperluan peneliti, sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

11.Yth Kang Dudi Sugandi dan Kang Usman Usep Nasrullah, selaku redaktur dan wartawan foto yang ditengah kesibukannya bersedia meluangkan waktu membantu peneliti dalam pengumpulan data penelitian melalui wawancara, serta tidak lupa-seluruh wartawan dan Staf Redaksi HU Pikiran Rakyat Bandung, yang telah menerima peneliti dengan baik, dalam menunjang kelancaran proses penelitian ini.

12.Kakak dan adiku (Fitri, Shely, Dini) beserta keluarga yang telah memberikan semangat spiritual yang begitu bermakna.

13.Teman-teman: Deden Iman yang setia mengantar kesana kesini, M Tutang yang udah ngijinin ngeprint. Benny Chrismayanto S.Ikom, Ridwan Aripin S.Ikom, Deni Nugraha, Tomy Tri Setyo, M Dodi Muhardi, Nugroho Prio seto S.Ikom, serta teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.


(12)

vi

khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pihak yang menaruh perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2010


(13)

(14)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Juli 2010

Hamdikri

NIM. 41803808


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumirah 2002. Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subjek. Yogyakarta: Galang Press

Alwi, Audy Mirza, 2004. Foto Jurnalistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi metodologis ke arah ragam varian kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Darmawan, Ferry, 2009. Dunia Dalam Bingkai. Yogyakarta : Graha Ilmu De Beer, Arnold S & John C Merrill. 2004. Global Jurnalism: topical issue and

media systems. USA: Pearson Education. Hoy, Frank P. Photojournalism, The Visual Approach

McQuali, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy & Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Romli, Asep Syamsul, 1983. Jurnalistik Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Santana, Septian. 2007. Menulis Ilmiah Metode penelitia Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(16)

Siahaan, Hotman M, dkk, 2001. Pers Yang Gamang: Etudi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur, LsPs, ISAI, USAID, Surabaya.

Sumber lain :

Kesuma, Rully. 2009. Workshop Fotojurnalistik GFJA Angkatan XV.

Rambey, Arbain. 2007. Fotografi Jurnalistik = Fotografi Pintar. The Light Photography Free Electronic Magazine.

Sugandi , Dudi. 2009. Sekilas Foto Jurnalistik. Unpad : Workshop & Klinik Fotografi “Photography for Everyone”.

Yudhi Soerjoatmodjo „Dalam Fotografi, Napas Kita , Majalah Tempo,2003

Internet Searching :

http://teoriobjektivitas.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/sumiarsih-chapter2.pdf., 23 Februari 2010


(17)

A. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Hamdikri 2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Tempat Tanggal lahir : Jakarta, 27 Desember 1985 4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Status Perkawinan : Belum Menikah

7. Alamat : Perum. Keroncong Permai Blok Ep 40 No 12

RT 04, RW 02 Jatiuwung Tangerang

8. No.Telp : 085720076858


(18)

B. PENDIDIKAN FORMAL

 Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Spesialisasi Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Spesialisasi tahun 2005-sekarang.

 SMU Yuppentek 4 Tangerang, Berijazah tahun 2003  SMP Yuppentek 2 Tangerang, Berijazah tahun 2000  SDN Jati 2 , Berijazah tahun 1997

C PENDIDIKAN NON FORMAL, PELATIHAN DAN SEMINAR

 Peserta Penalaran dan Keilmuan Keorganisasian Mahasiswa Manajemen Informatika, 22 Juni 2004

 Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta, 2006

 Kunjungan Media Massa 2007 : “ Sinematek, RCTI, Trans 7, 19 Juni 2007

 Peserta Pendidikan Jurnalistik Dasar IV UKM BIRAMA, 22 Maret 2008  The Advertising Photography Seminar and Workshop, 19 Mei 2008  Seminar : “Motivation & Enterpreunership”, 22 Juni 2008

 Seminar Photograpy & Culture, 6 Maret 2009

 Peserta Business Tour Enteurprenuership Ciwidey, 28 January 2009  Study Tour Peliputan Jurnalistik Televisi di Istana Kepresidenan Bogor, 7

April 2009


(19)

2009

D PENGALAMAN ORGANISASI

1. Panitia Indonesia Photoweek 2008, Gedung Merdeka 24 November-6 Desember 2008

2. Bergabung bersama Fast Ford Ward Record, mengadakan konser The Dyslexia (The S.I.G.I.T) 20 juni 2008

3. Official Crew OZ BOX SHOW PRESENT “THE RADIO DEPT live in

concert”, 26 April 2008

4. Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2008-2009 5. Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2009-2010 6. Member Fotgrafer. Net

7. Member Deviant Art

8. Freedom Even Organizer, Photographer Rocket magazine (2007) 9. Photographer “Hijau Bumiku Matahari Energiku”, 6 Juni 2010 10.Anggota HIMA MI 2004-2005


(20)

1

1.1Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan perkembangann pers modern, fungsi sebuah foto dalam dunia jurnalistik kian meluas. Foto sudah bukan hanya sebagai penghias halaman kosong pada surat kabar. Sekarang foto telah menjadi daya tarik sendiri bagi para pembaca surat kabar.

Pada surat kabar foto berfungsi sebagai elemen penting dimana pada umumnya seorang desainer halaman surat kabar belum bisa membuat dummy halaman yang final sebelum melihat bentuk foto yang akan ditampilkan pada halaman surat kabar. Saat ini setiap surat kabar berlomba menampilkan foto-foto yang menarik mata pembaca untuk menolehnya.

Selain sebagai medium komunikasi dan penyampaian pesan, foto berita dapat membuat peristiwa yang menurut berita biasa saja menjadi sesuatu yang menarik untuk diberitakan. Contohnya misalkan foto yang diambil oleh Dudi sugandi, redaktur foto di Harian Umum Pikiran Rakyat. Dia memotret pengendara sepeda motor yang sedang menarik sepedanya.


(21)

Gambar 1.1

„Sepeda‟ Oleh Dudi Sugandi

Sumber : Data pribadi Dudi Sugandi

Foto berita adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi, foto berita adalah penggabungan dua komunikasi visual dan verbal, yang dapat menimbulkan efek ketiga bagi yang melihatnya. Pada saat seseorang memutuskan belajar foto berita, dia akan masuk ke sebuah daerah

dimana terdapat sebuah tradisi kuat untuk menyampaikan „sesuatu‟ (berita) kepada orang lain (publik). Seperti yang dilakukan oleh fotografer seni, seorang wartawan foto harus mempunyai sentuhan artistik untuk menghasilkan image yang menyengat.

Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya "Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati", Foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas- luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.


(22)

Seperti yang dikemukakan oleh Bruce Baufman. Menurutnya, “Hal terpenting bagi seorang fotojurnalis adalah berfikir bahwa ia adalah seorang

wartawan, yang kedua baru ia bertindak sebagai fotografer”. Maka foto yang

ditampilkan haruslah menarik dari sisi gambar dan lengkap dari sisi berita yaitu 5W dan 1H (What,Who, Why, Where, When, How).

Menurut Prof Clifton Edom, “Seorang fotojurnalis pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus selalu memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka tidak bisa menciptakan foto dengan hanya mengangkat telefon. Mereka adalah mata dunia, dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya”.

Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh para wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas d iperlukan untuk mempertahankan kredibilitas (McQuail, 1987,hal.129).

Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang (Siahaan,2001,hal.100). menurut Ashadi Siregar, mengukur objektivitas pemberitaan pada dasarnya sejauh mana fakta social identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah fakta sosial yang direkontruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial itulah yang ditampilkan dalam media cetak. Motif khalayak menghadapi media adalah mendapatkan fakta social. Untuk itu, prinsip utama dalam jurnalisme adalah objektivitas (Siahaan,2001,hal.66).


(23)

Sedangkan menurut Atkins (1977) perspektif mengenai objektivitas yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memperoses dalam memberikan berita yang dapat menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya (De Beer & Merrill,2004,hal.168 ).

Jadi, informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan, dan memisahkan fakta denga n opini. Informasi harus seimbang juga adil, dalam artian melaporkan perspektif-perspektif alternative dalam sifat yang tidak sensasional dan tidak bias (Bungin,2004,hal.154).

Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu objektivitas, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi yang tinggi.

Kalimat fotografer Alfred Stieglitz (1964-1946) ini menunjuk kepada suatu asumsi: fotografi dipercaya tanpa syarat sebagai pencerminan kembali realitas. Sampai sekarang asumsi itu masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari, fotografi telah diterima tanpa dipertanyakan lagi. Sebuah foto secara praktis diandaikan menghadirkan kembali realitas visual, dan dengan begitu citra yang tercetak di atas lempengan dua dimensi diterima sebagai realitas itu sendiri.

Terdapat suatu obsesi untuk mencapai objektivitas sebagai realitas tersahih. Akibatnya, kamera ketika pertumbuhan lensa kamera makin canggih,


(24)

seolah-olah telah disetujui sebuah konsesus, bahwa citra sebah foto tidak lain selain mewakili realitas itu sendiri. Foto seekor kucing dan tiada lain selain kucing. Fotografi bukan hanya instrumen, melainkan sekaligus metode untuk menangkap realitas.

Fotografi jurnalistik yang baik bisa menangkap esensi dari “ seseorang”

ataupun sebuah kejadian dan meninggalkan ingatan yang tidak terlupakan bagi setiap yang melihatnya. Foto itu bisa menceritakan kengerian pada setiap pertempuran, menangkap karakter seorang politikus ketika melakukan perjalanan panjang kampanyenya, saksi sebuah kejadian yang luar biasa, kemenangan, keberhasilan sebuah ekspedisi, ledakan bom atom, tangisan ketika mengantarkan kematian seorang tokoh .

Fotojurnalis yang baik adalah bila ia bisa membangun instingnya, berada di tempat yang yang benar pada waktu yang benar dengan kamera dan lensa yang tepat. Fotografer harus dapat menangkap ekspresi subjek yang sesungguhnya tanpa diketahuinya (disadari). Fotografer mengamati tetapi tidak mengatur. Keberhasilannya tergantung dari kemampuannya untuk menangkap momen tanpa menginterupsinya.

Dari uraian di atas, maka peneliti dapat suatu merumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita.”


(25)

1.2Identifikasi Masalah

Untuk memberi arah pada peneltian guna menjawab rumusan masalah di atas maka disusunlah identifikasi masalah sebagai berikut :

1 Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita?

2 Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita?

3 Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita? 4 Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum P ikiran

Rakyat dalam menentukan sudut pandang (Angle) Suatu Foto Berita?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan, dan menganalisa objektifitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.


(26)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui dimensi truth atau facktualitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.

2 Untuk mengetahui relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita. 3 Untuk mengetahui ketidakberpihakan wartawan foto di harian umum

Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.

4 Untuk mengetahui objektivitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menunjang perkembangan dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam perkembangan teknologi komunikasi yang berkaitan dengan aplikasi jurnalistik terutama jurnalistik foto.


(27)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1 Kegunaan bagi Peneliti

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti di dalam kegiatan jurnalistik khususnya jurnalistik foto.

2 Kegunaan bagi Universitas

Bagi universitas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu serta sebagai literatur Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik UNIKOM.

3 Kegunaan bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi para wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.

1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1Kerangka Teoritis

Pada penelitian ini, Peneliti ingin melihat sejauhmana objektivitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita.


(28)

J Westherstahl pada tahun 1983 mengembangkan dasar bagi meneliti dan menukur objektivitas penderitaan, yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh McQuail. Berikut kerangka objektivitas yang telah dirinci lebih lanjut oleh McQuail (Siahaan, 2001).


(29)

Objektivitas adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak, dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth (yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan/ reliable), relefansi (yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik/ newsworthiness), dan ketidakberpihakkan (impartiality), yakni tingkatan sejauh mana fakta- fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang (Siahaan,2001,hal.100).

Dalam buku “Photojournalism, The Visual Approach” karya Frank P Hoy

menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan memilih berkecimpung menjadi wartawan foto.

1. Pertama, snapshot (pemotretan sekejap), adalah pemotretan yang dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spo ntan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi. 2. Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai

menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.

3. Art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi. Basis pada jenjang ini.

Akhirnya, photojournalism (pewarta foto) berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa


(30)

bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut. Seorang fotografer jurnalistik tidak hanya harus menguasai teknik-teknik dasar fotografi saja, namun mereka harus memiliki keberanian dalam melakukan eksekusi gambar suatu peristiwa.

Beberapa kebiasaan seperti diuraikan di atas bahwa pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa adalah foto jurnalistik. Namun, tidak semua foto yang tampil di media massa itu memiliki bobot berita yang meliputi unsur 5 W+ 1 H (what, who, why, where, when, how). Tidak jarang sebuah foto hanya memiliki unsur 3W atau 4W tanpa 1H sehingga diperlukan teks foto untuk melengkapi unsur nilai beritanya. Seringkali seorang pewarta foto dihadapkan pada peristiwa yang menuntut kecepatan berp ikir untuk kemudian segera menekan tombol kameranya. Di saat seperti inipun sebenarnya seorang pewarta foto layaknya memiliki kebiasaan untuk Stop, Look, Think dan Action. Artinya ; diam, lihat, berfikir dan aksi. Pendeknya jangan terburu melepaskan bidikan kamera.

Menentukan angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibuat untuk membantu tulisan supaya terfokus. Untuk membentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita t ersendiri, oleb sebab itu dibuatlah sub judul.


(31)

1.5.2Kerangka Konseptual

Dari penjelasan di atas obyektivitas penting dimiliki oleh seorang wartawan foto ketika meliput sebuah berita. Obyektivitas dapat lebih memfokuskan seorang wartawan foto dalam menentukan angle atau sudut pandang sebuah foto berita.

Dalam membantu tulisan penelitian ini supaya terfokus, Untuk menentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan.

Bagaimana objektivitas foto yang disajikan di Harian Umum Pikiran Rakyat menggunakan dimensi truth (yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan/ reliable) yaitu mencari sebuah foto berita yang berupa kejadian nyata atau peristiwa harus pintar-pintar mencari sudut pandang yang mewakili peristiwa atau kejadian tersebut. Relefansi wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat (yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik/ newsworthiness) yaitu relevansi aspek-aspek fakta dalam berita dengan indikator kelayakan berita diantaranya Significance, Prominence, Magnitute, Timelines, Proximity geografis, Proximity Psikologis. dan ketidakberpihakkan wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat (impartiality), yakni tingkatan sejauh mana fakta-fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang dalam


(32)

artian wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat memilih sudut pandang atau angle itu berarti wartawan foto tersebut sudah memihak, bukan dalam arti memihak pada satu individu atau golongan.

1.6Daftar Pertanyaan Penelitiaan

1. Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian umum Pikiran R.akyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita? 1. Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa peristiwa, kejadian

nyata, dan faktual?

2. Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa interpretasi subjektif (pernyataan/opini)?

3. Bagaimana menentukan fakta foto berita terhadap kecermatan atau ketepatan berita?

2. Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita?

1. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan orang banyak?

2. Bagaimana menentukan foto berita terhadap keterkenalan/tokoh?

3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap besaran fakta yang berkaitan dengan angka-angka yang berarti?


(33)

4. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang baru terjadi atau di ungkap?

5. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang lokasinya dekat dengan mayoritas khalayak pembaca?

6. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang memiliki kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca?

3. Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang (angle) suatu foto berita Bagaimana menentukan foto berita terhadap tingkatan sejauhmana sikap tak memihak? 1. Bagaimana menentukan foto berita terhadap pencampuran opini dan fakta? 2. Bagaimana menentukan foto berita terhadap kesesuain judul dengan isi

berita?

3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap penyajian fakta tidak proposional sehingga memunculkan kesan berlebihan?

4. Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita

1. Bagamana pengaruhnya subjektivitas wartawan foto terhadap objektivitas foto berita?

2. Bagaimana mengatasi kesulitan pewarta foto dalam mencapai objektivitas suatu foto berita?

3. Perlukah subjektivitas wartawan foto bermain dalam objektivitas sebuah foto berita?


(34)

1.7 Metode Penelitian

Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas.

Dalam penelitian fenomena ini penulis menggunakan metode deskriptif (descriptive research), dapat diartikan pula sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel.

“Metode Deskriptif bertujuan untuk : (1) mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasikan maslah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating.” (Rakhmat,2001 : 25)

Metode deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif, sehingga dalam hal ini barangkali terlihat suatu perbedaan yang esensial antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Cirri lainnya adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah yang dimaksud, bahwa peneliti terjun kelapangan dan tidak berusaha


(35)

memanipulasi variabel, karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala (reactive measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks (Nasution, 1992 : 3). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sebuah bentuk baru dalam dunia jurnalistik dengan pemanfaatan fotografi sebagai sebuah medianya yang kompleks. Pengamatan diterangkan dengan cara mengaitkannya dengan ciri – ciri yang dianggap khas oleh suatu objek.

Penelitian kualitatif merupakan pro sedur peneleitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau prilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian kedalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

“Penelitian kualitatif juga, bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.” (Lexy J. Moleong, 2006:6)

Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagi sesuatu yang berdimensi banyak, sesuatu kesatuan yang utuh, serta berubah-ubah. Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitannya dimulai. Untuk alasan itu pula, pengertian


(36)

kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

1.8Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta – fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, kemudian terus- menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada wartawan foto harian umum pikiran rakyat . 2. Studi Literatur / Data

Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data skunder. Diantaranya, studi letaratur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal – jurnal yang berkaitan dengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak, dan mengunjungi situs-situs web di internet yang mendukung penelitian.


(37)

3. Pencarian di Interet (Internet Searching)

Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang digunakan peneliti sebagai bentuk satu trobosan efisensi waktu dalam perolehan data maupun studi letratur, dengan menanfaatkan situs-situs yang sifatnya gratis (freeware) maupun parabayar (payment).

1.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunaan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakuakan analisis dan pengolahan data sebagai berikut :

1. Penyeleksian data

Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. 2. Klasifikasi data

Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya.


(38)

Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas.

3. Merumuskan hasil penelitian

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat di lapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis. 4. Menganalisa hasil penelitian

Tahap yang akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan beruasaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Mengnalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir atau menguatkan yang ada.

1.10 Objek Penelitian dan Informan 1.10.1 Objek Peneltian

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:29), Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu merupakan inti dari problematika penelitian. Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data penelitian melekat dan yang dipermasalahkan adalah objek. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka Objek Penelitian yang ditetapkan pada penelitian ini adalah seperti tabel dibawah ini.


(39)

Tabel 1.1

Wartawan foto di HU Pikiran Rakyat Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto Jabatan

Dudi Sugandi Redaktur Foto

Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto

Andri Gurnita Wartawan Foto

Gelora Sapta Wartawan Foto

Krisna Ahdahiyat Wartawan Foto

Ade Bayu Indra Wartawan Foto

Sumber : Admin Pikiran Rakyat

1.10.2 Informan

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana dijadikan informan dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi yang akan diteliti. Sampel diambil bukan tergantung pada populasi melainkan disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat dikatakan sebagai sampel bertujuan (Moleong, 1989: 181).

Peneliti menentukan wartawan foto yang akan dijadikan informan yaitu .


(40)

Tabel 1.2 Daftar Informan

Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto Jabatan

Dudi Sugandi Redaktur Foto

Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto Sumber : Admin Pikiran Rakyat

1.11 Waktu dan Tempat penelitian 1.13.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dengan menemui narasumber yang berlokasi :

Redaksi Pikiran Rakyat Jl. Soekarno-Hatta No 147 Bandung.

Telepon dan Faksimile : 022-6037755 Hunting Fax 022-6031004 / 6002751

1.13.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan, bulan Februari 2009 sampai bulan Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.1 berikut :


(41)

1.12 Sistematika Penulisan BAB. I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, daftar pertanyaan penelitiaan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, populasi dan sampel penelitian, serta waktu dan tempat penelitian.


(42)

BAB. II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji mengenai tinjauan komunikasi meliputi : pengertian komunikasi, tujuan komunikasi, proses komunikasi, tinjauan mengenai komunikasi massa, tinjauan mengenai jurnalistik, tinjauan umum pers, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan foto jurnalistik.

BAB. III Objek Penelitian

Bab ini menguraikan tentang objek penelitian berupa pengertian objektivitas wartawan foto, objektivitas foto berita, sudut pandang atau angle suatu foto berita.

BAB. IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uraian hasil penelitiaan berdasarkan hasil wawancara dan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang objektivitas wartawan foto.

BAB. V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian tentang objektivitas wartawan foto sebagai faktor dalam menentukan sudut pandang atau angle suatu foto berita.


(43)

24

2.1 Tinjauan Mengenai Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback) dari orang yang diajak berbicara tersebut. Komunikasi menurut bahasa Latin yaitu Communicati (Inggris,Communication), artinya pemberitahuan. Kata sifatnya, Communis (Inggris, Commonness), berarti bersama–sama di antara dua orang atau lebih, yang berbicara mengenai kebersamaan, berbagi kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan dan gagasan.

Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu

“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk

lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan

dan prilaku”.(Effendy, 1989:60)

Berdasarkan pengertian di atas, Communicare bisa berarti dua orang atau lebih, yang secara bersama–sama bertemu baik secara langsung


(44)

(tatap muka) maupun melalui media atau saluran tertentu (komunikasi antarpribadi), tukar menukar mengenai pengetahuan, pengalaman, pikiran, gagasan dan perasaan (to make common, sharing).

Schramm memberikan tambahan bahwa kesamaan pengalaman diantara komunikator dan komunikan, yang berlangsung secara source dan receiver, komunikator dan komunikan akan mempunyai sudut pandang yang sama mengenai sesuatu pesan. Komunikasi akan efektif apabila komunikator mampu berkomunikasi sesuai dengan komunikannya.

Selain itu pula, seorang komunikator harus mempunyai rencana dan tujuan, tidak saja pesan itu tersampaikan, tapi juga dapat merubah sikap dan pendapat serta mempengaruhi komunikan, hal ini dipertegas dari definisi komunikasi,yaitu

“Komunikasi atau upaya–upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas penyampaian informasi serta

pembentukan sikap dan pendapat”. Secara khusus Hovland menjelaskan bahwa “Communication is the process to modify the behavior of other individual”, (komunikasi adalah perubah perilaku orang lain). (Hovland dalam Effendy, 1988:113)

Dalam menyampaikan pesan, komunikasi dilakukan tidak terbatas pada komunikasi secara langsung, bisa juga dilakukan melalui media seperti televisi, radio, surat kabar dan lain–lain. Sehingga pesan akan tersampaikan dan tersebar luas tidak terbatas ruang dan waktu, serta mempengaruhi khalayak secara luas pula. Hal ini berdasar pada pengertian komunikasi :


(45)

“Komunikasi adalah pengoperan atau penyiaran (transmitter) lambang-lambang melalui sebagian besar media komunikasi massa seperti Surat Kabar, Radio, Majalah, Buku dan sebagian besar media komunikasi yang bersifat pribadi

percakapan antar insan.”(Barelson dalam Effendy, 1986:69).

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; Komunikan : Orang yang menerima pesan;

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.


(46)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifat -sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

- Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial)

(Effendy, 2002:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feddback) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/ printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya,.


(47)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan

komunikasi tersebut. Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi,

yaitu:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

(Effendy, 1993 : 18)

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.


(48)

2.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu proses penyampaian pesan komunikasi, informasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik, komunikasi massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya, tidak terbatas pada penduduk yang ada di suatu daerah melainkan semua orang dinegara yang satu dengan yang lain dapat mengetahui secara langsung apa yang disiarkan oleh media elektronik seperti televisi, radio, internet (satelit), seperti halnya pengertian Komunikasi Massa :

“First, mass communication id communication addressed to the masses, to an extremely large audience. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television: rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, massa communication is communication mediated by audio and/or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspapers, magazines, films, books, and tape”..

“Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar–pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa


(49)

modern seperti pers, film, radio dan televise”. (De Vito dalam Effendy, 1984:21)

Dari pengertian di atas, secara umum sebenarnya komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Dengan menggunakan saluran teknologi, komunikasi massa dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamflet, majalah, surat kabar, warkat pos, radio, rekaman–rekaman, televisi, poster dan komputer serta aplikasinya jaringan telepon serta satelit (internet).

Dalam melakukan kegiatan komunikasinya, komunikasi massa harus mempunyai karakteristik sebagai komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi satu arah

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antar persona satu arah (Interpersonal Communication (one way communication) dan dua arah (two–way Communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way Communication), Ini berarti bahwa, tidak ada arus balik (feedback) dari komunikan kepada komunikator, dalam hal ini wartawan sebagai komunikator tidak akan menerima tanggapan atau pesan dari berita atau informasi yang dipublikasikan dan disiarkannya.

2. Melembaga

Sebagai saluran komunikasi, media massa merupakan suatu lembaga atau institusi atau organisasi, begitu halnya dengan komunikator melembaga atau Institusionalized Communicator.


(50)

Pesan yang disampaikan mengenai hal-hal yang umum terjadi dalam masyarakat, karena komunikasi massa ditujukan untuk umum.

4. Menimbulkan keserempakan (simultaneity)

Keserempakan pada pesan yang disampaikan dan disebarluaskan kepada khalayak, baik isi maupun waktu dari pesan tersebut sama.

5. Heterogen

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing–masing berbeda mulai dari jenis kelamin, usia, agama, idiologi, pekerjaan, pendapatan, pengalaman, kebudayaan, keinginan sampai cita–cita dan sebagainya.

(Effendy,1992:20) 2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi baik melalui cetak maupun elektronik yang ditujukan pada khalayak banyak, tentu mempunyai fungsi-fungsi tertentu untuk menunjang tujuannya, adapun menurut buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World), dengan Mac Bride sebagai editornya, mengemukakan tentang fungsi komunikasi dalam tiap sistem social :

1. Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan seseorang agar dimengerti dan bereaksi terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, serta dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bersikap dan bertindak sebagai


(51)

anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan berperan aktif di masyarakat.

3. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, serta mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama.

4. Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta dan informasi yang diperlukan, sehingga tercapai persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti–bukti yang relevan, untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal.

5. Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran.

6. Memajukan kebudayaan : penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni untuk melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

7. Hiburan : penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga,


(52)

permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

8. Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. Komunikasi massa akan berfungsi dengan baik apabila

fungsi–fungsi diatas dapat dijalankan oleh komunikator dalam suatu institusi atau lembaga pers sehingga dapat memberikan sesuatu yang positif untuk kemajuan suatu bangsa dengan kemampuan komunikannya sendiri melalui medium komunikasi massa.

2.3 Tinjauan Mengenai Media Massa 2.3.1 Pengertian Media Massa

Menurut Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Terapan disebutkan bahwa media massa (Mass Media) merupakan singkatan dari Media Komunikasi Massa merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa.


(53)

2.3.2 Karakteristik Media Massa

Sedangkan karakteristik media massa sendiri meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan pada khalayak.

2. Universalitas, pesannya bersifat umum. 3. Priodisitas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru. (Romli, 2005:5)

2.3.3 Bentuk-bentuk Media Massa

Menurut Elvinaro dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, pada dasarnya media massa dapat dibagi menjadi dua

kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online (internet).

2.4 Tinjauan Mengenai Jurnalistik 2.4.1 Pengertian Jurnalistik

Komunikasi dan jurnalistik merupakan suatu studi spesialisasi ilmu yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari komponen komunikasi yang terdapat pada bentuk atau scope komunikasi, jurnalistik sebagai Ilmu Komunikasi Massa terdapat dalam bentuk komunikasi. Studi komunikasi terdiri dari 3 katagori


(54)

“Bentuk Spesialisasi

1. Media 2. Efek

3. Bentuk spesialisasi komunikasi :

a. Komunikasi antar persona yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada sasaran tunggal b. Komunikasi kelompok yaitu pernyataan manusia

yang ditujukan kepada kelompok tertentu atau suatu kumpulan manusia yang mempunya antar hubungan sosial yang nyata

c. Komunikasi massa yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada massa”. (Palapah, 1983:11)

Media massa (TV, Radio, Koran dan Majalah), identik dengan sarana penampilan dan penyebaran hasil kerja jurnalistik. Oleh karena itu dari segi kegiatannya Jurnalistik sering disamakan dengan pers yaitu kegiatan kewartawanan dalam mencari, menyusun, menulis, menyunting dan menerbitkan (mempublikasikan) berita di media massa (baik cetak maupun elektronik).

Dilihat dari sejarahnya, jurnalistik dimulai dengan adanya

acta diurna”, yang artinya “kegiatan dari hari ke hari”, istilah itu lahir pada jaman Romawi; jaman pemerintahan Julius Caesar, saat itu di lokasi kerajaan dipasang papan putih yang kerap ditempelkan pengumuman-pengumuman atau berita–berita khususnya senat (acta senatus) dan laporan–laporan Dewan Perwakilan Rakyat (acta diurna). Karena adanya permintaan dari masyarakat kemudian pengumuman

meluas dan disahkan dan disebarluaskannya melalui “kurier”, kurier

itulah yang pada akhirnya disebut “diurna” atau “diurnarius”.

Sedangkan kata Jurnalistik sendiri pada dasarnya berasal dari


(55)

journalism” yang bersumber dari perkataan “journal” terjemahan dari

bahasa Latin “diurna” yang berarti “harian atau setiap hari”. Jurnalistik berasal dari kata journalism (Inggris), berasal dari journal atau de jour (Prancis), berarti catatan atau berita harian di mana segala berita pada hari itu termuat dalam lembaran (kertas) yang tercetak. Semua berita tercetak di atas kertas dengan mesin cetak press maka istilah pers digunakan untuk kegiatan yang sama dengan jurnalistik.

“Jurnalistik berarti kegiatan mengelola berita, mulai dari peliputan peristiwa melalui penyusunan pesan berita sampai penyebaran berita yang sudah tuntas kepada khalayak. Komunikasi jurnalistik adalah komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan pemberitaan melalui media massa pers, radio dan televisi”. (Effendy,1989: 195.)

Secara gamblang jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegiatan mengulang bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat. Adapun keterampilan itu sendiri meliputi kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik baik cetak maupun elektronik.

2.4.2 Unsur–unsur Jurnalistik

Agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarkannya kepada khalayak diperlukan unsur–unsur jurnalistik, adalah sebagai berikut :


(56)

“Jurnalisme adalah segala bentuk pengumpulan, penulisan,

penafsiran, pemprosesan, penyebaran berita dan ulasan mengenai berita kepada kelompok pemerhati berupa informasi dan hiburan umum yang sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan di suratkabar, majalah dan

disiarkan di stasion siaran”.(Mappatoto,1993:70–71)

Proses jurnalistik harus dilakukan secara sistematis mulai dari memperoleh dan menulis fakta, didukung pula dengan professional sebagai wartawan baik dalam meliput suatu peristiwa yang terjadi yang mengandung nilai berita, maupun idealisme sebagai wartawan untuk mencari kebenaran, serta ketelitian dan sikap kritis dan serba ingin tahu yang harus dipertahankan.

Oleh karena itu, seorang jurnalis surat kabar harus memiliki skill atau keterampilan yang berlandaskan teoritis, pendidikan dengan mengutamakan kecepatan, ketepatan, kebenaran, kejujuran, keadilan, keseimbangan dan tidak berprasangka (praduga tak bersalah), sehingga informasi yang disuguhkan tidak akan merugikan baik untuk institusinya maupun personalnya.

2.4.3 Peran dan Fungsi Jurnalistik

Berbagai peranan dan fungsi jurnalistik memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh pers dan media massa sebagai agen perubahan sosial dan pembaharu masyarakat. Dalam hubungannya dengan pencarian informasi kemudian menyebarluaskannya kepada


(57)

khalayak, secara umum, untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut:

1. To Inform adalah memberikan informasi atau kabar kepada masyarakat atau pembaca melalui tulisan–tulisannya pers memberikan informasi yang beraneka ragam.

2. To educate adalah memberikan pendidikan melalui tulisan atau pesan yang mendidik masyarakat atau audience pembaca.

3. To controle adalah memberikan berbagai kritik membangun kepada pihak-pihak yang melakukan penyimpangan, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan luas. Karena lembaga pers sebagai kekuatan keempat. Dalam kaitannya sebagai pilar keempat (the fourh state) dalam sistem politik– ekonomi, pers dan jurnalistik berfungsi sebagai Penyalur aspirasi masyarakat banyak yaitu Pembentuk kecendrungan (trend setter) pendapat masyarakat, Kelompok penekan (pressure group) yang dapat turut mempengaruhi dan mewarnai kebijakan politik negara (public policy decision

making), pembela kebenaran dan

keadilan.(Samantho,2002:64)

4. To bridge adalah penghubung atau menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah begitupun sebaliknya.


(58)

5. To entertaint adalah memberikan hiburan, kepuasan, kesenangan, keberhasilan.

Jika dicermati bahwa “Jurnalistik” dan “Media Massa”, sama–sama bermuara pada dunia kewartawanan dan kepenulisan. Kedua istilah itu berkaitan erat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Perbedaan makna di antara istilah itu sebagai berikut :

Pengertian Jurnalistik lebih mengarah pada “aktivitas” atau proses kerja

kewartawanan dan kepenulisan. Media massa mengarah pada benda

atau “produk aktivitas” tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya

aktivitas kewartawanan dan kepenulisan.

Dalam kegiatan jurnalistik, ciri dan sifat media sangat berpengaruh pada komponen-komponen komunikasi lainnya. Oleh karena itu baik, jurnalistik surat kabar akan berbeda dengan jurnalistik majalah, dan berbeda pula dengan jurnalistik radio serta berbeda pula dengan jurnalistik televisi dan tentunya ada kesamaan diantara keempat ciri dan sifat jurnalistik, sebagai berikut :

1. Periodisitas

Dalam suatu penerbitan pers, hasilnya surat kabar harus diselenggarakan secara teratur dan terus menerus, muncul dengan nama surat kabar harian, mingguan dan tengah bulanan.

2. Universalitas

Surat kabar ditujukan untuk kepentingan umum yang disebarluarkan keseluruh lapisan masyarakat, surat kabar tersebut berisi berita–berita mengenai segala aspek kehidupan manusia, mulai dari politik, ekonomi, perdagangan, sosial budaya, olah raga sampai pada hal yang terkecil.


(59)

Merupakan nilai etik dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya, sehingga berita yang disuguhkan dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca serta menyajikan hal–hal yang faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Afinitas

Adanya hubungan timbal balik antara penyelenggara surat kabar dengan pembacanya sehingga komunikasi dapat berlangsung dua arah mulai dari berita–berita yang disajikan oleh penyelenggara surat kabar dengan keinginan pembaca.(Palapah,1983:110).

2.5 Tinjauan Umum Mengenai Pers 2.5.1 Pengertian Pers

Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya.

Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi di lain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik. Mati hidupnya pers atau lancar tidaknya kehidupan pers di suatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sistem politik pemerintahan di negara di mana pers itu beroperasi.

Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti yang sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain televisi, radio, sebagai media yang menyiarkan karya Jurnalistik.


(60)

Jadi tegasnya, Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya Jurnalistik kepada khalayak. Pers dan Jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata. Dengan demikian pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal, Pers tidak mungkin beroperasi tanpa Jurnalistik, sebaliknya Jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya berita tanpa pers.

Pada zaman modern sekarang ini, Jurnalistik tidak hanya mengelola berita tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi menyiarkan informasi

Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dari yang utama. Khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini.

2. Fungsi mendidik

Fungsi kedua dari surat kabar adalah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga pembaca bertambah pengetahuannya.


(61)

3. Fungsi menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangkan dengan bertita atau artikel yang bersifat isi beritanya berat.

4. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi pada surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Menurut Schramm, surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa. c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan

media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta


(62)

suasana pembangunan yang serasi dan efektif. (Rachmadi, 1990 : 17-18)

2.6 Tinjauan Mengenai Fotografi 2.6.1 Pengertian Fotografi

Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis). Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan image. Saat ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia di berbagai bidang.

Foto secara luas telah digunakan oleh surat kabar, majalah, buku, dan televisi untuk menyampaikan informasi dan iklan produk atau jasa. Aplikasi praktis fotografi bias ditemukan di sekitar pekerjaan manusia dari astronomi hingga kedokteran sampai industri. Fotografi memperpanjang penglihatan manusia pada objek yang tak terlihat karena terlalu kecil atau terlalu jauh, atau peristiwa yang dapat berakibat kerusakan pada mata jika dilihat dengan mata telanjang. Sebuah kamera dapat digunakan dlokasi yang berbahaya bagi manusia, foto dapat menjadi objek seni yang mengeksplorasi kondisi manusia dan estetika. Bagi jutaan orang, fotografi merupakan hobi yang menyenangkan atau menjadikannya sebagai lahan pekerjaan.


(1)

terlihat subjektif, maka dalam sebuah foto berita wajib diberikan caption foto atau keterangan foto.

Tidak peduli betapa sempurnanya kita menyelesaikan penugasan foto berita, kata-kata merupakan suatu keharusan untuk melengkapi pesan yang akan disampaikan. Bahan tulisan yang menyertai foto dinamakan Caption pada sebuah majalah atau Cutline pada Koran.

Keduanya memberikan kegunaan yang sama yaitu untuk menjelaskan pesan dari foto. Semakin banyak bahan tulisan yang dikumpulkan di lapangan saat melakukan pemotretan, semakin lengkap yang akan kita laporkan. Banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh foto itu sendirian.

Ada sebuah peraturan yang tidak pernah berubah, yaitu foto harus disampaikan dengan menyertakan keterangan foto. Apabila kita terbiasa menyertakan keterangan foto yang lengkap itu artinya kita sudah melakukan sesuatu dengan baik dalam mengerjakan fotojurnalistik. Kebiasaan memberikan foto beserta keterangannya memberikan sebuah ‘paket profesional‟ kepada editor foto sebagai salah satu syarat foto yang layak dipublikasikan.

Seperti contoh foto pada Gambar 4.4. apabila foto berita tersebut tidak disertakan oleh keterangan foto, pembaca yang melihatnya tidak


(2)

116

akan mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi yang dimuat oleh Harian Umum Pikiran Rakyat.

Gambar 4.4

USEP USMAN NASRULLOH/"PRLM"

PULUHAN warga duduk di depan Masjid Miftahul Jannah bersiaga bila ada eksekusi dari Pengadilan Negeri Bale Bandung (PNBB) di Jln. Katapang Kulon, Desa/Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Rabu (4/8). Eksekusi dilakukan karena ahli waris salah satu warga sekitar menggadaikan tanah dan bangunan yang di dalamnya termasuk masjid karena sertifikatnya belum dipisah.*


(3)

117 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis dan penelitian yang hasilnya telah diuraikan pada Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, maka pada Bab Kesimpulan dan Saran ini, akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk hal yang lebih baik lagi ke depannya.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil berdasarkan penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, diantaranya:

1. Dimensi Truth atau Facktualitas foto berita Seorang wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam mencari sebuah foto berita yang berupa kejadian nyata atau peristiwa harus pintar-pintar mencari sudut pandang yang mewakili peristiwa atau kejadian tersebut. Sebuah foto berita ada yang menarik secara visual ada juga yang tidak menarik secara visual. Sebuah foto berita yang menarik secara visual bisa menggantikan berita yang sebenarnya tidak menarik. Kecermatan dan ketepatan sebuah foto berita bisa di dapatkan dari seorang wartawan foto yang bisa memikirkan sebuah isu atau peristiwa yang orang lain belum memikirkannya.

2. Relevansi dengan standar jurnalistik adalah relevansi aspek-aspek fakta dalam berita dengan indikator kelayakan berita diantaranya Significance adalah fakta yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan


(4)

118

khalayak pembaca. Prominence adalah keterkenalan fakta/tokoh. Magnitute adalah besaran fakta yang berkaitan dengan angka-angka yang berarti. Timelines adalah fakta yang baru terjadi atau di ungkap. Proximity geografis adalah fakta yang lokasinya dekat dengan khalayak pembaca. Proximity Psikologis adalah fakta kejadian yang memiliki kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca,

3. Seorang wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat memilih sudut pandang atau angle itu berarti wartawan foto tersebut sudah memihak, bukan dalam arti memihak pada satu individu atau golongan, tetapi si wartawan hanya memberikan dampak dari yang ingin ditampilkan. Gambar yang dimuat oleh wartawan foto harus semenarik mungkin untuk pembaca dapat tertarik untuk membacanya.

4. Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam Menentukan Sudut Pandang (Angle) Suatu Foto Berita lebih berpedoman kepada kode etik jurnalistik itu sendiri serta terhadap kebijakan perusahaan. Subjektivitas wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat banyak dipengaruhi oleh suka atau tidaknya wartawan foto tersebut terhadap sesuatu. Tapi sebisa mungkin seorang wartawan foto menahan dirinya untuk tidak terlalu menonjolkan subjektifitasnya dalam memandang suatu hal. Hati nurani dari setiap wartawan foto harus lebih bermain, apakah sudut pandang foto tersebut layak apa tidak kita tampilkan.


(5)

5.2. Saran-saran

Sementara untuk saran, diharapkan saran-saran yang peneliti kemukakan, baik saran bagi perusahaan, universitas, maupun bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan masukan yang baik dan berguna untuk semua pihak.

5.2.1. Saran Bagi Perusahaan

1. Wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat di harapkan tetap dapat menjaga antara subjektifitas wartawan foto dengan objektifitas foto berita itu sendiri agar lebih terlihat menarik dilihat oleh pembaca tetapi tetap mnampilkan fakta yang terjadi.

2. Sebaiknya, untuk mempermudah pembaca dalam mencerna dan meginterpretasikan makna yang terkandung dalam setiap foto berita yang disajikan, para wartawan foto mengambil sudut pandang yang mudah dimengerti oleh pembaca.

3. Wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat di harapkan lebih banyak menampilkan foto-foto yang bernilai artistik tanpa mengesampingkan fakta dari peristiwa, supaya dapat bersaing dengan media elektronik.

5.2.2. Saran Bagi Universitas

Harapan besar peneliti, pihak program studi lebih dapat memperdalam mata kuliah-mata kuliah yang mewakili kebutuhan masing-masing konsentrasi ilmu, serta mata kuliah seperti fotografi, fotojurnalistik, dan konstruksi sosial media massa. Tujuannya, untuk dapat lebih mempertajam kemampuan mahasiswa dalam


(6)

120

menganalisis dan mengungkap gejala atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi, sehingga dapat merangsang dan menimbulkan keragaman serta daya tarik mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ataupun tugas akhirnya.

5.2.2. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti dan penelitian selajutnya (baik dari mahasiswa/i Konsentrasi Ilmu Humas dan Jurnalistik), agar dapat memilih lebih selektif, unik, dan menarik untuk tema-tema penelitian yang memiliki aplikasi terhadap Ilmu Komunikasi dan konsentrasi ilmu masing-masing, melalui:

1. Studi literatur, untuk menemukan dan mengungkap hal atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui buku-buku teroritis maupun praktis, skripsi-skripsi yang telah ada (dengan pengambilan tema penelitian dari sudut pandang atau identifikasi permasalahan yang berbeda, unik, dan menarik), ataupun melalui penelusuran media onlie (internet).

2. Studi pendahuluan yang mendalam dan terarah terhadap perusahaan, orang yang ahli dibidang yang akan dikaji dalam penelitian, ataupun dengan dosen-dosen, untuk menemukan dan mengungkap hal atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui sharing atau diskusi mendalam dengan pihak-pihak tersebut di atas.