DATA PRIBADI Bagian Redaksi

B. PENDIDIKAN FORMAL 

Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia UNIKOM, Spesialisasi Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Spesialisasi tahun 2005-sekarang.  SMU Yuppentek 4 Tangerang, Berijazah tahun 2003  SMP Yuppentek 2 Tangerang, Berijazah tahun 2000  SDN Jati 2 , Berijazah tahun 1997 C PENDIDIKAN NON FORMAL, PELATIHAN DAN SEMINAR  Peserta Penalaran dan Keilmuan Keorganisasian Mahasiswa Manajemen Informatika, 22 Juni 2004  Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta, 2006  Kunjungan Media Massa 2007 : “ Sinematek, RCTI, Trans 7, 19 Juni 2007  Peserta Pendidikan Jurnalistik Dasar IV UKM BIRAMA, 22 Maret 2008  The Advertising Photography Seminar and Workshop, 19 Mei 2008  Seminar : “Motivation Enterpreunership”, 22 Juni 2008  Seminar Photograpy Culture, 6 Maret 2009  Peserta Business Tour Enteurprenuership Ciwidey, 28 January 2009  Study Tour Peliputan Jurnalistik Televisi di Istana Kepresidenan Bogor, 7 April 2009  Seminar : “Photografhy, for Everyone”, 5 Juni 2009  Peserta Pembekalan English Proficiency Test, 02 Desember-31 Desember 2009 D PENGALAMAN ORGANISASI 1. Panitia Indonesia Photoweek 2008, Gedung Merdeka 24 November-6 Desember 2008 2. Bergabung bersama Fast Ford Ward Record, mengadakan konser The Dyslexia The S.I.G.I.T 20 juni 2008 3. Official Crew OZ BOX SHOW PRESENT “THE RADIO DEPT live in concert”, 26 April 2008 4. Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2008-2009 5. Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2009-2010 6. Member Fotgrafer. Net 7. Member Deviant Art 8. Freedom Even Organizer, Photographer Rocket magazine 2007 9. Photographer “Hijau Bumiku Matahari Energiku”, 6 Juni 2010 10. Anggota HIMA MI 2004-2005 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan perkembangann pers modern, fungsi sebuah foto dalam dunia jurnalistik kian meluas. Foto sudah bukan hanya sebagai penghias halaman kosong pada surat kabar. Sekarang foto telah menjadi daya tarik sendiri bagi para pembaca surat kabar. Pada surat kabar foto berfungsi sebagai elemen penting dimana pada umumnya seorang desainer halaman surat kabar belum bisa membuat dummy halaman yang final sebelum melihat bentuk foto yang akan ditampilkan pada halaman surat kabar. Saat ini setiap surat kabar berlomba menampilkan foto- foto yang menarik mata pembaca untuk menolehnya. Selain sebagai medium komunikasi dan penyampaian pesan, foto berita dapat membuat peristiwa yang menurut berita biasa saja menjadi sesuatu yang menarik untuk diberitakan. Contohnya misalkan foto yang diambil oleh Dudi sugandi, redaktur foto di Harian Umum Pikiran Rakyat. Dia memotret pengendara sepeda motor yang sedang menarik sepedanya. Gambar 1.1 „Sepeda‟ Oleh Dudi Sugandi Sumber : Data pribadi Dudi Sugandi Foto berita adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi, foto berita adalah penggabungan dua komunikasi visual dan verbal, yang dapat menimbulkan efek ketiga bagi yang melihatnya. Pada saat seseorang memutuskan belajar foto berita, dia akan masuk ke sebuah daerah dimana terdapat sebuah tradisi kuat untuk menyampaikan „sesuatu‟ berita kepada orang lain publik. Seperti yang dilakukan oleh fotografer seni, seorang wartawan foto harus mempunyai sentuhan artistik untuk menghasilkan image yang menyengat. Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati, Foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas- luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bruce Baufman. Menurutnya, “Hal terpenting bagi seorang fotojurnalis adalah berfikir bahwa ia adalah seorang wartawan, yang kedua baru ia bertindak sebagai fotografer”. Maka foto yang ditampilkan haruslah menarik dari sisi gambar dan lengkap dari sisi berita yaitu 5W dan 1H What,Who, Why, Where, When, How. Menurut Prof Clifton Edom, “Seorang fotojurnalis pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus selalu memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka tidak bisa menciptakan foto dengan hanya mengangkat telefon. Mereka adalah mata dunia, dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya”. Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh para wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas d iperlukan untuk mempertahankan kredibilitas McQuail, 1987,hal.129. Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. menurut Ashadi Siregar, mengukur objektivitas pemberitaan pada dasarnya sejauh mana fakta social identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah fakta sosial yang direkontruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial itulah yang ditampilkan dalam media cetak. Motif khalayak menghadapi media adalah mendapatkan fakta social. Untuk itu, prinsip utama dalam jurnalisme adalah objektivitas Siahaan,2001,hal.66. Sedangkan menurut Atkins 1977 perspektif mengenai objektivitas yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memperoses dalam memberikan berita yang dapat menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya De Beer Merrill,2004,hal.168 . Jadi, informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan, dan memisahkan fakta denga n opini. Informasi harus seimbang juga adil, dalam artian melaporkan perspektif- perspektif alternative dalam sifat yang tidak sensasional dan tidak bias Bungin,2004,hal.154. Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu objektivitas, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi yang tinggi. Kalimat fotografer Alfred Stieglitz 1964-1946 ini menunjuk kepada suatu asumsi: fotografi dipercaya tanpa syarat sebagai pencerminan kembali realitas. Sampai sekarang asumsi itu masih berlaku dalam kehidupan sehari- hari, fotografi telah diterima tanpa dipertanyakan lagi. Sebuah foto secara praktis diandaikan menghadirkan kembali realitas visual, dan dengan begitu citra yang tercetak di atas lempengan dua dimensi diterima sebagai realitas itu sendiri. Terdapat suatu obsesi untuk mencapai objektivitas sebagai realitas tersahih. Akibatnya, kamera ketika pertumbuhan lensa kamera makin canggih, seolah-olah telah disetujui sebuah konsesus, bahwa citra sebah foto tidak lain selain mewakili realitas itu sendiri. Foto seekor kucing dan tiada lain selain kucing. Fotografi bukan hanya instrumen, melainkan sekaligus metode untuk menangkap realitas. Fotografi jurnalistik yang baik bisa menangkap esensi dari “ seseorang” ataupun sebuah kejadian dan meninggalkan ingatan yang tidak terlupakan bagi setiap yang melihatnya. Foto itu bisa menceritakan kengerian pada setiap pertempuran, menangkap karakter seorang politikus ketika melakukan perjalanan panjang kampanyenya, saksi sebuah kejadian yang luar biasa, kemenangan, keberhasilan sebuah ekspedisi, ledakan bom atom, tangisan ketika mengantarkan kematian seorang tokoh . Fotojurnalis yang baik adalah bila ia bisa membangun instingnya, berada di tempat yang yang benar pada waktu yang benar dengan kamera dan lensa yang tepat. Fotografer harus dapat menangkap ekspresi subjek yang sesungguhnya tanpa diketahuinya disadari. Fotografer mengamati tetapi tidak mengatur. Keberhasilannya tergantung dari kemampuannya untuk menangkap momen tanpa menginterupsinya. Dari uraian di atas, maka peneliti dapat suatu merumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang Angle Suatu Foto Berita. ”

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk memberi arah pada peneltian guna menjawab rumusan masalah di atas maka disusunlah identifikasi masalah sebagai berikut : 1 Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 2 Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 3 Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 4 Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang Angle Suatu Foto Berita?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan, dan menganalisa objektifitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Untuk mengetahui dimensi truth atau facktualitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita. 2 Untuk mengetahui relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita. 3 Untuk mengetahui ketidakberpihakan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita. 4 Untuk mengetahui objektivitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menunjang perkembangan dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam perkembangan teknologi komunikasi yang berkaitan dengan aplikasi jurnalistik terutama jurnalistik foto.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1 Kegunaan bagi Peneliti Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti di dalam kegiatan jurnalistik khususnya jurnalistik foto. 2 Kegunaan bagi Universitas Bagi universitas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu serta sebagai literatur Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik UNIKOM. 3 Kegunaan bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi para wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Pada penelitian ini, Peneliti ingin melihat sejauhmana objektivitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita. J Westherstahl pada tahun 1983 mengembangkan dasar bagi meneliti dan menukur objektivitas penderitaan, yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh McQuail. Berikut kerangka objektivitas yang telah dirinci lebih lanjut oleh McQuail Siahaan, 2001. Objektivitas adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak, dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable, relefansi yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik newsworthiness, dan ketidakberpihakkan impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta- fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. Dalam buku “Photojournalism, The Visual Approach” karya Frank P Hoy menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan memilih berkecimpung menjadi wartawan foto. 1. Pertama, snapshot pemotretan sekejap, adalah pemotretan yang dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spo ntan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi. 2. Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi. 3. Art photography fotografi seni, suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi. Basis pada jenjang ini. Akhirnya, photojournalism pewarta foto berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut. Seorang fotografer jurnalistik tidak hanya harus menguasai teknik-teknik dasar fotografi saja, namun mereka harus memiliki keberanian dalam melakukan eksekusi gambar suatu peristiwa. Beberapa kebiasaan seperti diuraikan di atas bahwa pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa adalah foto jurnalistik. Namun, tidak semua foto yang tampil di media massa itu memiliki bobot berita yang meliputi unsur 5 W+ 1 H what, who, why, where, when, how. Tidak jarang sebuah foto hanya memiliki unsur 3W atau 4W tanpa 1H sehingga diperlukan teks foto untuk melengkapi unsur nilai beritanya. Seringkali seorang pewarta foto dihadapkan pada peristiwa yang menuntut kecepatan berp ikir untuk kemudian segera menekan tombol kameranya. Di saat seperti inipun sebenarnya seorang pewarta foto layaknya memiliki kebiasaan untuk Stop, Look, Think dan Action. Artinya ; diam, lihat, berfikir dan aksi. Pendeknya jangan terburu melepaskan bidikan kamera. Menentukan angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibuat untuk membantu tulisan supaya terfokus. Untuk membentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita t ersendiri, oleb sebab itu dibuatlah sub judul.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dari penjelasan di atas obyektivitas penting dimiliki oleh seorang wartawan foto ketika meliput sebuah berita. Obyektivitas dapat lebih memfokuskan seorang wartawan foto dalam menentukan angle atau sudut pandang sebuah foto berita. Dalam membantu tulisan penelitian ini supaya terfokus, Untuk menentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Bagaimana objektivitas foto yang disajikan di Harian Umum Pikiran Rakyat menggunakan dimensi truth yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable yaitu mencari sebuah foto berita yang berupa kejadian nyata atau peristiwa harus pintar-pintar mencari sudut pandang yang mewakili peristiwa atau kejadian tersebut. Relefansi wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik newsworthiness yaitu relevansi aspek-aspek fakta dalam berita dengan indikator kelayakan berita diantaranya Significance, Prominence, Magnitute, Timelines, Proximity geografis, Proximity Psikologis. dan ketidakberpihakkan wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta-fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang dalam artian wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat memilih sudut pandang atau angle itu berarti wartawan foto tersebut sudah memihak, bukan dalam arti memihak pada satu individu atau golongan.

1.6 Daftar Pertanyaan Penelitiaan

1. Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian umum Pikiran R.akyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 1. Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa peristiwa, kejadian nyata, dan faktual? 2. Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa interpretasi subjektif pernyataanopini? 3. Bagaimana menentukan fakta foto berita terhadap kecermatan atau ketepatan berita? 2. Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 1. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan orang banyak? 2. Bagaimana menentukan foto berita terhadap keterkenalantokoh? 3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap besaran fakta yang berkaitan dengan angka-angka yang berarti? 4. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang baru terjadi atau di ungkap? 5. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang lokasinya dekat dengan mayoritas khalayak pembaca? 6. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang memiliki kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca? 3. Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita Bagaimana menentukan foto berita terhadap tingkatan sejauhmana sikap tak memihak? 1. Bagaimana menentukan foto berita terhadap pencampuran opini dan fakta? 2. Bagaimana menentukan foto berita terhadap kesesuain judul dengan isi berita? 3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap penyajian fakta tidak proposional sehingga memunculkan kesan berlebihan? 4. Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang Angle Suatu Foto Berita 1. Bagamana pengaruhnya subjektivitas wartawan foto terhadap objektivitas foto berita? 2. Bagaimana mengatasi kesulitan pewarta foto dalam mencapai objektivitas suatu foto berita? 3. Perlukah subjektivitas wartawan foto bermain dalam objektivitas sebuah foto berita?

1.7 Metode Penelitian

Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian fenomena ini penulis menggunakan metode deskriptif descriptive research, dapat diartikan pula sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel. “Metode Deskriptif bertujuan untuk : 1 mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, 2 mengidentifikasikan maslah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, 3 membuat perbandingan atau evaluasi, 4 menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating.” Rakhmat,2001 : 25 Metode deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif, sehingga dalam hal ini barangkali terlihat suatu perbedaan yang esensial antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Cirri lainnya adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah naturalistis setting. Peneliti bertindak sebagai pengamat hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah yang dimaksud, bahwa peneliti terjun kelapangan dan tidak berusaha memanipulasi variabel, karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala reactive measures, peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks Nasution, 1992 : 3. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sebuah bentuk baru dalam dunia jurnalistik dengan pemanfaatan fotografi sebagai sebuah medianya yang kompleks. Pengamatan diterangkan dengan cara mengaitkannya dengan ciri – ciri yang dianggap khas oleh suatu objek. Penelitian kualitatif merupakan pro sedur peneleitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau prilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik utuh. Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian kedalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. “Penelitian kualitatif juga, bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. ” Lexy J. Moleong, 2006:6 Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagi sesuatu yang berdimensi banyak, sesuatu kesatuan yang utuh, serta berubah-ubah. Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitannya dimulai. Untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta – fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, kemudian terus- menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada wartawan foto harian umum pikiran rakyat .

2. Studi Literatur Data

Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data skunder. Diantaranya, studi letaratur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal – jurnal yang berkaitan dengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak, dan mengunjungi situs-situs web di internet yang mendukung penelitian.

3. Pencarian di Interet Internet Searching

Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang digunakan peneliti sebagai bentuk satu trobosan efisensi waktu dalam perolehan data maupun studi letratur, dengan menanfaatkan situs-situs yang sifatnya gratis freeware maupun parabayar payment.

1.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunaan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakuakan analisis dan pengolahan data sebagai berikut :

1. Penyeleksian data

Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan.

2. Klasifikasi data

Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas. 3. Merumuskan hasil penelitian Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat di lapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis.

4. Menganalisa hasil penelitian

Tahap yang akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan beruasaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Mengnalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir atau menguatkan yang ada.

1.10 Objek Penelitian dan Informan

1.10.1 Objek Peneltian

Menurut Suharsimi Arikunto 2000:29, Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu merupakan inti dari problematika penelitian. Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data penelitian melekat dan yang dipermasalahkan adalah objek. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka Objek Penelitian yang ditetapkan pada penelitian ini adalah seperti tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Wartawan foto di HU Pikiran Rakyat Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto Jabatan Dudi Sugandi Redaktur Foto Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto Andri Gurnita Wartawan Foto Gelora Sapta Wartawan Foto Krisna Ahdahiyat Wartawan Foto Ade Bayu Indra Wartawan Foto Sumber : Admin Pikiran Rakyat

1.10.2 Informan

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana dijadikan informan dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi yang akan diteliti. Sampel diambil bukan tergantung pada populasi melainkan disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat dikatakan sebagai sampel bertujuan Moleong, 1989: 181. Peneliti menentukan wartawan foto yang akan dijadikan informan yaitu . Tabel 1.2 Daftar Informan Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto Jabatan Dudi Sugandi Redaktur Foto Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto Sumber : Admin Pikiran Rakyat

1.11 Waktu dan Tempat penelitian

1.13.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dengan menemui narasumber yang berlokasi : Redaksi Pikiran Rakyat Jl. Soekarno-Hatta No 147 Bandung. Telepon dan Faksimile : 022-6037755 Hunting Fax 022-6031004 6002751

1.13.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan, bulan Februari 2009 sampai bulan Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.1 berikut :

1.12 Sistematika Penulisan

BAB. I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, daftar pertanyaan penelitiaan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, populasi dan sampel penelitian, serta waktu dan tempat penelitian. BAB. II Tinjauan Pustaka Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji mengenai tinjauan komunikasi meliputi : pengertian komunikasi, tujuan komunikasi, proses komunikasi, tinjauan mengenai komunikasi massa, tinjauan mengenai jurnalistik, tinjauan umum pers, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan foto jurnalistik. BAB. III Objek Penelitian Bab ini menguraikan tentang objek penelitian berupa pengertian objektivitas wartawan foto, objektivitas foto berita, sudut pandang atau angle suatu foto berita. BAB. IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Uraian hasil penelitiaan berdasarkan hasil wawancara dan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang objektivitas wartawan foto. BAB. V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian tentang objektivitas wartawan foto sebagai faktor dalam menentukan sudut pandang atau angle suatu foto berita. 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mengenai Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik feedback dari orang yang diajak berbicara tersebut. Komunikasi menurut bahasa Latin yaitu Communicati Inggris,Communication, artinya pemberitahuan. Kata sifatnya, Communis Inggris, Commonness, berarti bersama –sama di antara dua orang atau lebih, yang berbicara mengenai kebersamaan, berbagi kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan dan gagasan. Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan prilaku”.Effendy, 1989:60 Berdasarkan pengertian di atas, Communicare bisa berarti dua orang atau lebih, yang secara bersama –sama bertemu baik secara langsung tatap muka maupun melalui media atau saluran tertentu komunikasi antarpribadi, tukar menukar mengenai pengetahuan, pengalaman, pikiran, gagasan dan perasaan to make common, sharing. Schramm memberikan tambahan bahwa kesamaan pengalaman diantara komunikator dan komunikan, yang berlangsung secara source dan receiver, komunikator dan komunikan akan mempunyai sudut pandang yang sama mengenai sesuatu pesan. Komunikasi akan efektif apabila komunikator mampu berkomunikasi sesuai dengan komunikannya. Selain itu pula, seorang komunikator harus mempunyai rencana dan tujuan, tidak saja pesan itu tersampaikan, tapi juga dapat merubah sikap dan pendapat serta mempengaruhi komunikan, hal ini dipertegas dari definisi komunikasi,yaitu “Komunikasi atau upaya–upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat”. Secara khusus Hovland menjelaskan bahwa “Communication is the process to modify the behavior of other individual”, komunikasi adalah perubah perilaku orang lain. Hovland dalam Effendy, 1988:113 Dalam menyampaikan pesan, komunikasi dilakukan tidak terbatas pada komunikasi secara langsung, bisa juga dilakukan melalui media seperti televisi, radio, surat kabar dan lain –lain. Sehingga pesan akan tersampaikan dan tersebar luas tidak terbatas ruang dan waktu, serta mempengaruhi khalayak secara luas pula. Hal ini berdasar pada pengertian komunikasi : “Komunikasi adalah pengoperan atau penyiaran transmitter lambang-lambang melalui sebagian besar media komunikasi massa seperti Surat Kabar, Radio, Majalah, Buku dan sebagian besar media komunikasi yang bersifat pribadi percakapan antar insan.”Barelson dalam Effendy, 1986:69.

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:  Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;  Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;  Komunikan : Orang yang menerima pesan;  Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila  Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;  Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. Effendy, 2002 : 6

2.1.3 Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifat- sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu: 1. Tatap muka face-to-face 2. Bermedia Mediated 3. Verbal Verbal - Lisan Oral - Tulisan 4. Non verbal Non-verbal - Gerakan isyarat badaniah gestural - Bergambar Pictorial Effendy, 2002:7 Komunikator pengirim pesan dalam menyampaikan pesan kepada komunikan penerima pesan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik feddback dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan Oral dan tulisan Written printed. Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah gesturual seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya,.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu: a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur. c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya. d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan penerima atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. Effendy, 1993 : 18 Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi Massa

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu proses penyampaian pesan komunikasi, informasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik, komunikasi massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya, tidak terbatas pada penduduk yang ada di suatu daerah melainkan semua orang dinegara yang satu dengan yang lain dapat mengetahui secara langsung apa yang disiarkan oleh media elektronik seperti televisi, radio, internet satelit, seperti halnya pengertian Komunikasi Massa : “First, mass communication id communication addressed to the masses, to an extremely large audience. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television: rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, massa communication is communication mediated by audio andor visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspapers, magazines, films, books, and tape ”.. “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar –pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern seperti pers, film, radio dan televise”. De Vito dalam Effendy, 1984:21 Dari pengertian di atas, secara umum sebenarnya komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Dengan menggunakan saluran teknologi, komunikasi massa dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamflet, majalah, surat kabar, warkat pos, radio, rekaman –rekaman, televisi, poster dan komputer serta aplikasinya jaringan telepon serta satelit internet. Dalam melakukan kegiatan komunikasinya, komunikasi massa harus mempunyai karakteristik sebagai komunikasi massa adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi satu arah Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antar persona satu arah Interpersonal Communication one – way communication dan dua arah two –way Communication, komunikasi massa berlangsung satu arah one way Communication, Ini berarti bahwa, tidak ada arus balik feedback dari komunikan kepada komunikator, dalam hal ini wartawan sebagai komunikator tidak akan menerima tanggapan atau pesan dari berita atau informasi yang dipublikasikan dan disiarkannya. 2. Melembaga Sebagai saluran komunikasi, media massa merupakan suatu lembaga atau institusi atau organisasi, begitu halnya dengan komunikator melembaga atau Institusionalized Communicator. 3. Pesan bersifat umum Pesan yang disampaikan mengenai hal-hal yang umum terjadi dalam masyarakat, karena komunikasi massa ditujukan untuk umum. 4. Menimbulkan keserempakan simultaneity Keserempakan pada pesan yang disampaikan dan disebarluaskan kepada khalayak, baik isi maupun waktu dari pesan tersebut sama. 5. Heterogen Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing –masing berbeda mulai dari jenis kelamin, usia, agama, idiologi, pekerjaan, pendapatan, pengalaman, kebudayaan, keinginan sampai cita –cita dan sebagainya. Effendy,1992:20

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi baik melalui cetak maupun elektronik yang ditujukan pada khalayak banyak, tentu mempunyai fungsi-fungsi tertentu untuk menunjang tujuannya, adapun menurut buku Aneka Suara, Satu Dunia Many Voices One World, dengan Mac Bride sebagai editornya, mengemukakan tentang fungsi komunikasi dalam tiap sistem social : 1. Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan seseorang agar dimengerti dan bereaksi terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, serta dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan berperan aktif di masyarakat. 3. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, serta mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama. 4. Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta dan informasi yang diperlukan, sehingga tercapai persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti –bukti yang relevan, untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal. 5. Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran. 6. Memajukan kebudayaan : penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni untuk melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan : penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. Komunikasi massa akan berfungsi dengan baik apabila fungsi –fungsi diatas dapat dijalankan oleh komunikator dalam suatu institusi atau lembaga pers sehingga dapat memberikan sesuatu yang positif untuk kemajuan suatu bangsa dengan kemampuan komunikannya sendiri melalui medium komunikasi massa.

2.3 Tinjauan Mengenai Media Massa

2.3.1 Pengertian Media Massa

Menurut Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Terapan disebutkan bahwa media massa Mass Media merupakan singkatan dari Media Komunikasi Massa merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa.

2.3.2 Karakteristik Media Massa

Sedangkan karakteristik media massa sendiri meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan pada khalayak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum. 3. Priodisitas, tetap atau berkala. 4. Kontinuitas, berkesinambungan. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru. Romli, 2005:5

2.3.3 Bentuk-bentuk Media Massa

Menurut Elvinaro dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, pada dasarnya media massa dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online internet.

2.4 Tinjauan Mengenai Jurnalistik

2.4.1 Pengertian Jurnalistik

Komunikasi dan jurnalistik merupakan suatu studi spesialisasi ilmu yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari komponen komunikasi yang terdapat pada bentuk atau scope komunikasi, jurnalistik sebagai Ilmu Komunikasi Massa terdapat dalam bentuk komunikasi. Studi komunikasi terdiri dari 3 katagori “Bentuk Spesialisasi 1. Media 2. Efek 3. Bentuk spesialisasi komunikasi : a. Komunikasi antar persona yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada sasaran tunggal b. Komunikasi kelompok yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada kelompok tertentu atau suatu kumpulan manusia yang mempunya antar hubungan sosial yang nyata c. Komunikasi massa yaitu pernyataan manusia yang ditujukan ke pada massa”. Palapah, 1983:11 Media massa TV, Radio, Koran dan Majalah, identik dengan sarana penampilan dan penyebaran hasil kerja jurnalistik. Oleh karena itu dari segi kegiatannya Jurnalistik sering disamakan dengan pers yaitu kegiatan kewartawanan dalam mencari, menyusun, menulis, menyunting dan menerbitkan mempublikasikan berita di media massa baik cetak maupun elektronik. Dilihat dari sejarahnya, jurnalistik dimulai dengan adanya “acta diurna”, yang artinya “kegiatan dari hari ke hari”, istilah itu lahir pada jaman Romawi; jaman pemerintahan Julius Caesar, saat itu di lokasi kerajaan dipasang papan putih yang kerap ditempelkan pengumuman-pengumuman atau berita –berita khususnya senat acta senatus dan laporan –laporan Dewan Perwakilan Rakyat acta diurna. Karena adanya permintaan dari masyarakat kemudian pengumuman meluas dan disahkan dan disebarluaskannya melalui “kurier”, kurier itulah yang pada akhirnya disebut “diurna” atau “diurnarius”. Sedangkan kata Jurnalistik sendiri pada dasarnya berasal dari bahasa Belanda “journalistiek” yang dalam bahasa Inggrisnya “journalism” yang bersumber dari perkataan “journal” terjemahan dari bahasa Latin “diurna” yang berarti “harian atau setiap hari”. Jurnalistik berasal dari kata journalism Inggris, berasal dari journal atau de jour Prancis, berarti catatan atau berita harian di mana segala berita pada hari itu termuat dalam lembaran kertas yang tercetak. Semua berita tercetak di atas kertas dengan mesin cetak press maka istilah pers digunakan untuk kegiatan yang sama dengan jurnalistik. “Jurnalistik berarti kegiatan mengelola berita, mulai dari peliputan peristiwa melalui penyusunan pesan berita sampai penyebaran berita yang sudah tuntas kepada khalayak. Komunikasi jurnalistik adalah komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan pemberitaan melalui media massa pers, radio dan televisi”. Effendy,1989: 195. Secara gamblang jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegiatan mengulang bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat. Adapun keterampilan itu sendiri meliputi kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik baik cetak maupun elektronik.

2.4.2 Unsur–unsur Jurnalistik

Agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarkannya kepada khalayak diperlukan unsur –unsur jurnalistik, adalah sebagai berikut : “Jurnalisme adalah segala bentuk pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemprosesan, penyebaran berita dan ulasan mengenai berita kepada kelompok pemerhati berupa informasi dan hiburan umum yang sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan di suratkabar, majalah dan disiarkan di stasion siaran”.Mappatoto,1993:70–71 Proses jurnalistik harus dilakukan secara sistematis mulai dari memperoleh dan menulis fakta, didukung pula dengan professional sebagai wartawan baik dalam meliput suatu peristiwa yang terjadi yang mengandung nilai berita, maupun idealisme sebagai wartawan untuk mencari kebenaran, serta ketelitian dan sikap kritis dan serba ingin tahu yang harus dipertahankan. Oleh karena itu, seorang jurnalis surat kabar harus memiliki skill atau keterampilan yang berlandaskan teoritis, pendidikan dengan mengutamakan kecepatan, ketepatan, kebenaran, kejujuran, keadilan, keseimbangan dan tidak berprasangka praduga tak bersalah, sehingga informasi yang disuguhkan tidak akan merugikan baik untuk institusinya maupun personalnya.

2.4.3 Peran dan Fungsi Jurnalistik

Berbagai peranan dan fungsi jurnalistik memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh pers dan media massa sebagai agen perubahan sosial dan pembaharu masyarakat. Dalam hubungannya dengan pencarian informasi kemudian menyebarluaskannya kepada khalayak, secara umum, untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut: 1. To Inform adalah memberikan informasi atau kabar kepada masyarakat atau pembaca melalui tulisan –tulisannya pers memberikan informasi yang beraneka ragam. 2. To educate adalah memberikan pendidikan melalui tulisan atau pesan yang mendidik masyarakat atau audience pembaca. 3. To controle adalah memberikan berbagai kritik membangun kepada pihak-pihak yang melakukan penyimpangan, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan luas. Karena lembaga pers sebagai kekuatan keempat. Dalam kaitannya sebagai pilar keempat the fourh state dalam sistem politik – ekonomi, pers dan jurnalistik berfungsi sebagai Penyalur aspirasi masyarakat banyak yaitu Pembentuk kecendrungan trend setter pendapat masyarakat, Kelompok penekan pressure group yang dapat turut mempengaruhi dan mewarnai kebijakan politik negara public policy decision making, pembela kebenaran dan keadilan.Samantho,2002:64 4. To bridge adalah penghubung atau menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah begitupun sebaliknya. 5. To entertaint adalah memberikan hiburan, kepuasan, kesenangan, keberhasilan. Jik a dicermati bahwa “Jurnalistik” dan “Media Massa”, sama –sama bermuara pada dunia kewartawanan dan kepenulisan. Kedua istilah itu berkaitan erat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Perbedaan makna di antara istilah itu sebagai berikut : Pengertian Jurnalistik lebih mengarah pada “aktivitas” atau proses kerja kewartawanan dan kepenulisan. Media massa mengarah pada benda atau “produk aktivitas” tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya aktivitas kewartawanan dan kepenulisan. Dalam kegiatan jurnalistik, ciri dan sifat media sangat berpengaruh pada komponen-komponen komunikasi lainnya. Oleh karena itu baik, jurnalistik surat kabar akan berbeda dengan jurnalistik majalah, dan berbeda pula dengan jurnalistik radio serta berbeda pula dengan jurnalistik televisi dan tentunya ada kesamaan diantara keempat ciri dan sifat jurnalistik, sebagai berikut : 1. Periodisitas Dalam suatu penerbitan pers, hasilnya surat kabar harus diselenggarakan secara teratur dan terus menerus, muncul dengan nama surat kabar harian, mingguan dan tengah bulanan. 2. Universalitas Surat kabar ditujukan untuk kepentingan umum yang disebarluarkan keseluruh lapisan masyarakat, surat kabar tersebut berisi berita –berita mengenai segala aspek kehidupan manusia, mulai dari politik, ekonomi, perdagangan, sosial budaya, olah raga sampai pada hal yang terkecil. 3. Objektivitas Merupakan nilai etik dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya, sehingga berita yang disuguhkan dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca serta menyajikan hal –hal yang faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Afinitas Adanya hubungan timbal balik antara penyelenggara surat kabar dengan pembacanya sehingga komunikasi dapat berlangsung dua arah mulai dari berita –berita yang disajikan oleh penyelenggara surat kabar dengan keinginan pembaca.Palapah,1983:110.

2.5 Tinjauan Umum Mengenai Pers

2.5.1 Pengertian Pers

Pers adalah lembaga sosial social institution atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi di lain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik. Mati hidupnya pers atau lancar tidaknya kehidupan pers di suatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sistem politik pemerintahan di negara di mana pers itu beroperasi. Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti yang sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain televisi, radio, sebagai media yang menyiarkan karya Jurnalistik. Jadi tegasnya, Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya Jurnalistik kepada khalayak. Pers dan Jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata. Dengan demikian pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal, Pers tidak mungkin beroperasi tanpa Jurnalistik, sebaliknya Jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya berita tanpa pers. Pada zaman modern sekarang ini, Jurnalistik tidak hanya mengelola berita tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fungsi menyiarkan informasi Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dari yang utama. Khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini. 2. Fungsi mendidik Fungsi kedua dari surat kabar adalah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa Mass Education, surat kabar memuat tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga pembaca bertambah pengetahuannya. 3. Fungsi menghibur Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita hard news dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangkan dengan bertita atau artikel yang bersifat isi beritanya berat. 4. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi pada surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Menurut Schramm, surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut : a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain. b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan- pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa. c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut. d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang serasi dan efektif. Rachmadi, 1990 : 17-18

2.6 Tinjauan Mengenai Fotografi

2.6.1 Pengertian Fotografi

Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos sinarcahaya dan graphos mencatatmelukis. Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan image. Saat ini, fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia di berbagai bidang. Foto secara luas telah digunakan oleh surat kabar, majalah, buku, dan televisi untuk menyampaikan informasi dan iklan produk atau jasa. Aplikasi praktis fotografi bias ditemukan di sekitar pekerjaan manusia dari astronomi hingga kedokteran sampai industri. Fotografi memperpanjang penglihatan manusia pada objek yang tak terlihat karena terlalu kecil atau terlalu jauh, atau peristiwa yang dapat berakibat kerusakan pada mata jika dilihat dengan mata telanjang. Sebuah kamera dapat digunakan dlokasi yang berbahaya bagi manusia, foto dapat menjadi objek seni yang mengeksplorasi kondisi manusia dan estetika. Bagi jutaan orang, fotografi merupakan hobi yang menyenangkan atau menjadikannya sebagai lahan pekerjaan. Fotografi adalah seni, yaitu pemotretan yang menghasilkan karya foto yang indah dan bernilai seni tinggi. Bias dinikmati oleh masyarakat luas sehingga membuat penikmatnya tertawan oleh keindahan, kekaguman, dan pengalaman batin akibat kesan yang ditimbulkan oleh foto tersebut. Foto yang bernilai seni, tidak harus foto suatu pemandangan alam yang indah, atupun wajah cantik seorang gadis. Tapi foto yang bernilai seni bias berupa foto situasi desa yang kumuh atau wajah seorang tua keriput. Keindahan suatu foto dapat dipengaruhi oleh beberapa factor; peralatan memotret, situasi pemotretan, objek yang dipotret, dan yang paling utama adalah fotografer yang memotret. Ada dua macam fotografer, yaitu fotografer amatir dan fotografer professional. Fotografer amatir menjadikan fotografi sebagai hobi, kesenangan pribadi, masalah biaya tidak menjadi soal, yang penting hatinya senang, terhibur dan gembira. Fotografer profesional menjadikan fotografi sebagai profesi, pekerjaan untuk mencari uang. Biasanya fotografer profesional memb ekali diri dengan keahlian fotografi yang memadai.

2.6.2 Proses fotografi

Proses fotografi terdapat pada peristiwa ketika emulsi film terkena cahaya. Sinar yang sampai pada film setelah melewati sebuah lensa yang berfungsi memancarkan bayangan dari objek apa yang akan ditangkap atau berada di muka lensa. Bayangan image. Laten image pada film tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi perlu melalui proses pencucian film terlebih dahulu yang kita kenal dengan film negatif atau gambar negatif.

2.7 Tinjauan Mengenai Foto Berita

2.7.1 Pengertian Foto Berita

Foto jurnalistik atau foto berita menurut Guru Besar Universitas Missouri , AS, Cliff Edorn adalah paduan kata words and pictures. Sementara menurut editor majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan social pembacanya. Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada bukunya yang berjudul Photojurnalism The Visual Approach adalah sebagai berikut. 1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto communication photograpy. Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan ekspresi pribadi. 2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak Koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita wire service. 3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto. 5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca fotojurnalistik. 6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak mass audiences. Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

2.7.2 Jenis-Jenis Foto Berita

Jenis-jenis foto berita dapat diketahui melalui kategori yang dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia World Press Photo Foundation pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan diseluruh dunia. Kategori itu adalah sebagai berikut. 1. Spot Photo Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian . misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Dibutuhkan keberuntungan pada fotografer dalam hal posisi dan keberadaannya, serta keberanian saat membuat foto. Memperlihatkan emosi subjek yang difotonya sehingga memancing juga emosi pembaca. 2. General News Photo Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor. Contoh, foto presiden menganugerahkan Bintang Mahaputra, menteri membuka pameran, badut dalam pertunjukan, dan lain-lain. 3. People in the News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Bias kelucuannya, nasib dan sebagainya. Contoh, foto Ali Abbas, anak korban bom pada perang irak, atau foto mantan Presiden AS Ronald Reagan yang kepalanya botak setelah menjalani operasi dikepalanya, foto Juned korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, dan sebagainya. Tokoh-tojoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan. 4. Daily Life Photo Adalah foto kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya human interest. Misalnya, foto tentang pedagang gitar. 5. Portrait Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah atau kekhasan lainnya. 6. Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga. Contoh, petenis wanita, Venus Williams, mengembalikan bola kepada adiknya, Serena Williams. 7. Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto penemuan microchip computer baru, foto proses pengkloningan domba, dan sebagainya. Pada pemotretan tertentu membutuhkan perlengkapan khusus, misalnya lensa micro atau film x-ray, misalnya untuk pemotretan organ di dalam tubuh. 8. Art and Culture Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, pertunjukan Iwan Fals di panggung, kegiatan artis di belakang panggung, dan sebagainya. 9. Social and Environment Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Contoh, foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang sedang mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan, dan sebagainya.

2.7.3 Syarat Foto Berita

Syarat foto berita, setelah mengandung berita secara fotografi, bagus fotografis, syarat lain lebih kepada, foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Di Indonesia, etika yang mengatur foto jurnalistik ada pada kode etik yang disebut Kode Etik Jurnalistik. Pasal-pasal yang mengatur hal ini ada, khususnya pada pasal 2 dan 3. Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain: wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang. Sementara pada pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian fakta dan pendapat opini. Contoh penerapan dari pasal-pasal yang ada pada kode etik tersebut, yaitu misalnya dalam pembuatan foto tentang kecelakaan atau pembunuhan, tidak boleh menampakkan wajah korban, melainkan ditutupi koran atau sesuatu, atau diambil dari jarak agak jauh. Contoh lain, foto-foto pengadilan yang dibuat dari belakang orang yang diadili, bukan dari depan, selama status orang tersebut masih tersangka, untuk menghindari penghukuman yang dilakukan oleh wartawan trial by the press. Lalu foto-foto yang bersifat pornografi juga tidak boleh disiarkan. Foto yang dibuat dengan teknik manipulasi computer grafis juga tidak boleh disiarkan kalau tidak berdasarkan kebenaran.

2.8 Tinjauan Mengenai Wartawan

2.8.1 Pengertian Wartawan

Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi- posisi kewartawanan. Misalnya, redaktur menjadi editor. Pada saat Aliansi Jurnalis Independen berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan. Sementara itu wartawan, dalam pendefinisian Persatuan Wartawan Indonesia, hubungannya dengan kegiatan tulis menulis yang di antaranya mencari data riset, liputan, verifikasi untuk melengkapi laporannya. Wartawan dituntut untuk objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.

2.8.2 Asal dan ruang lingkup istilah Wartawan

Dalam awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis untuk jurnal, seperti Charles Dickens pada awal kariernya. Dalam abad terakhir ini artinya telah menjadi seorang penulis untuk koran dan juga majalah. Banyak orang mengira jurnalis sama dengan reporter, seseorang yang mengumpulkan informasi dan menciptakan laporan, atau cerita. Tetapi, hal ini tidak benar karena dia tidak meliputi tipe jurnalis lainnya, seperti kolumnis, penulis utama, fotografer, dan desain editorial. Tanpa memandang jenis media, istilah jurnalis membawa konotasi atau harapan keprofesionalisme dalam membuat laporan, dengan pertimbangan kebenaran dan etika.

2.9 Tinjauan Mengenai Angle

Ada Beberapa Angle dalam dunia fotografi dalam mengambil suatu gambar sebuah foto, yaitu :  Eye Level Angle = Foto dari sudut pengambilan setinggi mata, karena kita terbiasa melihat dengan sudut pandang ini sehingga foto yg dihasilkan nyaman untuk dilihat. Jika memotret orang lain dengan eye level angle usahakan kita memotret sejajar dengan mata orang yg kita potret, bukan mata kita.  Low Angle : motret dari bawah subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin subjek yg kita potret menjadi lebih penting, besar, kuat, berkuasa, megah dll.  High Angle : motret dari atas subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin agar orang yang melihat foto tersebut merasa lebih penting, berkuasa, besar dan sedang mengamati subjek yg dipotret. Tapi tidak selalu seperti itu, biasanya hasil akhir perasaannya malah kebalik, misalnya ketika kita motret makro ulet bulu yg sangat cantik warna-warni atau serangga lain dari high angle, yg terjadi malah kita merasa kecil di bawah alam dan keagungan Pencipta.  2.10 Tinjauan Mengenai Objektivitas 2.10.1 Pengertian Objektivitas Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesiyang dituntut oleh para wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas McQuail, 1987,hal.129. Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. Menurut Ashadi Siregar, mengukur objektivitas pemberitaan pada dasarnya sejauh mana fakta social identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah fakta sosial yang direkontruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial itulah yang ditampilkan dalam media cetak. Motif khalayak menghadapi media adalah mendapatkan fakta social. Untuk itu, prinsip utama dalam jurnalisme adalah objektivitas Siahaan,2001,hal.66. Sedangkan menurut Atkins 1977 perspektif mengenai objektivitas yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memperoses dalam memberikan berita yang dapat menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya De Beer Merrill,2004,hal.168 . Jadi, informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan, dan memisahkan fakta dengan opini. Informasi harus seimbang juga adil, dalam artian melaporkan perspektif-perspektif alternatifdalam sifat yang tidak sensasional dan tidak bias Bungin,2004,hal.154. J Westherstahl pada tahun 1983 mengembangkan dasar bagi meneliti dan menukur objektivitas penderitaan, yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh McQuail. Berikut kerangka objektivitas yang telah dirinci lebih lanjut oleh McQuail Siahaan, 2001. Objektivitas adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak, dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable, relefansi yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik newsworthiness, dan ketidakberpihakkan impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta-fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. 56

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1. Sekilas Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat

3.1.1. Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat

Harian Umum HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan menjadi tuan rumah yang dominan di Jawa Barat. Ia diupayakan untuk dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa. Dikelola oleh generasi terbaik di zamannya, surat kabar ini diyakini akan terus maju, tumbuh dan berkembang baik sebagai institusi sosial maupun bisnis. Pada bulan Januari 1966, di Kota Bandung terdapat sejumlah wartawan yang kehilangan pekerjaan, akibat Koran milik Bandung N.V. bernama Pikiran Rakyat, berhenti terbit. Koran yang pertama kali terbit pada 30 Mei 1950 ini harus berhenti karena terlambat memenuhi ketentuan yang mengharuskan setiap koran untuk berafiliasi dengan salah satu kekuatan politik atau memilih bergabung dengan koran yang telah ditentukan oleh Departemen Penerangan. Atas dorongan Panglima Kodam Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie pada waktu itu, wartawan-wartawan tadi yang diwakili Sakti Alamsyah dan Atang Ruswita menerbitkan Koran Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat. Nomor perdana yang terbit pada 24 Maret 1966 ini bertepatan dengan peringatan ke-20 peristiwa heroik Bandung Lautan Api. Namun belum genap setahun koran ini terbit, Menteri Penerangan mancabut kembali peraturannya tentang keharusan berafiliasi. Pangdam Siliwangi pun serta merta melepas sepenuhnya ketergantungan koran ini dengan kodam. Seiring dengan keputusan ini pulalah, terhitung 24 Maret 1967, Harian Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat berganti nama menjadi Harian Umum HU Pikiran Rakyat juga yang dikenal dengan singkatan “PR” hingga saat ini. Enam tahun pertama sejak masa kelahirannya, bisa dikatakan merupakan masa-masa penuh keprihatinan. Kantor maupun peralatan cetak dan tulis bukanlah milik Pikiran Rakyat. Pada masa ini, oplah Pikiran Rakyat pun tak pernah lebih dari 20.000 eksemplar per harinya. Namun berkat kegigihan dan keuletan yang didasari jiwa idealisme para perintis saat itu, Pikiran Rakyat secara pasti terus mendapatkan tempat di hati pembacanya. Pada 9 April 1973, bentuk badan hukumnya pun di ubah dari yayasan menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Pikiran Rakyat Bandung. Menyusul perubahan status perusahaan, Pikiran Rakyat pun segera menata diri. Nilai-nilai idealisme dan etika jurnalistiknya dipadukan dengan manajemen bisnis layaknya sebuah perusahaan modern. Pada awal tahun 1974, Pikiran Rakyat mencatat peristiwa penting. Untuk pertama kalinya perusahaan berhasil melengkapi diri dengan sarana percetakan offset yang dibeli dari fasilitas PMDN dari bantuan BRI. Mesin cetak ini mampu mencetak koran sebanyak 25.000 eksemplar per jam. Sejak tahun itu pula peredaran Pikiran Rakyat dapat merambah ke seluruh pelosok Jawa Barat dan memantapkan diri sebagai korannya orang Jawa Barat, sekaligus yang terbesar di provinsi ini. Padahal sebelumnya, dalam kurun waktu 1967-1973, koran-koran berskala nasional terbitan Jakarta yang mendominasi peredaran koran Jawa Barat. Antara tahun 1975-1986 Pikiran Rakyat sempat beredar ke seluruh pelosok nusantara, jadilah Pikiran Rakyat koran nasional yang terbit didaerah. Pikiran Rakyat sempat beredar sampai Kuala Lumpur, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pada tahun 1986 Pikiran Rakyat kembali menjadi koran regional berbasis provinsi Jawa Barat, walaupun sebagian tirasnya beredar di luar Jawa Barat seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa provinsi lainnya. Pada perkembangan selanjutnya, lembaga ini menjadi identik dengan milik warga Jabar. Dari aspek bisnis pun terjadi pertumbuhan yang signifikan. Dari rahimnya kemudian lahir PT Granesia, perusahaan, percetakan dan penerbitan yang tak hanya mencetak Pikiran Rakyat, lalu secara berturut-turut Mitra Bisnis semula bernama Mitra Desa, tabloid berbahasa Sunda Galura dan surat kabar Mitra Dialog yang berkedudukan di Cirebon. Pada tahun 1999, sejalan dengan asas otonomi daerah tingkat dua, Pikiran Rakyat pun menangkap peluang yang mucul. Karena itulah kemudian terbitlah Harian Umum Galamedia sebagai koran lokal Bandung, Pakuan yang terbit di Bogor, Priangan yang terbit di Tasikmalaya, dan Fajar Banten di Serang. Perusahaan pun kemudian menangani Radio Parahyangan yang kemudian berganti nama hingga saat ini menjadi Mustika FM.

3.1.2. Sejarah Divisi Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat

Redaksi dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar atau yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik, merupakan bagian yang dapat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling vital, yaitu jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa menjalankan kegiatannya tanpa adanya bagian redaksi. Bagian ini menjadi bagian yang menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan penerbitan surat kabar. Di bagian ini pula semua kegiatan penting berjalan. Seiring dengan lahirnya Harian Umum Pikiran Rakyat pada tanggal 24 Maret 1967, sejak terbit perubahan nama dari Harian Angkatan Bersenjata, maka redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat pun berdiri. Untuk mewadahi hasil kerja dari para jurnalistiknya. Dan sampai saat ini redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat sudah banyak berkembang demi menyesuaikan dengan zaman keterbukaan informasi sekarang ini, untuk menjadi yang terbaik di Jawa Barat.

3.2. Foto Berita di Harian umum Pikiran Rakyat

Foto berita di Harian Umum Pikiran rakyat dapat diketahui melalui kategori yang dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia World Press Photo Foundation pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan diseluruh dunia. Kategori itu adalah sebagai berikut. 1. Spot Photo Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian . misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Dibutuhkan keberuntungan pada fotografer dalam hal posisi dan keberadaannya, serta keberanian saat membuat foto. Memperlihatkan emosi subjek yang difotonya sehingga memancing juga emosi pembaca. 2. General News Photo Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor. Contoh, foto presiden menganugerahkan Bintang Mahaputra, menteri membuka pameran, badut dalam pertunjukan, dan lain-lain. 3. People in the News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Bias kelucuannya, nasib dan sebagainya. Contoh, foto Ali Abbas, anak korban bom pada perang irak, atau foto mantan Presiden AS Ronald Reagan yang kepalanya botak setelah menjalani operasi dikepalanya, foto Juned korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, dan sebagainya. Tokoh-tojoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan. 4. Daily Life Photo Adalah foto kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya human interest. Misalnya, foto tentang pedagang gitar. 5. Portrait Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah atau kekhasan lainnya. 6. Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga. Contoh, petenis wanita, Venus Williams, mengembalikan bola kepada adiknya, Serena Williams. 7. Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto penemuan microchip computer baru, foto proses pengkloningan domba, dan sebagainya. Pada pemotretan tertentu membutuhkan perlengkapan khusus, misalnya lensa micro atau film x-ray, misalnya untuk pemotretan organ di dalam tubuh. 8. Art and Culture Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, pertunjukan Iwan Fals di panggung, kegiatan artis di belakang panggung, dan sebagainya. 9. Social and Environment Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Contoh, foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang sedang mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan, dan sebagainya. 3.3.Visi dan Misi Harian Umum HU Pikiran Rakyat

3.3.1. Visi HU Pikiran Rakyat

HU Pikiran Rakyat mempunyai enam visi, diantaranya: 1. HU Pikiran Rakyat yang bercikal bakal Harian Angkatan Bersenjata Edisi Jawa Barat yang dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1966 untuk diupayakan, dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa. Diwarisi oleh generasi demi generasi sebagai surat kabar yang terus maju, tumbuh dan berkembang menjadi tambah besar, baik sebagai institusi sosial maupun institusi bisnis. 2. Sebagai institusi sosial, HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana ibadah kepada Allah SWT, sekaligus wahana pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. 3. Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana bisnis yang mampu meraih sebesar-besarnya pendapatan dan laba. Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat harus dikelola dengan bertaat azas pada kaidah-kaidah manajemen perusahaan yang baku, serta mampu memenuhi keempat unsur marketing mix yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. 4. Kinerja HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial sangat bergantung pada kinerja yang dicapai oleh manajemen dan jajaran terkait dalam mengelola HU Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis. Sebaliknya, kinerja HU Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis sangat bergantung pada kemampuan kinerja manajemen dan jajaran terkait menjadikan HU Pikiran Rakyat sebagai produk idiil yang laku dijual. Karena itu pengelolaan HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial dan pengelolaannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interpendensi yang saling mengisi da saling menunjang. Pengelolaan kedua aspek idiil dan aspek bisnis komersial harus dilaksanakan satu kesatuan strategi yang komprehensif- integral. 5. HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan, agar menjadi Tuan Rumah yang dominan di daerahnya sendiri, di Jawa Barat yang memang memiliki potensi sangat besar untuk menunjang eksistensi dan penumbuh kembangan surat kabar. Karena itu HU Pikiran Rakyat harus diupayakan menjadi surat kabar yang menyebar seluas-luasnya dan paling luas penyebarannya, di Jawa Barat, dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang dengan tiras terjual sebesar-besarnya, menjadi pilihan sebanyak-banyaknya pengguna jasa iklan denga volume space iklan terjual sebesar-besaarnya dan menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya pula. 6. Penyelenggaraan HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial dan penyelenggaraannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interdependensi yang saling mengisi dan saling menunjang. Karena itu segala sesuatunya harus dilaksanakan secara terpadu dan sinkron dalam kerangka satu kesatuan strategi yang komprehensif- integral.

3.3.2. Misi HU Pikiran Rakyat

Sebagi institusi sosial HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk bekiprah dan berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Jawa Barat, termasuk pembangunan kualitas manusianya yang mencakup : 1. Kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ketaatannya melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya; 2. Kualitas pemahaman dan penghayatannya atas nilai-nilai luhur Pancasila, serta komitmen untuk mengamalkannya di dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat; 3. Kualitas pemahaman dan penghayatannya atas kewajiban-kewajibannya dan hak-haknya sebagai warga negara, serta komitmen untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya serta mengupayakanmemperjuangkan pemenuhan hak-haknya itu; 4. Kualitas kehidupan secara materiil, serta mamilki etos kerja untuk berupaya mewujudkannya; 5. Kualitas kesehatan, wawasan, pengetahuan dan keterampilan, serta moral yang amanah jujur, adil, percaya diri, dan terpercaya, sehingga menjadi manusia yang dalam bahasa Sunda disebut cageur, bener, bageur, pinter, jeung singer.

3.4. Profil Harian Umum Pikiran Rakyat

Nama Perusahaan : PT Pikiran Rakyat Bandung Alamat Perusahaan Pusat : Jl. Asia Afrika No. 77 Bandung 40111 Alamat Redaksi : Jl. Soekarno-Hatta No. 147 Bandung 40223 Telepon dan Faksimile :- Pusat 022-4201634 4219194 Fax 022- 42030632 420 4720 - Redaksi 022-6037755 - Hunting Fax 022-6031004 6002751 URL : http:www.pikiran-rakyat.com Email : redaksipikiran-rakyat.com Jenis Usaha : Percetakan, Penerbitan, Surat Kabar, dan Radio Tahun Didirikan : 24 Maret 1967 Bentuk Usaha : Perseroan Terbatas Spesifikasi : - Format : Surat Kabar - Terbit : Setiap Hari termasuk minggu - Halaman : Bervariasi antara 28 sd 32 hal. - Tiras : 185.000 ekshari

3.4. Logo Harian Umum HU Pikiran Rakyat

Logo HU Pikiran rakyat adalah sebagai berikut : Gambar 3.1. Logo HU Pikiran Rakyat Sumber: HU Pikiran Rakyat Logo diatas mengandung arti kesatuan dari jargon yang diusung surat kabar tersebut yaitu DARI RAKYAT-OLEH RAKYAT-UNTUK RAKYAT. Maka dari itulah muncul logo Pikiran Rakyat.

3.6. Struktur Organisasi Harian Umum HU Pikiran Rakyat

3.6.1. Struktur Organisasi PT Pikiran Rakyat Bandung

Secara umum, struktur organisasi dari PT Pikiran Rakyat Bandung, seperti yang tertera di bawah ini:

3.6.2. Struktur Organisasi Bagian Redaksi HU Pikiran Rakyat

Sedangkan untuk divisi redaksi, Redaksi HU Pikiran Rakyat memiliki struktur keredaksian seperti yang tertera pada Gambar 3.3., berikut ini:

3.7. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang pekerjaan wartawan dalam mencari dan mengolah berita, kantor Redaksi Hariam Umum HU Pikiran Rakyat memfasilitasi sarana dan prasarana, meliputi: Tabel 3.1. Sarana dan Prasarana di HU Pikiran Rakyat No. Sarana dan Prasarana Jumlah Unit 1. Kendaraan Operasional 20 2. Komputer 120 3. Televisi 9 4. Kamera Single Lens Reflex SLR digital 5 5. Kamera digital 5 mega pixel 54 6. Tape recorder 5 7. Handycam 3 8. Ruang rapat redaksi 1 9. Perpustakaan 1 10. Aula 1 11. Mushola 1 12. Mesin cuci 1 13. Ruang tamu 1 14. Tempat parkir 2 15. White board 1 16. Kantin 1 17. Kamar mandi 4 18. Telepon 1 sistem pararel dan hunting 19. Faximile 2 20. Dispenser 10 Sumber: Data Redaksi Pikiran Rakyat, 2010

3.8. Pembagian Halaman Pikiran Rakyat

3.8.1. Halaman Utama

a. Halaman Muka

Berita-berita utama terkini yang datang dari dalam dan luar negeri hingga pukul 00.00 WIB akan ter-cover secara lengkap pada halaman ini. bagaikan etalase, halaman ini memunculkan peristiwa-peristiwa terbaik dan menarik yang datang dari berbagai kota. Belum lagi sentuhan Human Interest yang bisa didapatkan dari popnews yang terletak pada bagian bawah kaki halaman.

b. Bandung Raya

Bandung adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sekaligus juga rumah bagi Harian Umum Pikiran Rakyat. Tak heran bila kemudian kami “Menasbihkan” adagium “Tak ada jauh jatuh di Bandung yang tak diketahui wartawan Pikiran R akyat”, dan dengan mencakup Wilayah Kota Bandung, Kab. Bandung dan Kota Cimahi, halaman ini adalah pasar yang sangat menentukan.

c. Cirebon Purwasuka

Wilayah di utara Jawa Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Pantura Pantai Utara mulai dari Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Kuningan memperoleh porsi pemberitaan yang signifkan. Dinamika masyarakat yang ada di wilayah ini bahkan kerap di tempatkan pada halaman 1 utama.

d. Wilayah Bogor

Kota-kota di wilayah eks-karesidenan Bogor, yakni Depok, Bogor, Sukabumi dan Cianjur, adalah kawasan yang terus berkembang dengan kompleksitas permasalahan yang begitu dinamis. Ini adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan hiruk-pikuknya Ibu Kota Jakarta.

e. Wilayah Priangan

Tidak dapat dipungkiri, wilayah priangan merupakan basis kedua Pikiran Rakyat setelah Bandung Raya. Warga Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar, dan Sumedang sudah lama diidentikkan dengan konsumen setia koran ini. tak heran bila porsi pemberitaan dari kawasan ini pula termasuk dominan.

f. Nusantara

Halaman ini memotret perkembangan yang terjadi seantero nusantara, termasuk Ibu Kota Jakarta. Anda tak perlu khawatir tertinggal untuk mengetahui peristiwa menarik apapun di empat penjuru angin Indonesia.

g. Ekonomi Keuangan

Anda pelaku bisnis, pengamat ekonomi ataupun orang awam sekalipun, tak akan pernah kekurangan informasi yang berkaitan dengan perkembangan ekonomi dan keuangan. Di halaman ini, hal-hal yang berkaitan dengan pasar, uang, valuta, atau ekonomi umum, dikupas dengan gamblang.

h. Luar Negeri

Dengan didukung sejumlah kantor berita asing, halaman ini mengupas peristiwa penting apapun yan dialami manusia di belahan bumi manapun. Tak jarang pula wartawan Pikiran Rakyat dikirim langsung ke mancanegara untuk meliput peristiwa-peristiwa berskala global.

i. Pendidikan

Kita tak bisa memungkiri, pendidikan adalah invesati masa depan. Karena itulah, Pikiran Rakyat menyajikan fenomena apapun yang terjadi didunia pendidikan pada halaman tersendiri. Berbagai persoalan yang terjadi di level pendidikan dasar, menengah hingga tinggi, tak akan luput dari pantauan kami.

j. Olahraga

Olahraga, tak pelak lagi, tetap menjadi favorit bagi pembaca yang tak mengenal strata usia, jenis kelamin, pendidikan ataupun penghasilan. Olahraga adalah universal, dan karenanya Pikiran Rakyat pun selalu secara lengkap dan mendetail menyajikannya, entah itu berskala lokal, nasional, maupun global.

3.8.2. Halaman Suplemen Pikiran Rakyat

a. Teropong

Isu-isu politik, Hukum, Agama, dan Pendidikan yang paling menonjol di pekan ini, akan ditarik menjadi laporan utama TEROPONG. Laporannya disajikan secara holistik dan komprehensif, karena dilengkapi dengan analisis cerdas dari pakar, wawancara ekslusif dengan tokoh berkompeten serta pandangan yang pro dan kontra terhadap satu persoalan krusial.

b. Belia

Suplemen ini dibidani oleh pekerja-pekerja cakap dibidangnya, sehingga tulisan-tulisan menarik tentang dunia ABG Anak Baru Gede dan remaja bisa kita temukan. Lewat susunan kalimat khas kaum belia, disajikan secara apik tips, trend dan budaya pop yang perlu diketahui generasinya “Teenagers” sebelum mereka bergaul dengan sesamanya.

c. Gelora

Dengan delapan halaman yang ada, nyaris tak ada even olahraga tingkat lokal, nasional, maupun internasional yang tak ter-cover secara mendalam. Analisis dari ahli, atlet ataupun dokter olahraga akan bisa ditemui di sini. Jutaan penggemar Persib pun akan terpuaskan oleh liputan mengenai klub kesayangan warga Bandung ini.

d. Cakrawala

Anda sulit untuk mengikuti dan mengerti teknolgi mutakhir ataupun perkembangan ilmu pengetahuan dunia? Istilah-istilah kesehatan bergitu sulit dicerna? Semua itu akan terbantahkan saat anda membaca CAKRAWALA. Teori- teori yang “Njelimet” akan terjemahkan secara lugas dan mudah diaplikasikan.

e. Otokir

Pemberitaan mengenai otomotif selalu menarik perhatian khalayak pembaca. Perkembangan industri dan model kendaraan, fluktuasi harga, tips-tips singkat berkendaraan, ataupun aksesoris keluaran terakhir, digarap secara mendetail. Belum lagi laporan mengenai mesin kendaraan, keunggulan suatu produk sampai hobi otomotif.

f. Hikmah

Suplemen ini memperoleh tempat di hati dan pikiran pembaca khususnya dari kaum wanita. Banyak hal yang bersifat human interest dan menyentuh sisi kewanitaan dihadirkan secara menarik di sini. Begitu pula petunjuk- petunjuk ringkas bagaimana memelihara kesehatan, mendidik anak, memasak, berkebun, dan banyak lainnya, bisa kita temukan.

g. Khazanah

Penikmat maupun pekerja seni dan budaya memperoleh tempat yang sangat memadai. Suplemen ini adalah barometer perkembangan seni dan budaya. Esais, penyair dan pekerja seni ternama kerap mengisi rubrik-rubriknya. Tentu saja bukan hanya jenis kesenian konvensional yang bisa ditemukan di sini, melainkan juga sifatnya kontemporer.

h. Peer Kecil

Hari minggu adalah waktu untuk Peer Kecil kita biasa menyebutnya PERCIL. Sajian edukatif dan menghibur bagi anak-anak disajikan dalam empat halaman khusus. Bukan hanya cerita-cerita anak yang menarik yang disajikan di sini, melainkan juga opini anak, animasi, belajar ilmu pengetahuan atau bahkan sekedar berfoto dengan gayanya.

3.9. Job Description

3.9.1. PT Pikiran Rakyat Bandung

A. Bagian Redaksi

Kerjasama dengan berbagai redaksi sangat penting karena menyangkut publisitas yang bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai produk maupun kelembagaan sehingga masyarakat semakin percaya pada produk maupun jasa yang ditawarkan dan akan berdampak pada peningkatan tiras dan iklan. Kerjasama dalam bentuk: 1. Press release 2. Liputan kegiatan intern maupun ekstern yang melibatkan perusahaan baik dalam bentuk tulisan maupun foto.

B. Bagian iklan

1. Penggunaan bartet iklan sebagai upaya meningkatkan kerjasama saling menguntungkan dengan kompensasi yang menguntungkan bagi perusahaan 2. Pembuatan PR Advertising yaitu iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskanmenyampaikan hal-hal mengenai perusahaan yang layak diketahui, jadi lebih sekedar pengumuman biasa.

C. Bagian Sirkulasi

1. Membenahi dan mengaktifkan Kelompok Pembaca PR KPPR dengan jalan : a. Kunjungan untuk melakukan dialog langsung sehingga dapat kita ketahui sejauh mana perkembangan KPPR. b. Melengkapi kepustakaan KPPR dengan jalan mencari donaturrelasi yang dapat menyumbangkan buku-buku. c. Pembentukan KPPR baru di KAB2 yang belum memiliki KPPRdi KAB yang dirasa perlu dikembangkan lagi. 2. Pembinaan agen dan loper : a. Secara rutin, setiap tahun PR memberikan beasiswa bagi putra-putri agen, loper, dan pengecer. b. Memberikan hadiah ONH untuk agen berprestasi. c. Setiap tahun diadakan acara yang bersifat rekreatif atau mudik lebaran bersama.

D. BP-2 Badan Penelitian dan Pengembangan

Dalam rangka wawasan dan pengetahuan, menyelenggarakan seminarsemikola, studi banding, in house training dan berbagai kegiatan pendidikan lainnya.

E. Bidang PromosiPemasaran

Kegiatan promosi bertujuan untuk memperkenalkan produk atau jasa dengan cara persuasif sedangkan kegiatan humas berfungsi mendekatkan konsumenpublik sasarannya kepada perusahaan dengan cara mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat dengan menciptakan citra positif dalam masyarakat. Karena humas harus melibatkan dalam berbagai kegiatan promosi, seperti : 1. Pameran merupakan salah satu media efektif untuk promosi eksistensi. 2. Sponsorship: berpartisipasi dalam programkegiatan sosial yang akan memberikan nilai tambah, hal berkaitan dengan komitmen bahwa Pikiran Rakyat bukan hanya sebagai institusi bisnis saja tapi juga institusi sosial. Namun kita harus lebih seefektif memilih proposalprogram yang ditawarkan. 3. Pembuatan Profile Company. 4. Pembuatan leafletbrosur 5. Pembuatan cendera mata yang inovatif dan mewakili citra perusahaan. Kita dapat melihat bahwa dewasa ini masyarakat mempunyai kecenderungan mengoleksi benda-benda dari perusahaan besar tertentu, misalnya: Coca- cola, Mc Donald‟s, RCTI, dan lain-lain. 6. Mengadakan kegiatan bakti sosial: sumbangan korban bencana alam, pembagian sembako, pengobatan gratis untuk masyarakat tidak mampu.

F. Bagian personalia

Hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dilingkungan kerja perusahaan, secara langsung atau tidak langsung akan berakibat buruk pada perusahaan. Untuk itu perlu dibuat program-program yang cukup efektif untuk membentuk dan membina hubungan harmonis antara unsur pimpinan dengan karyawan atau hubungan antarkaryawan itu sendiri.

G. Humas

Ruang lingkup aktivitas PRHumas meliputi : 1. Membina hubungan kedalam internal public Publik internal yang dimaksudkan adalah publik yang merupakan bagian dari satu unit, badan, perusahaan. 2. Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang menimbulkan gambaran positif maupun negatif di dalam masyarakat, sebagai kebijaksanaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan maupun organisasi. 3. Membina eksternal yang dimaksud adalah publik umum masyarakat yang mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran tentang suatu yang baik terhadap publik yang diawalinya. 4. Meningkatkan koordinasikerjasama dengan relasi, meliputi: a. Bekerjasama dengan organisasi-organisasi kehumasan, misalnya: Bako Humas, Perhumasan Perhimpinan Hubungan Masyarakat Bandung, PHRI Pehimpunan Hotel Restoran. Hubungan dengan para praktisi Humas tersebut sangat menguntungkan bagi peningkatan tiras dan iklan karena mereka merupakan pengambil keputusan dalam hal menentukan media promosi