B. PENDIDIKAN FORMAL
Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia UNIKOM, Spesialisasi Jurnalistik Jurusan Ilmu Komunikasi Spesialisasi tahun 2005-sekarang.
SMU Yuppentek 4 Tangerang, Berijazah tahun 2003
SMP Yuppentek 2 Tangerang, Berijazah tahun 2000
SDN Jati 2 , Berijazah tahun 1997
C PENDIDIKAN NON FORMAL, PELATIHAN DAN SEMINAR
Peserta Penalaran dan Keilmuan Keorganisasian Mahasiswa Manajemen
Informatika, 22 Juni 2004
Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta, 2006
Kunjungan Media Massa 2007 : “ Sinematek, RCTI, Trans 7, 19 Juni 2007
Peserta Pendidikan Jurnalistik Dasar IV UKM BIRAMA, 22 Maret 2008
The Advertising Photography Seminar and Workshop, 19 Mei 2008
Seminar : “Motivation Enterpreunership”, 22 Juni 2008
Seminar Photograpy Culture, 6 Maret 2009
Peserta Business Tour Enteurprenuership Ciwidey, 28 January 2009
Study Tour Peliputan Jurnalistik Televisi di Istana Kepresidenan Bogor, 7
April 2009
Seminar : “Photografhy, for Everyone”, 5 Juni 2009
Peserta Pembekalan English Proficiency Test, 02 Desember-31 Desember
2009
D PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Indonesia Photoweek 2008, Gedung Merdeka 24 November-6
Desember 2008 2.
Bergabung bersama Fast Ford Ward Record, mengadakan konser The Dyslexia The S.I.G.I.T 20 juni 2008
3. Official Crew OZ BOX SHOW PRESENT “THE RADIO DEPT live in
concert”, 26 April 2008 4.
Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2008-2009 5.
Ketua UKM Fotgrafi UNIKOM Periode 2009-2010 6.
Member Fotgrafer. Net 7.
Member Deviant Art 8.
Freedom Even Organizer, Photographer Rocket magazine 2007 9.
Photographer “Hijau Bumiku Matahari Energiku”, 6 Juni 2010 10.
Anggota HIMA MI 2004-2005
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan perkembangann pers modern, fungsi sebuah foto dalam dunia jurnalistik kian meluas. Foto sudah bukan hanya sebagai penghias
halaman kosong pada surat kabar. Sekarang foto telah menjadi daya tarik sendiri bagi para pembaca surat kabar.
Pada surat kabar foto berfungsi sebagai elemen penting dimana pada umumnya seorang desainer halaman surat kabar belum bisa membuat dummy
halaman yang final sebelum melihat bentuk foto yang akan ditampilkan pada halaman surat kabar. Saat ini setiap surat kabar berlomba menampilkan foto-
foto yang menarik mata pembaca untuk menolehnya. Selain sebagai medium komunikasi dan penyampaian pesan, foto berita
dapat membuat peristiwa yang menurut berita biasa saja menjadi sesuatu yang menarik untuk diberitakan. Contohnya misalkan foto yang diambil oleh Dudi
sugandi, redaktur foto di Harian Umum Pikiran Rakyat. Dia memotret pengendara sepeda motor yang sedang menarik sepedanya.
Gambar 1.1 „Sepeda‟ Oleh Dudi Sugandi
Sumber : Data pribadi Dudi Sugandi Foto berita adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai
media informasi, foto berita adalah penggabungan dua komunikasi visual dan verbal, yang dapat menimbulkan efek ketiga bagi yang melihatnya. Pada saat
seseorang memutuskan belajar foto berita, dia akan masuk ke sebuah daerah dimana terdapat sebuah tradisi kuat untuk menyampaikan „sesuatu‟ berita
kepada orang lain publik. Seperti yang dilakukan oleh fotografer seni, seorang wartawan foto harus mempunyai sentuhan artistik untuk
menghasilkan image yang menyengat. Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya Suatu Pendekatan Visual
Dengan Suara Hati, Foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat
seluas- luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Bruce Baufman. Menurutnya, “Hal
terpenting bagi seorang fotojurnalis adalah berfikir bahwa ia adalah seorang wartawan, yang kedua baru ia bertindak sebagai fotografer”. Maka foto yang
ditampilkan haruslah menarik dari sisi gambar dan lengkap dari sisi berita yaitu 5W dan 1H What,Who, Why, Where, When, How.
Menurut Prof Clifton Edom, “Seorang fotojurnalis pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus selalu memotret langsung di jantung
peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka tidak bisa menciptakan foto dengan hanya mengangkat telefon. Mereka adalah mata dunia, dan selalu
harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya”.
Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang
dituntut oleh para wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas d iperlukan untuk mempertahankan kredibilitas McQuail, 1987,hal.129.
Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. menurut Ashadi Siregar,
mengukur objektivitas pemberitaan pada dasarnya sejauh mana fakta social identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah fakta sosial yang
direkontruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial itulah yang ditampilkan dalam media cetak. Motif khalayak menghadapi
media adalah mendapatkan fakta social. Untuk itu, prinsip utama dalam jurnalisme adalah objektivitas Siahaan,2001,hal.66.
Sedangkan menurut Atkins 1977 perspektif mengenai objektivitas yaitu jurnalis haruslah tidak memihak dalam mengumpulkan, memperoses
dalam memberikan berita yang dapat menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya De Beer Merrill,2004,hal.168 .
Jadi, informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan, dan memisahkan fakta denga n opini.
Informasi harus seimbang juga adil, dalam artian melaporkan perspektif- perspektif alternative dalam sifat yang tidak sensasional dan tidak bias
Bungin,2004,hal.154.
Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu objektivitas, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan
tingkat presisi yang tinggi.
Kalimat fotografer Alfred Stieglitz 1964-1946 ini menunjuk kepada suatu asumsi: fotografi dipercaya tanpa syarat sebagai pencerminan kembali
realitas. Sampai sekarang asumsi itu masih berlaku dalam kehidupan sehari- hari, fotografi telah diterima tanpa dipertanyakan lagi. Sebuah foto secara
praktis diandaikan menghadirkan kembali realitas visual, dan dengan begitu citra yang tercetak di atas lempengan dua dimensi diterima sebagai realitas itu
sendiri.
Terdapat suatu obsesi untuk mencapai objektivitas sebagai realitas tersahih. Akibatnya, kamera ketika pertumbuhan lensa kamera makin canggih,
seolah-olah telah disetujui sebuah konsesus, bahwa citra sebah foto tidak lain selain mewakili realitas itu sendiri. Foto seekor kucing dan tiada lain selain
kucing. Fotografi bukan hanya instrumen, melainkan sekaligus metode untuk menangkap realitas.
Fotografi jurnalistik yang baik bisa menangkap esensi dari “ seseorang” ataupun sebuah kejadian dan meninggalkan ingatan yang tidak terlupakan bagi
setiap yang melihatnya. Foto itu bisa menceritakan kengerian pada setiap pertempuran, menangkap karakter seorang politikus ketika melakukan
perjalanan panjang kampanyenya, saksi sebuah kejadian yang luar biasa, kemenangan, keberhasilan sebuah ekspedisi, ledakan bom atom, tangisan
ketika mengantarkan kematian seorang tokoh . Fotojurnalis yang baik adalah bila ia bisa membangun instingnya, berada
di tempat yang yang benar pada waktu yang benar dengan kamera dan lensa yang tepat. Fotografer harus dapat menangkap ekspresi subjek yang
sesungguhnya tanpa diketahuinya disadari. Fotografer mengamati tetapi tidak mengatur. Keberhasilannya tergantung dari kemampuannya untuk
menangkap momen tanpa menginterupsinya. Dari uraian di atas, maka peneliti dapat suatu merumusan masalah
sebagai berikut:
“Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang
Angle Suatu Foto Berita.
”
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk memberi arah pada peneltian guna menjawab rumusan masalah di atas maka disusunlah identifikasi masalah sebagai berikut :
1 Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian
umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita?
2 Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan
standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita?
3 Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran
Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita? 4
Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang Angle Suatu Foto Berita?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Adapun maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan, dan menganalisa objektifitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang
angle suatu foto berita.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1
Untuk mengetahui dimensi truth atau facktualitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang
angle suatu foto berita. 2
Untuk mengetahui relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran
Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita. 3
Untuk mengetahui ketidakberpihakan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto
berita. 4
Untuk mengetahui objektivitas wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto
berita.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat
menunjang perkembangan dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam perkembangan
teknologi komunikasi yang berkaitan dengan aplikasi jurnalistik terutama jurnalistik foto.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1 Kegunaan bagi Peneliti
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti di dalam kegiatan
jurnalistik khususnya jurnalistik foto.
2 Kegunaan bagi Universitas
Bagi universitas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu serta sebagai
literatur Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik UNIKOM.
3 Kegunaan bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi para wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam
menentukan sudut pandang angle suatu foto berita.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teoritis
Pada penelitian ini, Peneliti ingin melihat sejauhmana objektivitas wartawan foto dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita.
J Westherstahl pada tahun 1983 mengembangkan dasar bagi meneliti dan menukur objektivitas penderitaan, yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh
McQuail. Berikut kerangka objektivitas yang telah dirinci lebih lanjut oleh McQuail Siahaan, 2001.
Objektivitas adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak, dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth yakni tingkatan
sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable, relefansi yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang
diberitakan dengan
standar jurnalistik
newsworthiness, dan
ketidakberpihakkan impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta- fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang Siahaan,2001,hal.100.
Dalam buku “Photojournalism, The Visual Approach” karya Frank P Hoy menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan
memilih berkecimpung menjadi wartawan foto.
1. Pertama, snapshot pemotretan sekejap, adalah pemotretan yang
dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spo ntan dan reflek yang kuat.
Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi.
2. Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai
menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer
mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.
3. Art photography fotografi seni, suatu jenjang yang lebih serius.
Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini.
Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi. Basis pada jenjang ini.
Akhirnya, photojournalism pewarta foto berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang
pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian
sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa
bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut. Seorang fotografer jurnalistik
tidak hanya harus menguasai teknik-teknik dasar fotografi saja, namun mereka harus memiliki keberanian dalam melakukan eksekusi gambar suatu peristiwa.
Beberapa kebiasaan seperti diuraikan di atas bahwa pada dasarnya semua foto yang dimuat di media massa adalah foto jurnalistik. Namun, tidak
semua foto yang tampil di media massa itu memiliki bobot berita yang meliputi unsur 5 W+ 1 H what, who, why, where, when, how. Tidak jarang
sebuah foto hanya memiliki unsur 3W atau 4W tanpa 1H sehingga diperlukan teks foto untuk melengkapi unsur nilai beritanya. Seringkali seorang pewarta
foto dihadapkan pada peristiwa yang menuntut kecepatan berp ikir untuk kemudian segera menekan tombol kameranya. Di saat seperti inipun
sebenarnya seorang pewarta foto layaknya memiliki kebiasaan untuk Stop, Look, Think dan Action. Artinya ; diam, lihat, berfikir dan aksi. Pendeknya
jangan terburu melepaskan bidikan kamera. Menentukan angle atau sudut pandang sebuah berita ini dibuat untuk
membantu tulisan supaya terfokus. Untuk membentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang
mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle sebaiknya tidak ditanyakan. Jika ada
informasi lain yang disampaikan maka bisa dibuat judul lain. Atau informasi yang sangat penting tersebut tidak cukup untuk dibuat dalam berita t ersendiri,
oleb sebab itu dibuatlah sub judul.
1.5.2 Kerangka Konseptual
Dari penjelasan di atas obyektivitas penting dimiliki oleh seorang wartawan foto ketika meliput sebuah berita. Obyektivitas dapat lebih
memfokuskan seorang wartawan foto dalam menentukan angle atau sudut pandang sebuah foto berita.
Dalam membantu tulisan penelitian ini supaya terfokus, Untuk menentukan angle salah satu cara yang termudah adalah membuat sebuah
pertanyaan tunggal tentang apa yang mau kita tulis. Jawaban pertanyaan tidak boleh melebar kemana- mana. Hal- hal yang tidak relevan dengan angle
sebaiknya tidak ditanyakan. Bagaimana objektivitas foto yang disajikan di Harian Umum Pikiran
Rakyat menggunakan dimensi truth yakni tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable yaitu mencari sebuah foto
berita yang berupa kejadian nyata atau peristiwa harus pintar-pintar mencari sudut pandang yang mewakili peristiwa atau kejadian tersebut. Relefansi
wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik
newsworthiness yaitu relevansi aspek-aspek fakta dalam berita dengan
indikator kelayakan berita diantaranya Significance, Prominence, Magnitute, Timelines, Proximity geografis, Proximity Psikologis. dan ketidakberpihakkan
wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta-fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang dalam
artian wartawan foto di Harian Umum Pikiran Rakyat memilih sudut pandang atau angle itu berarti wartawan foto tersebut sudah memihak, bukan dalam arti
memihak pada satu individu atau golongan.
1.6 Daftar Pertanyaan Penelitiaan
1. Bagaimana dimensi truth atau factualitas wartawan foto di harian umum Pikiran R.akyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita?
1. Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa peristiwa, kejadian
nyata, dan faktual? 2.
Bagaimana menentukan fakta foto berita yang berupa interpretasi subjektif pernyataanopini?
3. Bagaimana menentukan fakta foto berita terhadap kecermatan atau
ketepatan berita? 2.
Bagaimana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan
sudut pandang angle suatu foto berita? 1.
Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan orang banyak?
2. Bagaimana menentukan foto berita terhadap keterkenalantokoh?
3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap besaran fakta yang berkaitan
dengan angka-angka yang berarti?
4. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta yang baru terjadi atau di
ungkap? 5.
Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang lokasinya dekat dengan mayoritas khalayak pembaca?
6. Bagaimana menentukan foto berita terhadap fakta kejadian yang memiliki
kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca? 3.
Bagaimana ketidakberpihakkan wartawan foto di harian umum Pikiran Rakyat dalam menentukan sudut pandang angle suatu foto berita Bagaimana
menentukan foto berita terhadap tingkatan sejauhmana sikap tak memihak? 1.
Bagaimana menentukan foto berita terhadap pencampuran opini dan fakta? 2.
Bagaimana menentukan foto berita terhadap kesesuain judul dengan isi berita?
3. Bagaimana menentukan foto berita terhadap penyajian fakta tidak
proposional sehingga memunculkan kesan berlebihan? 4.
Bagaimana Objektivitas Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat dalam menentukan Sudut Pandang Angle Suatu Foto Berita
1. Bagamana pengaruhnya subjektivitas wartawan foto terhadap objektivitas
foto berita? 2.
Bagaimana mengatasi kesulitan pewarta foto dalam mencapai objektivitas suatu foto berita?
3. Perlukah subjektivitas wartawan foto bermain dalam objektivitas sebuah
foto berita?
1.7 Metode Penelitian
Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian yang sesuai
dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian fenomena ini penulis menggunakan metode deskriptif
descriptive research, dapat diartikan pula sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok
tertentu yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik
individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek
tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel. “Metode Deskriptif bertujuan untuk : 1 mengumpulkan informasi
actual secara rinci yang
melukiskan gejala
yang ada, 2 mengidentifikasikan maslah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku, 3 membuat perbandingan atau evaluasi, 4 menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
dating.” Rakhmat,2001 : 25 Metode deskriptif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif,
sehingga dalam hal ini barangkali terlihat suatu perbedaan yang esensial antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Cirri lainnya
adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah naturalistis setting. Peneliti bertindak sebagai pengamat hanya membuat kategori pelaku,
mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah yang dimaksud, bahwa peneliti terjun kelapangan dan tidak berusaha
memanipulasi variabel, karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala reactive measures, peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan memperoleh pemahaman
dan menggambarkan realitas yang kompleks Nasution, 1992 : 3. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sebuah bentuk baru dalam dunia
jurnalistik dengan pemanfaatan fotografi sebagai sebuah medianya yang kompleks. Pengamatan diterangkan dengan cara mengaitkannya dengan ciri
– ciri yang dianggap khas oleh suatu objek.
Penelitian kualitatif merupakan pro sedur peneleitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau
prilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik utuh. Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian
kedalam variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
“Penelitian kualitatif juga, bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
” Lexy J. Moleong, 2006:6
Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagi sesuatu yang berdimensi banyak, sesuatu kesatuan yang utuh, serta berubah-ubah.
Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitannya dimulai. Untuk alasan itu pula, pengertian
kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.
1.8 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya,
kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta –
fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, kemudian terus- menerus disempurnakan
selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada wartawan foto harian umum pikiran rakyat .
2. Studi Literatur Data
Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data
skunder. Diantaranya, studi letaratur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal
– jurnal yang berkaitan dengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak, dan mengunjungi
situs-situs web di internet yang mendukung penelitian.
3. Pencarian di Interet Internet Searching
Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang digunakan peneliti sebagai bentuk satu trobosan efisensi waktu dalam perolehan data
maupun studi letratur, dengan menanfaatkan situs-situs yang sifatnya gratis freeware maupun parabayar payment.
1.9 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunaan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dengan melakuakan analisis dan pengolahan data
sebagai berikut :
1. Penyeleksian data
Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang
didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh
kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan.
2. Klasifikasi data
Klasifikasi data yakni mengkategorikan data yang diperoleh berdasarkan bagian-bagian penelitian yang telah ditetapkan. Klasifikasi data ini
dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun
laporannya secara
tersistematis menurut
klasifikasinya.
Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelasan
secara lebih detail dan jelas. 3.
Merumuskan hasil penelitian
Semua data
yang diperoleh
kemudian dirumuskan
menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini
memaparkan beragam hasil yang didapat di lapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis.
4. Menganalisa hasil penelitian
Tahap yang akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan beruasaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian
sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Mengnalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban
atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir atau menguatkan yang ada.
1.10 Objek Penelitian dan Informan
1.10.1 Objek Peneltian
Menurut Suharsimi Arikunto 2000:29, Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu merupakan inti dari problematika penelitian.
Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data penelitian melekat dan yang dipermasalahkan adalah objek. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka
Objek Penelitian yang ditetapkan pada penelitian ini adalah seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Wartawan foto di HU Pikiran Rakyat
Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto
Jabatan
Dudi Sugandi Redaktur Foto
Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto
Andri Gurnita Wartawan Foto
Gelora Sapta Wartawan Foto
Krisna Ahdahiyat Wartawan Foto
Ade Bayu Indra Wartawan Foto
Sumber : Admin Pikiran Rakyat
1.10.2 Informan
Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana dijadikan informan dengan pertimbangan bahwa merekalah yang
paling mengetahui informasi yang akan diteliti. Sampel diambil bukan tergantung pada populasi melainkan disesuaikan dengan tujuan penelitian
sehingga dapat dikatakan sebagai sampel bertujuan Moleong, 1989: 181. Peneliti menentukan wartawan foto yang akan dijadikan informan
yaitu .
Tabel 1.2 Daftar Informan
Wartawan Foto di Harian Umum Pikiran Rakyat Nama Wartawan Foto
Jabatan
Dudi Sugandi Redaktur Foto
Usep Usman Nasrullah Wartawan Foto
Sumber : Admin Pikiran Rakyat
1.11 Waktu dan Tempat penelitian
1.13.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dengan menemui narasumber yang berlokasi :
Redaksi Pikiran Rakyat Jl. Soekarno-Hatta No 147 Bandung. Telepon dan Faksimile : 022-6037755 Hunting Fax 022-6031004
6002751
1.13.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan, bulan Februari 2009 sampai bulan Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke
penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.1 berikut :
1.12 Sistematika Penulisan
BAB. I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, daftar pertanyaan penelitiaan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis
data, populasi dan sampel penelitian, serta waktu dan tempat penelitian.
BAB. II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti mencoba meninjau permasalahan dari aspek teoritis dalam mengkaji mengenai tinjauan komunikasi meliputi :
pengertian komunikasi, tujuan komunikasi, proses komunikasi, tinjauan mengenai komunikasi massa, tinjauan mengenai jurnalistik, tinjauan
umum pers, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan foto jurnalistik.
BAB. III Objek Penelitian
Bab ini menguraikan tentang objek penelitian berupa pengertian objektivitas wartawan foto, objektivitas foto berita, sudut pandang atau
angle suatu foto berita.
BAB. IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uraian hasil penelitiaan berdasarkan hasil wawancara dan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang objektivitas wartawan
foto.
BAB. V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian tentang objektivitas wartawan foto sebagai faktor dalam menentukan
sudut pandang atau angle suatu foto berita.
24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mengenai Ilmu Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,
informasi, pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban,
tanggapan atau arus balik feedback dari orang yang diajak berbicara tersebut. Komunikasi menurut bahasa Latin yaitu Communicati
Inggris,Communication, artinya
pemberitahuan. Kata
sifatnya, Communis Inggris, Commonness, berarti bersama
–sama di antara dua orang atau lebih, yang berbicara mengenai kebersamaan, berbagi
kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan dan gagasan. Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi
dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk
lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan
sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung tatap muka maupun tidak langsung
melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan
dan prilaku”.Effendy, 1989:60 Berdasarkan pengertian di atas, Communicare bisa berarti dua orang
atau lebih, yang secara bersama –sama bertemu baik secara langsung
tatap muka maupun melalui media atau saluran tertentu komunikasi antarpribadi, tukar menukar mengenai pengetahuan, pengalaman,
pikiran, gagasan dan perasaan to make common, sharing. Schramm
memberikan tambahan
bahwa kesamaan
pengalaman diantara komunikator dan komunikan, yang berlangsung secara source dan receiver, komunikator dan komunikan akan
mempunyai sudut pandang yang sama mengenai sesuatu pesan. Komunikasi akan efektif apabila komunikator mampu berkomunikasi
sesuai dengan komunikannya. Selain itu pula, seorang komunikator harus mempunyai
rencana dan tujuan, tidak saja pesan itu tersampaikan, tapi juga dapat merubah sikap dan pendapat serta mempengaruhi komunikan, hal ini
dipertegas dari definisi komunikasi,yaitu “Komunikasi atau upaya–upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat”. Secara khusus Hovland
menjelaskan bahwa “Communication is the process to modify the behavior
of other individual”, komunikasi adalah perubah perilaku orang lain. Hovland dalam Effendy,
1988:113
Dalam menyampaikan pesan, komunikasi dilakukan tidak terbatas pada komunikasi secara langsung, bisa juga dilakukan melalui
media seperti televisi, radio, surat kabar dan lain –lain. Sehingga pesan
akan tersampaikan dan tersebar luas tidak terbatas ruang dan waktu, serta mempengaruhi khalayak secara luas pula. Hal ini berdasar pada
pengertian komunikasi :
“Komunikasi adalah pengoperan atau penyiaran transmitter lambang-lambang melalui sebagian besar media komunikasi
massa seperti Surat Kabar, Radio, Majalah, Buku dan sebagian besar media komunikasi yang bersifat pribadi
percakapan antar insan.”Barelson dalam Effendy, 1986:69.
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk
mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana
Effendy dalam
bukunya yang
berjudul Dinamika
Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup,
yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;
Komunikan : Orang yang menerima pesan; Media :
Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Effendy, 2002 : 6
2.1.3 Sifat Komunikasi
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifat- sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu:
1. Tatap muka face-to-face
2. Bermedia Mediated
3. Verbal Verbal
- Lisan Oral - Tulisan
4. Non verbal Non-verbal - Gerakan isyarat badaniah gestural
- Bergambar Pictorial Effendy, 2002:7
Komunikator pengirim pesan dalam menyampaikan pesan kepada
komunikan penerima
pesan dituntut
untuk memiliki
kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik feddback dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa
secara langsung face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau
simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan Oral
dan tulisan
Written printed.
Sementara non
verbal dapat
menggunakan gerakan atau isyarat badaniah gesturual seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya, ataupun
menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya,.
2.1.4 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi
adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima
oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain
dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau
pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang
apa yang
diinginkannya, jangan
mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke
timur. c.
Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu
dapat bermacam-macam
mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting
harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai
pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan penerima atau bawahan dengan
sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga
mereka dapat
mengikuti apa yang kita maksudkan. Effendy, 1993 : 18
Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.
Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.
2.2 Tinjauan Mengenai Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu proses penyampaian pesan komunikasi, informasi melalui media massa baik cetak maupun
elektronik, komunikasi massa adalah surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film.
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya, tidak terbatas pada
penduduk yang ada di suatu daerah melainkan semua orang dinegara yang satu dengan yang lain dapat mengetahui secara langsung apa yang
disiarkan oleh media elektronik seperti televisi, radio, internet satelit, seperti halnya pengertian Komunikasi Massa :
“First, mass communication id communication addressed to the masses, to an extremely large audience. This does not
mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television: rather it means an
audience that is large and generally rather poorly defined. Second, massa communication is communication mediated by
audio andor visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms:
television, radio, newspapers, magazines, films, books, and tape
”.. “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh
penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak
itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinikan. Kedua,
komunikasi massa
adalah komunikasi
yang disalurkan oleh pemancar
–pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan
lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Komunikasi
massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa
modern seperti pers, film, radio dan televise”. De Vito dalam
Effendy, 1984:21 Dari pengertian di atas, secara umum sebenarnya komunikasi
massa merupakan
suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi dalam
menyebarluaskan pengalamannya
yang melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.
Dengan menggunakan saluran teknologi, komunikasi massa dipergunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh,
misalnya buku, pamflet, majalah, surat kabar, warkat pos, radio, rekaman
–rekaman, televisi, poster dan komputer serta aplikasinya jaringan telepon serta satelit internet.
Dalam melakukan
kegiatan komunikasinya,
komunikasi massa harus mempunyai karakteristik sebagai komunikasi massa
adalah sebagai berikut : 1.
Komunikasi satu arah Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antar
persona satu arah Interpersonal Communication one –
way communication
dan dua
arah two
–way Communication, komunikasi massa berlangsung satu arah
one way Communication, Ini berarti bahwa, tidak ada arus
balik feedback
dari komunikan
kepada komunikator, dalam hal ini wartawan sebagai komunikator
tidak akan menerima tanggapan atau pesan dari berita atau informasi yang dipublikasikan dan disiarkannya.
2. Melembaga
Sebagai saluran komunikasi, media massa merupakan suatu lembaga atau institusi atau organisasi, begitu halnya
dengan komunikator melembaga atau Institusionalized Communicator.
3. Pesan bersifat umum
Pesan yang disampaikan mengenai hal-hal yang umum terjadi dalam masyarakat, karena komunikasi massa
ditujukan untuk umum.
4. Menimbulkan keserempakan simultaneity
Keserempakan pada
pesan yang
disampaikan dan
disebarluaskan kepada khalayak, baik isi maupun waktu dari pesan tersebut sama.
5. Heterogen
Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu
sama lain tidak saling mengenal, karena masing –masing
berbeda mulai dari jenis kelamin, usia, agama, idiologi, pekerjaan,
pendapatan, pengalaman,
kebudayaan, keinginan sampai cita
–cita dan sebagainya. Effendy,1992:20
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi baik melalui cetak maupun elektronik yang ditujukan pada khalayak banyak,
tentu mempunyai fungsi-fungsi tertentu untuk menunjang tujuannya,
adapun menurut buku Aneka Suara, Satu Dunia Many Voices One World, dengan Mac Bride sebagai editornya, mengemukakan tentang
fungsi komunikasi dalam tiap sistem social : 1.
Informasi :
pengumpulan, penyimpanan,
pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan
komentar yang dibutuhkan seseorang agar dimengerti dan bereaksi terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang
lain, serta dapat mengambil keputusan yang tepat. 2.
Sosialisasi : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bersikap dan bertindak sebagai
anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan berperan aktif di masyarakat.
3. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupun jangka
panjang, mendorong
orang menentukan pilihannya
dan keinginannya,
serta mendorong
kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama.
4. Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar
fakta dan informasi yang diperlukan, sehingga tercapai persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai
masalah publik, menyediakan bukti –bukti yang relevan, untuk
kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat
internasional, nasional dan lokal. 5.
Pendidikan :
pengalihan ilmu
pengetahuan sehingga
mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran.
6. Memajukan kebudayaan : penyebarluasan hasil kebudayaan
dan seni untuk melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan
dengan memperluas
horizon seseorang,
membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.
7. Hiburan : penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra dari
drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga,
permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.
8. Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu
kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. Komunikasi massa akan berfungsi dengan baik apabila
fungsi –fungsi diatas dapat dijalankan oleh komunikator dalam
suatu institusi atau lembaga pers sehingga dapat memberikan sesuatu yang positif untuk kemajuan suatu bangsa dengan
kemampuan komunikannya
sendiri melalui
medium komunikasi massa.
2.3 Tinjauan Mengenai Media Massa
2.3.1 Pengertian Media Massa
Menurut Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Terapan disebutkan bahwa media massa Mass Media merupakan
singkatan dari Media Komunikasi Massa merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan
dalam proses komunikasi massa.
2.3.2 Karakteristik Media Massa
Sedangkan karakteristik media massa sendiri meliputi : 1.
Publisitas, disebarluaskan pada khalayak. 2.
Universalitas, pesannya bersifat umum. 3.
Priodisitas, tetap atau berkala. 4.
Kontinuitas, berkesinambungan. 5.
Aktualitas, berisi hal-hal baru. Romli, 2005:5
2.3.3 Bentuk-bentuk Media Massa
Menurut Elvinaro dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, pada dasarnya media massa dapat dibagi menjadi dua
kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah surat kabar dan
majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online internet.
2.4 Tinjauan Mengenai Jurnalistik
2.4.1 Pengertian Jurnalistik
Komunikasi dan
jurnalistik merupakan
suatu studi
spesialisasi ilmu yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari komponen komunikasi yang terdapat pada
bentuk atau scope komunikasi, jurnalistik sebagai Ilmu Komunikasi Massa terdapat dalam bentuk komunikasi. Studi komunikasi terdiri dari
3 katagori
“Bentuk Spesialisasi 1.
Media 2.
Efek 3.
Bentuk spesialisasi komunikasi : a.
Komunikasi antar persona yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada sasaran tunggal
b. Komunikasi kelompok yaitu pernyataan manusia
yang ditujukan kepada kelompok tertentu atau suatu kumpulan manusia yang mempunya antar
hubungan sosial yang nyata
c. Komunikasi massa yaitu pernyataan manusia yang
ditujukan ke pada massa”. Palapah, 1983:11
Media massa TV, Radio, Koran dan Majalah, identik dengan sarana penampilan dan penyebaran hasil kerja jurnalistik. Oleh
karena itu dari segi kegiatannya Jurnalistik sering disamakan dengan pers yaitu kegiatan kewartawanan dalam mencari, menyusun, menulis,
menyunting dan menerbitkan mempublikasikan berita di media massa baik cetak maupun elektronik.
Dilihat dari sejarahnya, jurnalistik dimulai dengan adanya “acta diurna”, yang artinya “kegiatan dari hari ke hari”, istilah itu lahir
pada jaman Romawi; jaman pemerintahan Julius Caesar, saat itu di lokasi kerajaan dipasang papan putih yang kerap ditempelkan
pengumuman-pengumuman atau berita –berita khususnya senat acta
senatus dan laporan –laporan Dewan Perwakilan Rakyat acta diurna.
Karena adanya permintaan dari masyarakat kemudian pengumuman meluas dan disahkan dan disebarluaskannya melalui “kurier”, kurier
itulah yang pada akhirnya disebut “diurna” atau “diurnarius”. Sedangkan kata Jurnalistik sendiri pada dasarnya berasal dari
bahasa Belanda “journalistiek” yang dalam bahasa Inggrisnya
“journalism” yang bersumber dari perkataan “journal” terjemahan dari bahasa Latin “diurna” yang berarti “harian atau setiap hari”. Jurnalistik
berasal dari kata journalism Inggris, berasal dari journal atau de jour Prancis, berarti catatan atau berita harian di mana segala berita pada
hari itu termuat dalam lembaran kertas yang tercetak. Semua berita tercetak di atas kertas dengan mesin cetak press maka istilah pers
digunakan untuk kegiatan yang sama dengan jurnalistik. “Jurnalistik berarti kegiatan mengelola berita, mulai dari
peliputan peristiwa melalui penyusunan pesan berita sampai penyebaran berita yang sudah tuntas kepada khalayak.
Komunikasi jurnalistik adalah komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan pemberitaan melalui media massa pers,
radio
dan televisi”. Effendy,1989: 195. Secara
gamblang jurnalistik
didefinisikan sebagai
keterampilan atau kegiatan mengulang bahan berita mulai dari peliputan sampai
kepada penyusunan
yang layak disebarluaskan kepada
masyarakat. Adapun keterampilan itu sendiri meliputi kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung
nilai berita serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik baik cetak maupun elektronik.
2.4.2 Unsur–unsur Jurnalistik
Agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarkannya kepada
khalayak diperlukan unsur –unsur jurnalistik, adalah sebagai berikut :
“Jurnalisme adalah segala bentuk pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemprosesan, penyebaran berita dan ulasan
mengenai berita
kepada kelompok
pemerhati berupa
informasi dan hiburan umum yang sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan di suratkabar, majalah dan
disiarkan di stasion siaran”.Mappatoto,1993:70–71
Proses jurnalistik harus dilakukan secara sistematis mulai dari memperoleh dan menulis fakta, didukung pula dengan professional
sebagai wartawan baik dalam meliput suatu peristiwa yang terjadi yang mengandung nilai berita, maupun idealisme sebagai wartawan untuk
mencari kebenaran, serta ketelitian dan sikap kritis dan serba ingin tahu yang harus dipertahankan.
Oleh karena itu, seorang jurnalis surat kabar harus memiliki skill atau keterampilan yang berlandaskan teoritis, pendidikan dengan
mengutamakan kecepatan, ketepatan, kebenaran, kejujuran, keadilan, keseimbangan dan tidak berprasangka praduga tak bersalah, sehingga
informasi yang
disuguhkan tidak
akan merugikan
baik untuk
institusinya maupun personalnya.
2.4.3 Peran dan Fungsi Jurnalistik
Berbagai peranan dan fungsi jurnalistik memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh pers dan media massa sebagai agen
perubahan sosial dan pembaharu masyarakat. Dalam hubungannya dengan pencarian informasi kemudian menyebarluaskannya kepada
khalayak, secara umum, untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut:
1. To Inform adalah memberikan informasi atau kabar kepada
masyarakat atau pembaca melalui tulisan –tulisannya pers
memberikan informasi yang beraneka ragam. 2.
To educate adalah memberikan pendidikan melalui tulisan atau pesan yang mendidik masyarakat atau audience
pembaca. 3.
To controle adalah memberikan berbagai kritik membangun kepada
pihak-pihak yang
melakukan penyimpangan,
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan luas. Karena lembaga pers sebagai kekuatan keempat. Dalam kaitannya
sebagai pilar keempat the fourh state dalam sistem politik –
ekonomi, pers dan jurnalistik berfungsi sebagai Penyalur aspirasi masyarakat banyak yaitu Pembentuk kecendrungan
trend setter pendapat masyarakat, Kelompok penekan pressure group yang dapat turut mempengaruhi dan
mewarnai kebijakan politik negara public policy decision making,
pembela kebenaran
dan keadilan.Samantho,2002:64
4. To bridge adalah penghubung atau menjembatani antara
masyarakat dengan pemerintah begitupun sebaliknya.
5. To entertaint adalah memberikan hiburan, kepuasan,
kesenangan, keberhasilan. Jik
a dicermati bahwa “Jurnalistik” dan “Media Massa”, sama
–sama bermuara pada dunia kewartawanan dan kepenulisan. Kedua istilah itu berkaitan erat satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Perbedaan makna di antara istilah itu sebagai berikut : Pengertian Jurnalistik lebih mengarah pada “aktivitas” atau proses kerja
kewartawanan dan kepenulisan. Media massa mengarah pada benda atau “produk aktivitas” tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya
aktivitas kewartawanan dan kepenulisan. Dalam kegiatan jurnalistik, ciri dan sifat media sangat
berpengaruh pada komponen-komponen komunikasi lainnya. Oleh karena itu baik, jurnalistik surat kabar akan berbeda dengan jurnalistik
majalah, dan berbeda pula dengan jurnalistik radio serta berbeda pula dengan jurnalistik televisi dan tentunya ada kesamaan diantara keempat
ciri dan sifat jurnalistik, sebagai berikut : 1.
Periodisitas Dalam suatu penerbitan pers, hasilnya surat kabar harus
diselenggarakan secara teratur dan terus menerus, muncul dengan nama surat kabar harian, mingguan dan tengah
bulanan.
2. Universalitas
Surat kabar ditujukan untuk kepentingan umum yang disebarluarkan keseluruh lapisan masyarakat, surat kabar
tersebut berisi
berita –berita mengenai segala aspek
kehidupan manusia,
mulai dari
politik, ekonomi,
perdagangan, sosial budaya, olah raga sampai pada hal yang terkecil.
3. Objektivitas
Merupakan nilai etik dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya,
sehingga berita yang disuguhkan dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca serta menyajikan hal
–hal yang faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang
disampaikan dapat dipertanggungjawabkan. 4.
Afinitas Adanya hubungan timbal balik antara penyelenggara surat
kabar dengan pembacanya sehingga komunikasi dapat berlangsung dua arah mulai dari berita
–berita yang disajikan oleh
penyelenggara surat
kabar dengan
keinginan pembaca.Palapah,1983:110.
2.5 Tinjauan Umum Mengenai Pers
2.5.1 Pengertian Pers
Pers adalah lembaga sosial social institution atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di
negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka
yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi di lain pihak pers juga mempengaruhi
lingkungan probabilistik. Mati hidupnya pers atau lancar tidaknya kehidupan pers di suatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh
sistem politik pemerintahan di negara di mana pers itu beroperasi. Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit
dan dalam arti luas. Pers dalam arti yang sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan
pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain televisi, radio, sebagai media yang menyiarkan karya Jurnalistik.
Jadi tegasnya, Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya Jurnalistik kepada
khalayak. Pers dan Jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata. Dengan
demikian pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal, Pers tidak mungkin beroperasi tanpa Jurnalistik, sebaliknya Jurnalistik tidak akan
mungkin mewujudkan suatu karya berita tanpa pers. Pada zaman modern sekarang ini, Jurnalistik tidak hanya
mengelola berita tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga
mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1.
Fungsi menyiarkan informasi Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang
pertama dari yang utama. Khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai
berbagai hal di bumi ini. 2.
Fungsi mendidik Fungsi kedua dari surat kabar adalah mendidik. Sebagai
sarana pendidikan massa Mass Education, surat kabar memuat tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga
pembaca bertambah pengetahuannya.
3. Fungsi menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita hard news dan artikel-artikel
yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran
setelah para pembaca dihidangkan dengan bertita atau artikel yang bersifat isi beritanya berat.
4. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi menyebabkan surat kabar memegang peranan
penting dalam
kehidupan masyarakat.
Fungsi mempengaruhi pada surat kabar secara implisit terdapat pada
berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
Menurut Schramm, surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :
a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui
surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.
b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-
pesan yang
ditulisnya. Dalam
masyarakat modern
gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai
menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.
c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan
media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh
media tersebut.
d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui
pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala,
pemikiran serta
membangun simpati,
memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta
suasana pembangunan yang serasi dan efektif. Rachmadi, 1990 : 17-18
2.6 Tinjauan Mengenai Fotografi
2.6.1 Pengertian Fotografi
Istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal
dari kata photos sinarcahaya dan graphos mencatatmelukis. Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau
cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari, karena sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan image. Saat ini,
fotografi telah melekat erat dengan fungsi komunikasinya dan model ekspresi visual yang menyentuh kehidupan manusia di berbagai bidang.
Foto secara luas telah digunakan oleh surat kabar, majalah, buku, dan televisi untuk menyampaikan informasi dan iklan produk
atau jasa. Aplikasi praktis fotografi bias ditemukan di sekitar pekerjaan manusia dari astronomi hingga kedokteran sampai industri. Fotografi
memperpanjang penglihatan manusia pada objek yang tak terlihat karena terlalu kecil atau terlalu jauh, atau peristiwa yang dapat
berakibat kerusakan pada mata jika dilihat dengan mata telanjang. Sebuah kamera dapat digunakan dlokasi yang berbahaya bagi manusia,
foto dapat menjadi objek seni yang mengeksplorasi kondisi manusia dan estetika. Bagi jutaan orang, fotografi merupakan hobi yang
menyenangkan atau menjadikannya sebagai lahan pekerjaan.
Fotografi adalah seni, yaitu pemotretan yang menghasilkan karya foto yang indah dan bernilai seni tinggi. Bias dinikmati oleh
masyarakat luas
sehingga membuat
penikmatnya tertawan oleh keindahan, kekaguman, dan pengalaman batin akibat kesan yang
ditimbulkan oleh foto tersebut. Foto yang bernilai seni, tidak harus foto suatu pemandangan
alam yang indah, atupun wajah cantik seorang gadis. Tapi foto yang bernilai seni bias berupa foto situasi desa yang kumuh atau wajah
seorang tua keriput. Keindahan suatu foto dapat dipengaruhi oleh beberapa factor; peralatan memotret, situasi pemotretan, objek yang
dipotret, dan yang paling utama adalah fotografer yang memotret. Ada dua macam fotografer, yaitu fotografer amatir dan
fotografer professional. Fotografer amatir menjadikan fotografi sebagai hobi, kesenangan pribadi, masalah biaya tidak menjadi soal, yang
penting hatinya senang, terhibur dan gembira. Fotografer profesional menjadikan fotografi sebagai profesi,
pekerjaan untuk mencari uang. Biasanya fotografer profesional memb ekali diri dengan keahlian fotografi yang memadai.
2.6.2 Proses fotografi
Proses fotografi terdapat pada peristiwa ketika emulsi film terkena cahaya. Sinar yang sampai pada film setelah melewati sebuah
lensa yang berfungsi memancarkan bayangan dari objek apa yang akan ditangkap atau berada di muka lensa. Bayangan image. Laten image
pada film tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi perlu melalui proses pencucian film terlebih dahulu yang kita kenal dengan film
negatif atau gambar negatif.
2.7 Tinjauan Mengenai Foto Berita
2.7.1 Pengertian Foto Berita
Foto jurnalistik atau foto berita menurut Guru Besar Universitas Missouri , AS, Cliff Edorn adalah paduan kata words and
pictures. Sementara menurut editor majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu
kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan social pembacanya.
Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite,
Universitas Arizona, pada bukunya yang berjudul Photojurnalism The Visual Approach adalah sebagai berikut.
1. Foto
jurnalistik adalah
komunikasi melalui
foto communication photograpy. Komunikasi yang dilakukan
akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan ekspresi
pribadi.
2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak Koran atau
majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita wire service.
3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah
subjek, sekaligus pembaca fotojurnalistik. 6.
Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak mass audiences. Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat
dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.
2.7.2 Jenis-Jenis Foto Berita
Jenis-jenis foto berita dapat diketahui melalui kategori yang dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia World Press Photo Foundation
pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan diseluruh dunia. Kategori itu adalah sebagai berikut.
1. Spot Photo
Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer
langsung di lokasi kejadian . misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa
yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Dibutuhkan keberuntungan pada
fotografer dalam hal posisi dan keberadaannya, serta keberanian saat membuat foto. Memperlihatkan emosi subjek yang difotonya
sehingga memancing juga emosi pembaca. 2.
General News Photo Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal,
rutin, dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan humor. Contoh, foto presiden menganugerahkan
Bintang Mahaputra, menteri membuka pameran, badut dalam pertunjukan, dan lain-lain.
3. People in the News Photo
Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.
Bias kelucuannya, nasib dan sebagainya. Contoh, foto Ali Abbas, anak korban bom pada perang irak, atau foto mantan Presiden AS
Ronald Reagan yang kepalanya botak setelah menjalani operasi dikepalanya, foto Juned korban kecelakaan peristiwa tabrakan
kereta api di Bintaro, dan sebagainya. Tokoh-tojoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian
menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.
4. Daily Life Photo
Adalah foto kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya
human interest.
Misalnya, foto
tentang pedagang gitar.
5. Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah
atau kekhasan lainnya. 6.
Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga
berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer,
dalam pembuatan
foto olahraga
dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta
kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga. Contoh,
petenis wanita, Venus Williams, mengembalikan bola kepada adiknya, Serena Williams.
7. Science and Technology Photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto
penemuan microchip computer baru, foto proses pengkloningan domba, dan sebagainya. Pada pemotretan tertentu membutuhkan
perlengkapan khusus, misalnya lensa micro atau film x-ray, misalnya untuk pemotretan organ di dalam tubuh.
8. Art and Culture Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, pertunjukan Iwan Fals di panggung, kegiatan artis di belakang
panggung, dan sebagainya. 9.
Social and Environment Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta
lingkungan hidupnya. Contoh, foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang sedang mencuci piring, foto asap buangan
kendaraan di jalan, dan sebagainya.
2.7.3 Syarat Foto Berita
Syarat foto berita, setelah mengandung berita secara fotografi, bagus fotografis, syarat lain lebih kepada, foto harus
mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya.
Di Indonesia, etika yang mengatur foto jurnalistik ada pada kode etik yang disebut Kode Etik Jurnalistik. Pasal-pasal yang
mengatur hal ini ada, khususnya pada pasal 2 dan 3. Pasal
2 berisi
pertanggungjawaban yang
antara lain: wartawan Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif
dan dapat merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang sifatnya
destruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan
susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang.
Sementara pada pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan
pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan
Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu
berita atau
keterangan sebelum
menyiarkannya dengan
juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam menyusun suatu
berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian fakta dan pendapat opini.
Contoh penerapan dari pasal-pasal yang ada pada kode etik tersebut, yaitu misalnya dalam pembuatan foto tentang kecelakaan atau
pembunuhan, tidak boleh menampakkan wajah korban, melainkan ditutupi koran atau sesuatu, atau diambil dari jarak agak jauh. Contoh
lain, foto-foto pengadilan yang dibuat dari belakang orang yang diadili, bukan dari depan, selama status orang tersebut masih tersangka, untuk
menghindari penghukuman yang dilakukan oleh wartawan trial by the press.
Lalu foto-foto yang bersifat pornografi juga tidak boleh disiarkan. Foto yang dibuat dengan teknik manipulasi computer grafis
juga tidak boleh disiarkan kalau tidak berdasarkan kebenaran.
2.8 Tinjauan Mengenai Wartawan
2.8.1 Pengertian Wartawan
Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika
Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi- posisi kewartawanan. Misalnya, redaktur menjadi editor.
Pada saat Aliansi Jurnalis Independen berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini, jurnalis adalah
profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas,
fotografer, dan desain grafis editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi
wartawan. Sementara itu wartawan, dalam pendefinisian Persatuan
Wartawan Indonesia, hubungannya dengan kegiatan tulis menulis yang di antaranya mencari data riset, liputan, verifikasi untuk melengkapi
laporannya. Wartawan dituntut untuk objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.
2.8.2 Asal dan ruang lingkup istilah Wartawan
Dalam awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis untuk jurnal, seperti Charles Dickens pada awal kariernya.
Dalam abad terakhir ini artinya telah menjadi seorang penulis untuk koran dan juga majalah.
Banyak orang mengira jurnalis sama dengan reporter, seseorang yang mengumpulkan informasi dan menciptakan laporan,
atau cerita. Tetapi, hal ini tidak benar karena dia tidak meliputi tipe jurnalis lainnya, seperti kolumnis, penulis utama, fotografer, dan desain
editorial. Tanpa memandang jenis media, istilah jurnalis membawa
konotasi atau harapan keprofesionalisme dalam membuat laporan, dengan pertimbangan kebenaran dan etika.
2.9 Tinjauan Mengenai Angle
Ada Beberapa
Angle dalam dunia fotografi dalam
mengambil suatu gambar sebuah foto, yaitu : Eye Level Angle = Foto dari sudut pengambilan setinggi mata,
karena kita terbiasa melihat dengan sudut pandang ini sehingga foto yg dihasilkan nyaman untuk dilihat. Jika memotret orang
lain dengan eye level angle usahakan kita memotret sejajar dengan mata orang yg kita potret, bukan mata kita.
Low Angle : motret dari bawah subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin subjek yg kita potret menjadi lebih penting,
besar, kuat, berkuasa, megah dll.
High Angle : motret dari atas subjek, efek yg dihasilkan adalah kita ingin agar orang yang melihat foto tersebut merasa lebih
penting, berkuasa, besar dan sedang mengamati subjek yg dipotret. Tapi tidak selalu seperti itu, biasanya hasil akhir
perasaannya malah kebalik, misalnya ketika kita motret makro ulet bulu yg sangat cantik warna-warni atau serangga lain dari
high angle, yg terjadi malah kita merasa kecil di bawah alam dan keagungan Pencipta.
2.10 Tinjauan Mengenai Objektivitas 2.10.1 Pengertian Objektivitas
Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. Objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin
profesiyang dituntut oleh para wartawan sendiri. Dengan demikian, objektivitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas McQuail,
1987,hal.129.
Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang Siahaan,2001,hal.100. Menurut Ashadi
Siregar, mengukur objektivitas pemberitaan pada dasarnya sejauh mana fakta social identik dengan wacana fakta media. Sebab berita adalah
fakta sosial yang direkontruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial itulah yang ditampilkan dalam media cetak. Motif
khalayak menghadapi media adalah mendapatkan fakta social. Untuk itu,
prinsip utama
dalam jurnalisme
adalah objektivitas
Siahaan,2001,hal.66.
Sedangkan menurut
Atkins 1977
perspektif mengenai
objektivitas yaitu
jurnalis haruslah
tidak memihak
dalam mengumpulkan, memperoses dalam memberikan berita yang dapat
menjadi nyata dan konkrit sehingga dapat dibuktikan oleh pembacanya De Beer Merrill,2004,hal.168 .
Jadi, informasi dikatakan objektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan, dan memisahkan fakta
dengan opini. Informasi harus seimbang juga adil, dalam artian melaporkan
perspektif-perspektif alternatifdalam
sifat yang
tidak sensasional dan tidak bias Bungin,2004,hal.154.
J Westherstahl pada tahun 1983 mengembangkan dasar bagi meneliti dan menukur objektivitas penderitaan, yang kemudian dirinci
lebih lanjut oleh McQuail. Berikut kerangka objektivitas yang telah dirinci lebih lanjut oleh McQuail Siahaan, 2001.
Objektivitas adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak, dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth yakni tingkatan
sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bisa diandalkan reliable, relefansi yakni tingkatan sejauh mana relefansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan
standar jurnalistik newsworthiness, dan ketidakberpihakkan impartiality, yakni tingkatan sejauh mana fakta-fakta yang diberikan bersifat netral dan berimbang
Siahaan,2001,hal.100.
56
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1. Sekilas Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat
3.1.1. Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat
Harian Umum HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan menjadi tuan rumah yang dominan di Jawa Barat. Ia diupayakan untuk dapat hidup dalam masa
yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa. Dikelola oleh generasi terbaik di zamannya, surat kabar ini diyakini akan terus maju, tumbuh dan
berkembang baik sebagai institusi sosial maupun bisnis.
Pada bulan Januari 1966, di Kota Bandung terdapat sejumlah wartawan yang kehilangan pekerjaan, akibat Koran milik Bandung N.V. bernama Pikiran Rakyat,
berhenti terbit. Koran yang pertama kali terbit pada 30 Mei 1950 ini harus berhenti karena terlambat memenuhi ketentuan yang mengharuskan setiap koran
untuk berafiliasi dengan salah satu kekuatan politik atau memilih bergabung dengan koran yang telah ditentukan oleh Departemen Penerangan.
Atas dorongan Panglima Kodam Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie pada waktu itu, wartawan-wartawan tadi yang diwakili Sakti Alamsyah dan Atang
Ruswita menerbitkan Koran Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat. Nomor perdana yang terbit pada 24 Maret 1966 ini bertepatan dengan peringatan ke-20
peristiwa heroik Bandung Lautan Api.
Namun belum genap setahun koran ini terbit, Menteri Penerangan mancabut kembali peraturannya tentang keharusan berafiliasi. Pangdam Siliwangi pun serta
merta melepas sepenuhnya ketergantungan koran ini dengan kodam. Seiring dengan keputusan ini pulalah, terhitung 24 Maret 1967, Harian Angkatan
Bersenjata edisi Jawa Barat berganti nama menjadi Harian Umum HU Pikiran Rakyat juga yang dikenal dengan singkatan “PR” hingga saat ini. Enam tahun
pertama sejak masa kelahirannya, bisa dikatakan merupakan masa-masa penuh keprihatinan. Kantor maupun peralatan cetak dan tulis bukanlah milik Pikiran
Rakyat.
Pada masa ini, oplah Pikiran Rakyat pun tak pernah lebih dari 20.000 eksemplar per harinya. Namun berkat kegigihan dan keuletan yang didasari jiwa
idealisme para perintis saat itu, Pikiran Rakyat secara pasti terus mendapatkan tempat di hati pembacanya. Pada 9 April 1973, bentuk badan hukumnya pun di
ubah dari yayasan menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Pikiran Rakyat Bandung.
Menyusul perubahan status perusahaan, Pikiran Rakyat pun segera menata diri. Nilai-nilai idealisme dan etika jurnalistiknya dipadukan dengan manajemen
bisnis layaknya sebuah perusahaan modern. Pada awal tahun 1974, Pikiran Rakyat mencatat
peristiwa penting.
Untuk pertama
kalinya perusahaan berhasil
melengkapi diri dengan sarana percetakan offset yang dibeli dari fasilitas PMDN dari bantuan BRI. Mesin cetak ini mampu mencetak koran sebanyak 25.000
eksemplar per jam.
Sejak tahun itu pula peredaran Pikiran Rakyat dapat merambah ke seluruh pelosok Jawa Barat dan memantapkan diri sebagai korannya orang Jawa Barat,
sekaligus yang terbesar di provinsi ini. Padahal sebelumnya, dalam kurun waktu 1967-1973, koran-koran berskala nasional terbitan Jakarta yang mendominasi
peredaran koran Jawa Barat.
Antara tahun 1975-1986 Pikiran Rakyat sempat beredar ke seluruh pelosok nusantara, jadilah Pikiran Rakyat koran nasional yang terbit didaerah. Pikiran
Rakyat sempat beredar sampai Kuala Lumpur, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pada tahun 1986 Pikiran Rakyat kembali menjadi koran regional berbasis provinsi
Jawa Barat, walaupun sebagian tirasnya beredar di luar Jawa Barat seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa provinsi lainnya.
Pada perkembangan selanjutnya, lembaga ini menjadi identik dengan milik warga Jabar. Dari aspek bisnis pun terjadi pertumbuhan yang signifikan. Dari
rahimnya kemudian lahir PT Granesia, perusahaan, percetakan dan penerbitan yang tak hanya mencetak Pikiran Rakyat, lalu secara berturut-turut Mitra Bisnis
semula bernama Mitra Desa, tabloid berbahasa Sunda Galura dan surat kabar Mitra Dialog yang berkedudukan di Cirebon.
Pada tahun 1999, sejalan dengan asas otonomi daerah tingkat dua, Pikiran Rakyat pun menangkap peluang yang mucul. Karena itulah kemudian terbitlah
Harian Umum Galamedia sebagai koran lokal Bandung, Pakuan yang terbit di Bogor, Priangan yang terbit di Tasikmalaya, dan Fajar Banten di Serang.
Perusahaan pun kemudian menangani Radio Parahyangan yang kemudian berganti nama hingga saat ini menjadi Mustika FM.
3.1.2. Sejarah Divisi Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat
Redaksi dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar atau yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik, merupakan bagian yang
dapat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling vital, yaitu jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa menjalankan
kegiatannya tanpa adanya bagian redaksi. Bagian ini menjadi bagian yang menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan penerbitan surat kabar. Di
bagian ini pula semua kegiatan penting berjalan.
Seiring dengan lahirnya Harian Umum Pikiran Rakyat pada tanggal 24 Maret 1967, sejak terbit perubahan nama dari Harian Angkatan Bersenjata, maka redaksi
Harian Umum Pikiran Rakyat pun berdiri. Untuk mewadahi hasil kerja dari para jurnalistiknya. Dan sampai saat ini redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat sudah
banyak berkembang demi menyesuaikan dengan zaman keterbukaan informasi sekarang ini, untuk menjadi yang terbaik di Jawa Barat.
3.2. Foto Berita di Harian umum Pikiran Rakyat
Foto berita di Harian Umum Pikiran rakyat dapat diketahui melalui kategori yang dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia World Press Photo Foundation pada
lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan diseluruh dunia. Kategori itu adalah sebagai berikut.
1. Spot Photo
Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian .
misalnya, foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik
serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Dibutuhkan keberuntungan pada fotografer dalam hal posisi dan keberadaannya, serta
keberanian saat membuat foto. Memperlihatkan emosi subjek yang difotonya sehingga memancing juga emosi pembaca.
2. General News Photo
Adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, dan
humor. Contoh, foto presiden menganugerahkan Bintang Mahaputra, menteri membuka pameran, badut dalam pertunjukan, dan lain-lain.
3. People in the News Photo
Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Bias
kelucuannya, nasib dan sebagainya. Contoh, foto Ali Abbas, anak korban bom pada perang irak, atau foto mantan Presiden AS Ronald Reagan yang
kepalanya botak setelah menjalani operasi dikepalanya, foto Juned korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, dan sebagainya.
Tokoh-tojoh pada foto people in the news bisa tokoh populer atau bisa tidak, tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.
4. Daily Life Photo
Adalah foto
kehidupan sehari-hari
manusia dipandang
dari segi
kemanusiawiannya human interest. Misalnya, foto tentang pedagang gitar.
5. Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah atau kekhasan
lainnya.
6. Sport Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan
fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan
motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang menyangkut
olahraga. Contoh,
petenis wanita,
Venus Williams,
mengembalikan bola kepada adiknya, Serena Williams.
7. Science and Technology Photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto penemuan
microchip computer baru, foto proses pengkloningan domba, dan sebagainya. Pada pemotretan tertentu membutuhkan perlengkapan khusus,
misalnya lensa micro atau film x-ray, misalnya untuk pemotretan organ di dalam tubuh.
8. Art and Culture Photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, pertunjukan Iwan Fals di panggung, kegiatan artis di belakang panggung,
dan sebagainya.
9. Social and Environment
Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Contoh, foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang sedang
mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan, dan sebagainya.
3.3.Visi dan Misi Harian Umum HU Pikiran Rakyat
3.3.1. Visi HU Pikiran Rakyat
HU Pikiran Rakyat mempunyai enam visi, diantaranya:
1. HU Pikiran Rakyat yang bercikal bakal Harian Angkatan Bersenjata Edisi
Jawa Barat yang dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1966 untuk diupayakan, dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang
masa. Diwarisi oleh generasi demi generasi sebagai surat kabar yang terus maju, tumbuh dan berkembang menjadi tambah besar, baik sebagai institusi
sosial maupun institusi bisnis. 2.
Sebagai institusi sosial, HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana ibadah kepada Allah SWT, sekaligus wahana pengabdian
kepada masyarakat, bangsa dan negara. 3.
Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana bisnis yang mampu meraih sebesar-besarnya pendapatan
dan laba. Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat harus dikelola dengan bertaat azas pada kaidah-kaidah manajemen perusahaan yang baku, serta
mampu memenuhi keempat unsur marketing mix yang terdiri dari product, price, place, dan promotion.
4. Kinerja HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial sangat bergantung pada
kinerja yang dicapai oleh manajemen dan jajaran terkait dalam mengelola HU Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis. Sebaliknya, kinerja HU Pikiran
Rakyat sebagai institusi bisnis sangat bergantung pada kemampuan kinerja
manajemen dan jajaran terkait menjadikan HU Pikiran Rakyat sebagai produk idiil yang laku dijual. Karena itu pengelolaan HU Pikiran Rakyat
sebagai institusi sosial dan pengelolaannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interpendensi yang saling mengisi da
saling menunjang. Pengelolaan kedua aspek idiil dan aspek bisnis komersial harus dilaksanakan satu kesatuan strategi yang komprehensif- integral.
5. HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan, agar menjadi Tuan Rumah
yang dominan di daerahnya sendiri, di Jawa Barat yang memang memiliki potensi sangat besar untuk menunjang eksistensi dan penumbuh kembangan
surat kabar. Karena itu HU Pikiran Rakyat harus diupayakan menjadi surat kabar yang menyebar seluas-luasnya dan paling luas penyebarannya, di
Jawa Barat, dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang dengan tiras terjual sebesar-besarnya, menjadi pilihan sebanyak-banyaknya pengguna jasa iklan
denga volume space iklan terjual sebesar-besaarnya dan menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya pula.
6. Penyelenggaraan HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial dan
penyelenggaraannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interdependensi yang saling mengisi dan saling menunjang.
Karena itu segala sesuatunya harus dilaksanakan secara terpadu dan sinkron dalam kerangka satu kesatuan strategi yang komprehensif- integral.
3.3.2. Misi HU Pikiran Rakyat
Sebagi institusi sosial HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk bekiprah dan berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Jawa Barat,
termasuk pembangunan kualitas manusianya yang mencakup :
1. Kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ketaatannya melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya;
2. Kualitas pemahaman dan penghayatannya atas nilai-nilai luhur Pancasila, serta komitmen untuk mengamalkannya di dalam kehidupan pribadi dan
kehidupan bermasyarakat;
3. Kualitas pemahaman dan penghayatannya atas kewajiban-kewajibannya dan hak-haknya sebagai warga negara, serta komitmen untuk melaksanakan
kewajiban-kewajibannya serta mengupayakanmemperjuangkan pemenuhan hak-haknya itu;
4. Kualitas kehidupan secara materiil, serta mamilki etos kerja untuk berupaya mewujudkannya;
5. Kualitas kesehatan, wawasan, pengetahuan dan keterampilan, serta moral yang amanah jujur, adil, percaya diri, dan terpercaya, sehingga menjadi
manusia yang dalam bahasa Sunda disebut cageur, bener, bageur, pinter, jeung singer.
3.4. Profil Harian Umum Pikiran Rakyat
Nama Perusahaan : PT Pikiran Rakyat Bandung
Alamat Perusahaan Pusat : Jl. Asia Afrika No. 77 Bandung 40111
Alamat Redaksi : Jl. Soekarno-Hatta No. 147 Bandung 40223
Telepon dan Faksimile :- Pusat 022-4201634 4219194 Fax 022-
42030632 420 4720
- Redaksi 022-6037755
- Hunting Fax 022-6031004 6002751
URL : http:www.pikiran-rakyat.com
Email : redaksipikiran-rakyat.com
Jenis Usaha : Percetakan, Penerbitan, Surat Kabar, dan
Radio
Tahun Didirikan : 24 Maret 1967
Bentuk Usaha : Perseroan Terbatas
Spesifikasi : - Format
: Surat Kabar
- Terbit : Setiap Hari termasuk minggu
- Halaman : Bervariasi antara 28 sd 32 hal.
- Tiras : 185.000 ekshari
3.4. Logo Harian Umum HU Pikiran Rakyat
Logo HU Pikiran rakyat adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1.
Logo HU Pikiran Rakyat
Sumber: HU Pikiran Rakyat
Logo diatas mengandung arti kesatuan dari jargon yang diusung surat kabar
tersebut yaitu DARI RAKYAT-OLEH RAKYAT-UNTUK RAKYAT. Maka
dari itulah muncul logo Pikiran Rakyat.
3.6. Struktur Organisasi Harian Umum HU Pikiran Rakyat
3.6.1. Struktur Organisasi PT Pikiran Rakyat Bandung
Secara umum, struktur organisasi dari PT Pikiran Rakyat Bandung, seperti yang tertera di bawah ini:
3.6.2. Struktur Organisasi Bagian Redaksi HU Pikiran Rakyat
Sedangkan untuk divisi redaksi, Redaksi HU Pikiran Rakyat memiliki struktur keredaksian seperti yang tertera pada Gambar 3.3., berikut ini:
3.7. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang pekerjaan wartawan dalam mencari dan mengolah berita, kantor Redaksi Hariam Umum HU Pikiran Rakyat memfasilitasi sarana dan
prasarana, meliputi:
Tabel 3.1.
Sarana dan Prasarana di HU Pikiran Rakyat
No. Sarana dan Prasarana
Jumlah Unit
1. Kendaraan Operasional
20 2.
Komputer 120
3. Televisi
9 4.
Kamera Single Lens Reflex SLR digital
5
5. Kamera digital 5 mega pixel
54 6.
Tape recorder 5
7. Handycam
3 8.
Ruang rapat redaksi 1
9. Perpustakaan
1 10. Aula
1 11. Mushola
1 12. Mesin cuci
1
13. Ruang tamu 1
14. Tempat parkir 2
15. White board 1
16. Kantin 1
17. Kamar mandi 4
18. Telepon 1 sistem pararel
dan hunting 19. Faximile
2 20. Dispenser
10
Sumber: Data Redaksi Pikiran Rakyat, 2010
3.8. Pembagian Halaman Pikiran Rakyat
3.8.1. Halaman Utama
a. Halaman Muka
Berita-berita utama terkini yang datang dari dalam dan luar negeri hingga pukul 00.00 WIB akan ter-cover secara lengkap pada halaman ini. bagaikan
etalase, halaman ini memunculkan peristiwa-peristiwa terbaik dan menarik yang datang dari berbagai kota. Belum lagi sentuhan Human Interest yang
bisa didapatkan dari popnews yang terletak pada bagian bawah kaki halaman.
b. Bandung Raya
Bandung adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sekaligus juga rumah bagi Harian Umum Pikiran Rakyat. Tak heran bila kemudian kami
“Menasbihkan” adagium “Tak ada jauh jatuh di Bandung yang tak diketahui wartawan Pikiran R
akyat”, dan dengan mencakup Wilayah Kota Bandung, Kab. Bandung dan Kota Cimahi, halaman ini adalah pasar yang
sangat menentukan.
c. Cirebon Purwasuka
Wilayah di utara Jawa Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Pantura Pantai Utara mulai dari Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu,
Cirebon, Majalengka, dan Kuningan memperoleh porsi pemberitaan yang signifkan. Dinamika masyarakat yang ada di wilayah ini bahkan kerap di
tempatkan pada halaman 1 utama.
d. Wilayah Bogor
Kota-kota di wilayah eks-karesidenan Bogor, yakni Depok, Bogor, Sukabumi dan Cianjur, adalah kawasan yang terus berkembang dengan
kompleksitas permasalahan yang begitu dinamis. Ini adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan hiruk-pikuknya Ibu Kota Jakarta.
e. Wilayah Priangan
Tidak dapat dipungkiri, wilayah priangan merupakan basis kedua Pikiran Rakyat setelah Bandung Raya. Warga Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar,
dan Sumedang sudah lama diidentikkan dengan konsumen setia koran ini. tak heran bila porsi pemberitaan dari kawasan ini pula termasuk dominan.
f. Nusantara
Halaman ini memotret perkembangan yang terjadi seantero nusantara, termasuk Ibu Kota Jakarta. Anda tak perlu khawatir tertinggal untuk
mengetahui peristiwa menarik apapun di empat penjuru angin Indonesia.
g. Ekonomi Keuangan
Anda pelaku bisnis, pengamat ekonomi ataupun orang awam sekalipun, tak akan pernah kekurangan informasi yang berkaitan dengan perkembangan
ekonomi dan keuangan. Di halaman ini, hal-hal yang berkaitan dengan pasar, uang, valuta, atau ekonomi umum, dikupas dengan gamblang.
h. Luar Negeri
Dengan didukung sejumlah kantor berita asing, halaman ini mengupas peristiwa penting apapun yan dialami manusia di belahan bumi manapun.
Tak jarang pula wartawan Pikiran Rakyat dikirim langsung ke mancanegara untuk meliput peristiwa-peristiwa berskala global.
i. Pendidikan
Kita tak bisa memungkiri, pendidikan adalah invesati masa depan. Karena itulah, Pikiran Rakyat menyajikan fenomena apapun yang terjadi didunia
pendidikan pada halaman tersendiri. Berbagai persoalan yang terjadi di level pendidikan dasar, menengah hingga tinggi, tak akan luput dari
pantauan kami.
j. Olahraga
Olahraga, tak pelak lagi, tetap menjadi favorit bagi pembaca yang tak mengenal strata usia, jenis kelamin, pendidikan ataupun penghasilan.
Olahraga adalah universal, dan karenanya Pikiran Rakyat pun selalu secara lengkap dan mendetail menyajikannya, entah itu berskala lokal, nasional,
maupun global.
3.8.2. Halaman Suplemen Pikiran Rakyat
a. Teropong
Isu-isu politik, Hukum, Agama, dan Pendidikan yang paling menonjol di pekan ini, akan ditarik menjadi laporan utama TEROPONG. Laporannya
disajikan secara holistik dan komprehensif, karena dilengkapi dengan analisis cerdas dari pakar, wawancara ekslusif dengan tokoh berkompeten
serta pandangan yang pro dan kontra terhadap satu persoalan krusial.
b. Belia
Suplemen ini dibidani oleh pekerja-pekerja cakap dibidangnya, sehingga tulisan-tulisan menarik tentang dunia ABG Anak Baru Gede dan remaja
bisa kita temukan. Lewat susunan kalimat khas kaum belia, disajikan secara apik tips, trend dan budaya pop yang perlu diketahui generasinya
“Teenagers” sebelum mereka bergaul dengan sesamanya.
c. Gelora
Dengan delapan halaman yang ada, nyaris tak ada even olahraga tingkat lokal, nasional, maupun internasional yang tak ter-cover secara mendalam.
Analisis dari ahli, atlet ataupun dokter olahraga akan bisa ditemui di sini. Jutaan penggemar Persib pun akan terpuaskan oleh liputan mengenai klub
kesayangan warga Bandung ini.
d. Cakrawala
Anda sulit untuk mengikuti dan mengerti teknolgi mutakhir ataupun perkembangan ilmu pengetahuan dunia? Istilah-istilah kesehatan bergitu
sulit dicerna? Semua itu akan terbantahkan saat anda membaca CAKRAWALA. Teori-
teori yang “Njelimet” akan terjemahkan secara lugas dan mudah diaplikasikan.
e. Otokir
Pemberitaan mengenai
otomotif selalu
menarik perhatian
khalayak pembaca. Perkembangan industri dan model kendaraan, fluktuasi harga,
tips-tips singkat berkendaraan, ataupun aksesoris keluaran terakhir, digarap secara
mendetail. Belum
lagi laporan mengenai mesin kendaraan, keunggulan suatu produk sampai hobi otomotif.
f. Hikmah
Suplemen ini memperoleh tempat di hati dan pikiran pembaca khususnya dari kaum wanita. Banyak hal yang bersifat human interest dan menyentuh
sisi kewanitaan dihadirkan secara menarik di sini. Begitu pula petunjuk- petunjuk
ringkas bagaimana memelihara kesehatan, mendidik anak,
memasak, berkebun, dan banyak lainnya, bisa kita temukan.
g. Khazanah
Penikmat maupun pekerja seni dan budaya memperoleh tempat yang sangat memadai. Suplemen ini adalah barometer perkembangan seni dan budaya.
Esais, penyair dan pekerja seni ternama kerap mengisi rubrik-rubriknya. Tentu saja bukan hanya jenis kesenian konvensional yang bisa ditemukan di
sini, melainkan juga sifatnya kontemporer.
h. Peer Kecil
Hari minggu adalah waktu untuk Peer Kecil kita biasa menyebutnya PERCIL. Sajian edukatif dan menghibur bagi anak-anak disajikan dalam
empat halaman khusus. Bukan hanya cerita-cerita anak yang menarik yang disajikan di sini, melainkan juga opini anak, animasi, belajar ilmu
pengetahuan atau bahkan sekedar berfoto dengan gayanya.
3.9. Job Description
3.9.1. PT Pikiran Rakyat Bandung
A. Bagian Redaksi
Kerjasama dengan berbagai redaksi sangat penting karena menyangkut publisitas yang bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai produk
maupun kelembagaan sehingga masyarakat semakin percaya pada produk maupun jasa yang ditawarkan dan akan berdampak pada peningkatan tiras dan iklan.
Kerjasama dalam bentuk:
1. Press release
2. Liputan kegiatan intern maupun ekstern yang melibatkan perusahaan baik dalam bentuk tulisan maupun foto.
B. Bagian iklan
1. Penggunaan bartet iklan sebagai upaya meningkatkan kerjasama saling menguntungkan dengan kompensasi yang menguntungkan bagi perusahaan
2. Pembuatan PR Advertising yaitu iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskanmenyampaikan hal-hal mengenai perusahaan
yang layak diketahui, jadi lebih sekedar pengumuman biasa.
C. Bagian Sirkulasi
1. Membenahi dan mengaktifkan Kelompok Pembaca PR KPPR dengan jalan :
a. Kunjungan untuk melakukan dialog langsung sehingga dapat kita ketahui sejauh mana perkembangan KPPR.
b. Melengkapi kepustakaan KPPR dengan jalan mencari donaturrelasi yang dapat menyumbangkan buku-buku.
c. Pembentukan KPPR baru di KAB2 yang belum memiliki KPPRdi KAB yang dirasa perlu dikembangkan lagi.
2. Pembinaan agen dan loper :
a. Secara rutin, setiap tahun PR memberikan beasiswa bagi putra-putri agen, loper, dan pengecer.
b. Memberikan hadiah ONH untuk agen berprestasi.
c. Setiap tahun diadakan acara yang bersifat rekreatif atau mudik lebaran bersama.
D. BP-2 Badan Penelitian dan Pengembangan
Dalam rangka
wawasan dan
pengetahuan, menyelenggarakan
seminarsemikola, studi banding, in house training dan berbagai kegiatan pendidikan lainnya.
E. Bidang PromosiPemasaran
Kegiatan promosi bertujuan untuk memperkenalkan produk atau jasa dengan cara
persuasif sedangkan
kegiatan humas
berfungsi mendekatkan
konsumenpublik sasarannya kepada perusahaan dengan cara mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat dengan menciptakan citra positif dalam masyarakat.
Karena humas harus melibatkan dalam berbagai kegiatan promosi, seperti :
1. Pameran merupakan salah satu media efektif untuk promosi eksistensi.
2. Sponsorship: berpartisipasi dalam programkegiatan sosial yang akan memberikan nilai tambah, hal berkaitan dengan komitmen bahwa Pikiran
Rakyat bukan hanya sebagai institusi bisnis saja tapi juga institusi sosial. Namun
kita harus
lebih seefektif
memilih proposalprogram yang
ditawarkan.
3. Pembuatan Profile Company.
4. Pembuatan leafletbrosur
5. Pembuatan cendera mata yang inovatif dan mewakili citra perusahaan. Kita dapat melihat bahwa dewasa ini masyarakat mempunyai kecenderungan
mengoleksi benda-benda dari perusahaan besar tertentu, misalnya: Coca- cola, Mc Donald‟s, RCTI, dan lain-lain.
6. Mengadakan kegiatan bakti sosial: sumbangan korban bencana alam, pembagian sembako, pengobatan gratis untuk masyarakat tidak mampu.
F. Bagian personalia
Hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dilingkungan kerja perusahaan, secara langsung atau tidak langsung akan berakibat buruk pada perusahaan. Untuk
itu perlu dibuat program-program yang cukup efektif untuk membentuk dan membina hubungan harmonis antara unsur pimpinan dengan karyawan atau
hubungan antarkaryawan itu sendiri.
G. Humas
Ruang lingkup aktivitas PRHumas meliputi :
1. Membina hubungan kedalam internal public
Publik internal yang dimaksudkan adalah publik yang merupakan bagian dari satu unit, badan, perusahaan.
2. Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang menimbulkan gambaran positif maupun negatif di dalam masyarakat, sebagai kebijaksanaan yang
dijalankan oleh suatu perusahaan maupun organisasi.
3. Membina eksternal yang dimaksud adalah publik umum masyarakat yang mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran tentang suatu yang baik
terhadap publik yang diawalinya.
4. Meningkatkan koordinasikerjasama dengan relasi, meliputi:
a. Bekerjasama dengan organisasi-organisasi kehumasan, misalnya: Bako Humas, Perhumasan Perhimpinan Hubungan Masyarakat Bandung,
PHRI Pehimpunan Hotel Restoran. Hubungan dengan para praktisi Humas tersebut sangat menguntungkan bagi peningkatan tiras dan iklan
karena mereka merupakan pengambil keputusan dalam hal menentukan media promosi