1
Millah Fithriyani, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA KELAS V PADA MATERI MENGOMENTARI PERSOALAN FAKTUAL Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah.
Manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya melalui perantara bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan pikiran dan
perasaannya, baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain. Mencermati pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari, wajar jika dalam lingkungan
pendidikan formal pembelajaran bahasa, selalu mendapat perhatian lebih banyak. Pembelajaran bahasa dalam sistem pendidikan di Indonesia menjadi mata
pelajaran wajib pada semua satuan dan jenjang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
berkomunikasi khususnya di dunia pendidikan. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan bahasa yang sangat
penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Keterampilan berbicara mempunyai fungsi yang sangat penting terutama di
kelas tinggi sekolah dasar yakni menjadikannya dasar bagi keberhasilan pada jenjang pendidikan selanjutnya, kelas V Sekolah Dasar SD merupakan kelas
tinggi sebelum ia mempersiapkan mental di kelas selanjutnya. Oleh karenanya siswa dituntut untuk lebih berani dan aktif berbicara dihadapan teman-temannya
yang lain dalam mengungkapkan pendapat ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan guru selalu memotivasi kegiatan belajarnya sehingga semua
siswa mendapat giliran berbicara. Yang dimaksud dengan pelaksanaan proses belajar mengajar adalah proses
berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan
Millah Fithriyani, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA KELAS V PADA MATERI MENGOMENTARI PERSOALAN FAKTUAL Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pendidikan disekolah. Jadi, pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada dan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Suryosubroto 2009: 29
Berdasarkan hasil observasi awal pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Serang 3. Ditinjau dari sisi mengajar guru, sikap siswa saat belajar,
sampai kepada kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung. Dari cara mengajar guru, guru sudah menyampaikan materi dengan begitu luwes sehingga bagi
peneliti pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami, namun kenyataan di lapangan mengatakan ada beberapa siswa yang tidak bisa mengikuti
pembelajaran dengan maksimal. Faktor yang menjadi penyebabnya adalah konsentrasi siswa terpecah karena tergoda dengan siswa lain yang mengajak
bergurau. Sikap siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara menunjukkan rasa takut dan malu dalam mengeluarkan
pendapat. Ini disebabkan kurangnya kosa kata siswa dalam merangkai kalimat yang dituangkan dalam berpendapat mengenai sebuah persoalan. Didukung
dengan kondisi kelas yang melebihi kapasitas, siswa kelas VA dan VB yang terdiri dari masing-masing 54 siswa. Ini menjadi kendala bagi guru untuk
mengkondisikan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran ini pun belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM, yaitu sebesar 64,56 sedangkan KKM pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Serang 3 adalah 75.
Problematika lain pun ditemukan ketika kegiatan wawancara dilakukan bersama wali kelas yang juga merangkap sebagai guru bahasa Indonesia di SDN
Serang 3. Guru cenderung lebih dominan pada teori kebahasaan sehingga keterampilan berbicara belum tercapai secara optimal. Terbukti siswa masih takut
mengemukakan pendapat dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi. Siswa yang memiliki rasa kurang percaya diri didominasi oleh siswa yang aktif dalam
berbicara sehingga mereka merasa sudah terwakili oleh siswa yang aktif dalam berbicara. Didukung dengan jumlah siswa yang tidak sedikit, sehingga guru hanya
mengambil sampel atau beberapa siswa saja ketika pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung. Siswa beranggapan belajar berbicara di depan kelas
itu sangat sulit karena tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengungkapkan
Millah Fithriyani, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA KELAS V PADA MATERI MENGOMENTARI PERSOALAN FAKTUAL Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
idenya. Pembelajaran yang dilakukan tidak terlepas dari pembelajaran konvensional dan guru pun menambahkan bahwa metode, pendekatan bahkan
model pembelajaran tidak harus selalu digunakan melainkan disesuaikan menurut kebutuhan. Untuk itu pembelajaran keterampilan berbicara perlu ditingkatkan
guna mendapatkan solusi yang efektif. Sehingga siswa yang mengalami rasa minim percaya diri mendapatkan hak yang sama dalam berbicara baik di kelas
maupun di luar kelas. Terutama dalam perkembangan berbicara pada saat pembelajaran berlangsung.
Guru berusaha menciptakan kondisi atau suasana pembelajaran yang ideal begitu juga dengan siswa mendambakan pembelajaran yang menyenangkan dan
mudah dipahami. Untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru dan siswa agar terciptanya simbiosis mutualisme yakni kedua belah pihak akan saling
menguntungkan satu sama lain. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan stimulus serta respon yang berkesinambungan sehingga tercipta hasil yang efektif
dan efisien. Pembelajaran yang ideal terbentuk karena adanya perencanaan yang matang. Agar terciptanya pembelajaran yang ideal komponen-komponen berikut
ini haruslah terealisasikan. Diantaranya yaitu persiapan mengajar yang sistematis, penggunaan pendekatan, strategi, teknik bahkan model yang variatif, pemanfaatan
waktu yang efisien dan terjadinya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, berangkat dari permasalahan ini peneliti mencoba
mendiskusikannya dengan guru kelas tentang pendekatan, strategi, teknik bahkan model pada sebuah metode apa yang paling tepat untuk keterampilan ini.
Akhirnya peneliti pun membuat sebuah gagasan untuk memakai model pembelajaran diskusi kelompok atau yang sering disebut dengan cooperative
learning tipe talking stick yaitu model pembelajaran diskusi dengan tongkat sebagai sarana berbicara siswa. Adapun tujuannya yaitu mengajukan dan
mempertahankan pendapatnya dalam diskusi di kelas serta agar tidak adanya siswa yang mendominasi saat kegiatan belajar berlangsung.
Alasan peneliti menggunakan model ini, karena dengan model pembelajaran tipe talking stick ini dapat diikuti oleh semua siswa di kelas dan dapat pula
dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Yang perlu mendapatkan perhatian
Millah Fithriyani, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA KELAS V PADA MATERI MENGOMENTARI PERSOALAN FAKTUAL Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
adalah para siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi dan tidak mendominasi siswa lain. Semakin banyak siswa terlibat dan
menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari, sehingga dapat diukur seberapa besar pengaruh dari penerapan model
pembelajaran tipe talking stick ini. “Diskusi merupakan percakapan ilmiah oleh
beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah untuk mendapatkan jawaban atas suatu
masalah” Suryosubroto, 2009: 167. Berdasarkan uraian diatas peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dan
menuangkannya dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas V Pada Materi Mengomentari Persoalan Faktual” Santa: 2009 mengatakan bahwa dalam penelitian yang sebelumnya sudah
menerapkan metode diskusi kelompok ini dan aspek keterampilan yang berbeda dan hasilnya berhasil.
B. Identifikasi Masalah Penelitian