1
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sastra adalah “suatu kegiatan kreatif, sebuah seni” Wellek Warren, 1989:3. Kegiatan kreatif inilah yang dihasilkan oleh seorang seniman dalam
bentuk karya sastra yang fundamental, baik itu berbentuk prosa, drama, maupun puisi.
Memahami sebuah karya sastra prosa novel, cerpen, puisi, drama bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Sebuah karya sastra
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan juga sulit dipahami oleh pembacanya. Untuk memahami sebuah karya sastra diperlukan proses atau
tahapan-tahapan mulai dari tahap simpati, empati dan repleksi diri. Karya sastra sebagai karya budaya merupakan tanggapan respon
sastrawan terhadap lingkungannya. Kemudian sastrawan mewujudkannya secara estetis dan memiliki nilai keindahan. Oleh karena itu, kelahiran karya
sastra selalu memiliki nilai guna bagi masyarakat. Kandungan nilai suatu karya sastra merupakan unsur esensial dari karya
itu secara keseluruhan. Telaah mendalam terhadap suatu karya sastra, bukan saja akan memberikan pengertian tentang latar belakang budaya pengarang
melainkan juga mengungkapkan ide-ide dan gagasan sastrawannya dalam menanggapi situasi yang ada di sekelilingnya.
Kegiatan apresiasi dan kajian sastra pun menjadi tidak terpisahkan dari pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Pembelajaran sastra di sekolah
lebih banyak menyangkut apresiasi. Hal ini, sejalan dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, 2006 : 468 bahwa pembelajaran sastra seharusnya
ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran sastra haruslah bersifat
apresiatif. Sebagai konsekuensinya, pengembangan materi, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran sastra haruslah lebih menekankan kegiatan pembelajaran
yang bersifat apresiatif.
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Rahmanto 1988:16,19 mengemukakan bahwa pembelajaran sastra setidaknya membantu siswa dalam empat aspek yakni, membantu
meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak dan
karakter, sebab karya sastra memiliki fungsi sebagai media etika moral, estetika kepekaan terhadap seni dan keindahan dan didaktik pendidikan.
Dalam mengembangkan cipta dan rasa, kita dapat mengembangkan kecakapan yang ada pada diri siswa. Kecakapan yang perlu dikembangkan
adalah kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif, dan sosial, serta dapat ditambah lagi yang bersifat religius. Yang bersifat penalaran dalam
pengajaran sastra, jika diarahkan dengan tepat akan sangat membantu siswa dalam latihan memecahkan masalah-masalah berfikir logis dan kritis.
Menurut Rahmanto 1988:24,25 dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak. Pertama,
pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran yang lainnya, sastra mempunyai
kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan,
kesetiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian, dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami
berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjukkan hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Kedua,
bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain
meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Sehubungan dengan pendidikan karakter yang harus diterapkan di
sekolah, pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang cocok dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa khususnya pada apresiasi
karakter tokoh novel yang di dalamnya mengandung unsur cerita yang mengandung nilai kehidupan yang dapat dijadikan cerminan dalam menjalani
kehidupan.
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Yoyo Mulyana 2012:4 mengatakan bahwa: konsep yang harus diterapkan dalam pendidikan karakter ialah : 1
karakter tidak diajarkan tetapi dibiasakan, yaitu menginternalisasi nilai, memilih nilai-nilai yang baik, membiasakan diri, dan menjadi teladan; 2
mendidik karakter harus menyatakan seluruh komponen yang terkait dengan peserta didik bersama-sama; 3 dalam proses pendidikan harus
diperhatikan suasana belajar, proses belajar, dan evaluasi belajar; 4 pendidikan karakter adalah kegiatan never ending process.
Bertitik tolak pada konsep di atas, dengan adanya pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi karakter tokoh novel remaja 24 Hour Stay at
School siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan dapat mengambil cerminan prilaku positif dan negatif yang nantinya dapat ditiru
dalam melakukan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja cerminan di sini, yaitu mengambil prilaku yang baiknya saja sedangkan
cerminan yang jeleknya dapat ditinggalkan. Pembelajaran sastra yang tercantum dalam silabus mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah apresiasi novel remaja asli atau terjemahan di kelas VIII semester 2. S. Effendi Aminudin, 1991:35 mengatakan bahwa apresiasi
sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan dan pikiran siswa
terhadap karya sastra. Sejalan dengan itu Squire dan Taba Aminudin, 1991:34 mengatakan bahwa tahap apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu
1 aspek kognitif, berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif unsur intrinsik dan
ekstrinsik; 2 aspek emotif, berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra
yang dibaca; 3 aspek evaluatif, berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta
jumlah ragam penilaian yang lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Sejalan dengan pendapat di atas, Kosasih 2012:1 mengemukakan bahwa:
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
fungsi sastra dapat digolongkan dalam lima golongan besar yaitu: 1 fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira serta menghibur;
2 fungsi didaktif, yaitu mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di dalamnya; 3 fungsi estetis, yaitu
memberikan nilai-nilai keindahan; 4 fungsi moralitas, mengandung nilai moral yang tinggi sehingga para pembaca dapat mengetahui moral yang
baik dan buruk; 5 fungsi religiusitas, mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para pembacanya.
Novel sebagai salah satu karya sastra bentuk prosa yang didalamnya mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku KBBI,1995:694 merupakan objek kajian dalam apresiasi sastra khususnya
apresiasi karakter tokoh. Novel yang diapresiasi adalah novel remaja yang terdapat dalam Silabus
Bahasa Indonesia dengan standar kompetensi : 13. Memahami unsur intrinsik novel remaja asli atau terjemahan yang dibacakan. 13.1 Mengidentifikasi
karakter tokoh novel remaja asli atau terjemahan yang dibacakan. Berdasarkan data di atas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Rahmanto
1993:27 ada tiga aspek yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra , yaitu aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar
belakang budaya. Dari aspek bahasa novel tersebut menggunakan bahasa pergaulan remaja yang dapat dipahami oleh pembacanya khususnya para
remaja, dari aspek psikologis, sesuai masa perkembangannya bahwa masa remaja dibagi menjadi dua yaitu masa prapubertas pueral : 12
– 14,0 tahun dan masa pubertas 14
– 18 tahun Abu Ahmadi, 2005:121. Jadi, novel yang berjudul 24 Hour Stay at School berkategori novel remaja karena isinya
bercerita masalah remaja dan sesuai dengan fase perkembangannya. Dalam proses pembelajarannya seorang guru dituntut keprofesionalnya
mulai dari menguasai materi, pengelolaan kelas, menguasai metode mengajar, mengetahui karakteristik siswa, sampai memilih model pengajaran yang
sesuai. Hal ini, adalah upaya yang dilakukan agar pembelajaran sampai pada tujuan yang diharapkan atau tercapainya kompetensi dasar yang diharapkan
terhadap siswa.
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Pada kenyataannya masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam memilih model mengajar, mereka masih banyak menggunakan cara lama
cukup mencatat, menerangkan sehingga anak menjadi bosan. Hal itu, memicu anak malas belajar, tidak berani, kurang kreatif, membosankan, dan kurang
adanya pengembangan bakat yang ada pada diri siswa. Aunurrahman 2011:140 mengatakan bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model- model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas ketrlibatan
siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal. Sejalan dengan itu Dahlan 1990:22 berpendapat bahwa tiap model
mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, yang dihasilkan dari
kerjasama guru dan murid. Dalam menentukan model-model mengajar banyak cara yang dilakukan oleh berbagai kalangan. Ada model yang ditemukan oleh
peneliti di kelas-kelas sekolah, ada juga yang ditemukan oleh peneliti dalam lapangan psikologis dan latihan-latihan. Sebagian lagi ditemukan oleh
therapist dalam menyembuhkan kliennya, dan ada pula dikembangkan oleh ahli filsafat, mulai dari model yang sederhana sampai model mengajar yang
kompleks. Dalam rangka meningkatkan kemampuan apresiasi karakter tokoh pada
novel remaja 24 Hour Stay at School model sinektik dapat diterapkan pada pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi karakter tokoh yang di
dalamnya mengharuskan siswa melakukan berbagai analogi. Dengan beranalogi terhadap tokoh dan karakternya diharapkan siswa dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam apresiasi karakter tokoh. Sinektik merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh
Gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas.
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Gordon menggagas model sinektik dalam empat gagasan yang intinya menampilkan perubahan pandangan konvensional tentang kreativitas.
Pertama, kreativitas penting di dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Ia menekankan bahwa kreativitas sebagai bagian dari kegiatan keseharian dari
kehidupan kita. Bahwa setiap individu selalu menghubungkan proses kreativitas dengan kegiatan yang ia lakukan. Karena kreativitas dilihat sebagai
bagian dari pekerjaan keseharian, maka model sinektik ini dirancang untuk mendorong kapasitas pemecahan masalah, mengekspresikan kreatif empati
dan dorongan untuk memperkokoh hubungan-hubungan sosial. Kedua, proses kreatif tidak sepenuhnya merupakan hal yang misterius. Banyak aspek pada
proses kreatif yang dapat dijelaskan, dan bahkan sangat mungkin bagi seseorang untuk mengarahkan dirinya sehingga mampu mendorong
berkembangnya kreativitas Aunurrahman, 2011:162. Diangkatnya masalah model sinektik dalam pembelajaran apresiasi sastra
khususnya apresiasi karakter tokoh pada novel remaja merupakan suatu upaya untuk memahami lebih mendalam tentang karakter tokoh yang
diarahkan untuk mengembangkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis baik dalam melaksanakan kegiatan sendiri maupun sebagai
bagian dari kelompok. Penelitian yang berkaitan dengan model sinektik masih perlu dilaksanakan, terutama jika dikaitkan dengan pembelajaran apresiasi
khususnya novel. Penerapan model sinektik dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia pernah dilakukan, antara lain “Penerapan Model Sinektik dalam Pengajaran Apresiasi Puisi-Puisi Indonesia di SMA Kodya Bandung
19891990” Suryaman, 1991, “Model Sinektik dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi” Nurhayati, 2000 dan “Penerapan Metode Pembelajaran
Sinektik dalam Mengapresiasi Drama untuk Mengembangkan Kreativitas Berpikir dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” Mulyati, 2002. Ketiga
penelitian tersebut
sama-sama menerapkan
model sinektik
dalam pembelajaran sastra Indonesia. Perbedaannya terletak dalam objek kajiannya,
yakni menulis dan membaca apresiasi puisi dan apresiasi drama. Model
Ayi Sumiati, 2013 Efektifitas Model Sinektik Berorientasi Berfiakir Kritis Dalam Meningkatkan Kemempuan Apresiasi
Karakter Tokoh Pada Novel Remaja 24 Hours Stay At School Karya Esa Khaikina Husein Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
sinektik ini juga pernah diterapkan pada membaca nonsastra dengan judul “Pemanfaatan Model Sinektik dalam Pembelajaran membaca Pemahaman”
Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 4 Curup Bengkulu oleh Iwan Kurniawan 2005.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis bermaksud untuk mengkaji novel remaja berdasarkan aspek strukturnya , apresiasi karakter tokohnya dan
selanjutnya diujicobakan dalam pembelajaran apresiasi sastra melalui model sinektik.
1.2 Rumusan masalah