PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MATEMATIKA REALISTIK MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP.

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA KELAS VIII SMP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

DIAH AYU INDRANINGTIAS 13301241049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MATEMATIKA REALISTIK MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP

Oleh:

Diah Ayu Indraningtias 13301241049

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Perangkat pembelajaran ini memuat materi bangun ruang sisi datar.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE, yang meliputi Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar penilaian perangkat pembelajaran untuk mengukur kevalidan, angket respon guru, angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengukur kepraktisan, dan tes kemampuan berpikir kritis untuk mengukur keefektifan. Perangkat pembelajaran dikatakan valid dan praktis jika minimal memenuhi kriteria baik (skor rata-rata lebih dari 3,40) dan persentase keterlaksanaan pembelajaran minimal 70%, sedangkan dikatakan efektif jika persentase ketuntasan siswa lebih dari 60%. Perangkat pembelajaran diimplementasikan di SMP Negeri 1 Semin dengan objek penelitian siswa kelas VIII A.

Penelitian ini menghasilkan satu set perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS untuk lima pertemuan. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria valid dengan skor rata-rata 4,31 untuk RPP dan 4,33 untuk LKS dari skor maksimal 5,00. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis dengan skor rata-rata 4,94 untuk angket respon guru dan 4,36 untuk angket respon siswa dari skor maksimal 5,00, sedangkan persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 91,43 %. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria efektif dengan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 64,52 %.

Kata kunci: perangkat pembelajaran, pendekatan matematika realistik, kemampuan berpikir kritis


(3)

iii

LEARNING SET DEVELOPMENT BASED ON REALISTIC MATHEMATICS APPROACH OF POLYHEDRAL MATERIAL

ORIENTED TO CRITICAL THINKING SKILL OF GRADE VIII JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

By:

Diah Ayu Indraningtias 13301241049

ABSTRACT

This study aims to produce a valid, practical, and effective learning set based on Realistic Mathematics Approach oriented to students critical thinking skill. This learning set covers the topic of polyhedral.

This study was research and development which used ADDIE model including Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The instruments used in the research were the evaluation sheets of learning set to measure the validity, teacher response questionnaire, student response questionnaires, and observation sheets of learning implementation to measure the practicality, and critical thinking skill test to measure effectiveness. Learning set was qualified valid and practical if it comply the minimum “good” criteria (average score is more than 3.40) and the percentage of learning implementation is at least 70%, while it was said to be effective if the percentage of students' completeness is more than 60%. Learning set implemented in SMP Negeri 1 Semin with the research object is student of class VIII A.

This study produced a set of learning set which consisted of lesson plans and student worksheets for five lessons. Learning set comply the validity criteria with the average score of 4.31 for the lesson plan and 4.33 for the lesson student worksheet from the maximum score of 5.00. The learning set comply the practicality criteria with the average score of 4.94 for the teacher response questionnaire and 4.36 for student response questionnaires from the maximum score of 5.00, whereas the average percentage of learning implementation is 91.43 %. Learning set comply the effectiveness criteria with the percentage of students completeness in classical as much as 64.52%.


(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Diah Ayu Indraningtias

NIM : 13301241049

Jurusan : Pendidikan Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Judul Skripsi : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik Materi Bangun Ruang Sisi Datar Berorientasi pada Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 15 Juni 2017 Yang menyatakan,

Diah Ayu Indraningtias NIM. 13301241049


(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“... Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, Allah Maha Mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan.”

(QS. Al Mujadilah: 11) Cita dan cinta itu bisa diraih jika bersama, bukan sendiri dengan hati yang sepi atau pun langkah yang sunyi. Hidup ini bukanlah persaingan menang kalah namun kebersamaan menuju kesuksesan.

(Diah Ayu Indraningtias)

Sabar adalah rasa syukur saat mendapat nikmat berupa musibah. Syukur adalah rasa sabar saat mendapat musibah berupa nikmat. (Salim A Fillah) NIKMAT & KESUNGGUHAN

Sungguh nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan? Ketika mentari masih kau jumpa

Ketika hembusan nafas masih di raga Ketika cinta masih kau punya Ketika rezeqi masih kau rasa Ketika ibadah itu taat

Ketika senyuman masih terlihat Ketika sedih sudah tak sempat Ketika sabar itulah nikmat Dulu...

Kesungguhan yang sungguh tak kuketahui awalnya, Kesungguhan yang sungguh tak kusadari adanya, Kesungguhan yang sungguh tak kumengerti sejatinya Namun kini...

Kesungguhan yang sungguh kunikmati prosesnya Kesungguhan yang sungguh kusadari cara tuk gapainya Kesungguhan yang sungguh kumengerti karenaNya KarenaMu

Karena skenario terindahMu

Karena kebaikan untukku hanya Kau.lah yang tahu Karena kekuatan dariMu.lah kumampu

Karena setitik ilmu dariMu.lah kusampai di derajat keimanan ini Maka sungguh berilah selalu ridhoMu di jalan juang ilmu ini Untuk kembali

Kembali dalam sebaik-baik bentuk seperti awal Kau cipta diri ini (Diah Ayu Indraningtias)


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

 Bapak dan Ibuku (Bapak Agus Sanyoto dan Ibu Warsinah) yang telah memberikan ridho untuk mencari ilmu di UNY, serta atas perjuangan, pengorbanan, dan doa Bapak Ibu yang menjadikanku pribadi yang lebih baik dan lebih baik dari sebelumnya.

 Adikku (Muhammad Bima Kusumajati) yang telah membantuku menjadi calon pendidik yang baik yaitu mau belajar dari cara siswa belajar. InsyaaAllah akan tiba giliranmu untuk meneruskan semangat belajar mbak di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

 Penyemangatku (Maz Tito Wahyu Purnomo) yang tak henti-hentinya menyemangati, mendukung, dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan amanah kuliah ini.

Juga untuk sahabat setia di organisasi semasa saya kuliah :

 Komunitas Inspirator MIPA (Mega Sseptiana Ika Rahayu, Cucu, Devi, Dwi, Ajeng, Rina, Pujianan, Anggita, Nibras, Unik, Dian, Sakin, Ika, Yuyun, Manggala, Rina, Ajeng, Artika, Pujiana, Unik, Dwi, Rini, Hanif, Shobirin, dll)

 Binkad UKKI ( Ummah, Hanna, Wulan, Lulu, Aziz, Ahi, Vishnu )

 Binkad HASKA JMF 2013 (Ibrohim, Icha, Novilya, Palupi, Fani, Qiqi, Aan, Muiz)

 Maryam(Ika Dewi Maharani, Harsiti, Cicik, Ayu, Anes, Vita)

 Beauty Jannaty (Adik-adik shalihah yang selalu mengingatkan dan mengajak dalam hal kebaikan)

Teruslah menginspirasi di setiap aksi, menyampaikan kebaikan untuk datangnya kebaikan, dan menebar manfaat hingga wafat. Aku cinta kalian karena Allah. Semoga kelak kita akan reuni di syurgaNya. Aamiinn. ^^

Teruntuk partner se-penelitian: Ufi, Afifah, Padmi, dan Fajar. Kalian adalah solusi atas kesendirianku di semester 8 kemarin. Teruslah ceria dan bahagia menggapai cita. Semoga bertemu kembali di puncak kesuksesan atau sama-sama membangun kesuksesan. Aamiin. ^^

Seluruh kawan dari Malinka 2013 semoga kelak kita bertemu kembali di puncak kesuksesan dan di syurgaNya. Aamiin.^^


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Kita memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan dari keburukan amal-amal kita. Siapa yang Dia beri petunjuk maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Dia sesatkan maka tidak akan ada yang bisa memberinya petunjuk. Oleh karena limpahan rahmat dan petunjuk-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) dengan judul

“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik Materi Bangun Ruang Sisi Datar Berorientasi Pada Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP”.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, M.Si. selaku Dekan FMIPA UNY beserta seluruh staf atas segala fasilitas dan bantuannya untuk memperlancar administrasi tugas akhir.

2. Bapak Dr. Ali Mahmudi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang telah memberikan izin penelitian ini.

3. Ibu Dr. Raden Rosnawati selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan izin atas penelitian ini dan memberi banyak arahan dalam mendampingi penulis untuk menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr. Ariyadi Wijaya selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan fasilitas, memberikan bimbingan, arahan, dan kesabarannya dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Nur Sutanta, S.Pd., M.Or. selaku Kepala SMP Negeri 1 Semin yang telah memberikan izin dan dukungan untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Semin.


(10)

x

6. Ibu Sri Rahayu, S.Pd. selaku guru matematika SMP Negeri 1 Semin atas kerja sama dan kesediaannya untuk menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.

7. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Teman-teman Pendidikan Matematika A Angkatan 2013 (Malinka) atas kebersaman, perjuangan dan pengalamannya bersama selama menimba ilmu. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan terutama matematika serta bagi rekan mahasiswa pada khususnya. Aamiin.

Yogyakarta, 15 Juni 2017 Penulis

Diah Ayu Indraningtias NIM. 13301241049


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SMP ... 15

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18

C. Pendekatan Matematika Realistik ... 24

D. Perangkat Pembelajaran ... 28

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 28

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 33

E. Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 39

1. Kevalidan ... 39

2. Kepraktisan ... 39

3. Keefektifan ... 40

F. Kerangka Berpikir ... 41

G. Penelitian yang Relevan ... 47

H. Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 50

C. Subjek Penelitian ... 52

D. Tempat Penelitian ... 53

E. Jenis Data ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 54


(12)

xii

H. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 66

1. Tahap Analisis (Analysis) ... 66

2. Tahap Desain (Design) ... 71

3. Tahap Pengembangan (Development) ... 76

4. Tahap Implementasi (Implementation) ... 105

5. Tahap Evaluasi (Evaluation) ... 119

B. Pembahasan ... 120

1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 121

2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 126

3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 128

C. Keterbatasan Penelitian ... 131

1. Keterbatasan Materi ... 131

2. Keterbatasan Alokasi Waktu ... 131

3. Keterbatasan RPP dan LKS dari Kurikulum yang Diacu ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 138

LAMPIRAN ... 140


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-Rata Skor Kemampuan Kognitif Matematika ... 2

2. Rata-Rata Persentase Jawaban Benar untuk Materi Geometri ... 11

3. KI dan KD Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII Semester 2 .... 16

4. Rincian Aspek Penilaian RPP ... 54

5. Rincian Aspek Penilaian LKS oleh Ahli Materi... 55

6. Rincian Aspek Penilaian LKS oleh Ahli Media ... 55

7. Rincian Aspek Angket Respon Guru terhadap RPP ... 56

8. Rincian Aspek Angket Respon Guru terhadap LKS ... 57

9. Rincian Aspek Angket Respon Siswa ... 58

10. Rincian Aspek Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58

11. Konversi Skor ke dalam Nilai Skala 5 ... 61

12. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 62

13. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Angket Respon Guru ... 63

14. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 64

15. Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik... 65

16. KI, KD, dan Indikator Pencapaian Kompetensi Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 69

17. Hasil Analisis Data Penilaian RPP ... 94

18. Hasil Analisis Data Penilaian LKS ... 95

19. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 105

20. Hasil Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran .. 116

21. Hasil Analisis Data Angket Respon Guru terhadap RPP ... 116

22. Hasil Analisis Data Angket Respon Guru terhadap LKS ... 117

23. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 118


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cuplikan Salah Satu RPP Kelas VIII yang Digunakan di Sekolah ... 6

2. Cuplikan Salah Satu LKS Kelas VIII yang Digunakan di Sekolah ... 7

3. Salah Satu Identitas RPP ... 77

4. Kompetensi Inti dalam RPP... 77

5. Tujuan Pembelajaran dalam Salah Satu RPP ... 78

6. Materi Pembelajaran dalam Salah Satu RPP ... 79

7. Kegiatan Pendahuluan dalam Salah Satu RPP ... 80

8. Kegiatan Inti dalam Salah Satu RPP ... 82

9. Kegiatan Penutup dalam Salah Satu RPP ... 83

10. Penilaian Hasil Pembelajaran dalam Salah Satu RPP ... 84

11. Sampul LKS ... 86

12. Halaman Identitas LKS... 86

13. Daftar Isi LKS... 87

14. Keterkaitan (Apersepsi) dalam LKS ... 88

15. Kegiatan Mengamati Konteks dalam Salah Satu Kegiatan di LKS ... 89

16. Kegiatan Menggunakan Model dan Simbol dalam Salah Satu Kegiatan di LKS ... 90

17. Kegiatan Memanfaatkan Hasil Konstruksi Siswa dalam Salah Satu Kegiatan di LKS ... 92

18. Interaktivitas dalam Salah Satu Kegiatan di LKS ... 92

19. Salah Satu Latihan Soal dalam LKS ... 93

20. Pojok Motivasi dalam Salah Satu Kegiatan di LKS ... 93

21. Tampilan Penggunaan Konteks Bagian Mengamati Kegiatan 1 RPP 1 Sebelum Revisi ... 96

22. Tampilan Penggunaan Konteks Bagian Mengamati Kegiatan 1 RPP 1 Setelah Revisi ... 97

23. Tampilan Penggunaan Konteks Bagian Menanya Kegiatan 1 RPP 1 Sebelum Revisi ... 100

24. Tampilan Penggunaan Konteks Bagian Menanya Kegiatan 1 RPP 1 Setelah Revisi ... 100

25. Tampilan Interaktivitas Kegiatan 2 RPP 4 Sebelum Revisi ... 101

26. Tampilan Interaktivitas Kegiatan 2 RPP 4 Setelah Revisi ... 101

27. Tampilan Kubus dalam Ayo mengingat! Sebelum Revisi ... 102

28. Tampilan Kubus dalam Ayo mengingat! Setelah Revisi ... 102

29. Pertanyaan Nomor 2 dan 3 dalam Ayo mengingat! Sebelum Revisi ... 102

30. Pertanyaan Nomor 2 dan 3 dalam Ayo mengingat! Setelah Revisi... 102


(15)

xv

32. Pertanyaan Nomor 5 dalam Ayo mengingat! Setelah Revisi ... 103

33. Tampilan prisma dalam Ayo mengingat! Sebelum Revisi ... 103

34. Tampilan prisma dalam Ayo mengingat! Setelah Revisi ... 103

35. Konteks yang Diamati pada Kegiatan 1 Sebelum Revisi ... 104

36. Konteks yang Diamati pada Kegiatan 1 Setelah Revisi ... 104

37. Soal Nomor 2 Halaman 10 Sebelum Revisi ... 105

38. Soal Nomor 2 Halaman 10 Setelah Revisi ... 105

39. Salah Satu Hasil dari Kegiatan Penggunaan Konteks ... 107

40. Salah Satu Hasil dari Kegiatan Penggunaan Model dan Simbol ... 108

41. Salah Satu Hasil dari Kegiatan Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa ... 109

42. Interaktivitas ... 110

43. Latihan Soal ... 110

44. Pengisian Angket Respon Siswa ... 118


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A ... 142

A1. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian RPP ... 143

A2. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian RPP ... 145

A3. Instrumen Penilaian RPP ... 151

A4. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Materi ... 159

A5. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Materi ... 160

A6. Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Materi ... 164

A7. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Media ... 168

A8. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Media ... 169

A9. Instrumen Penilaian LKS untuk Ahli Media ... 172

A10. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian LKS untuk Guru ... 177

A11. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian LKS untuk Guru ... 179

A12. Instrumen Penilaian LKS untuk Guru ... 185

A13. Kisi-Kisi Angket Respon Guru Terhadap RPP ... 191

A14. Lembar Angket Respon Guru Terhadap RPP ... 192

A15. Kisi-Kisi Angket Respon Guru Terhadap LKS ... 195

A16. Lembar Angket Respon Guru Terhadap LKS ... 196

A17. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 199

A18. Lembar Angket Respon Siswa ... 200

A19. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 202

A20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 203

A.21 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 208

A.22 Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 210

A.23 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 213

A.24 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 216

B ... 226

B1. Pengisian Instrumen Penilaian RPP ... 227

B2. Pengisian Instrumen Penilaian LKS oleh Ahli Materi ... 243

B3. Pengisian Instrumen Penilaian LKS oleh Ahli Media ... 246

B4. Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 256

B5. Pengisian Angket Respon Guru terhadap RPP ... 261

B.6 Pengisian Angket Respon Guru terhadap LKS ... 264

B7. Pengisian Angket Respon Siswa ... 267

B8. Contoh Pengerjaan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 269


(17)

xvii

C ... 281

C1. Hasil Analisis Data Penilaian RPP ... 282

C2. Hasil Analisis Data Penilaian LKS... 285

C3. Hasil Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 287

C4. Hasil Analisis Data Angket Respon Guru terhadap RPP ... 288

C5. Hasil Analisis Data Angket Respon Guru terhadap LKS ... 288

C6. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 289

C7. Hasil Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 290

D ... 296

D1. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi (TAS) ... 297

D2. Surat Permohonan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 299

D3. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 301

D4. Surat Izin Penelitian ... 303

D5. Surat Keterangan Penelitian ... 307

D6. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Penguji Skripsi (TAS) ... 308

E ... 310

E1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 311


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Education in the New Global Economy (EDGE) Ohio Department of Education (2008: 3) diperoleh 10 kemampuan teratas yang dibutuhkan siswa untuk persiapan menghadapi persaingan ekonomi global, dua diantaranya yaitu (1) pemikiran kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan pengetahuan terapan untuk hasil praktis dan (2) pemikiran inovatif dan kreatif. Oleh karena itu diperlukan suatu bidang ilmu yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif. Salah satu bidang ilmu yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif adalah matematika.

Salah satu tujuan umum diberikan matematika di jenjang persekolahan yaitu mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004). Namun hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011


(19)

2

menunjukkan bahwa siswa Indonesia belum bisa mencapai tujuan umum tersebut.

Hasil TIMSS 2011 (Mullis et all, 2012: 462) memperlihatkan bahwa persentase jawaban benar dalam kemampuan kognitif matematika siswa Indonesia kelas VIII, yaitu knowing 31%, applying 23%, dan reasoning 17 %, berada dibawah persentase rata-rata internasional, yaitu knowing 49%, applying 39%, dan reasoning 30 %. Selain itu, berdasarkan tabel 1 berikut rata-rata skor setiap kemampuan kognitif matematika, yang meliputi knowing, applying , dan reasoning, siswa Indonesia kelas VIII dari tahun 2007 ke tahun 2011 mengalami penurunan. Rata-rata skor knowing menurun 13 poin dari 391 menjadi 378, rata-rata skor applying menurun 12 poin dari 396 menjadi 384, dan rata-rata skor reasoning menurun 7 poin dari 394 menjadi 388 (Mullis et all, 2012: 162-163).

Tabel 1. Rata-Rata Skor Kemampuan Kognitif Matematika

Aspek knowing meliputi recall, recognize, classify, compute, retrieve, dan measure. Recall adalah memahami definisi, sifat-sifat, terminologi, serta notasi-notasi dalam matematika. Recognize adalah mengenal bilangan, ekspresi, jumlah, dan bentuk serta mengenal entitas matematika. Classify adalah mengklasifikasikan objek, bangun, bilangan, berdasarkan sifat-sifat


(20)

3

tertentu. Compute adalah menghitung prosedur-prosedur algoritmik, +, -, x, :, pada bilangan bulat, pecahan, dan desimal serta melaksanakan prosedur aljabar sederhana. Retrieve adalah mengambil informasi dari grafik, tabel, atau sumber lain yang sederhana. Measure adalah menggunakan instrumen-instrumen pengukuran dan memilih unit pengukuran yang sesuai.

Aspek applying meliputi determine, represent/model, dan implement. Determine adalah memilih operasi, metode serta strategi yang tepat dalam memecahkan masalah dimana prosedur, metode atau algoritma untuk menyelesaikan masalah tersebut sudah diketahui. Represent/model adalah menyajikan informasi matematika atau data dalam bentuk tabel atau grafik, membuat persamaan, pertidaksamaan, menggunakan model matematika untuk memecahkan masalah rutin, menghasilkan representasi setara untuk entitas matematika yang diberikan atau yang saling berhubungan. Implement adalah menerapkan strategi dan operasi untuk memecahkan masalah yang melibatkan konsep dan prosedur matematika.

Aspek reasoning meliputi analyze, integrate/synthesize, evaluate, draw conclusions, generalize, dan justify. Analyze adalah mendeskripsikan atau menggunakan hubungan antar bilangan, ekspresi aljabar, jumlah dan bentuk.

Integrate/synthesize adalah membuat hubungan dari elemen-elemen

pengetahuan, representasi terkait dan prosedur untuk memecahkan masalah. Evaluate adalah mengevaluasi alternatif strategi pemecahan masalah dan solusi pemecahannya. Draw conclusions adalah membuat kesimpulan yang valid


(21)

4

berdasaran informasi dan bukti. Generalize adalah membuat pernyataan yang mewakili hubungan lebih umum dan istilah lebih luas yang berlaku. Justify adalah memberikan argumen matematis untuk mendukung strategi atau solusi. Reasoning merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosnawati, Kartowagiran, dan Jailani (2015: 186) yaitu “There are five aspects of critical thinking skill: mathematic reasoning, interpretation, analysis, evaluation, and inference.”. Oleh karena itu, hasil TIMSS 2011 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia masih tergolong rendah dan mengalami penurunan.

Dalam proses pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari bagaimana siswa menyikapi setiap permasalahan matematis yang ada. Siswa yang kritis cenderung lebih aktif dalam usaha menyelesaikan masalah matematis yang diantaranya dapat dilihat dari keaktifan untuk bertanya guna memperoleh informasi yang jelas, keseriusan dalam mengerjakan soal yang ada dalam rangka memperoleh penyelesaian yang logis, keberanian menyatakan pendapat dan ide yang dimilikinya untuk mengkritisi penyelesaian yang menurutnya rasional, dan mampu menarik kesimpulan dari penyelesaian matematis yang ada.

Realita di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan siswa masih berpikir secara praktis dengan menghafal rumus yang telah diberikan tanpa menganalisis apakah rumus yang digunakan sesuai untuk menyelesaikan permasalahan matematis yang ada. Indikasinya adalah banyak siswa yang masih kesulitan dalam menentukan informasi-informasi penting dan strategi


(22)

5

yang bisa digunakan untuk menyelesaikan suatu soal cerita. Selain itu hanya sedikit siswa yang mampu membuat kesimpulan jawaban dari soal cerita dengan benar. Realita di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Menurut Ristontowi (2011:16), berpikir kritis adalah kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Selain itu, Oleinik T. (2003) mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) dan berlangsung dalam konteks sosial. Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan pembelajaran di kelas yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa yaitu kegiatan mengidentifikasi dan memahami masalah, mengatur strategi dan menentukan solusi, menginferensi, dan mengevaluasi.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik maka diperlukan perencanaan yang baik. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014, RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan


(23)

6

secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Salah satu komponen yang harus ada dalam RPP adalah sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah lembar kegiatan siswa. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011: 204). Penggunaan LKS di kelas bertujuan untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan proses belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru matematika SMP, banyak guru telah membuat sendiri RPP yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Gambar berikut merupakan cuplikan salah satu RPP kelas VIII yang digunakan di sekolah.

Gambar 1. Cuplikan Salah Satu RPP Kelas VIII yang Digunakan di Sekolah a. Contoh tahap motivasi


(24)

7

Berdasarkan hasil observasi tersebut, banyak RPP yang masih dibuat secara umum, belum diperinci pada tiap kegiatannya. Pada tahap motivasi dalam RPP di atas siswa tidak diberi kesempatan untuk memberikan contoh manfaat atau aplikasi dari materi yang akan dipelajari. Selain itu kebanyakan pertanyaan yang diajukan sebagai penilaian dalam RPP adalah apakah dan tentukan.

Selain itu, kebanyakan sekolah masih menggunakan satu buku cetak dari pemerintah dan LKS yang tidak dibuat secara mandiri oleh guru yang mengajar. Gambar berikut merupakan cuplikan isi salah satu LKS yang diambil dari LKS matematika kelas VIII yang digunakan di sekolah. Berdasarkan hasil observasi, LKS memuat materi singkat, kegiatan yang ada didalam LKS hanya berupa mengamati langkah jadi dan contoh soal kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal. Kebanyakan pertanyaan yang diajukan sebagai penilaian dalam LKS adalah apakah, berapa, tentukan, dan hitunglah. LKS tidak memuat kegiatan yang melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari premis-premis yang diberikan ataupun mengecek kembali jawaban yang ada atau jawaban yang siswa berikan.


(25)

8

Melihat berbagai realita di atas, kiranya sangat perlu dikembangkan RPP dan LKS yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa, RPP dan LKS dapat berisi tahapan pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengecek kembali (Polya, 1985: 6-7). Hal ini sejalan dengan pendapat Glazer (2001: 13) yang menyatakan bahwa aktifitas berpikir kritis meliputi pembuktian, generalisasi, dan pemecahan masalah. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut dapat diasah dengan pemberian soal yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis. Rosnawati,

Kartowagiran, dan Jailani (2015: 186) menyatakan bahwa “The peer

assessment questionnaire of critical thinking disposition consists of seven aspects: truth-seeking, open-minded, analysis, systematic, self-confidence, inquisitiveness, and maturity.” Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui penggunaan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasratuddin

(2010) yaitu “...pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika

realistik lebih baik dari pembelajaran biasa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.”.

Matematika realistik dikembangkan oleh Hans Freudenthal sejak tahun 1971 di Belanda yang dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME). Pernyataan Freudenthal bahwa “matematika merupakan suatu bentuk aktivitas

manusia” melandasi pengembangan Pendidikan Matematika Realistik


(26)

9

aktivitas manusia yang meliputi aktivitas mencari masalah, mengorganisasi pokok permasalahan, dan memecahkan masalah. Sehingga matematika tersebut tidak diberikan kepada siswa dalam bentuk ‘hasil-jadi’, melainkan siswa harus mengkonstruk sendiri isi pengetahuan melalui penyelesaian masalah-masalah kontekstual secara interaktif. Sejalan dengan hal tersebut Van den Heuvel Panhuizen (1996:13-14) menjelaskan bahwa mengajar matematika memerlukan konteks yang realistis. Kuiper dan Knuver menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat membuat: 1) matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, 2) mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, 3) menekankan belajar matematika pada “learning by doing”, 4) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian algoritma yang baku, dan 5) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika (Suherman, dkk., 2003:143).

Aspek-aspek berpikir kritis dapat dikembangkan dengan pendekatan matematika realistik. Menurut Treffers (Wijaya, 2012: 21-23) terdapat lima karakteristik pendekatan matematika realistik yaitu penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Kemampuan berpikir kritis yaitu mengidentifikasi dan memahami masalah dapat dikembangkan dengan penggunaan konteks atau masalah sehari-hari dalam pembelajaran matematika. Sedangkan kemampuan berpikir kritis yaitu mengatur strategi dan menentukan solusi, menginferensi dan mengevaluasi dapat dikembangkan dengan melatih


(27)

10

siswa untuk terbiasa memodelkan masalah, memanfaatkan pengetahuan atau ilmu matematika yang telah dimilikinya dan mengaitkan antarkonsep matematika. Salah satu pendekatan yang memuat kegiatan penggunaan konteks, pemodelan, pemanfaatan pengetahuan atau ilmu matematika yang telah dimiliki dan pengaitan antarkonsep matematika adalah pendekatan matematika realistik. Jadi, pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memandang perlu dikembangkannya perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis pendekatan matematika realistik yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam hal ini, materi yang dikembangkan difokuskan pada materi bangun ruang sisi datar.

Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari di SMP Kelas VIII. Materi tersebut penting untuk dipelajari karena banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berdasarkan hasil UN tahun akademik 2014/2015 dalam data Puspendik tahun 2015, daya serap untuk materi bangun ruang sisi datar di SMP Negeri 1 Semin adalah 60,07%, kabupaten Gunungkidul adalah 45,60%, provinsi DIY adalah 54,73%, sedangkan untuk tingkat nasional adalah 51,37%. Pemilihan materi bangun ruang sisi datar juga dikarenakan persentase jawaban benar siswa Indonesia kelas VIII untuk materi geometri berdasarkan hasil TIMSS 2011 masih rendah yaitu 24 % (Mullis et al., 2012:462).


(28)

11

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Jawaban Benar untuk Materi Geometri

Hal ini menunjukkan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar. Dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar siswa cenderung terpaku pada penjelasan yang diberikan oleh guru. Siswa kesulitan untuk menyelesaikan soal dalam bentuk cerita karena cenderung menghafal rumus. Selain itu, RPP dan LKS berbasis matematika realistik yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis pada materi bangun ruang sisi datar masih jarang ditemukan di SMP Kelas VIII.

Dengan RPP dan LKS yang dihasilkan dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran untuk siswa SMP kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar. Sehingga pembelajaran diharapkan dapat berlangsung lebih baik dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dapat tercapai.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:


(29)

12

1. Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan permasalahan matematis dalam bentuk konteks atau cerita.

2. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah dan menurun berdasarkan hasil TIMSS 2011.

3. Kurang tersedianya perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. 4. Rendahnya daya serap siswa SMP dan persentase benar dalam materi

bangun ruang sisi datar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada kurang tersedianya perangkat pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, maka penelitian ini dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis pendekatan matematiksa realistik materi bangun ruang sisi datar yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP dengan memperhatikan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah: “Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan Matematika Realistik materi bangun ruang sisi datar berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki kualifikasi valid, praktis, dan efektif?”.


(30)

13 E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik untuk materi bangun ruang sisi datar berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki kualifikasi valid, praktis, dan efektif.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung atau tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

LKS yang dihasilkan dapat dijadikan sumber belajar karena di dalamnya terdapat permasalahan dan kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar.

2. Bagi Guru

Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan:

a. dapat membantu tugas guru dalam menyiapkan dan menyampaikan materi bangun ruang sisi datar, dan

b. dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis matematika realistik


(31)

14

yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa SMP untuk materi atau topik lain.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai pengembangan perangkat pembelajaran berbentuk RPP dan LKS berbasis Matematika Realistik yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis siswa SMP.


(32)

15 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika di SMP

Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antardua siswa, antar siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013). Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004). Untuk mencapai tujuan tersebut maka matematika diajarkan sesuai dengan perkembangan kognitif individu.

Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis (menurut usia kalender) yaitu: 1. tahap Sensori Motor, dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun, 2. tahap Pra Operasi, dari sekitar umur 2 tahun sampai sekitar umur 7 tahun, 3. tahap Operasi Konkrit, dari sekitar umur 7 tahun sampai dengan sekitar umur 11 tahun, dan 4. tahap Operasi Formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya (Suherman, dkk., 2003: 37). Berdasarkan tahap kognitif tersebut, karakteristik siswa Pendidikan Menengah Pertama berada dalam tahap operasional formal. Dalam tahap ini, individu telah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Penggunaan


(33)

benda-16

benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Ia telah memiliki kemampuan untuk mengubah masalah realistik ke masalah matematika. Dalam pendidikan di Indonesia khusunya bidang studi matematika, kemampuan pada tahap ini akan terus dikembangkan dan diukur dengan menggunakan standar minimal yang telah ditentukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Saat ini pembelajaran matematika di SMP disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dimana di dalam pembelajaran matematika siswa diharuskan memenuhi standar minimal yang telah ditentukan. Standar isi memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui pembelajaran. KI dan KD materi pelajaran matematika kelas VIII SMP materi bangun ruang sisi datar berdasarkan Permendikbud No. 58 Tahun 2014 akan disajikan dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3. KI dan KD Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII Semester 2

KI KD

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah 2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan

ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar

2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari 3. Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.9 Menentukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas


(34)

17

Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 mengenai Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.

2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.

5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. 7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills).

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.

Menurut Kemendikbud (2013: 97) dalam Kurikulum 2013 terdapat beberapa elemen perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sebagai berikut.

1. Kegiatan pembelajaran dimulai dari pengamatan masalah konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan.


(35)

18

2. Rumus diturunkan oleh siswa sehingga selain siswa dapat mengaplikasikan rumus, mereka juga bisa memahami asal-usul rumus tersebut.

3. Adanya pertimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka.

4. Kegiatan pembelajaran harus dirancang agar siswa dapat berpikir kritis untuk menyelesaikan maslah yang diajukan.

5. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat membiasakan siswa untuk berpikir algoritmis.

6. Adanya perluasan pada materi–materi tertentu. 7. Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SMP tidak sebatas menekankan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal saja tetapi pembelajaran matematika di SMP sampai pada tahap mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapatkan.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Rosnawati (2012: 4) terdapat istilah yang berkaitan dengan ketrampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda, yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Terdapat beberapa definisi tentang berpikir kritis dalam dunia pendidikan. Menurut Ristontowi (2011:16), berpikir kritis adalah kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Sedangkan Beyer (Mustaji, 2013: 2) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan


(36)

19

1. menentukan kredibilitas suatu sumber,

2. membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, 3. membedakan fakta dari penilaian,

4. mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, 5. mengidentifikasi bias yang ada,

6. mengidentifikasi sudut pandang, dan

7. mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. Facione (2011: 9) menyampaikan bahwa inti dari kemampuan berpikir kritis meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, explanation, dan self-regulation. Interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan mengekspreksikan maksud dari suatu kejadian, data, keputusan, dan aturan. Analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, dan deksripsi. Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas suatu pernyataan. Explanation adalah kemampuan untuk mampu menunjukkan alasan dengan masuk akal. Self-regulation adalah kemampuan untuk memonitor aktifitas kognitif.

Sedangkan sikap seseorang yang berpikir kritis meliputi (1) memformulasikan dengan jelas dan presisi suatu pertanyaan dan permasalahan, (2) menginterpretasikan secara efektif suatu informasi, (3) menyajikan kesimpulan dan solusi yang beralasan, (4) berpikiran terbuka, dan (5) berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam menentukan solusi atas suatu permasalahan (Paul, 2006: 4).

Seseorang yang berpikir kritis menurut Helpern (2014: 19) memenuhi indikator sebagai berikut.

1. Mengenali kesalahan yang disebabkan perhubungan. 2. Mencari bukti yang bertentangan.


(37)

20

3. Menggunakan pengetahuan metakognitif yang dapat memonitor performa mereka dan dapat menentukan ketika bantuan tambahan diperlukan.

4. Berani membuat resiko untuk penilaian yang bermanfaat.

5. Menghasilkan metode yang beralasan untuk memilih beberapa kemungkinan tindakan.

6. Memberikan alasan untuk pilihan yang diambil, serta mampu memberikan penjelasan mendetail atas pilihannya dengan berbagai macam cara dan jumlah sesuai dengan penerima informasi.

7. Mengingat informasi terkait ketika dibutuhkan.

8. Menggunakan kemampuan untuk mempelajari hal baru secara efisien dan dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

9. Menggunakan informasi numerik termasuk kemampuan untuk berpikir secara probabilistik dan mampu mengekspresikan pemikiran secara numerik.

10. Memahami prinsip-prinsip dasar penelitian.

11. Menunjukkan kemampuan lanjut untuk membaca dan menulis prosa yang kompleks.

12. Menyajikan argumen yang koheren dan persuasif pada topik kontorversial dan koheren.

13. Menggunakan matriks dan diagram dalam berkomunikasi. 14. Mensitesis informasi dari berbagai macam sumber.

15. Menentukan kredibilitas informasi dan menggunakannya dalam merumuskan dan mengkomunikasikan keputusan.

Menurut Ennis (Costa, 1985: 55-56) indikator berpikir kritis dapat diturunkan dari lima besar aktivitas kritis siswa yang meliputi

1. memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan,

2. membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi,

3. menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan, 4. memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi

istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi, dan

5. mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.


(38)

21

Sedangkan Glazer (2001: 13) menyatakan bahwa aktifitas berpikir kritis antara lain pembuktian, generalisasi, dan pemecahan masalah. Pembuktian adalah membuktikan suatu pernyataan secara deduktif (menggunakan teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya). Generalisasi adalah menghasilkan pola atas persoalan yang dihadapi untuk kategori yang lebih luas. Pemecahan masalah adalah mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan memeriksa kecukupan unsur yang diperlukan dalam soal, menyusun model matematika dan menyelesaikannya, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

Adapun penilaian yang biasa diperhatikan dalam pembahasan berpikir kritis dikelompokkan Niko & Bookhart (2007: 222) ke dalam lima bidang, yaitu

1. klarifikasi dasar, terdiri atas fokus pada pertanyaan, menganalisis argumen, dan bertanya dan menjawab pertanyaan yang sifatnya memperjelas dan menantang,

2. dukungan dasar, terdiri atas menilai kredibilitas sumber serta membuat dan menilai hasil pengamatan,

3. inferensi, terdiri atas membuat dan menilai deduksi, membuat dan menilai induksi, serta membuat dan menilai hasil keputusan,

4. klarifikasi lanjutan, terdiri atas mendefinisikan istilah dan menilai definisi serta mengidentifikasi asumsi, dan

5. strategi dan taktik, terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dan beberapa tujuan yaitu mencegah pengetahuan yang didasarkan pada hafalan, mengenali macam-macam permasalahan dalam konteks yang berbeda pada waktu yang berbeda pula, dan menggabungkan informasi yang berasal dari berbagai sumber kemudian


(39)

22

membuat suatu keputusan maka aspek-aspek berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi dan Memahami Masalah

Aspek ini menerangkan tentang kemampuan siswa dalam mengkonstruksi definisi, mengidentifikasi contoh permasalahan, mengenal dan menentukan informasi-informasi dalam persoalan matematika dengan lengkap,baik informasi yang diketahui maupun yang ditanyakan. Indikator dari aspek mengidentifikasi dan memahami adalah siswa dapat menuliskan informasi penting dari soal, baik yang diketahui mapun yang ditanyakan. 2. Mengatur Strategi dan Menentukan Solusi

Aspek ini menerangkan tentang kemampuan siswa dalam menyusun perencanaan penyelesaian masalah kemudian melaksanakannya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan realistik secara runtut dan sistematis. Siswa mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk menyelesaiakan masalah yang diberikan. Indikator dari aspek mengatur strategi dan menentukan solusi adalah siswa dapat menentukan langkah-langkah dan alasan yang diambil dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Menginferensi

Aspek ini menerangkan tentang kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan atau keputusan berdasarkan informasi-informasi yang ada dengan didukung perhitungan matematis yang telah dilakukan. Indikator dari aspek menginferensi adalah siswa dapat membuat dan menilai hasil


(40)

23

keputusan secara deduktif atau induktif. Membuat kesimpulan secara deduktif adalah menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum ke khusus yang diperoleh dari seperangkat premis yang diberikan. Sedangkan membuat kesimpulan secara induktif adalah menarik kesimpulan dari hal yang bersifat khusus ke umum yang diperoleh dari seperangkat premis yang diberikan, pengamatan, atau pengalaman. Guru menciptakan suasana aktif belajar dengan mendorong siswa mengadakan pengamatan dan memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan-pertanyaan. Dari pengamatan tersebut siswa kemudian mengambil suatu kesimpulan yang bersifat umum.

4. Mengevaluasi

Aspek ini menerangkan tentang kemampuan siswa mengevaluasi (mengecek ulang) kebenaran dari langkah dan hasil pekerjaan yang telah ia temukan dan pernyataan atau jawaban yang diberikan padanya. Indikator dari aspek mengevaluasi adalah siswa dapat mencari kesalahan dan menyajikan koreksi dari suatu pernyataan atau jawaban.

Untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa, sumber belajar dapat berisi tahapan pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengecek kembali (Polya, 1985: 6-7). Hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu 1) langkah memahami masalah dapat digunakan untuk melatih kemampuan mengidentifikasi dan memahami masalah, 2) langkah merencanakan penyelesaian dan melaksanakan rencana penyelesaian dapat digunakan untuk


(41)

24

melatih kemampuan mengatur strategi dan menentukan solusi, 3) langkah mengecek kembali jawaban dan menyimpulkan dapat digunakan untuk melatih kemampuan mengevaluasi dan menginferensi. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut dapat diasah dengan pemberian soal yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis. Rosnawati, Kartowagiran, dan Jailani (2015: 186) menyatakan bahwa “The peer assessment questionnaire of critical thinking disposition consists of seven aspects: truth-seeking, open-minded, analysis, systematic, self-confidence, inquisitiveness, and maturity.”. Bebarapa contoh kata kunci pertanyaan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis adalah cukupkah, setujukah, manakah, jelaskan, dan bagaimana.

C.Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Heuvel-Panhuizen (Wijaya, 2012: 20), kata “realistik” dalam Pendidikan Matematika Realistik berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang memiliki arti untuk dibayangkan. Oleh karena itu, masalah yang digunakan dalam pembelajaran tidak sekedar memiliki kaitan dengan dunia nyata, namun mengacu pada penggunaan masalah yang dapat menyajikan situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa.

Pernyataan Freudenthal bahwa “matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia” melandasi pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Wijaya, 2012: 20). Aktivitas yang dimaksud dalam matematika merupakan aktivitas manusia yang meliputi aktivitas mencari masalah, mengorganisasi pokok permasalahan, dan memecahkan masalah. Sehingga matematika tersebut


(42)

25

tidak diberikan kepada siswa dalam bentuk ‘hasil-jadi’, melainkan siswa harus mengkonstruk sendiri isi pengetahuan melalui penyelesaian masalah-masalah kontekstual secara interaktif. Sejalan dengan hal tersebut Van den Heuvel Panhuizen (1996:13-14) menjelaskan bahwa mengajar matematika memerlukan konteks yang realistis.

Treffers (Wijaya, 2012: 21-23) menyatakan bahwa terdapat lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik, yaitu:

1. Penggunaan Konteks

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.

Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan. Manfaat lain penggunaan konteks di awal pembelajaran adalah untyk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika (Kasier dalam De Lange, 1987). Pembelajaran yang berlangsung diawali dengan penggunaan matematika formal cenderung akan menimbulkan kecemasan matematika (mathematics anxiety). 2. Penggunaan Model untuk Matematisasi Progresif

Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam meakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

Hal yang perlu dipahami dari kata “model” adalah bahwa “model” tidak merujuk pada alat peraga. “Model” merupakan suatu alat “vertikal” dalam matematika yang tidak bisa dilepaskan dari matematisasi (yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal) karena model merupakan tahapan proses transisi level informal menuju level matematika formal.


(43)

26 3. Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa

Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bevariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.

Karakteristik ke tiga dari Pendidikan Matematika Realistik ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep matematika, tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa.

4. Interaktivitas

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.

Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan. Kata pendidikan memiliki implikasi bahwa proses yang berlangsung tidak hanya mengajarkan pengetahuan yang bersifat kognitif, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai untuk mengembangkan potensi alamiah afektif siswa.

5. Keterkaitan

Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterikatan. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Menurut Gravemeijer (1994: 90) ada tiga prinsip kunci dalam mendesain pembelajaran matematika realistik yaitu sebagai berikut.

1. Penemuan Kembali Secara Terbimbing dan Proses Matematisasi Secara Progresif (Guided Reinvention and Progressive Mathematizing)


(44)

27

Prinsip pertama adalah penemuan kembali secara terbimbing dan matematisasi secara progresif. Siswa harus di beri kesempatan untuk mengalami proses yang sama dalam membangun dan menemukan kembali tentang ide-ide dan konsep-konsep matematika. Maksud mengalami proses yang sama dalam hal ini adalah setiap siswa diberi kesempatan sama dalam merasakan situasi dan jenis masalah kontekstual yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi.

2. Fenomena yang Bersifat Mendidik (Didactical Phenomenology)

Prinsip kedua adalah fenomena yang bersifat mendidik. Dalam hal ini fenomena pembelajaran menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Topik-topik ini dipilih dengan pertimbangan: (1) aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pengajaran; dan (2) kecocokan dampak dalam proses matematika secara progresif, artinya prosedur, aturan dan model matematika yang harus dipelajari oleh siswa tidaklah disediakan dan diajarkan oleh guru, tetapi siswa harus berusaha menemukannya dari penyelesaian masalah kontekstual tersebut.

3. Mengembangkan Sendiri Model-model (Self-Developed Models)

Prinsip yang ketiga adalah pengembangan model sendiri. Prinsip ini berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dengan matematika formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika yang terkait dengan masalah kontekstualyang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari


(45)

28

kebebasan itu, sangat dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa.

Kuiper dan Knuver (Suherman dkk., 2003: 143) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat membuat:

1) matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, 2) mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, 3) menekankan belajar matematika pada “learning by doing”, 4) memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian algoritma yang baku, dan 5) menggunakan konteks sebagai titik awal pemebelajaran matematika.

D.Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran didefinisikan oleh Rusdi (2008) sebagai sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Trianto (2009: 22) perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran antara lain yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 “RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru”. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,


(46)

29

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif , serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Komponen yang harus ada di dalam RPP yaitu:

1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materi pokok; 5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; 8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai; 10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, lembar kegiatan siswa, atau sumber belajar lain yang relevan; 12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan 13) penilaian hasil pembelajaran.

Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014.

a. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).

b. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. c. Memperhatikan perbedaan individu siswa antara lain kemampuan

awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.


(47)

30

d. Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. e. Berbasis konteks.

f. Berorientasi kekinian yaitu berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. g. Mengembangkan kemandirian belajar.

h. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran yang memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

i. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan.

j. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan komponen-komponen RPP dan prinsip pengembangan RPP, pengembangan RPP dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah berikut.

a. Menuliskan Identitas RPP

Identitas RPP meliputi: nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, materi pokok, dan alokasi waktu yang digunakan.

b. Menuliskan KI

KI adalah gambaran mengenai kompetensi utama dalam ranah kognitif dan psikomotorik yang harus doicapai oleh siswa dalam mempelajari setiap mata pelajaran dalam tingkat satuan pendidikan tertentu. KI dapat diambil dari standar isi atau silabus pembelajaran.

c. Menuliskan KD

KD adalah beberapa kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu yang akan digunakan sebagai acuan


(48)

31

penetapan indikator kompetensi. KD dapat dikutip dari standar isi atau silabus pembelajaran.

d. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan dalam penilaian pelajaran.

e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yaitu gambaran proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang dirumuskan dari KI dan KD pada Standar Isi.

f. Menuliskan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang dicantumkan mengacu pada KD dan Indikator Pencapaian yang telah disusun sebelumnya.

g. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran memuat tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan,kegiatan guru meliputi: a) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat


(49)

32

dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari c) apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; dan d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD dengan mengacu pada pendekatan dan metode yang telahditentukan.kegiatan pembelajaran diharapkan dapat dilakukan scara interkatif, inspiratif, menyenangkan menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukupbagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti juga harus dilakukan secara sistematis melalui tahapan 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. 3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Kegiatan ini meliputi kegiatan refleksi dan penutupan. Dalam kegiatan refleksi siswa bersama dengan guru menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari dan guru memberikan tugas atau latihan soal pada siswa untuk mengecek seberapa jauh pemahaman siswa terkait materi yang telah dipelajari. Sedangkan dalam kegiatan penutupan guru menyampaikan rencana pembelajaran pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran.


(50)

33 h. Penilaian Hasil Belajar

Bagian ini berisi prosedur dan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi.

i. Menentukan Metode Pembelajaran

Pemilihan metode pembelajaran dimaksudkan agar indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Pemilihan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa.

j. Menentukan Media/ Alat/ Bahan/ Sumber Belajar

Pada butir ini dicantumkan seluruh media/ alat/ bahan/ sumber belajar yang digunakan.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Depdiknas (2008) mendefinisikan lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Adapun tujuan penyusunan LKS menurut Depdiknas (2008) adalah sebagai berikut.


(51)

34

a. LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

b. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

c. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar. LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku.

d. LKS berfungsi sebagai penguatan.

e. LKS berfungsi sebagai petunjuk kegiatan penemuan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS adalah suatu bahan ajar pendukung yang terdiri dari langkah-langkah kegiatan yang tidak terlalu menuntun dan tugas-tugas yang dapat digunakan siswa untuk menemukan dan memahami konsep materi dan aplikasinya.

Dalam mengembangkan LKS harus diperhatikan tujuan pembelajaran yaitu terkait dengan KD yang akan dicapai. Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum menyusun LKS.

a. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi yang memerlukan bahan ajar berupa LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat


(52)

35

dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. c. Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

d. Penulisan LKS

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI. 2) Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi yang penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.


(53)

36 3) Penyusunan Materi

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. 4) Membuat LKS

Struktur LKS secara umum yaitu: 1) Judul; 2) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa); 3) Kompetensi yang akan dicapai; 4) Informasi pendukung; 5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja; dan 6) Penilaian.

LKS dapat dikatakan baik jika memenuhi aspek kelayakan yang ditentukan oleh Depdiknas (2008: 28) yaitu meliputi aspek kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan.

a. Aspek Kelayakan Isi

Pada aspek kelayakan isi/materi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.


(54)

37

1) Bahasa yang digunakan harus bersifat mengarahkan dan mudah dimengerti.

2) Penggunaan tanda baca yang tidak menyulitkan.

3) Perintah-perintah yang digunakan dapat dijangkau oleh siswa. 4) Memilih jenis, warna, dan ukuran huruf yang sesuai dengan

penggunaannya.

5) Konsep yang diajarkan harus benar dan tepat. 6) Cakupan materi sudah sesuai dengan SK dan KD.

7) Materi yang dipaparkan sudah sesuai dengan SK dan KD, serta sesuai dengan tujuan pengembangan.

8) Materi yang disajikan sesuai dengan urutan materi dalam silabus.

9) Pembelajaran materi mudah dimengerti, jelas, mengakifkan siswa, dan memotivasi siswa.

10) Latihan soal yang disajikan dapat membantu pemahaman siswa dan dapat menggambarkan aplikasi dari apa yang telah dipelajari siswa.

11) Soal-soal evaluasi benar-benar mampu mengukur tingkat pemahaman siswa.

12) Teknik penskoran yang ada harus tepat. b. Apek Kelayakan Bahasa

Aspek kelayakan bahasa mencakup syarat-syarat yang berkenan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna yaitu siswa.

1) Menggunakan bahasan yang sesuai dengan tingkat dan kedewasaan anak.

2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.

5) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

6) Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambar pada LKS. 7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

8) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

9) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itusebagai sumber motivasi.


(55)

38 c. Aspek Kelayakan Penyajian

1) Memperhatikan adanya perbedaan individual.

2) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS disini berfungsi sebagai jalan bagi siswa untuk mencari tahu.

3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.

4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

5) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh pokok bahasan pelajaran.

d. Aspek Kelayakan Kegrafikan 1) Tulisan

a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

b) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

c) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.

d) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

e) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar sesuai.

2) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. 3) Penampilan

Penampilan adalah sangat penting dalam LKS. Kombinasi antara gambar dan kata akan membuat LKS menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, sebuah LKS memiliki struktur yang terdiri atas judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian. Selain


(56)

39

itu, LKS yang baik harus memenuhi syarat kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan.

E. Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Nieveen (1999: 127), kualitas produk dalam pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut.

1. Kevalidan

Suatu produk dikatakan valid dengan merujuk pada dua hal, yaitu apakah perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan sesuai teoritiknya (content validity) dan terdapat konsistensi internal pada setiap komponennya (construct validity) (Nieveen, 1999: 127). Perangkat yang dikembangkan terdiri dari RPP dan LKS. Kevalidan RPP dinilai dari kesesuaian komponen-komponen RPP dengan komponen-komponen yang telah dirumuskan dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Sedangkan kevalidan LKS dinilai dari aspek kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan serta ditambahkan aspek kesesuaian dengan pendekatan Matematika Realistik dan orientasi berpikir kritis siswa.

2. Kepraktisan

Aspek kepraktisan merupakan kriteria kualitas perangkat pembelajaran ditinjau dari dua hal, yaitu (1) kemudahan produk untuk digunakan oleh guru dan siswa dalam mempelajari materi dan (2) perangkat pembelajaran tersebut dapat diterapkan di lapangan (Nieveen,


(1)

(2)

(3)

307

LAMPIRAN D5


(4)

308

LAMPIRAN D6


(5)

(6)

310 LAMPIRAN E

E1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) E2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)