Jeri Nurdianto, 2012 Pekembangan Kawasan Wisata Sari Ater Resort dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-
Ekonomi Penduduk Sekitar 1994-2008 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
2. Kritik Internal
Kritik internal merupakan suatu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dan sumber. Peneliti melakukan
kritik internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun lisan, hal ini dilakukan untuk mengetahui isi sumber sejarah tersebut atau tingkat
kredibilitas isi informasi yang didapat dari narasumber. Peneliti melakukan kritik internal dengan memperhatikan dua hal, pertama apakah pembuat
kesaksian tersebut bisa memberikan informasi dari kesaksian yang berkaitan dengan kajian permasalahan, kedua apakah pemberi informasi
mau memberikan informasi yang dibutuhkan dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang dikurangi dan ditutupi, bahkan dilebih-lebihkan.
Peneliti melakukan kritik internal terhadap sumber lisan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dan
narasumber lainnya sehingga peneliti mendapatkan fakta mengenai keadaan dan kondisi masyarakat di Desa Ciater Kecamatan Ciater pada
tahun 1994 sampai 2008. Misalnya, disini peneliti melakukan kritik internal terhadap pernyataan yang diberikan oleh Ibu Imas, Bapak Aan
Mulyana, dan Bapak Dede Saepuloh dengan membandingkan ketiga informasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran fakta-
fakta yang didapat dari sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Peneliti menanyakan pertanyaan yang sama kepada ketiga
narasumber tersebut mengenai keadaan masyarakat Desa Ciater pada saat itu. Ibu Imas mengatakan bahwa dengan adanya pengembangan kawasan
Jeri Nurdianto, 2012 Pekembangan Kawasan Wisata Sari Ater Resort dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-
Ekonomi Penduduk Sekitar 1994-2008 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
wisata Sari Ater Resort keadaan masyarakat pada saat itu sudah mulai berubah, banyak warga sekitar yang mendapatkan kontribusi dari usaha
lain disamping menjadi buruh tani, adapula yang melakukan usahanya dengan membuka usaha baru yang disesuaikan dengan keadaan saat itu.
Setidaknya banyak warga yang merasa bahwa dengan mata pencaharian baru kebutuhan sehari-hari mereka dapat terpenuhi.
Menurut bapak Aan Mulyana, dengan adanya kawasan wisata Ciater ini setidaknya beliau memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Menurut bapak Dede Saepuloh selaku tokoh masyarakat, beliau mengatakan bahwa masyarakat sangat antusias dengan
adanya kawasan tersebut. Apalagi setelah pihak pengelola melibatkan masyarakat dalam pemeliharaannya, setidaknya mereka mendapatkan
kesempatan untuk bekerja dan beraktifitas agar memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Peneliti kemudian membandingkan ketiga informasi tersebut, dapat dipahami bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan walaupun ketiga
narasumber tersebut memiliki status yang berbeda, Ibu Imas sebagai pedagang, bapak Aan sebagai penduduk yang bekerja sebagai koordinator
lapangan parkir, dan bapak Dede Saepuloh sebagai tokoh masyarakat yang pada saat itu merupakan salah satu anggota LSM yang ada di Ciater. Kritik
internal ini dilakukan peneliti agar dapat memilah informasi-informasi yang di dapat dari narasumber, sehingga data-data yang didapatkan cukup
Jeri Nurdianto, 2012 Pekembangan Kawasan Wisata Sari Ater Resort dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-
Ekonomi Penduduk Sekitar 1994-2008 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
akurat untuk merekonstruksi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan objek wisata Ciater di Kabupaten Subang pada tahun 1994-2008.
Kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi juga dilakukan oleh peneliti dengan
membandingkannya dengan sumber lain, namun terhadap sumber yang berupa arsip tidak dilakukan kritik dengan anggapan bahwa telah ada
lembaga yang berwenang untuk melakukannya.
3.2.3 Interpretasi