EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VII DI SMP NEGERI 3 UNGARAN

(1)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

TALKING STICK

TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

TIK KELAS VII DI SMP NEGERI 3 UNGARAN

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh

Henny Listiana NIM. 5302411251

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii


(3)

iii


(4)

(5)

v Motto:

1. Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Qs. An-Najm : 39)

2. Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang mudah kau makan, engkau tidak akan meraih kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran (HR. Muslim)

Persembahan:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Subawi dan Ibu Jumini yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, bimbingan dan doa untukku 2. Adik kesayanganku Nanang Dwi Wicaksono


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran”.

Penulis menyadari bahwa dengan terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatkhur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Suryono, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitasnya demi kelancaran studi

3. Feddy Setio Pribadi, S.T, M.T. selaku Ketua Prodi PTIK Universitas Negeri Semarang yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini 4. Drs. Yohanes Primadiyono, M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

5. Dra. Tatik Arlinawati, M.Pd selaku Kelapa Sekolah SMP Negeri 3 Ungaran yang telah memberikan izin penelitian

6. Susilo Utami, S.Pd, M.Pd selaku guru TIK SMP Negeri 3 Ungaran yang telah memberikan bimbingan selama penelitian

7. Seluruh keluarga besar yang memberikan dukungan untukku

8. Novita Indarni dan Gustita Ratu, sahabat sekaligus sepupuku yang selalu memberikan semangat

9. Teman-teman PTIK Unnes 2011 untuk kebersamaan selama ini

10. Teman-teman Rombel Lima (Romli) untuk pertemanan dan kebersamaan 11. Sahabat RMLH terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan. Perjalanan

bersama kalian menorehkan banyak pengalaman dan pelajaran begitu berarti. 12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi


(7)

vii


(8)

viii ABSTRAK

Listiana, Henny. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Drs. Yohanes Primadiyono, M.T

Proses pembelajaran TIK di SMP Negeri 3 Ungaran masih didominasi oleh guru (Teacher Centered) yang sebaiknya berorientasi pada siswa (Student Centered) hal tersebut membuat siswa cenderung tidak aktif. Ketidakaktifan siswa berdampak pada hasil belajar yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Permasalahan pembelajaran TIK tersebut dapat diminimalkan dengan adanya model pembelajaran yang bervariasi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran.

Bentuk eksperimen dalam penelitian ini adalah quasi experimental design menggunakan jenis nonequivalent control group design. Nonequivalent control group design hampir sama dengan pretest-posttest control design. Hanya dalam dalam desain kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran. Terpilih sampel siswa kelas VII I sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, kelas VII J sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ceramah, kelas VII H sebagai kelas uji coba instrumen.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 78,97 dan siswa kelas kontrol sebesar 74,02. Berdasarkan hasil uji hipotesis rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75 yaitu sebesar 78,97. Persentase jumlah siswa yang hasil belajarnya pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75 % yaitu sebesar 82,35 %. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah yaitu pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sebesar 78,97 sedangkan pada siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah sebesar 74,02. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif digunakan dalam pencapaian hasil belajar Mata Pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran.


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ...vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PEDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

1.7 Penegasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kajian Teori ... 10

2.2 Penelitian yang Relevan... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

2.4 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.2 Populasi dan Sampel ... 33

3.3 Variabel Penelitian ... 34


(10)

x

3.5 Prosedur Penelitian ... 36

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 37

3.7 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.2 Analisis Data Awal ... 59

4.3 Analisis Data Akhir ... 62

4.4 Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP ... 76

5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel hal.

2.1 Kriteria Penentuan KKM ...12

2.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif ...15

3.1 Persentase Validitas Butir Soal ...40

3.2 Nilai Taraf Kesukaran ...41

3.3 Persentase Kesukaran Butir Soal ...42

3.4 Kriteria Daya Beda Soal ...43

3.5 Persentase Daya Beda Butir Soal ...43

3.6 Kategori Keaktifan ...48

3.7 Kriteria Nilai Gain ...49

4.1 Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...57

4.2 Kemampuan Awal Siswa ...59

4.3 Kemampuan Akhir Siswa ...60

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Awal ...61

4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Awal...62

4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Awal ...63

4.7 Hasil Uji Normalitas Data Akhir ...64

4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Akhir ...65


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar hal

2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ...22

3.1 Desain Penelitian ...31

4.1 Diagram Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...58


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Daftar Siswa Kelas Uji Coba (VII H) ...83

2. Daftar Siswa Kelas Eksperimen (VII I) ...84

3. Daftar Siswa Kelas Kontrol (VII J)...85

4. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ...86

5. Lembar Soal Tes Uji Coba ...95

6. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Uji Coba ...103

7. Analisis Vaiditas, Reliablitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Uji Coba ...104

8. Perhitungan Validitas Soal ...114

9. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ...116

10. Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ...118

11. Perhitungan Daya Pembeda Soal ...120

12. Lembar Soal Pretest ...122

13. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Pretest ...124

14. Lembar Soal Posttest ...125

15. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Posttest ...129

16. Uji Normalitas Data Awal Kelas Eksperimen ...130

17. Uji Normalitas Data Awal Kelas Kontrol ...132

18. Analisis Uji Homogenitas Data Awal ...134

19. Uji Kesamaan Rata-rata Data Awal Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...136

20. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...138

21. Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen ...140

22. Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol ...142

23. Analisis Uji Homogenitas Data Akhir ...144

24. Uji Hipotesis Ketuntasan Belajar Individual ...146


(14)

xiv

26. Uji Hipotesis Kesamaan Dua Rata-rata ...150

27. Silabus Kegiatan Pembelajaran ...151

28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ...155

29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ...162

30. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan 1 ...168

31. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan 1 ...174

32. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...179

33. Lembar Kegiatan Siswa ...186

34. SK Pembimbing ...194

35. Surat Permohonan Izin Observasi ...195

36. Surat Permohonan Izin Penelitian ...196

37. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ...199


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan adalah sebuah proses untuk mengembangkan potensi manusia. Menurut KBBI pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan . Tingkat keberhasilan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas pendidikan negara tersebut. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Hal ini menuntut pemerintah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Oleh karena itu diharapkan adanya pendidikan yang baik agar tercipta generasi penerus bangsa berpendidikan yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.

Puskur Diknas (2007) menjelaskan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini merupakan salah satu bangunan dasar pembentuk masyarakat modern. Sudah banyak negara yang mengarahkan perkembangan masyarakatnya untuk memahami dan menguasai TIK sebagai bagian kurikulum inti di lembaga pendidikan formal. Hal ini terkait untuk meningkatkan peran generasi muda dalam menguasai informasi dan pengetahuan melalui perkembangan TIK.


(16)

Menurut UU No.2 Tahun 2000 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan iptek serta jenjang masing-masing lingkungan.

SMP Negeri 3 Ungaran merupakan salah satu SMP Negeri di Kabupaten Semarang. Kurikulum yang digunakan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Mulyasa (2006:20) KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yakni sekolah dan satuan pendidikan. Guru memiliki peran yang cukup penting dalam pelaksanaan kurikulum sehingga untuk keberhasilan KTSP guru diharapkan untuk kreatif, inovatif, mandiri, mampu bekerja sama dengan komponen pembelajaran lain.

Berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran TIK yang telah dilaksanakan selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan sebelum penelitian yakni bulan maret 2015, didapatkan bahwa pembelajaran yang kurang inovatif disebabkan karena tidak terciptanya hubungan dua arah antara guru dengan siswa. Hal ini juga disebabkan karena siswa kurang aktif. Dimana guru memberikan ceramah di depan kelas, sedangkan siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru. Kegiatan ini hanya efektif di awal pembelajaran, setelah pembelajaran berlangsung cukup lama siswa merasa bosan dan tidak lagi fokus ke materi yang disampaikan. Hal tersebut yang dianggap menyebabkan hasil belajar


(17)

siswa kurang optimal. Sehingga perlu diberikan inovasi baru dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif.

Slavin (2005 : 4) menjelaskan bahwa Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan - tujuan tertentu seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah mengidentifikasikan metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarakan berbagai macam pelajaran.

Talking Stick adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Suprijono (2010,109-110) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Talking Stick yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tongkat berbicara. Pembelajaran metode Talking Stick diawali dengan penjelasan materi dari guru, kemudian guru memberikan tongkat kepada salah seorang siswa yang kemudian siswa tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Tongkat tersebut bergulir dan diiringi oleh musik, ketika musik berhenti maka tongkat juga berhenti. Disaat itulah siswa yang memegang tongkat wajib berbicara dalam arti siswa tersebut harus menjawab pertanyaan. Hal tersebut diulangi terus-menerus sampai semua siswa mendapatkan pertanyaan. Akhir dari pembelajaran tipe Talking Stick adalah guru memberikan ulasan terhadap jawaban yang dikemukakan siswa dan bersama - sama merumuskan kesimpulan.


(18)

Menurut Rifai dan Anni (2011:85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Hasil belajar adalah salah satu tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa sangat diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah pada umumnya hanya guru yang berperan aktif sehingga terkesan permbelajaran tersebut hanya didominasi oleh materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Khasanah (2013) didapatkan bahwa: (1) rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih dari 71 pada materi pokok bentuk aljabar; (2) rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada materi pokok bentuk aljabar kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan; (3) persentase jumlah siswa dengan hasil belajar 71 model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih dari 80% pada materi pokok bentuk aljabar kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan; dan (4) persentase jumlah siswa dengan hasil belajar 71 pada kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih besar daripada persentase jumlah siswa dengan hasil belajar 71 pada kelas dengan model pembelajaran konvensional materi pokok


(19)

bentuk aljabar kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan. Dari rincian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional materi pokok bentuk aljabar kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan sendiri apakah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa jenuh dengan metode pembelajaran ceramah yang diberikan guru sehingga siswa perlu diperlukan metode pembelajaran yang bervariasi.

2. Komunikasi antara siswa dengan guru ketika proses pembelajaran hanya berjalan searah sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang kurang maksimal

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan waktu penelitian, maka peneliti memfokuskan pembatasan masalah sebagai berikut:


(20)

1. Kejenuhan siswa terhadap pembelajaran TIK yang disampaikan guru dengan metode ceramah dapat diatasi dengan memberikan model pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa jenis model pembelajaran kooperatif maka peneliti mengambil alternatif pembatasan dan memfokuskan pada “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick”

2. Rata-rata hasil belajar siswa TIK siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran kurang optimal, tetapi rata-rata hasil belajar yang dicapai di suatu kelas tidak mencapai nilai maksimal. Maka peneliti membatasi masalah pencapaian rata-rata hasil belajar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian merupakan tolak ukur keberhasilan dalam penelitian. Adapun penelitian ini secara umum bertujuan: Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran.


(21)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran TIK.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi Guru

(1) Mendukung munculnya kreatifitas guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa bosan selama menerima materi pembelajaran

(2) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dapat membantu guru dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa

1.6.2.2 Bagi Siswa

(1) Memperoleh pembelajaran aktif dan menyenangkan

(2) Membantu siswa dalam berkomunikasi dan bersosialisasi lebih baik dengan guru maupun dengan siswa lain

(3) Melengkapi pengalaman-pengalaman dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi maupun praktik


(22)

1.6.2.3 Bagi Sekolah

(1) Masukan kepada sekolah sebagai bahan kajian dalam usaha perbaikan proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik sehingga mutu pembelajaran dapat meningkat

1.6.2.4 Bagi Peneliti

(1) Menjadi dasar peneliti untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar ketika nanti menjadi pendidik

1.7 Penegasan Istilah

1.7.1 Efektivitas

Efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Sedangkan efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah direncanakan.

1.7.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Pembelajaran Kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, selain guru dan sumber belajar yang lainnya (Wena, 2009:190)

Talking Stick adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini membantu siswa untuk selalu berpikir aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran metode Talking Stick diawali dengan penjelasan materi dari guru,


(23)

kemudian guru memberikan tongkat kepada salah seorang siswa yang kemudian siswa tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Tongkat tersebut bergulir dan diiringi oleh musik, ketika musik berhenti maka tongkat juga berhenti. Disaat itulah siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan. Hal tersebut diulangi terus-menerus sampai semua siswa mendapatkan pertanyaan. Akhir dari pembelajaran tipe Talking Stick adalah guru memberikan ulasan terhadap jawaban yang dikemukakan siswa dan bersama-sama merumuskan kesimpulan.

1.7.3 Hasil Belajar

Menurut Rifai dan Anni (2011:85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.


(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Efektivitas

Menurut Mulyasa (2002:82) efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

L.L. Psaribu dan B.Simanjutak dalam Indriyani (2013) mengemukakan bahwa dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana

2. Belajar siswa, yang menyangkut dimana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar

Efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa tolak ukur keberhasilan suatu tindakan atau usaha. Dalam hal ini efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas model pembelajaran yang dinilai dari keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran.

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran pada materi pokok perangkat lunak program aplikasi. Pada penelitian ini model pembelajaran Talking Stick dikatakan efektif jika memenuhi indikator sebagai berikut:


(25)

(1) Rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75;

(2) Persentase jumlah siswa dengan hasil belajar 75 model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75% dari jumlah siswa di kelas;

(3) Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa dengan metode ceramah;

Sesuai Permendiknas No.20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% (BSNP,2006:12).

Berdasarkan surat Dirjendikdasmen No.1321/c4/MN/2004 tentang tentang Pengkajian Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM), penentuan KKM dapat pula ditentukan dengan menghitung tiga aspek utama dalam proses belajar mengajar siswa. Berikut tabel kriteria penentuan KKM:


(26)

Tabel 1 Kriteria Penentuan KKM

Kriteria Tingkat Poin Nilai Rentang Nilai

Kompleksitas Tinggi 1 50-64

Sedang 2 65-80

Rendah 3 81-100

Daya dukung Tinggi 3 81-100

Sedang 2 65-80

Rendah 1 50-64

Intake siswa Tinggi 3 81-100

Sedang 2 65-80

Rendah 1 50-64

Misalnya jika suatu Mata Pelajaran kompleksitasnya rendah, daya dukungnya sedang, dan intake siswa sedang maka perhitungan penetapan KKM sebagai berikut:

a. Perhitungan berdasarkan poin nilai

dibulatkan menjadi 78 b. Perhitungan berdasarkan rentang nilai


(27)

Maka dalam penelitian ini, sesuai dengan KKM mata pelajaran TIK di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian, maka ketuntasan individual adalah 75 dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 75 %.

2.1.2 Model Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Briggs dalam (Rifai dan Anni, 2011:191) menyatakan bahwa seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Sedangkan menurut Gagne dalam (Rifai dan Anni, 2011:192) pembelajaran merupakan serangakian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses belajar.

Suprijono (2010:45) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Suprijono (2010:45), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, pengelolaan kelas.

Rifai dan Anni (2011:192-193) mengemukakan bahwa pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku pendidik yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut:

(1) Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku peserta didik


(28)

(2) Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari

(3) Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa untuk mencapai tujuan dalam belajar.

2.1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2005:4)

Pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan- aturan tertentu. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil yang saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yag membantu dan memotivasinya. Siswa yang biasanya bersikap pasif setelah menggunakan


(29)

pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompok (Priyanto dalam Wena, 2009:189)

Menurut Wena (2009:190) Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, selain guru dan sumber belajar yang lainnya.

Suprijono (2010:65) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase utama sebagai berikut:

Tabel 2.2 Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Perilaku guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan persiapan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok - kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok - kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakua atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dibuat menyenangkan


(30)

agar semua siswa aktif dalam pembelajaran sehingga mudah dalam menerima materi yang disampaikan.

2.1.2.3 Metode Pembelajaran Ceramah

Hamdayama (2014:167) menyatakan bahwa ceramah adalah penerangan secara lisan guru terhadap kelas. Alat interaksi yang utama dalam hal ini adalah berbicara. Dalam ceramahnya, kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan- pertanyaan, tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting, yang dikemukakan oleh guru, bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa.

Sri Anita dalam Hamdayana (2014:168) menyatakan bahwa metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam bentuk menyampiannya, metode ceramah sangat sederhana mulai dari pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan.

Hamdayama (2014:168-169) menjelaskan bahwa siswa akan belajar jika guru memberikan ceramah, dan tidak ada guru berarti tidak belajar. Metode ceramah dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut:

1) Guru ingin mengajarkan topik baru

2) Tidak ada sumber bahan pelajaran pada pelajar sehingga siswa dituntut kreatifitasnya untuk membuat catatan-catatan penting dari bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru

3) Guru menghadapi jumlah siswa yang cukup banyak sehingga tidak memungkinkan guru untuk meperhatikan siswa secara individual


(31)

4) Guru ingin membangkitkan semamgat belajar siswa 5) Proses belajar merupakan penjelasan secara lisan

Setiap metode pembelajaran pasti memilki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut Hamdayana (2014:169).

Kelebihan metode ceramah:

a. Guru mudah menguasai kelas karena guru menyampaikan informasi secara langsung dengan tatap muka langsung dengan siswa

b. Metode yang dianggap paling ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi dapat diatur oleh guru secara langsung

c. Mudah dilaksanakan

d. Dapat diikuti oleh siswa yang jumlahnya besar

e. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar Kekurangan metode ceramah:

a. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b. Siswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan siswa yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya

c. Bila terlalu lama membosankan

d. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar siswa e. Menyebabakan siswa pasif


(32)

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif TipeTalking Stick

Merujuk pada definisi istilahnya, Talking Stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran siswa dengan menggunakan media tongkat.

Ngalimun (2014:174) menjelaskan bahwa sintak pembelajaran Talking Stick adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat , sajian materi pokok dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, serta membimbing kesimpulan- refleksi- evaluasi.

Suprijono (2010,109-110) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika tongkat bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik.


(33)

Langkah akhir dari metode Talking Stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.

Talking Stick yang dimasudkan dalam penelitian ini adalah dimana dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar yang efektif melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa lain. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, maka siswa yang memegang tongkat itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Yuanita dalam (Hartati, 2012) menyatakan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model pembelajaran yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan suku), dan dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak bicara yamg diberikan secara bergiliran atau bergantian. Talking Stick ini cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran model ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat membuat siswa aktif.

Kiranawati dalam (Hartati, 2012) menyebutkan bahwa dalam penerapannya pada proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan :

1. Menguji kesiapan siswa


(34)

3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu) Kekurangan :

1. Membuat siswa senam jantung karena secara tiba-tiba mendapat pertanyaan dari guru.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior) (Rifai dan Anni, 2011:105).

Menurut Anni (2004:2) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mancakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:10) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Hamalik (2002:27), menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah, tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama setiap siswa


(35)

adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Menurut Gagne (1997:4) dalam (Rifai dan Anni 2011:84) belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar; (2) Rangsangan (stimulus). Banyak stimulus yang berada di lingkungan

seseorang. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati;

(3) Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya;

(4) Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengalami stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau perubahan perilaku atau perubahan kinerja.

Belajar tidak selalu dikaitkan dengan akademik, tetapi berbagai proses untuk mendapat perubahan ke arah kebaikan juga bisa dikatakan belajar. Belajar


(36)

tidak hanya dilakukan oleh mereka yang menduduki bangku sekolah, tetapi belajar dilakukan oleh semua orang. Belajar tidak bisa jika dilakukan hanya sekali. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang harus dilakukan terus-menerus agar mendapatkan hasil yang berupa perubahan tingkah laku, sikap dan pengetahuan.

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rifai dan Anni (2011:85) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Menurut Gagne dalam (Dimyati dan Mudjiono 2013:10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari: i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Suprijono (2010:5) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.

Permendiknas No. 20 Tahun 2007 menjelaskan bahwa ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidikan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.


(37)

Menurut E. Mulyasa (2002:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Sudjana (2009:62) mengemukakan bahwa penilaian proses belajar-mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

(1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya (2) Terlibat dalam pemecahan masalah

(3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

(4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

(5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

(8) Kemampuan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang timbul pada individu sebagai akibat dari proses pembelajaran, perubahan ini pada umumnya ke arah yang lebih baik. Belajar pada dasarnya adalah kegiatan yang harus dilakukan terus-menerus, tidak hanya ketika mendapatkan suatu hasil belajar kemudian memutuskan untuk berhenti belajar.


(38)

2.1.5 Mata Pelajaran TIK

2.1.5.1 Pengertian Mata Pelajaran TIK

Mashadi (2006:3) menyampaikan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga lebih cepat, lebih mudah, lebih luas penyebarannya, lebih lama penyimpanannya.

Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa sehingga bahasa dapat disebut sebagai teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan orang lain. Namun bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu pada saat si pengirim menyampaiakan informasi melalui ucapannya pada si penerima. Selain itu, jangkauan suara juga terbatasa hanya sampai jarak tertentu.

Sampai saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Hal ini merupakan dampak dari semakin kompleksnya kebutuhan akan informasi itu sendiri. Dekatnya hubungan antara informasi dan teknologi jaringan komunikasi telah menghasilkan berbagai macam alat yang mendukung perkembangan teknologi informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah dan dua arah

Puskur Diknas (2007) menyebutkan bahwa visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu agar siswa dapat menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktivitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap


(39)

inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.

Pada hakekatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi menyiapkan sisa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling bertukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas dan budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal, termasuk apa implikasinya saat ini di masa yang akan datang

Guru dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas.


(40)

2.1.5.2 Kajian Materi TIK

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Materi Pokok Perangkat Lunak Program Aplikasi. Materi ini dianggap cocok untuk disampaikan kepada siswa menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Berikut adalah kajian Materi Pokok Perangkat Lunak Program Aplikasi:

A. Perangkat Lunak (Software)

1. Perkembangan Pembuatan Perangakat Lunak

Bentuk dasar software menggunaka aljabar Boolean yang dituliskan sebagai binary digit (bit), yaitu angka 1 dan angka 0. Angka 1 berarti benar (on) dan salah (off). Cara ini sudah pasti sangat menyulitkan sehingga orang mulai mengelompokkan bit tersebut menjadi beberapa kelompok, yaitu nibble (4 bit), byte (8 bit), word (16 bit) dan double word (16 bit)

2. Klasifikasi perangkat lunak

Operating System (Sistem Operasi)

Berfungsi untuk mengaktifkan seluruh perangkat yang terpasang pada komputer sehingga dapat saling berkomunikasi

 Perangkat lunak aplikasi

Program komputer yaug digunakan untuk membantu melaksanakan suatu jenis pekerjaan tertentu. Program aplikasi biasanya dirancang untuk menangani pekerjaan seperti mengolah kata, angka, grafik, suara, atau gabungan dari unsur-unsur tersebut


(41)

Berfungsi untuk membantu atau mengisi kekurangan/kelemahan dari sistem operasi.

 Compiler

Program yang digunakan untuk membuat sistem informasi, aplikasi dan program yang lain

B. Perangkat Lunak Aplikasi dan Kegunaannya 1. Pengolah Kata (Word Processor)

Suatu program aplikasi untuk mengolah dokumen yang berbasis teks 2. Pengolah Angka (Spreadsheet)

Suatu program aplikasi yang digunakan untuk mengolah angka 3. Pengolah Gambar (Image Processor)

Program aplikasi pengolah gambar banyak digunakan untuk keperluan desain grafis, misalnya untuk membuat poster, ilustrasi, undangan, dan masih banyak lagi.

4. Aplikasi Multimedia

Multimedia merupakan kombinasi dari teks, gambar, animasi, video dan suara. Aplikasi multimedia pada umumnya dipisahkan menjadi dua, yaitu: aplikasi yang digunkan untuk menampilkan, contohnya : winamp; dan aplikasi yang digunakan untuk membuat dan mengedit, contohnya: cakewalk. Format- format multimedia:

a. MIDI (Musical Instrumental Digital Interface) b. MP3


(42)

c. AVI d. Quicktime 5. Aplikasi Internet

Program yang digunakan untuk menghubungkan komputer satu dengan komputer lainnya dalam dunia internet. Aplikasi internet yang banyak digunakan adalah sebagai berikut:

a. Browser

Memudahkan pengguna untuk mengakses dokumen di www. Contohnya: Microsoft Internet Explorer, Mozila Firefox, Chrome

b. Email

Fasilitas yang digunakan untuk mengirim dan menerima surat melalui internet

c. IRC (Internet Relay Chat)

Layanan percakapan online yang biasa digunakan pengguna internet untuk berbicara dengan pengguna lain.

(Mashadi,2006:70-79)

2.2 Penelitian yang Relevan

Sebagai pertimbangan, perlu dikemukakan hasil penelitian sebelumnya yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Ida Bagus, dkk dalam Jurnal Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014 mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick dengan mean


(43)

(M)=48,18 termasuk dalam kategori tinggi, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model ceramah dengan mean (M)=38,67 termasuk dalam kategori sedang, terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran metode Talking Stick berbantuan media audio visual dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional .

Puspitasari, dkk dalam Jurnal Efektivitas Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 menyebutkan bahwa terdapat peningkatan banyaknya siswa yang tuntas KKM (≥69) yaitu sebelum adanya tindakan terdapat 7 siswa (20%), pada siklus I meningkat menjadi 23 siswa (65,8%), dan setelah pelaksanaan siklus II menjadi 31 siswa (88,6%) tuntas. Peningkatan ketuntasan KKM siswa menjadikan rata-rata kelas turut meningkat yaitu dari sebelumnya 55,77 menjadi 73,06 dan meningkat lagi menjadi 74,77. Peningkatan pada aspek afektif dilihat dari hasil penskoran tiap indikator yang menunjukkan peningkatan minat belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan siswa, yaitu pada siklus I sebanyak 25,7% menjadi 65,7% pada siklus II. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Talking Stick terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok materi ekosistem kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Hartati, dkk dalam Jurnal Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa


(44)

mengungkapkan bahwa uji-t polled varians terhadap hasil belajar (kognitif dan afektif) antara kelas ekeperimen dan kontrol dengan taraf kesalahan 5% menunjukkan nilai (2,583 >1,673). Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Labuapi tahun ajaran 2011/2012.

2.3 Kerangka Berpikir

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelajaran TIK di sekolah masih kurang diminati oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketidakaktifan siswa ketika guru sedang memberikan materi di dalam kelas. Siswa menjadi bosan karena model pembelajaran yang biasa diterapkan membuat siswa menjadi kurang aktif. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah metode pembelajaran ceramah, dimana guru hanya menjelaskan materi di depan kelas tanpa melibatkan siswa untuk belajar aktif.

Model yang dianggap cocok untuk permasalahan ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Dalam penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick siswa berkelompok dan saling bertukar pikiran antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam menjawab pertanyaan dari guru sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Dengan adanya tongkat bicara, peserta didik dituntut agar terlibat aktif dalam diskusi. Tongkat yang bergulir dari satu siswa ke siswa lain diiringi dengan musik dan akan berhenti saat musik berhenti.


(45)

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Hasil belajar dan keaktifan siswa masih kurang optimal

Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, siswa cenderung pasif, keaktifan siswa sulit berkembang sehingga hasil belajar siswa kurang optimal

Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran model ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan

sehingga dapat membuat siswa aktif

Kelompok siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah Kelompok siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

Hasil belajar siswa

Pretest Posttest

Hasil belajar TIK siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih

baik daripada yang menggunakan metode pembelajaran ceramah

Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa


(46)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009:64). Sesuai dengan penjelasan kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran.


(47)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6-30 April 2015 bertempat di SMP Negeri 3 Ungaran Kabupaten Semarang

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Sugiyono (2009:215) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 3 Ungaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015. Secara keseluruhan populasi terdiri dari siswa yang terbagi dalam sepuluh kelas yaitu VII A, VIIB, VII C, VII VII D, VII E, VII F, VII G, VII H, VII I, VII J. Pembagian kelas tersebut tidak didasarkan pada rangking sehingga tidak ada kelas unggulan.

3.2.2 Sampel

Sugiyono (2009:215) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi. Pada penelitian ini menggunakan tiga kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII I sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, kelas VII J sebagai kelas kontrol menggunakan


(48)

model pembelajaran ceramah, kelas VII H sebagai kelas uji coba instrumen. SMP Negeri 3 Ungaran tidak mengenal kelas unggulan sehingga diasumsikan populasi bersifat homogen. Jadi setiap kelas berpeluang sama untuk dipilih. Khasanah (2013:39-40) menyebutkan asumsi bahwa populasi bersifat homogen didasarkan pada ciri yang relatif sama yang dimiliki populasi, yaitu sebagai berikut:

(1) Siswa mendapat materi pokok berdasarkan kurikulum yang sama; (2) Siswa mendapatkan jumlah jam pelajaran yang sama;

(3) Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama; (4) Siswa diajar oleh guru yang sama;

(5) Siswa menggunakan buku paket yang sama.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:215)

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel


(49)

terikat adalah hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran. Untuk mengetahui hasil belajar diperoleh dari hasil pre-test dan post-test siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Observasi

Obeservasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2013:45). Jadi metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati keaktifan belajar siswa dalam metode pembelajaran ceramah dan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.

3.4.2 Metode Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang kedua adalah metode dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama peserta didik yang termasuk populasi dan sampel penelitian serta bukti kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3.4.3 Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada materi pokok perangkat lunak program aplikasi yang dilakukan dengan tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilhan ganda.


(50)

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen menurut Sugiyono (2009:6) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh (treatment) tertentu. Eksperimen ini dilakukan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

3.5.2 Desain Penelitian

Bentuk eksperimen dalam penelitian ini adalah quasi experimental design menggunakan jenis nonequivalent control group design. Nonequivalent control group design hampir sama dengan pretest-posttest control design. Hanya dalam dalam desain kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,2009:79).

Kelompok pertama diberi perlakuan disebut kelas eksperimen, dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelas kontrol. Dalam proses belajar mengajar, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sedangkan pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan atau pembelajaran menggunakan metode ceramah. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan diakhiri dengan posttest. Hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono,2009:74). Desain penelitian dijelaskan pada tabel berikut:


(51)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

O1 : Pretest kelas eksperimen O1 : Posttest kelas eksperimen O3 : Pretest kelas kontrol O4 : Posttest kelas kontrol

X : Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (Sugiyono, 2009:79)

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol 2. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian dengan menghubungi guru mata

pelajaran TIK kelas VII SMP Negeri 3 Ungaran

3. Membuat instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi soal uji coba, uji soal, kunci jawaban dan pedoman penskoran, lembar diskusi siswa, lembar observasi keaktifan siswa

4. Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas uji coba

5. Menentukan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan metode pembelajaran ceramah yang dituangkan dalam RPP


(52)

6. Melakukan pretest di awal pembelajaran pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa dengan soal tes yang sama tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya

7. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada kelas eksperimen dan model pembelajaran ceramah pada kelas kontrol

8. Melakukan posttest pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bertujuan untuk melihat keadaan akhir / hasil akhir siswa dengan soal tes yang sama tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya

9. Menyusun hasil penelitian

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut disusun kembali kemudian dianalisis melalui tahap yaitu:

3.7.1 Analisis Instrumen Penelitian

Analisis intrumen penelitian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes. Setelah instrumen dalam bentuk tes disusun, kemudian diuji cobakan dan dianalisis. Alat ukur dikatakan baik jika syarat-syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran juga baik

3.7.1.1 Uji Validitas

Istilah valid untuk alat evaluasi atau instrumen evaluasi. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.


(53)

Untuk melakukan validitas tes bentuk pilihan ganda digunakan korelasi product momen menggunakan rumus sebagai berikut:

√ ∑ ∑ ∑ ∑

dimana:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = banyaknya peserta tes X = jumlah skor item Y = jumlah skor total (Arikunto, 2013:87)

Hasil analisis validitas butir soal rhitung dikonsultasikan dengan harga kritik r , dengan taraf signifikan 5%. Jika harga maka butir soal tersebut dikatakan valid. Sebalikanya jika harga maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.

Tabel 3.1 Persentase Validitas Butir Soal

No. Kriteria No. Soal Jumlah Persentase

1 Valid 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14, 20,22,23,26,27,28,29,30,31, 33,36,38,39,40,41,42,43,44, 45,46,48

37 74%

2 Tidak Valid 1,9,15,16,17,21,24 ,25,34,35,47,49,50


(54)

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 7 3.7.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut:

( )

Dimana:

jumlah item dalam instrumen

proporsi subjek yang menjawab pada item 1 =

varians total (Sugiyono, 2012:359)

Berdasarkan perhitungan reliabilitas butir soal menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson) diperoleh = . Pada taraf signifikansi 5% dengan n=34 diperoleh . Karena , maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas soal terdapat pada Lampiran 8

3.7.1.3 Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu bisa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal


(55)

semakin mudah. Dalam istilah evaluasi, taraf kesukaran diberi simbol P singkatan dari proporsi.

Rumus mencari P adalah: Dimana:

P= Taraf kesukaran

B= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2013:223)

Implementasi nilai taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Nilai Taraf Kesukaran Soal Interval Kriteria 0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal apakah sedang, sukar atau mudah. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien tingkat kesukaran butir soal diperoleh:


(56)

Tabel 3.3 Persentase Kesukaran Butir Soal

No. Kriteria Nomor soal Jumlah Persentase

1 Sukar 7,8, 9,13,14,25,40 7 14%

2 Sedang 1,2,3,4,6,12,15,17,18,19,20,21, 22,23,24,30,31,32,33,34,36,38, 39,42,43,45,48,49

28 56%

3 Mudah 5,10,11,16,26,27,28,29,35,37, 41,44,46,47,50

15 30%

Perhitungan tingkat kesukaran butir soal terdapat di Lampiran 9

3.1.1.1 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya indeks kesukaran tidak mengenal negatif (-) tapi indeks deskriminasi ada tanda negatif Rumus untuk menentukan indeks deskriminasi adalah:

Dimana:

J=Jumlah peserta tes


(57)

JB= Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar (Arikunto, 2013:228)

Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda Soal

Interval DP Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0, 70 Baik

0,71 – 1,00 Sangat Baik

Negatif Sangat tidak baik,

sebaiknya dibuang

Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5 Persentase Daya Beda Butir Soal

No. Kriteria Nomor soal Jumlah Persentase

2 Baik 3,4,6,7,8,10,14,19,20,22,23 27,28,29,31,32,33,36,37,39, 41,42,43,44,45,46,48

27 54%

3 Cukup 2,5,11,12,13,18,24,26,30,38, 40,47,50

13 26%

4 Jelek 1, 9,15,16,17,21,25,34,35,49 10 20% Perhitungan daya beda butir soal terdapat di Lampiran 10

3.7.2 Analisis Data Awal 3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan adalah nilai


(58)

pre-test kedua kelas tersebut. Pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat . Rumus Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:

Dimana:

= Chi Kuadrat

= Frekuensi yang diobservasi = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2012:107)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah kelas interval, untuk menguji normalitas dengan Chi kuadrat. Jumlah kelas interval ditetapkan , disesuaikan dengan bidang yang ada pada normal baku

b. Menentukan panjang kelas interval

c. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung

d. Menghitung (frekuensi yang diharapkan), cara menghitung didasarkan pada persentase luas tiap bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel). Memasukkan harga-harga ke dalam tabel kolom sekaligus menghitung harga-harga dan


(59)

menjumlahkannya. Harga merupakan Chi Kuadrat hitung

e. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal

(Sugiyono, 2012: 80-82) 3.7.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menyelidiki apakah kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

(terdapat perbedaan varians antara kedua kelas)

(tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas)

Rumus uji kesamaan dua varians menurut Sudjana (2005:250) sebagai berikut:

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) Menghitung rata-rata ̅

(2) Menghitung varians dengan rumus:

(3) Membandingkan dengan dan


(60)

3.7.2.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Awal

Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai rata-rata nilai yang tidak berbeda pada tahap awal ini. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut tidak berbeda berarti kelas tersebut mempunyai kondisi yang sama. Hipotesis yang akan diujikan adalah:

(terdapat perbedaan kemampuan awal antara kedua kelas)

(tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kedua kelas) Kriteria yang digunakan adalah diterima jika

dimana didapat dari tabel distribusi t dengan peluang untuk taraf

signifikan dan (Sudjana, 2005:239).

3.7.3 Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Analisis data hasil observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan kriteria keaktifan siswa dengan paramater

Dalam hal ini indikator keaktifan sudah ditentukan, kemudian menentukan rubrik (pedoman penskoran). Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya kurang baik-baik-baik sekali; atau jelek sekali-jelek-sedang-baik-baik sekali; atau dengan angka.


(61)

Dalam penelitian ini dipilih kriteria sebagai berikut : sangat aktif, aktif, cukup, kurang aktif dan tidak aktif. Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya (Depdiknas, 2004:10).

Skor keaktifan siswa;

Skor 5 : menampilkan minimal 4 indikator Skor 4 : menampilkan 3 indikator

Skor 3 : menampilkan 2 indikator Skor 2 : menampilkan 1 indikator

Skor 1 : tidak menampilkan 1 pun indikator Nilai Maksimal =

Nilai Minimal =

Rentang =

Tabel 3.6 Kategori Keaktifan

Rentang nilai Kategori

Tidak Aktif

Kurang Aktif

Cukup Aktif

Aktif

Sangat Aktif

b. Membuat hasil observasi keaktifan siswa dalam bentuk diagram


(62)

3.7.4.1 Uji Normalitas

Langkah-langkah pengujian normalitas data akhir sama dengan pengujian normalitas data awal. Tujuan pengujian normalitas data akhir adalah untuk mengetahui hasil penelitin kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Data diambil dari hasil posttest kedua kelas tersebut.

3.7.4.2 Uji Homogenitas

Langkah-langkah pengujian homogenitas data akhir sama dengan pengujian homogenitas data awal. Tujuan pengujian homogenitas data akhir adalah untuk mengetahui hasil penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Data diambil dari hasil posttest kedua kelas tersebut.

3.7.4.3 Uji Indeks Gain

Untuk melihat efektivitas hasil pembelajaran dihitung menggunakan skor gain (g). Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest. Gain menunjukkan peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran dilakukan. Gain (g) dapat dihitung dengan persamaan:

keterangan:

= skor gain = skor posttest = skor pretet = skor maksimal


(63)

Tabel 3.7 Kriteria Nilai Gain Nilai (g) Kriteria 0,70 1,00 Tinggi 0,30 0,70 Sedang 0,00 0,30 Rendah

Hake (1999)

3.7.5 Uji Hipotesis

3.7.5.1 Ketuntasan Belajar Individu

Untuk menguji hipotesis penelitian yang pertama digunakan adalah uji rata-rata satu pihak (uji pihak kanan) dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

75 berarti rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen atau kelas kontrol kurang dari sama dengan 75;

75 berarti rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen atau kelas kontrol lebih dari 75;

Rumus :

̅

√ dengan;

̅ : Rata-rata hasil belajar

Simpangan baku

= Jumlah siswa

= KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan (Sugiyono, 2012:103)


(64)

3.7.5.2 Ketuntasan Belajar Klasikal

Untuk menguji hipotesis penelitian yang kedua ini menggunakan uji proporsi satu pihak (uji pihak kanan) dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

berarti persentase jumlah siswa yang belajarnya 75 pada kelas eksperimen atau kelas kontrol kurang dari sama dengan 75%

berarti persentase jumlah siswa yang belajarnya 75 pada kelas eksperimen atau kelas kontrol lebih dari 75%

Rumus:

Keterangan:

= Suatu nilai yang merupakan anggapan atau asumsi tentang nilai proporsi populasi

Respon sampel terhadap model pembelajaran = Jumlah sampel

Kriteria pengujian adalah tolak jika dimana didapat dari daftar distribusi normal baku dengan peluang (Sudjana, 2005:235)

3.7.5.3 Kesamaan Dua Rata-rata

Untuk menguji hipotesis penelitian yang kedua menggunakan uji perbedaan rata-rata. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:


(65)

berarti rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen kurang dari sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol;

berarti rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol;

dengan = rata-rata data kelas eksperimen = rata-rata data kelas kontrol

Hipotesis diatas akan diuji dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ̅

dengan

Keterangan:

̅ = Nilai rata-rata dari kelompok eksperimen

̅ = Nilai rata-rata dari kelompok kontrol = Banyaknya subjek kelompok eksperimen = Banyaknya subjek kelompok kontrol

= Varians kelompok eksperimen = Varians kelompok kontrol

Dengan dengan taraf signifikan , kriteria pengujian yaitu terima jika (Sudjana, 2005:239)


(66)

76 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75 yaitu sebesar 78,97.

2. Persentase jumlah siswa yang hasil belajarnya pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih dari 75% yaitu sebesar 82,35%.

3. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah yaitu pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick sebesar 78,97 sedangkan pada siswa yang menggunakan metode pembelajaran ceramah sebesar 74,02.

Berdasarkan rincian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick efektif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VII di SMP Negeri 3 Ungaran


(67)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan di akhir semester. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan pembahasan yang sama diharapkan agar dapat mengatur waktu dengan baik. Karena keterbatasan waktu penelitian, peneliti hanya memfokuskan penilaian hasil belajar pada satu materi pokok.


(68)

78

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina, dkk.2004.Psikologi Belajar.Semarang: UPT MKK UNNES Anni dan Rifa’i.2011.Psikologi Pendidikan.Semarang: UNNES Press

Arikunto, Suharsimi.2013.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara

BSNP.2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Tersedia di

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63 [diakses 25-02-2015]

Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus

Pengembangan Portofolio untuk Penilian

http://www.scribd.com/doc/182003167/pedoman-pengembangan-portofolio#scribd [diakses 21-03-2015]

Dimyati dan Mudjiono.2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar.2003.Proses Belajar Mengajar.Bandung: Bumi Aksara

Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ida Bagus, dkk. 2014. Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd Negeri 1 Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD

(Vol: 2 No. 1 Tahun 2014) Tersedia di Ejournal. Undiksha.

Ac.Id/Index.Php/Jjpgsd/Article/View/2234. [diakses 25-02-2015]

Indriyani, Irma.2013.Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Pendidikan Bandung

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tersedia di http://kbbi.web.id/ [diakses 20-02-2015]

Khasanah, Diah Laila.2013.Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Terhadap Hasil Belajar


(69)

Materi Pokok Aljabar. Skripsi Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang

Mashadi,dkk.2006.Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MTs Kelas VII.Semarang: Aneka Ilmu

Mulyasa, E.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

_________.2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ngalimun.2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Nila Hartati, dkk.2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara)Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Tersedia di jurnal.unram.ac.id/index.php/pijar/article/download/193/135. . [diakses 25-02-2015]

Permendiknas No.20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Tersedia di http://sdm.data.kemdikbud.go.id/ [diakses 25-02-2015]

Puskur Diknas Indonesia. 2007.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Tersedia di

http://www.puskurbuk.net/downloads/viewing/Produk_Puskurbuk/2007/K ajian+Kebijakan+Kurikulum+2007/56_Kajian+Kebijakan+Kurikulum+M P+TIK.pdf.[diakses 02-03-2015]

Slavin, R.2005. Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media

Sudjana.2005.Metode Statistika.Bandung: Satistika

Sudjana, Nana.2009.Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar.Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(70)

Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

_______.2012.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus.2010.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wena, Made. 2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara


(71)

(72)

Lampiran 1

DAFTAR SISWA KELAS UJI COBA (VII H) No Kode

1 UC-1 2 UC-2 3 UC-3 4 UC-4 5 UC-5 6 UC-6 7 UC-7 8 UC-8 9 UC-9 10 UC-10 11 UC-11 12 UC-12 13 UC-13 14 UC-14 15 UC-15 16 UC-16 17 UC-17 18 UC-18 19 UC-19 20 UC-20 21 UC-21 22 UC-22 23 UC-23 24 UC-24 25 UC-25 26 UC-26 27 UC-27 28 UC-28 29 UC-29 30 UC-30 31 UC-31 32 UC-32 33 UC-33 34 UC-34


(73)

Lampiran 2

DAFTAR SISWA KELAS EKSPERIMEN (VII I) No Kode

1 E-1 2 E-2 3 E-3 4 E-4 5 E-5 6 E-6 7 E-7 8 E-8 9 E-9 10 E-10 11 E-11 12 E-12 13 E-13 14 E-14 15 E-15 16 E-16 17 E-17 18 E-18 19 E-19 20 E-20 21 E-21 22 E-22 23 E-23 24 E-24 25 E-25 26 E-26 27 E-27 28 E-28 29 E-29 30 E-30 31 E-31 32 E-32 33 E-33 34 E-34


(74)

Lampiran 3

DAFTAR SISWA KELAS KONTROL (VII J) No Kode

1 K-1 2 K-2 3 K-3 4 K-4 5 K-5 6 K-6 7 K-7 8 K-8 9 K-9 10 K-10 11 K-11 12 K-12 13 K-13 14 K-14 15 K-15 16 K-16 17 K-17 18 K-18 19 K-19 20 K-20 21 K-21 22 K-22 23 K-23 24 K-24 25 K-25 26 K-26 27 K-27 28 K-28 29 K-29 30 K-30 31 K-31 32 K-32 33 K-33 34 K-34


(75)

Lampiran 4

KISI –KISI SOAL TES UJI COBA

Nama Sekolah : SMP Negeri 03 Ungaran

Materi Pokok : Perangkat Lunak Program Aplikasi Kelas/ semester : VII/2

Banyak soal : 50 butir soal pilihan ganda Alokasi waktu : 60 menit

Standar Kompetensi : Mempraktikkan keterampilan dasar komputer

No. Urut

SKL Indikator Materi Indikator Soal No.

Soal

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi

Mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi pengolah kata

Pengertian perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah kata

Siswa dapat menyebutkan nama lain dari program aplikasi pengolah kata


(76)

Siswa dapat menyebutkan ekstensi format file perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah kata

2

3

4 Dengan menggunakan

gambar, siswa dapat menyebutkan salah satu tombol pada microsoft office word

Siswa dapat menyebutkan fasilitas yang terdapat pada Microsoft Word

Macam-macam perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah kata

Siswa dapat menyebutkan macam-macam perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah kata

5,6

Mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah

Pengertian perangkat lunak program aplikasi berbasis

Siswa dapat menjelaskan pengertian perangkat lunak program aplikasi berbasis


(77)

angka pengolah angka pengolah angka

8

9,10 Dengan menggunakan

konsep soal cerita, siswa dapat menyebutkan format file perangkat lunak

program aplikasi berbasis pengolah angka

Siswa dapat menjelaskan istilah dalam perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah angka

Macam-macam perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah angka

Siswa dapat menyebutkan salah satu perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah angka

11,12

Menyebutkan berbagai kegunaan perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah grafis

Pengertian perangkat lunak program berbasis pengolah grafis

Siswa dapat menyebutkan format file perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah grafis


(1)

(2)

(3)

Lampiran 37


(4)

Siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru

Guru membagikan soal diskusi kepada salah satu anggota kelompok

Lampiran 38

Dokumentasi

Kelas Uji Coba

Kelas Eksperimen

Siswa mengerjakan soal ujicoba

Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru Siswa mengerjakan soal pretest


(5)

Siswa berkelompok mengerjakan soal diskusi

Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam diskusi

Guru mensosialisakan Talking Stick kepada siswa

Tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lain

Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulan hasil

pembelajaran


(6)

Kelas Kontrol

Guru menyampaikan materi kepada siswa

Siswa mengerjakan soal pretest Siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru

Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulan hasil pembelajaran


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 26 208

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMK Puragabaya.

0 0 18

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK Efektivitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura Sukoharjo T

0 3 16

PENDAHULUAN Efektivitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 2 7

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK MATERI EKOSISTEM KELAS VII D SMP NEGERI 3 KARTASURA SUKOHARJO TAHUNPELAJARAN 2011/2012.

0 0 5

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI MAN

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS I SDN 35 SUNGAI LIMAU

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

0 0 9

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DISERTAI PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA

0 0 8