Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sekitar

(1)

PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA

MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI

KAWASAN PESISIR SEKITAR

T E S I S

Oleh

WELLY ANDRIAT

067003020/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA

MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI

KAWASAN PESISIR SEKITAR

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

WELLY ANDRIAT

067003020/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Penelitian : PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITAR

Nama Mahasiswa : WELLY ANDRIAT Nomor Pokok : 067003020

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD – PP)

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Bachtiar Hassan Miraza Ketua

Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Ir. Budi D. Sinulingga, M.Si

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) ( Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc) Tanggal lulus : 14 Februari 2008


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Februari 2008

Panitia Penguji Tesis : Prof.Bachtiar Hassan Miraza Anggota : Kasyful Mahalli, S.E, M.Si

Ir. Budi D. Sinulingga, M.Si

Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Drs.Rujiman MA


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahilrabbil’alamiin, puji syukur dipanjatkan hanya untuk Allah SWT, karena hanya dengan izin-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul

“ Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sekitar “ ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang sejauh mana pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya, dan dampak langsung terhadap kawasan pesisir tersebut. Untuk itu penulis mencoba meneliti kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup, agar dapat melihat seberapa jauh pengembangan wilayah di wilayah penelitian.

Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Kasyful Mahalli, SE, M.Si, dan Ir. Budi Derita Sinulingga M.Si., selaku komisi pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B, MSc., Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D, Drs. Rujiman MA, Ir. Agus Purwoko,

M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.


(6)

6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Kepala Bappeda kota Medan, Camat dan sekretaris Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan, serta seluruh pegawai kelurahan yang telah membantu dalam proses penelitian studi ini.

8. Ayahanda tercinta Widodo Poedjiadi (Alm) dan ibunda Herawaty yang menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Adik-adikku tercinta Vina Mardian, Sweztika Indra Swari, Stevani Melati dan Fadilah atas hiburan, pengertian yang mendalam, dan memberi dorongan semangat selama ini.

10. Teman-teman kuliah di Program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara Medan khususnya Abangda Nasir, Sudarmawan yang tak henti-hentinya memberikan kontribusi. Sahabatku yang baik Arzalvery Agus dan Irsya Ramadhan yang juga sangat membantu dalam pengerjaan tesis ini. Juga tak lupa buat sahabatku Ahmad dan Jimmi yang sudah jarang kelihatan selama penulisan tesis ini, serta bantuan dari Soni Sagita, Rita Herawati selaku pegawai BPS dan Cut Driska Aziza, Junika, Lindawati, Bahrain, Irfan Iss, selaku senior dan yunior PWD yang juga sangat membantu penulisan tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Januari 2008


(7)

ABSTRAK

Letak geografis yang berada di pangkal sebelah timur Pulau Sumatra telah menempatkan Kota Medan pada posisi yang strategis, terutama sebagai pintu gerbang antara Negara tetangga dan Pulau Sumatra. Kota Medan berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Propinsi Sumatera Utara.

Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Selain sebagai kawasan kerja pelabuhan, penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Medan juga diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi pelabuhan seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Kawasan pesisir Kota Medan saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat di tandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang wilayah pesisir tersebut, dari permukiman yang padat, wisata pantai,hingga sektor industri. Namun sejauh ini, masih merupakan suatu pertanyaan apakah peningkatan aktivitas di kawasan pesisir Kota Medan tersebut tidak akan berpengaruh negatif terhadap fungsi ekologis kawasan tersebut dan dengan adanya potensi perkembangan ekonomi Kota Medan, apakah akan berpengaruh lebih buruk lagi di masa mendatang?

Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi Kota Medan saat ini dan prospeknya dimasa mendatang sangat dipengaruhi oleh peran dan fungsinya sebagai simpul koleksi barang dan jasa sebagaimana teori Central Place dan Urban Base, yaitu suatu kota berkembang karena fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya dan daerah di luar batas-batas kota tersebut.Pelabuhan Belawan yang berperan dalam mendukung fungsi dan peran Kota Medan, tiap tahunnya mengalami peningkatan volume ekspor sehingga secara langsung akan meningkatkan pendapatan Kota Medan sekaligus menimbulkan perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor. Hal tersebut tentu akan mendorong perkembangan kota lebih lanjut.

Adanya perkembangan kota akibat peran fungsional tersebut menyebabkan munculnya perubahan baik ekonomi sosial-budaya, maupun fisik di kawasan pesisir Kota Medan sebagai suatu kawasan yang berperan penting dalam perekonomian kota. Secara sosial dan ekonomi, kawasan pesisir Kota Medan tidak lagi bercirikan ekonomi pesisir melainkan telah berfungsi sebagai kawasan pembangunan dan industri. Serta adanya indikasi penurunan kualitas lingkungan seperti banjir, rusaknya habitat pesisir, dan sebagainya.

Perkembangan Kota Medan secara signifikan ternyata tidak diikuti oleh perkembangan kawasan pesisirnya. Semakin baik prospek perkembangan Kota Medan hanya memberikan dampak saja terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir disekitar Kota Medan. Khususnya dampak terhadap kualitas lingkungan kawasan pesisirnya.


(8)

ABSTRACT

Being located in the end of Sumatra Island, Medan City has a strategic position, especially as a gate between Country Neighbor and Sumatra Island. Medan City has potential to be one of national service and goods distribution centres which is supported by sufficient resource and prospect belongs to The Province of North Sumatera.

With its role as a goods collection and distribution centre, the existence of coast area for MedanCity is very important. In addition to be a port work area, the using of land in the coast area of Medan City is also directed to fulfill the roles that support the function of the port, such as provides a means of export-import service and warehousing means. The coast area of Medan City becomes a part of city development nowadays, it is signed by the activities along the coast area such as the dense civilization, beach recreation, and industry activities. However, this is still a questiont, does the increasing of activity in coast area of Medan City give negative effect to the function of that area’s ecology and does Medan City’s prospect give worse effect in the future?

Based on the analysis which has been done, it can be concluded that the development of Medan City at this time and its prospect in the future is highly influenced by its role and function as the centre of service and goods distribution in the same manner as Central Place and Urban Base Theory, that is a city can develop because of its function in providing service and goods for the area around it and the area in the city’s boundaries. The Belawan Port which has a role in supporting the function and the role of Medan City, experiences the increasing of export volume, so that it will increase the income of Medan City directly and cause the development of industries which provide a raw material and services for industries which produce export goods. It will motivate the development of the city further.

Since there is a development of city as the result of its functional role, it causes the changes in economic, social culture, and physical in the coast area of Medan City as an area which has important role in the economy of the city. Socially and economically, the coast area of Medan City has no characteristic of coast economic anymore, but it has function as the area of development and industry. The change of the area’s function is followed by its change physically, such as the availability of wide area become limited, the using of few space become glomerated widely, and there is the indications of environment quality decreasing, such as a flood, the habitat of the coast is damaged, etc.

The development of Medan City is do not followed by its coast area development significantly. The better development of MedanCity only giving just impact to growth of coastal area area economics around Town Field.Specially affect to quality of its coastal area environment.


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

RIWAYAT HIDUP... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Wilayah Kota... 10

2.2 Kawasan Pesisir ... 13

2.2.1 Defenisi Kawasan Pesisir... 13

2.2.2 Potensi Kawasan Pesisir... 14

2.2.3 Aktivitas Ekonomi Kawasan Pesisir ... 14

2.2.4 Permasalahan Kawasan Pesisir ... 15

2.3 Pembangunan Kota yang Berkelanjutan ... 16

2.4 Peran Pesisir dalam Perkembangan Kota... 16

2.5 Penelitian Sebelumnya ... 19

2.6 Kerangka Pemikiran... 20


(10)

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian... 23

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3 Populasi Penelitian ... 24

3.4 Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ... 25

3.5 Teknik Analisis Data... 27

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 37

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kota Medan ... 38

4.1.1 Kedudukan Geografis ... 38

4.1.2 Kondisi Sosial Kependudukan ... 40

4.1.3 Kondisi Perekonomian ... 44

4.1.4 Perekonomian Provinsi Sumatera Utara ... 61

4.2 Kondisi Umum Kawasan Pesisir Kota Medan... 67

4.2.1 Kedudukan Geografis ... 67

4.2.2 Kondisi Sosial Kependudukan ... 69

4.2.3 Kondisi Perekonomian ... 69

4.2.4 Kondisi Lingkungan... 72

4.3 Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kota Medan ... 77

4.4 Identifikasi Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir... 88

4.5 Karakteristik Responden ... 90

4.5.1 Tingkat Usia Masyarakat di Kawasan Pesisir... 91

4.5.2 Jenis Kelamin Masyarakat di Kawasan Pesisir... 92

4.5.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kawasan Pesisir ... 92

4.5.4 Jumlah Tanggungan Masyarakat di Kawasan Pesisir ... 93

4.5.5 Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kawasan Pesisir... 94

4.5.6 Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kawasan Pesisir... 94


(11)

4.5.8 Lama Domisili RT Masyarakat di Kawasan Pesisir ... 96 4.6 Analisis Kondisi Lingkungan di Kawasan Pesisir ... 97 4.7 Analisis Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Medan

Terhadap Perkembangan Kawasan Pesisir Sekitarnya... 100 4.7.1 Analisis Kuantitatif ... 100

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 108 5.2 Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA... 113


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 Lokasi Kecamatan dan Kelurahan Penelitian ... 23 3.2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Kecamatan Medan

Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan Tahun 2005 ... 25 3.3 Distribusi Responden Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di

Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan ... 26 4.1 Laju Penduduk, Laju Pertumbuhan dan kepadatan Penduduk Kota

Medan Tahun 2000 – 2005 ... 42 4.2 Realisasi APBD Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ... 47 4.3 Nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2000 – 2005 ... 56 4.4 Nilai Persentase PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000 – 2005... 58 4.5 Kondisi Umum Perekonomian Kota Medan ... 59 4.6 Target Pertumbuhan Nilai PDRB Kota Medan Atas Harga Konstan Tahun

2008... 61 4.7 Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi Provinsi

Sumatera Utara Tahun 1990 – 2004 ... 62 4.8 Nilai Ekspor Barang dan Jasa Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2000 – 2005 ... 63 4.9 Volume Ekspor Melalui Pelabuhan Belawan Tahun 2000 – 2005 ... 65 4.10 Jumlah Industri Besar/Kecil dan Rumah Tangga di kawasan Pesisir

Kota Medan Tahun 2000 – 2005... 70 4.11 Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Pesisir Kota Medan


(13)

4.12 Jumlah Pendapatan dari Sampel Masyarakat Kawasan Pesisir Kota

Medan Tahun 2000 – 2005 ... 72

4.13 Persepsi Masyarakat Pesisir Sekitar Kota Medan Terhadap Kondisi Lingkungan Setempat... 74

4.14 Hasil Perhitungan LQ Kota Medan Tahun 2005 ... 77

4.15 Komponen National Share Acuan Tahun 2000 – 2005 ... 79

4.16 Komponen Proporsional Share Acuan Tahun 2000 – 2005... 80

4.17 Komponen Differential Shift Acuan Tahun 2000 – 2005... 81

4.18 Pergeseran Netto Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ... 82

4.19 Perubahan PDRB Kota Medan Tahun 2000 – 2005 ... 83

4.20 Nilai Absolut Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2000–2005 ... 83

4.21 Nilai PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000 – 2005 ... 86

4.22 Distribusi Tingkat Usia Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan ... 91

4.23 Distribusi Jenis Kelamin Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan ... 92

4.24 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 92

4.25 Distribusi Jumlah tanggungan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 93

4.26 Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 94

4.27 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 95

4.28 Distribusi Tingkat Pengeluaran Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 96

4.29 Distribusi Lama Domisili Responden Masyarakat Kawasan Pesisir Sekitar Kota Medan... 96


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran... 21

3.1 Diagram Penentuan Sektor Unggulan Kota Medan ... 32

4.1 Peta Kota Medan ... 39

4.2 Peta Kawasan Industri Kota Medan... 51

4.3 Peta Sub Kota Medan... 52

4.4 Peta Provinsi Sumatera Utara ... 54

4.5 PDRB Wilayah Provinsi Sumatera Utara ... 57

4.6 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Provinsi Sumatera Utara... 60

4.7 Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara... 66

4.8 Peta Kawasan Pesisir Kota Medan... 68


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 116 2. Karakteristik Responden ... 119 3. Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 124 4. Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 125 5. Data Sekunder Perekonomian Kawasan Pesisir Kota Medan Sekitar .... 126 6. Hasil Analisis Uji Statistik Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota

Medan Terhadap Perkembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sekitar ... 127 7. Foto Dokumentasi Masyarakat Dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kota


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar Kotamadya Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Juni 1980 sebagai anak sulung dari empat bersaudara dari ayah yang bernama Widodo Poedjiadi (Alm) dan Herawaty. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SD Katolik ST. Antonius III Medan, menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama tahun 1995 di SMP Tunas Kartika I Medan dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Medan tahun 1998. Memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika Bidang Perencanaan Riset Fakultas FMIPA pada Universitas Negeri Sumatera Utara (USU) di Medan pada tahun 2003.

Dari awal tahun 1999 hingga saat ini penulis lebih aktif dalam kegiatan olahraga dan mengembangkan bisnis pendidikan. Pada awal tahun 2006 penulis menjadi staf pengajar di perusahaan asing Medan International School (MIS) dan mendapatkan kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikan Strata-2 pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dengan bidang keahlian Perencanaan Pembangunan (PP) Universitas Sumatera Utara Medan.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan lebih dari satu dasawarsa terakhir telah menjadi sebuah kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perkotaannya. Dengan luas wilayah 26.510 Hektar (265,10 Km2), Kota Medan dihuni oleh 2.067.288 jiwa penduduk pada tahun 2006 yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan tingkatpertumbuhan sebesar 6,18 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat.

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan berpotensi menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional ditunjang oleh sumber daya yang memadai dan prospek yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan Kota Medan yang pesat berakibat pada peningkatan jumlah peduduk dan aktivitasnya, sehingga kebutuhan akan sumber daya dan ruang turut meningkat. Sehingga tanpa disadari perkembangan kota mulai bergerak ke arah kawasan pesisir. Selain itu dengan perannya saat ini sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Belawan menjadi tumpuan perkembangan Kota Medan. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, beberapa diantaranya diarahkan untuk memenuhi


(18)

peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Belawan, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor, menyediakan sarana pergudangan.

Kawasan pesisir Kota Medan saat ini menjadi bagian dari perkembangan kota yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang wilayah pesisir tersebut, dari permukiman yang padat, wisata pantai, hingga sektor industri. Namun sejauh ini, masih merupakan suatu pertanyaan apakah peningkatan aktivitas di kawasan pesisir Kota Medan tersebut akan mengganggu fungsi ekologis kawasan dan dengan adanya potensi perkembangan ekonomi Kota Medan, apakah akan berdampak lebih buruk dimasa mendatang?

Untuk mengarahkan perkembangannya dimasa mendatang, sebuah kota yang memiliki prospek perkembangan yang pesat memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan kota dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan kota dan masyarakatnya. Dalam jangka waktu panjang, pembangunan dan perkembangan Kota Medan harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Kota Medan perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan kota, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural.


(19)

Dengan demikian Kota Medan perlu diidentifikasi sejauh mana perkembangan ekonominya dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkannya terhadap perkembangan kawasan pesisirnya dimasa mendatang sehingga terdapat arahan bagi pembangunan kota yang berkelanjutan.

Untuk itu diperlukan analisis-analisis untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Medan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kawasan pesisir kota tersebut dengan terlebih dahulu mengambarkan perkembangan ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki, menggambarkan perkembangan kawasan pesisir sekitar Kota Medan, Mendeskripsikan kondisi lingkungan kawasan pesisir sekitar Kota Medan dengan melihat kualitas lingkungan yang ada saat ini.

Kota Medan memiliki prospek perkembangan ekonomi ditinjau dari potensi yang dimilikinya, seperti lokasi yang strategis, keanekaragaman suku bangsa, dan dukungan wilayah sekitarnya. Namun hal yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana memanfaatkan potensi tersebut menjadi peluang yang bermanfaat bagi kegiatan dan pengembangan kota.

Paradigma perkembangan kota yang mengarah pada perluasan wilayah karena dampak pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa disadari menyebabkan perkembangan tersebut bergerak ke arah kawasan pesisir. Hal tersebut semakin didukung oleh kondisi topografis kawasan pesisir yang relatif datar sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang ideal untuk dikembangkan menjadi


(20)

wilayah perkotaan dengan segala macam aktifitas di dalamnya seperti permukiman, perdagangan, industri, pariwisata, dan lain-lain.

Menurut Supriharyono (2000), terdapat hubungan antar sektor di kawasan pesisir. Sebagai contoh adalah pengembangan lahan pesisir untuk tambak akan berhubungan dengan pengembangan industri lainnya yang mendukung seperti industri makanan hewan dan industri kimia. Adanya fasilitas pelabuhan akan merangsang pertumbuhan wilayah perkotaan. Sedangkan di sektor pariwisata, hotel-hotel membutuhkan struktur barang dan jasa, prasarana jalan, listrik, suplai air dan sebagainya.

Meskipun pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti penangkapan ikan secara tradisional, budi daya tambak, penambangan terumbu karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem pesisir seperti penurunan daya dukung lingkungan, penurunan mutu lingkungan pesisir pesisir, penyusutan keanekaragaman flora dan fauna pesisir, serta perusakan dan pencemaran lingkungan (Sugandhy,1999).

Saat ini kawasan pesisir di sekitar Kota Medan sebagian besar dijadikan lahan pemukiman. Selain itu, terdapat pabrik industri, berbagai perusahaan, perkantoran, lokasi pergudangan, tempat hiburan, beberapa wisata pantai, serta Pelabuhan Belawan yang berperan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar pulau. Aktifitas-aktifitas di sepanjang pesisir tersebut menjadi faktor penarik sehingga


(21)

kawasan pesisir di Kota Medan menjadi ramai. Dengan perannya sebagai simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, maka keberadaan kawasan pesisir bagi Kota Medan sangat penting. Dengan kecenderungan peningkatan volume bongkar muat per tahun di Pelabuhan Belawan, maka telah direncanakan perluasan kawasan pelabuhan PT Pelindo I. Untuk saat ini dan waktu yang akan datang Pelabuhan Belawan menjadi tumpuan perkembangan Kota Medan. Dengan demikian, penggunaan lahan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya, diantaranya diarahkan untuk memenuhi peran-peran yang mendukung fungsi Pelabuhan Belawan, seperti menyediakan sarana pelayanan ekspor impor dan sarana pergudangan. Selain itu, masih terdapat beberapa isu menyangkut kawasan pesisir Kota Medan (Renstra Pesisir Sumatera Utara, 2004), diantaranya adalah:

a. Kerusakan mangrove yang cukup parah

b. Alih fungsi hutan mangrove menjadi kawasan industri dan pemukiman c. Intrusi air laut ke daerah pemukiman penduduk

d. Pencemaran wilayah pesisir dan laut oleh limbah industri dan rumah tangga e. Konflik antara nelayan tradisional dengan nelayan Trawl

f. Keamanan yang cukup rawan bagi kapal-kapal penangkap ikan dan usaha pertambakan g. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

h. Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut i. Penurunan produktivitas perikanan tangkap dan perikanan budidaya j. Belum ada tata ruang kawasan pesisir


(22)

Untuk mengarahkan perkembangannya dimasa mendatang, sebuah kota yang memiliki prospek perkembangan memerlukan suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu menampung perkembangan kota dengan tetap mempertahankan kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan kota dan masyarakatnya. Dengan adanya gagasan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang dirumuskan oleh WCED (World Commission on Environment and Development) yang dibentuk oleh PBB pada tahun 1987 dan juga penetapannya sebagai kebijakan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun yang sama maka visi pembangunan yang berkelanjutan diharapkan menjadi bagian yang terpadu dari seluruh aktivitas pembangunan yang dilangsungkan sehingga proses dan hasil pembangunan tersebut tetap dapat dilangsungkan dan dinikmati oleh generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan yang memiliki pengertian pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka merupakan suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Salim, 1997).

Menurut Dahuri (2001), pembangunan berkelanjutan yang merupakan strategi pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasinya, memiliki dimensi ekologis, sosial-ekonomi dan budaya, sosial politik,


(23)

serta hukum dan kelembagaan. Dari dimensi ekologis, agar pembangunan kawasan pesisir dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka harus memenuhi tiga persyaratan utama. Pertama, bahwa setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan di lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut.Selain itu, perlu juga informasi tentang tata guna lahan pesisir yang ada saat ini.

Dalam jangka waktu panjang, pembangunan dan perkembangan Kota Medan harus terjamin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekaligus terjamin tidak akan timbulnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Keberlanjutan pembangunan Kota Medan perlu diupayakan sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh proses transformasi lahan kota, penggunaan sumber daya alam, penambahan unsur-unsur baru dalam media lingkungan, serta dinamika populasi tidak menurunkan dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan secara struktural.

Dengan demikian, Kota Medan perlu diidentifikasi “ Bagaimana perkembangan ekonomi Kota Medan dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya?” sehingga terdapat arahan bagi pembangunan kota yang berkelanjutan.


(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir?

2. Bagaimana kondisi lingkungan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini?

3. Bagaimana pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan kawasan pesisir di sekitarnya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir.

2. Menggambarkan kondisi lingkungan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini.

3. Menganalisis pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan kawasan pesisir di sekitarnya.


(25)

1.4 Manfaat Studi

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Medan dalam mengarahkan perkembangan Kota Medan untuk menjadi kota yang Berkelanjutan sebagaimana visi dan misi Kota Medan tahun 2026.

2. Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perkembangan wilayah pesisir.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Wilayah Kota

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah didalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005).

Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang


(27)

(Jayadinata, 1992). Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.

Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).

Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prinsipnya menggambarkan proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997).

Pada umumya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota, yaitu :

a. Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk baik disebabkan karena pertambahan alami maupun karena migrasi.


(28)

b. Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat

c. Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada dasarnya adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996). Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung untuk berlokasi di kota-kota karena faktor “urbanization economics” yang diartikan sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan usaha untuk berlokasi di kota sebagai pusat pasar, tenaga kerja ahli, dan sebagainya.

Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab perkembangan suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh berbagai hal yang saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan perkembangan kota-kota. Menurut teori central place seperti yang dikemukakan oleh Christaller (Daldjoeni, 1992), suatu kota berkembang sebagai akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga menganggap bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar batas-batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan secara langsung mengembangkan pendapatan kota.


(29)

Disamping itu, hal tersebut akan menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997).

Dalam perkembangan ekonomi Kota Medan dan pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya yang menjadi faktor perkembangannya adalah jumlah industri besar dan sedang yang banyak menyerap tenaga kerja industri dan tentunya menghasilkan nilai ekspor yang besar terhadap Kota Medan. Pengaruh dan kaitannya terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnnya dapat dilihat dari asumsi-asumsi klasik pada analisis pengaruh ekonomi klasik (Sarwoko, 2005).

2.2 Kawasan Pesisir

2.2.1 Defenisi Kawasan Pesisir

Definisi kawasan pesisir adalah : wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat(Bengen, 2000:3). Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (2001), pengertian dari kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk atau


(30)

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

2.2.2 Potensi Kawasan Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat di kawasan pesisir secara garis besar terdiri dari tiga kelompok : (1) sumber daya dapat pulih (renewable resources), (2) sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan (3) jasa-jasa lingkungan (environmental services) (Dahuri, 2001). Pembangunan daerah pesisir merupakan pembangunan yang menyentuh kehidupan masyarakat dan berpengaruh pada pendapatan dan kesempatan kerja daerah pesisir. Pembangunan daerah pesisir meliputi 2 bidang yaitu (1). Pembangunan fisik daerah pesisir dan (2). Pemberdayaan kegiatan ekonomi pesisir (Miraza, 2007).

2.2.3 Aktivitas Ekonomi Kawasan Pesisir

Penggunaan pesisir telah berlangsung sejak adanya kehidupan manusia karena potensi yang besar yang dimilikinya baik berupa sumber daya hayati maupun non hayati. Dalam meninjau kondisi ekonominya tidak dapat lepas dari penggunaan lahan yang ada yang terdiri dari eksploitasi sumber daya, infrastruktur, pariwisata, serta konservasi (Kay dan Alder, 1999). Aktifitas ekonomi pada kawasan pesisir terdiri dari berbagai jenis yang umumnya terdiri dari :

a. Industri kehutanan b. Industri berat


(31)

c. Pelabuhan d. Pertambangan e. Perikanan

f. Industri perminyakan dan gas g. Pariwisata

2.2.4 Permasalahan Kawasan Pesisir

Pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti penangkapan ikan secara tradisional, budi daya tambak, penambangan terumbu karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem pesisir.

Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pesisir dan lautan di Indonesia antara lain (Harahap, 2007) :

a. Pencemaran

b. Kerusakan Fisik Habitat

c. Eksploitasi Sumber Daya Secara berlebihan d. Abrasi Pantai


(32)

2.3 Pembangunan Kota yang Berkelanjutan

Pembangunan kota yang berkelanjutan adalah suatu proses dinamis yang berlangsung secara terus-menerus, merupakan respon terhadap tekanan perubahan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Proses dan kebijakannya tidak sama pada setiap kota, tergantung pada kota-kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep tersebut saat ini adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya keberlanjutan sistem politik dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan kebijakan sehingga pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud (Salim, 1997).

Pertumbuhan kota dengan diiringi penduduk yang besar bagaimanapun akan membutuhkan area yang lebih besar, sehingga akan menimbulkan permasalahan dengan alam. Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan sebagaimana konsep E.Howard dengan Garden City-nya. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan diabaikan. Demikian juga yang disampaikan Geddes, bahwa alam merupakan unit terpenting bagi kelangsungan aktivitas kota (Salim, 1997).

2.4 Peran Kawasan Pesisir dalam Perkembangan Kota

Secara fisik, kota merupakan kawasan terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga kepinggiran kota. Hal ini memberikan gambaran konsentrasi bangunan atau areal terbangun yang ada di kota cenderung lebih besar atau lebih padat dibandingkan dengan daerah pinggiran atau daerah pedesaan.


(33)

Secara sosial, kota memberikan gambaran sebuah komunitas yang diciptakan pada awalnya untuk meningkatkan produktifitas melalui konsentrasi dan spekulasi tenaga kerja, kebudayaan dan kegiatan rekreatif.

Secara ekonomi, kota memberikan makna fungsi dasar suatu kota sebagai tempat menghasilkan penghasilan yang cukup melalui produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk kelangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan berkaitan erat dengan perkembangan kota, dimana ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan untuk keperluan pertumbuhan perkotaan, terutama untuk menerima perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan dibidang teknologi dan perubahan keadaan (Hendro, 2001).

Permasalahannya adalah bagaimana memadukan kepentingan dinamika perkembangan kota dengan fungsi ekologis yang disandang oleh kawasan pesisir sebagai penghubung antara fungsi ekonomis di wilayah daratan dan di lautan. Sebab, pengaruh pembangunan kota terhadap lingkungan adalah lebih besar daripada pengaruh pembangunan desa. Dalam kota, keadaan lingkungan alam sulit untuk dipertahankan kelestarian dalam wujud aslinya sehingga lahirlah lingkungan buatan manusia. Permasalahannya adalah, sejauh mana fungsi lingkungan alam dapat digantikan oleh lingkungan buatan manusia dan sampai seberapa jauh perubahan lingkungan tersebut mencapai titik krisis sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan manusia.


(34)

Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa tujuan utama dalam pengembangan dan pengelolaan di pesisir adalah memanfaatkan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Menurut Dahuri (2001).

Dari dimensi ekologis, agar pembangunan kawasan pesisir dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka harus memenuhi tiga persyaratan utama. Pertama, bahwa setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan di lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut. Kedua, bahwa laju pembuangan limbah ke dalam kawasan pesisir dan lautan hendaknya tidak melebihi kapasitas asimilasi kawasan tersebut. Artinya, perlu pengendalian pencemaran. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya alam kawasan pesisir dan lautan, khususnya yang dapat pulih, hendaknya tidak melampaui kemampuan pulihnya (potensi lestari) dalam kurun waktu tertentu. Artinya, perlu pemanfaatan sumber daya alam secara optimal.

Dimensi sosial ekonomi mensyaratkan bahwa laju perkembangan pembangunan hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga permintaan total atas sumber daya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan tidak melebihi kemampuan ekosistem pesisir dan lautan untuk menyediakannya.

Dimensi sosial politik, mensyaratkan bahwa perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi segenap lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sumber daya pesisir dan lautan.


(35)

Dimensi hukum dan kelembagaan mensyaratkan perlunya sistem dan kinerja hukum dan kelembagaan yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan secara berkelanjutan.

2.5 Penelitian sebelumnya

Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkenaan dengan penelitian tesis ini adalah:

1. Sinulingga (1995), menulis tesis yang berjudul “Pengaruh Kondisi Pemukiman Ketersediaan Fasilitas Kota, Transportasi dan Lapangan Kerja Terhadap

Preferensi Bermukim Para Migran Di wilayah Metropolitan MEBIDANG”.

Mengemukakan bahwa pengaruh variabel-variabel kondisi lingkungan, pemukiman, fasilitas kota, dan transportasi terhadap preferensi bermukim benar-benar sangat nyata, sedangkan pengaruh lapangan pekerjaan tidak nyata.

2. Purwoko (2005), Menulis tesis yang berjudul “Dampak Kerusakan Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove) Terhadap Pendapatan Masyarakat Pantai Di

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat”. Mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan masyarakat pantai sebelum dan sesudah terjadinya kerusakan ekosistem hutan bakau di lokasi penelitian.

3. Novita (2003), menulis tesis yang berjudul ”Pengaruh perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung terhadap perkembangan kawasan pesisir”. Mengemukakan bahwa Perkembangan Kota Bandar Lampung karena peran fungsionalnya tersebut menyebabkan munculnya perubahan yang bersifat


(36)

menyeluruh, baik ekonomi, sosial-budaya, maupun fisik yang secara jelas dapat dilihat di kawasan pesisirnya sebagai suatu kawasan yang berperan penting dalam perekonomian Kota Bandar Lampung. Perubahan fungsi kawasan pesisir diikuti dengan perubahannya secara fisik seperti ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, penggunaan ruang yang sedikit menjadi terglomerasi secara luas, serta adanya indikasi penurunan kualitas lingkungan seperti banjir, rusaknya habitat pesisir, dan sebagainya.

4. Jurnal perencanaan dan pengembangan wilayah Wahana Hijau oleh Sirojuzilam yang berjudul “Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah(Spatial Planning and Regional Planning).

5. Jurnal pembangunan wilayah dan kota oleh Samsul Ma’arif yang berjudul

“Pemetaan Tipologi Kawasan Dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

Pada Kawasan terkena Dampak Beencana ”

6. Jurnal pembangunan wilayah dan kota oleh Anwar Rusgiarto dan Sunarti yang berjudul “Strategi peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Di Tepi Kali Semarang”

2.6 Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :


(37)

(38)

2.7 Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang, masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis terhadap penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan aktifitas ekonomi Kota Medan dari potensi yang dimiliki selama 6 tahun terakhir.

2. Adanya perubahan kondisi lingkungan Kawasan pesisir di sekitar Kota Medan akibat limbah industri dan pengrusakan ekosistem saat ini.

3. Adanya pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap Perkembangan kawasan pesisir di sekitar Kota Medan.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Secara mikro ruang lingkup wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kawasan pesisir Kota Medan yang secara administratif terletak pada 17 kelurahan/desa pantai, tersebar dalam 3 kecamatan. Adapun 3 kecamatan dan 17 kelurahan tersebut adalah :

Tabel-3.1 Lokasi Kecamatan Dan Kelurahan Penelitian

No Kecamatan Kelurahan

1 Medan Belawan Belawan Bahari

2 Medan Belawan Bagan Deli

3 Medan Belawan Belawan P. Sicanang

4 Medan Belawan Belawan Bahagia

5 Medan Belawan Belawan I

6 Medan Belawan Belawan II

7 Medan Labuhan Besar

8 Medan Labuhan Tangkahan

9 Medan Labuhan Martubung

10 Medan Labuhan Sei Mati

11 Medan Labuhan Pekan Labuhan

12 Medan Labuhan Nelayan Indah

13 Medan Marelan Labuhan Deli

14 Medan Marelan Rengas Pulau

15 Medan Marelan Terjun

16 Medan Marelan Tanah Enam Ratus

17 Medan Marelan Paya Pasir


(40)

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner melalui pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung kelapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Biro Pusat Statistik (BPS), Bappeda Kota Medan, Kantor Camat, Kantor Lurah, serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

3.3 Populasi Penelitian

Dari daerah Kota Medan dipilih tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Labuhan. Kawasan ini berpenduduk 94.146 jiwa (Kecamatan Medan Belawan), 116.716 jiwa (Kecamatan Medan Marelan), 102.656 jiwa (Kecamatan Medan Labuhan) pada tahun 2005. Lebih rinci mengenai banyaknya penduduk dan rumah tangga dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :


(41)

Tabel-3.2 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan Tahun 2005

No Kecamatan Kelurahan RT Penduduk

1 Medan Belawan Belawan Bahari 2.263 10.893 2 Medan Belawan Bagan Deli 3.088 15.876 3 Medan Belawan Belawan P.Sicanang 2.811 14.058 4 Medan Belawan Belawan Bahagia 2.402 12.328 5 Medan Belawan Belawan I 3.796 20.314 6 Medan Belawan Belawan II 3.924 20.728

7 Medan Labuhan Besar 6.395 31.973

8 Medan Labuhan Tangkahan 3.016 15.078

9 Medan Labuhan Martubung 2.671 13.355

10 Medan Labuhan Sei Mati 2.412 12.058 11 Medan Labuhan Pekan Labuhan 3.844 19.222 12 Medan Labuhan Nelayan Indah 1.528 7.639 13 Medan Marelan Labuhan Deli 3.023 14.532 14 Medan Marelan Rengas Pulau 9.671 46.863

15 Medan Marelan Terjun 4.644 23.870

16 Medan Marelan Tanah Enam Ratus 4.379 20.873 17 Medan Marelan Paya Pasir 2.157 10.850

Jumlah 62.021 310.237

Sumber : BPS Kecamatan Medan Belawan,Medan Labuhan,Medan Marelan Tahun

3.4 Teknik Penentuan dan pengambilan Sampel

Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono,2003), yang mengatakan : Pertama, Ukuran Sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel.


(42)

Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori,maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. Dalam peneitian ini,sampel ditetapkan sebanyak 170 kepala keluarga. Dari 17 kelurahan ,masing-masing diambil sampel sebanyak 10 kepala keluarga. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling).

Distribusi responden berdasarkan Kelurahan diuraikan pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel-3.3 Distribusi Responden Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Labuhan

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Persentase

1 Medan Belawan Belawan Bahari 10 5,8 %

2 Medan Belawan Bagan Deli 10 5,8 %

3 Medan Belawan Belawan P.Sicanang 10 5,8 % 4 Medan Belawan Belawan Bahagia 10 5,8 %

5 Medan Belawan Belawan I 10 5,8 %

6 Medan Belawan Belawan II 10 5,8 %

7 Medan Labuhan Besar 10 5,8 %

8 Medan Labuhan Tangkahan 10 5,8 %

9 Medan Labuhan Martubung 10 5,8 %

10 Medan Labuhan Sei Mati 10 5,8 %

11 Medan Labuhan Pekan Labuhan 10 5,8 % 12 Medan Labuhan Nelayan Indah 10 5,8 % 13 Medan Marelan Labuhan Deli 10 5,8 % 14 Medan Marelan Rengas Pulau 10 5,8 %

15 Medan Marelan Terjun 10 5,8 %

16 Medan Marelan Tanah Enam Ratus 10 5,8 %

17 Medan Marelan Paya Pasir 10 5,8 %

Jumlah 170 100 %


(43)

3.5 Teknik Analisis Data

Data kuantitatif dalam bentuk angka dianalisis menggunakan analisis perhitungan agar hasil olahan data tersebut dapat menghasilkan suatu temuan atau informasi yang diinginkan. Hasil akhir dari analisis ini perlu diperkuat dengan interpretasi dan deskripsi secara kualitatif. Beberapa analisis kuantitatif yang dilakukan adalah :

1. Analisis Location Quotient

Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yaitu perekonomian sektor basis/andalan dan perekonomian sektor nonbasis. Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor basis ekonomi yang layak untuk dikembangkan di suatu wilayah/kota. Permintaan dari luar wilayah/kota akan mempengaruhi sektor basis dan nonbasis. Sektor basis yang ada di suatu daerah akan memberikan kontribusi berupa peningkatan pendapatan daerah. Dengan demikian sektor basis merupakan penggerak utama, dimana setiap perubahan yang terjadi akan memberikan efek menyebar terhadap sistem perekonomian wilayah.

Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghitung koefisien LQ

dapat berupa satuan jumlah pekerja, hasil produksi, atau satuan lainnya. Dalam penelitian ini digunakan satuan hasil produksi berupa data PDRB untuk menghitung

LQ. Persamaan matematisnya adalah (Tarigan, 2005) :

Y i

X i

PDRB Y

PDRB X


(44)

Keterangan:

Xi = Nilai tambah sektor ekonomi (i) di Kota Medan

PDRBX = Jumlah total produksi domestik regional bruto di Kota Medan Yi = Nilai tambah sektor ekonomi (i) di Sumatera Utara

PDRBY = Jumlah total produksi nasional bruto Sumatera Utara Penafsiran dari analisis LQ adalah sebagai berikut :

a. LQ > 1, menyatakan Kota Medan memiliki potensi dalam subsektor tersebut dan memiliki tingkat spesialisasi tinggi dari tingkat Provinsi Sumatera Utara. b. LQ < 1, menyatakan Kota Medan tidak memiliki potensi dalam subsektor

tersebut dan memiliki tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat Provinsi Sumatera Utara.

c. LQ = 1, menyatakan Kota Medan mencukupi dalam subsektor tersebut dan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan Provinsi Sumatera Utara

2. AnalisisShift and Share

Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan yang terdapat dalam wilayah/daerah yang dihitung berdasarkan data PDRB maupun tenaga kerja dalam dua satuan waktu (Tarigan, 2005). Secara garis besar analisis ini dibagi dalam tiga bagian kelompok besar, yaitu Komponen National Share (Ns), Komponen Proportional Share (Ps) dan Komponen Differential Shift (Ds). a. Komponen National Share (Ns)


(45)

Komponen National Share adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengukur kinerja ekonomi pada perekonomian acuan, dalam penelitian ini yang menjadi wilayah acuan adalah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa Kota Medan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan Provinsi Sumatera Utara secara umum. Untuk menghitung Komponen Share ini digunakan Formula sebagai berikut :

n t i r n t N t N n t i r t

i E E E E

Ns, = ,, ( , / , )− ,, ....(2)

Keterangan :

Ns = Komponen National Share

EN,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara akhir tahun kajian EN,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara awal tahun kajian Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian Indikator ekonomi yang digunakan dalam formula ini merupakan jumlah total nilai PDRB dari setiap sektor perekonomian yang berada dalam daerah hitung.

b. Komponen Proportional Share (Ps)

Komponen Proportional Share ini merupakan suatu komponen yang digunakan untuk mengukur perbedaan sektor ekonomi acuan, yaitu Provinsi Sumatera Utara, dengan pertumbuhan agregat. Jika hasil dari perhitungan ini bernilai positif, maka berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya jika negatif maka sektor tersebut dianggap mempunyai kinerja yang menurun.


(46)

Untuk menghitung Komponen Pertumbuhan Proporsional digunakan Formula sebagai berikut :

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝

⎛Δ Δ

= − − − n t N t N n t i N t i N n t i r t i r E E E E E P , , , , , , , , , , ...(3) Keterangan :

Ps = Komponen Proporsional Share

EN,i,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i akhir tahun kajian EN,i,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i awal tahun kajian

EN,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera akhir tahun kajian EN,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera awal tahun kajian

Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian c. Komponen Differential Shift (Ds)

Komponen Differential Shift adalah suatu komponen yang digunakan untuk mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian yang berada pada daerah acuan. Dalam hal ini, sektor-sektor lokal adalah sektor-sektor yang terdapat di Kota Medan terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Apabila komponen ini memiliki nilai positif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa daya saing sektor lokal Kota Medan meningkat dibandingkan dengan sektor yang sama pada ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan apabila bertanda negatif maka akan terjadi sebaliknya.

Untuk menghitung Komponen Differential Shift maka digunakan formula sebagai berikut :


(47)

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝

⎛Δ Δ

= − − − n t N t N n t i N t i N n t i r t i r E E E E E D , , , , , , , , , , ...(4) Keterangan :

Ds = Komponen Differential Shift

EN,i,t = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i akhir tahun kajian EN,i,t-n = Indikator ekonomi Provinsi Sumatera Utara sektor i awal tahun kajian

EN,t = Indikator ekonomi Kota Medan sektor i akhir tahun kajian EN,t-n = Indikator ekonomi Kota Medan sektor i awal tahun kajian Er,i,t-n = Indikator ekonomi sektor i Kota Medan Utara awal tahun kajian

Pertumbuhan Ekonomi (PE) kota adalah merupakan penjumlahan dari komponen-komponen National Share, Komponen proporional Share dan Komponen Differential Shift, yang di formulasikan sebagai berikut:

PE = ( Ns + P + D ) ...(5)

Setelah meninjau pertumbuhan kinerja ekonomi, daya saing, dan maju atau kurang majunya sektor-sektor, maka dilakukan pula identifikasi sektor-sektor strategis yang memiliki keunggulan guna dikembangkan lebih lanjut. Untuk melihat sektor-sektor yang memiliki keunggulan, maka dapat dilihat diagram yang didapat berdasarkan penempatan nilai Ds dan Ps dari tiap sektor.


(48)

Kuadran II Agak Mundur

Kuadran I Unggul

Kuadran I I I Mundur

Kuadran II Agak Unggul

Ps

Ds ( - )

( - )

(+) (+)

Gambar 3.1 Diagram Penentuan Sektor Unggulan Kota Medan Sumber: Budiharsono, 2001

Analisis ini bertujuan untuk mengambarkan perkembangan ekonomi Kota Medan dalam kaitannya dengan potensi ekonomi yang dimiliki. Data yang diolah terhitung dari tahun 2000-2005. Alasan digunakannya tahun kajian selama 6 tahun yang dimulai dari tahun 2000 karena berdasarkan harga konstan tahun 2000 yang menjadi acuan nilai PDRB yang dipakai. Sedangkan akhir tahun kajian digunakan tahun 2005 karena data tahun 2006 belum tersedia.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi adalah suatu teknik statistik parametrik yang dapat digunakan untuk (1) melakukan peramalan atau prediksi besarnya variasi yang terjadi pada variabel Y berdasarkan variabel X, (2) menentukan bentuk hubungan antara


(49)

variabel X dengan variabel Y, (3) menentukan arah dan besarnya koofisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisa pengaruh antara variabel, dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis keempat analisis regresi linier berganda dapat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan pengaruh antara faktor- faktor perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitarnya. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Medan adalah jumlah industri (X1), jumlah tenaga kerja industri (X2), dan nilai ekspor regional (X3). Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengetahui perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitar Kota Medan adalah pendapatan (Y1), Jumlah industri rumah tangga (Y2), lapangan kerja (Y3). Dimana hubungan dan pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) akan dianalisis atas 3 model. Untuk mengetahui dimana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model sebagai berikut :

a . Y1 = g0 + g1X1 + g2X2 + g3X3 + i1

Keterangan :

Y1 = Pendapatan masyarakat rumah tangga kawasan pesisir

g0 = Konstanta

g1 , g2, g3 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Jumlah industri Kota Medan


(50)

X3 = Nilai ekspor regional Kota Medan

i1 = Error Term

b . Y2 = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + i2

Keterangan :

Y2 = Jumlah tenaga kerja industri rumah tangga kawasan pesisir

= Konstanta

1, 2, 3 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Jumlah industri Kota Medan

X2 = Jumlah tenaga kerja industri Kota Medan

X3 = Nilai ekspor regional Kota Medan

i2 = Error Term

c . Y3 =h0 + h1X1 + h2X2 + h3X3 + i3

Keterangan :

Y3 = Jumlah industri rumah tangga kawasan pesisir

h0 = Konstanta

h1,h2,h3 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Jumlah industri Kota Medan

X2 = Jumlah tenaga kerja industri Kota Medan

X3 = Nilai ekspor regional Kota Medan

i3 = Error Term

Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi pesisir sekitarnya. Data yang diolah


(51)

terhitung dari tahun 2000-2005. Alasan digunakannya tahun kajian selama 6 tahun yang dimulai dari tahun 2000 karena berdasarkan harga konstan tahun 2000 yang menjadi acuan nilai PDRB yang dipakai. Sedangkan akhir tahun kajian digunakan tahun 2005 karena data tahun 2006 belum tersedia.

Pengujian model

Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent (bebas) secara individu dan secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat).

Pengujian secara individu (Uji t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel bebas (independent variabel) secara individu terhadap variabel terikat (dependent variabel), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) :

H0 : 1 = 0 (tidak ada pengaruh X terhadap Y) Ha : 1≠ 0 (ada pengaruh X terhadap Y)

Artinya hipotesis nol H0 menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatif Ha menyatakan ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai thitung > ttabel, pada tingkat kepercayaan 5%


(52)

hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif Ha diterima. Berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pengujian berganda (F test)

Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas (independent variabel) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent variabel).Uji F dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) :

H0 : 1 = 0 (tidak ada pengaruh X terhadap Y). Ha : 1≠ 0 (ada pengaruh X terhadap Y).

Artinya hipotesis nol H0 menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatif Ha menyatakan ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Jika nilai Fhitung > Ftabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol ditolak.

Uji R2

Nilai R2 (koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar variasi-variasi variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai ini berkisar antara nol dan satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi-variasi variabel independen. Untuk memudahkan penelitian maka penulis menggunakan alat bantu software program


(53)

MINITAB 14.0 untuk menganalisis pengaruh perkembangan ekonomi Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi kawasan pesisir sekitar Kota Medan.

3.6 Definisi dan Batasan Operasional

Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka defenisi dan pengukuran yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Kawasan pesisir, yaitu bagian dari suatu wilayah yang secara administratif masuk dalam lingkup kota tetapi memiliki kekhasan pesisir terutama dikaitkan dengan kondisi fisik geografis.

2. Perkembangan ekonomi Kota Medan dimaksud adalah perkembangan ekonomi yang akan diidentifikasi melalui potensi ekonomi yang dimiliki.

3. Perkembangan kawasan pesisir sekitar yang dimaksud adalah perkembangan kawasan pesisir di sekitar wilayah perkotaan.

4. Nilai Ekspor adalah nilai jual suatu barang keluar Kota Medan yang diterima pemerintah Kota Medan setiap tahunnya.

5. Pendapatan adalah pendapatan rata-rata masyarakat kawasan pesisir objek penelitian setiap tahunnya.

6. Tenaga kerja industri adalah Tenaga kerja produktif yang bekerja pada industri besar atau sedang di Kota Medan.

7. Industri adalah sejumlah industri berkategori besar dan sedang yang berada di Kota Medan.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Kota Medan 4.1.1 Kedudukan Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur. Sepanjang wilayah utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi


(55)

mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2 Kondisi Sosial Kependudukan

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, dan agama merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam


(56)

menjalani kehidupan secara bermartabat. Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di Kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program kependudukan di Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi : pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.


(57)

Tabel-4.1 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2000–2005

T a h u n Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk

Luas Wilayah (Km²)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)

2000 1.904.273 1,01 265,10 7.183

2001 1.926.052 1,17 265,10 7.267

2002 1.963.086 1,94 265,10 7.408

2003 1.993.060 1,51 265,10 7.520

2004 2.006.014 0,63 265,10 7.567

2005 2.036.018 1,50 265,10 7.681

Sumber: BPS, 2007

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2000 – 2005 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1,92 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 2,03 juta jiwa pada tahun 2005. Demikian juga kepadatan penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.183 jiwa/Km2 pada tahun 2000 menjadi 7.681 jiwa/Km2 tahun 2005. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa :


(58)

b. Di kota lebih mudah mencari pekerjaan

c. Tidak ada lagi yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya d. Upaya mencari nafkah yang lebih baik

Walaupun selama periode 2000–2005, pertumbuhan penduduk Kota Medan cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,33% per tahun. Pertambahan penduduk yang relatif kecil, tidak terlepas dari upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran, melalui program Keluarga Berencana (KB) sehingga cenderung menjadikan angka kelahiran menurun.

Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters di Kota Medan. Jumlah penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, sedang pada malam hari diperkirakan 2.036.180 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan. Bila arus commuters cenderung mendorong terjadinya peningkatan jumlah penduduk, maka peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan angka pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2005 berada pada persentase yang relatif kecil. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan calon orang tuayang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga juga semakin meningkat. Pandangan bahwa jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih


(59)

ringan, telah mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep untuk menjadi Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Sebahagian PUS baru, bahkan memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan physikologis lainnya. Kebijakan pembangunan kota selama periode 2000–2005 juga dipengaruhi komposisi penduduk Kota Medan, baik sebagai obyek maupun subjek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya. Ciri penting lainnya dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan agama, adat istiadat, seni budaya dan suku yang sangat heterogen. Oleh karenanya, salah satu ciri utama masyarakat Kota Medan adalah “terbuka”. Pluralisme kependudukan ini juga yang menjadikan sebahagian mereka yang berkunjung ke Kota Medan mendapat kesan Miniatur Indonesia di Kota Medan, ditambah dengan “Melting Potnya Kebudayaan Bangsa”.

4.1.3 Kondisi Perekonomian

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Provinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah Provinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi


(60)

yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional.

Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2005, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 1,33%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara. Diberlakukannya Undang-Undang No: 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


(61)

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.

Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan

c. Pinjaman Daerah d. Penerimaan yang sah

Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari


(62)

alokasi pusat (dana perimbangan/dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.

Tabel-4.2 Realisasi APBD Kota Medan Tahun 2000 – 2005

Tahun Realisasi (Rupiah)

2000 204.336.107.826,67 2001 568.639.837.266,58 2002 722.197.831.000 2003 1.079.834.024.000 2004 1.123.865.492.000 2005 1.228.649.091.079,96


(63)

Disadari salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Pengembangan kebutuhan infrastruktur ini sekaligus diharapkan dapat memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat, mobilitas penduduk, arus barang dan jasa, serta informasi dengan biaya yang semakin murah.

Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menekan biaya pengangkutan, menciptakan akses kepada pasar regional dan internasional sekaligus memperluas pelayanan jasa perkotaan. Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kenderaan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Dalam koordinasi pemerintah provinsi juga direncanakan pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah hinterlandnya. Disamping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh provinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan


(1)

c. Perkembangan ekonomi Kota Medan dari segi jumlah industri, jumlah tenaga kerja indusri, dan nilai ekspor regional tidak berpengaruh terhadap jumlah industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar. Sehingga tidak terjadi peningkatan signifikan jumlah industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan.

7. Permasalahan lingkungan di kawasan pesisir Kota Medan yang paling menonjol adalah kerusakan fisik habitat pesisir akibat aktivitas manusia untuk kepentingan pemukiman dan pembangunan infastruktur yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem.

8. Kawasan pesisir Kota Medan hanya menerima dampak negatif dari perkembangan Kota Medan. Kerusakan lingkungan dikawasan pesisir terjadi antara lain akibat dampak perkembangan industri di Kota Medan yang tidak melakukan treament secara benar. Hal ini jelas sangat merugikan masyarakat di kawasan pesisir Kota Medan.


(2)

5.2 Saran

Dari studi yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Agar pemerintah Kota Medan membuat program-program peningkatan terhadap pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan industri rumah tangga masyarakat kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Sehingga perekonomian kawasan pesisir sekitar Kota Medan yang tertinggal dapat terpacu peningkatannya. Sebaiknya juga pemerintah Kota Medan membuat program terhadap peningkatan sumber daya manusia masyarakat kawasan pesisir sekitarnya, agar masyarakat kawasan pesisir mengerti akan ketimpangan ekonomi yang mereka alami.

2. Pemerintah Kota Medan sebaiknya benar-benar melihat dampak terhadap pencemaran lingkungan yang ada di kawasan pesisir sekitar Kota Medan. Hal ini dikarenakan bahwa pencemaran itu seyogyanya harus bemar-benar dicegah, dikurangi, dan dibatasi khususnya pencemaran akibat perkembangan industri di Kota Medan.

3. Salah satu alternatif upaya menyeimbangkan fungsi strategis kawasan pesisir Kota Medan dalam aspek ekonomi dan lingkungan adalah optimalisasi peran kawasan pesisir dengan merelokasi beberapa fungsi dari kawasan pesisir yang terlalu ramai ke kawasan pesisir yang relatif kurang perkembangannya.

4. Diharapkan kepada pemerintah Kota Medan agar isu eksistensi dari ekosistem pantai/pesisir perlu menjadi perhatian dan disosialisasikan terus-menerus pada masyarakat serta menggalakkan peran serta masyarakat dan kemitraan dengan


(3)

swasta dalam memecahkan masalah pengelolaan lingkungan hidup tanpa harus ada yang dirugikan.

5. Diharapkan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dengan studi pengembangan wilayah Kota Medan, khususnya perkembangan kawasan pesisir sekitar Kota Medan dapat meneliti aspek-aspek lain yang belum sempat diteliti secara mendalam pada hasil penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Beatley, T dan Manning, K. 1997. The Ecology Place Planning for Environment, Economy, and Community. Washington: Island Press.

Budiharjo, Eko. 1996. Kota Berkelanjutan. Bandung: Penerbit Alumni

Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut. Jakarta: Pradnya Paramita.

Catanese, J. Anthony dan Snyder, C. James. 1989. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.

Dahuri, Rokhmin. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni

Djoyodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Haeruman Js, Herman. 1997. Instrumen-instrumen Penerapan Strategi Pembangunan

Berkelanjutan. Jakarta: PT Gramedia.

Hauhton, Graham and Colin Haunter. 1994. Sustainable Cities. London: Regional Studies Association.

Hasan Miraza, Bachtiar. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Bandung: ISEI Hendro K, Raldi. 2001. Dimensi Keruangan Kota, Teori dan Kasus. Jakarta: UI

Press.

Harahap, Hamdani. 2007. Makalah Pembinaan Sosial Budaya Dan Politik Masyarakat Pesisir Sumatera Utara .

Ilhami. 1990. Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.

Jayadiningrat, Johara T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan wilayah. Bandung: Penerbit ITB


(5)

Kay, Robert & Alder, Jacqueline. 1999. Coastal Planning and Management. New York: E & F Spon An Imprint of routledge.

Marbun, BN. 1992. Kota Indonesia Masa Depan. Jakarta: Erlangga.

M. Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

Ma’arif, Samsul. 2006. Jurnal pembangunan wilayah dan kota“Pemetaan Tipologi Kawasan Dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat Pada Kawasan terkena Dampak Beencana ”.

Nainggolan, R.E. 2007. Makalah Agromarinepolitan Sumatera Utara. Bappeda Medan

R Clark, Jhon. 1996. Coastal Zone Management Handbook.

Renstra, www.google.co.id/Renstra Pesisir Sumatera Utara. Dikunjungi tanggal 29 November 2007

Sabari Yunus, Hadi. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salim, Emil. 1997. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Sarwoko, Dasar – Dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Sinulingga, Budi D. Pembangunan Kota Tinjauan Regional Dan Lokal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Sirojuzilam. 2007. Jurnal Wahana Hijau“Perencanaan Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah(Spatial Planning and Regional Planning).

Sugandhy, Aca. 1999. Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia.

Sunarti, dan Rusgiarto, Anwar . 2005. Jurnal pembangunan wilayah dan kota “Strategi peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Di Tepi Kali Semarang”.


(6)

Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Tarigan, Robinson. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Winarsunu, Tulus. 1996. Statistik Teori dan Aplikasinya Dalam Penelitian. Malang: Pusat Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.