Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Pada Pasar Modal di Indonesia

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Fadilah Haidar

NIM: 1111048000001

KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR

TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA

PASAR MODAL DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Fadilah Haidar NIM: 1111048000001

Pembimbing

Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H NIP: 195912311986091003

KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2014 M


(3)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR

TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL DI INDONESIA” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hkum

Program Studi Hukum Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 April 2015 Skripsi ini telah dierima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Prgoram Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 2 April 2015 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A, M.H (...……..……...…..) NIP. 195510151979031002

2. Sekertaris : Arip Purqon, SH.I, M.A (...……..…………..) NIP. 197904272003121002

3. Pembimbing : Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H (...……..……..…...) NIP. 195912311986091003

4. Penguji I : Nahrowi S.H, M.H (...….…..……..…..) NIP. 197302151999031002

5. Penguji II : Ismail Hasani, M.H (...……..…………..) NIP. 197712172007101002


(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 2 april 2015


(5)

iv

ABSTRAK

Fadilah haidar, NIM 1111048000001, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL DI INDONESIA”, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatyullah Jakarta, 1436 H/2014 M. viii + 57 halaman. Skrpisi ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan praktik Perdagangan orang dalam (Insider Trading) pada pasar modal di Indonesia. Latar Belakang skiripsi ini adalah perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik Perdagangan orang dalam (Insider Trading). Hukum pasar modal yang ada di Indonesia tidak memberi kepastian perlindungan hukum bagi investor dan keberlanjutan dunia pasar modal. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan penulis adalah metode penulisan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan Konseptual (conceptual approach). Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi terkait dengan perlindungan hukum bagi investor pada pasar modal di Indonesia belum memiliki kerangka dan kekuatan hukum yang jelas. Hal ini dibuktikan bahwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 sudah harus diperbaharui seriring perkembangan dunia pasar modal saat ini.

Kata Kunci : Insider Trading, Pasar Modal, Undang-undang Pasar Modal Pembimbing : Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H


(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim..

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,nikmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL DI INDONESIA”. Sholawat serta

salam penulis sampaikan kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Untuk dapat terselesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH. selaku ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Arip Purkon, MA selaku sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian.


(7)

vi

4. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

6. Orang tua, khususnya Ibunda tersayang Helly Heilviati dan sanak saudara, terima kasih atas dukungan semangat yang tidak pernah padam serta do’a, motivasi, kasih sayang, perhatian, dan bantuan (moril, materiil, dan spiritual) yang telah diberikan dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri.

7. Teman-teman ilmu hukum angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik konsentrasi hukum bisnis maupun konsentrasi hukum kelembagaan negara.

Wabillihi taufik walhidayah wassalammu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 2 April 2015 Fadilah Haidar


(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……….……i

LEMBAR PERNYATAAN………...….ii

ABSTRAK………...iii

KATA PENGANTAR……….iv-v

DAFTAR ISI………vi-vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………1-3

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah... ...3-4

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan. ... 4-5

D. Tinjauan Kajian Terdahulu. ... 6-7

E. Kerangka Teoritis. ... 7-9

F. Kerangka Konseptual. ... 9-10

G. Metode Penelitian. ... 12-15

H. Sistematika Penelitian ... 15-16

BAB II INSTRUMEN PENGATURAN PASAR MODAL DI INDONESIA A. Pengertian Pasar Modal. ... 17-18

B. Visi dan Misi Ketentuan Perundangan Pasar Modal di Indonesia.. 18

C. Peran dan Fungsi Pasar Modal.. ... 18-19

D. Produk-produk dalam Pasar Modal ... 20-22

E. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia. ... 23-25


(9)

viii

BAB III SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Pengawasan Pasar Modal Saat Ini. ... 28-31

B. Struktur Pengawasan Pasar Modal Oleh OJK.. ... 32

C. Penyidikan di Pasar Modal.. ... 33

D. Lembaga-lembaga di Pasar Modal di Indonesia.. ... 34-38

E. Mengenal Praktik Insider Trading.. ... 38

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP

PRAKTIK INSIDER TRADING DI PASAR MODAL BERDASARKAN UU NO. 8 TAHUN 1995

A. Adanya Perdagangan Orang Dalam.. ... 39-41

B. Informasi Materil yang Belum disebutkan.. ... 42-43

C. Melakukan Transaksi Dengan Informasi Material.. ... 43-44

D. Mendapatkan Keuntungan yang Tidak Layak.. ... 44-45

E. Kasus Insider Trading di Indonesia.. ... 45-46

F. Perbandingan Insider Trading di Berbagai Negara… ... 46-48

G. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Praktik Insider

Trading.. ... 49-50

H. Penyelesaian Hukum Tindakan Insider Trading di Pasar Modal.. .. 50-51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ... 52-54 B. Saran. ... 54


(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan alternatif sarana investasi bagi masyarakat (investor) dimana di dalamnya terdapat transaksi penawaran umum dan perdagangan efek dari perusahaan publik (emiten) kepada masyarakat investor. Pasar Modal/Capital Market/Stock Exchange/Stock Market/ dalam dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya.1 Pasal 1 angka 13 Undang - Undang Nomor 08 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Kegiatan tersebut dilindungi oleh payung hukum yang sangat menjunjung tinggi prinsip keterbukaan.

1

Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek. (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999) h. 10.


(11)

Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta materil, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga.2 Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan informasi atau fakta materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan.3 Prinsip keterbukaan adalah prinsip yang menjadi landasan pertimbangan bagi para pelaku di pasar modal untuk melakukan aktivitas perpasarmodalan secara rasional.

Menurut Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi. Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik antara lain, penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan, Pemecahan saham atau pembagian deviden saham, pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya, perolehan atau kehilangan kontrak penting, produk atau penemuan baru yang berarti, perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen, pengumuman pembelian kembali atau

2

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Cet. Pertama, 2001), h. 1.

3

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), h. 230.


(12)

pembayaran Efek yang bersifat utang, penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang materiel jumlahnya, pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel, perselisihan tenaga kerja yang relative penting, tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan, pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain, penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan, penggantian wali amanat, Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Menurut penulis perlindungan hukum bagi investor merupakan suatu hal yang krusial dalam kelangsungan dunia bisnis dan investasi, wujud dari perlindungan hukum itu sendiri berupa legal structure dan legal substance

dimana keduanya saling bersinergi dalam memberi kepastian dan perlindungan hukum. Dengan tidak adanya perlindungan hukum bagi investor terhadap kejahatan insider trading di pasar modal maka akan tercipta unfair market, timbulnya illicit profit, dan untrustable market yang merugikan investor. Dengan adanya ketidakpastian perlindungan hukum pada Investor di Undang-undang pasar Modal Indonesia maka penulis tertarik mengangkat skripsi yang berjudul ”Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Kejahatan Insider Trading Pada Pasar Modal di Indonesia”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan penulis bahas tidak terlalu meluas sehingga dapat mengakibatkan ketidak jelasan maka penulis membuat pembatasan masalah yakni,


(13)

membahas praktik perdagangan orang dalam (Insider Trading) di pasar modal dan menelaah perlindungan hukum yang masih amat lemah terhadap praktik perdagangan orang dalam (Insider Trading) sehingga implikasinya menyebabkan lemahnya penegakan hukum akan kejahatan Insider Trading tersebut .

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana memberantas praktik perdagangan orang dalam (insider trading dalam dunia pasar modal di Indonesia?

b. Bagaimana perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik perdagangan orang dalam (Insider Trading) di pasar modal Indonesia berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995?

c. Bagaimana akibat dari adanya praktik perdagangan orang dalam (insider trading dalam kelangsungan pasar modal di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan

Secara umum tujuan penulisan adalah untuk medalami tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Secara khusus tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


(14)

- Untuk mengetahui praktik Perdagangan orang dalam (Insider Trading). - Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik

Perdagangan orang dalam (Insider Trading).

2. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memeperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam hukum bisnis dalam bidang pasar modal, utamanya mengenai segala aspek yang menyangkut kejahatan insider trading. Diharapak dapat berkontribusi juga bagi perkembangan hukum bisnis di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dan landasan bagi penulis lanjutan, dan mudah-mudahan dapat memberikan masukan bagi pembaca terutama bagi pembentuk hukum khususnya pembentukan Undang-undang tentang Pasar Modal (UUPM) yang baru karena memang perlu dibuat pengembangan dari UUPM yang sampai sekarang masih dipergunakan.


(15)

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan menyertakan beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh I.B Priyatna Putra, dkk dari Universitas Udayana, tahun 2012, yang berjudul “Insider Trading dalam kegiatan pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal 1995.” Penelitian tersebut menjelaskan secara mendasar aspek fiduciary duty yang termaktub dalam Undang-undang Pasar Modal 1995.

Skripsi yang disusun oleh Taufik Arfi Wargadalam dari Universitas Indonesia, tahun 2008, yang berjudul “Tinjauan Hukum Indikasi terjadinya

Insider Trading pada kasus ISE Holding and Business Partners di Amerika Serikat dikaitkan dengan penegakan hukum Insider Trading di Indonesia.” Penelitian tersebut menjelaskan perbandingan penanganan dan penegakan hukum kejahatan insider trading di Negara Amerika Serikat dengan penanganan dan penegakan hukum yang ada di Indonesia.

Buku dari Yulsafni, yang berjudul “Hukum Pasar Modal”, diterbitkan

oleh Badan Penerbit Iblam, Jakarta, tahun 2005. Pada buku karangan Yulsafni ini hanya diuraikan definisi dan teori-teori dasar mengenai pasar modal, sedangkan aspek praktik insider trading dibahas mengenai teori dan dampaknya bagi dunia pasar modal.


(16)

Sebagai perbandingan sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis menguraikan perihal bagaimana ketidakpastian hukum dari UUPM yang kini masih berlaku dan buruknya law enforcement khusunya untuk perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik insider trading di pasar modal. Jadi terdapat perbedaan pembahasan dan masalah yang diangkat penulis dengan penilitian-penelitian kejahtan insider trading yang sudah ada.

E. Kerangka Teoritis

Terdapat beberapa asas hukum yang menyangkut penindakan kejahatan

insider trading ini, yakni asas kepastian hukum (certaintly of law) menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. Menurut Sudikno Mertukusumo kepastian hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik. Terasa jelas bahwa penindakan tegas kejahatan insider trading ini perlu adanya kepastian hukum demi melindungi para shareholder.

Asas itikad baik (good faith) dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang undang Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam praktik kejahatan insider trading ini, terlihat jelas bahwa para oknum melakukan skema dan intrik perdagangan sekuritas dengan unsur bad faith.


(17)

Terdapat tiga teori yang dikenal dalam praktik perdagangan efek di pasar modal, yaitu :4

- Disclose or Abstain Theory

Menentukan pilihan yaitu membuka informasi (disclose) kepada pedagang/investor lain atau tidak membuka informasi materil tetapi juga tidak boleh melakukan transaksi perdagangan (abstain) atau tidak merekomendasikan kepada pihak lain.

- Fiduciary Duty Theory

Fiduciary Duty Theory didasarkan kepada doktrin common law common law yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hubungan lain berdasarkan kepercayaan. (trust or confidence) dengan perushaan. Berdasarkan teori tersebut siapa saja yang dibayar oleh perusahaan untuk melakukan tugas yang diberikan, maka dia mempunya duty kepada perusahaan untuk menjalankan tugasnya, yang bersangkutan tidak boleh mengambil manfaat bahkan harus mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan.

- Misappropriation Theory

Misappropriation Theory adalah mengenai transaksi yang dilakukan oleh orang luar perusahaan secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum tersedia bagi masyarakat maka dianggap sama telah melakukan iinsider trading.

4


(18)

Adapun pendapat Sir John Templeton dalam dunia investasi saham yang terkenal yakni Bull markets are born on pessimism, grown on scepticism, mature on optimism and die on euphoria.5 Ini bermakna bahwa dunia pasar modal amatlah penuh resiko dan dinamis.

Menurut penelitian penulis tidak terciptannya kepastian hukum dalam pengaturan pasar modal Indonesia dan adanya ketidakselarasan teori-teori hukum dan pasar modal menyebabkan mewabahnya insider trading dan sudah barang tentu semakin sulit ditindak. Perlu diketahui bahwa penindakan hukum akan baik bila struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum berjalan selaras.

F. Kerangka Konseptual

Termaktub dalam Bab XI UU No 8 Tahun 1995, mengenai pengaturan untuk penindakan terhadap penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam, bahwa larangan Insider Trading diatur dalam Pasal 95-98 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal6

Pemberian sanksi administratif kepada korporasi sesuai dengan Pasal 102 Undang-Undang Pasar Modal juncto Pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995 sedangkan terhadap kejahatan perdagangan orang dalam landasannya adalah Pasal 104 Undang-Undang Pasar Modal dimana sanksi yang dirumuskan bersifat kumulatif berupa pidana penjara dan denda. Larangan pedagangan oleh orang dalam ini

5

http://www.wallstcollege.com/5-investment-quotes-from-sir-john-templeton. Diakses pada, Kamis 20 Januari 2015. Pukul 15.47 WIB.

6


(19)

mulai diintrodusir dengan diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995. Keterbukaan informasi

merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui para investor. Dengan

keterbukaan informasi para investor dapat menganalisis dan mendapat keuntungan

dalam melakukan penawaran jual atau beli atas suatu efek.7

Alasan utama adanya suatu keterbukaan informasi adalah agar para pihak

dapat melakukan suatu informed decision (suatu landasan agar terbentuk harga pasar

yang wajar).8 Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar

modal adalah praktik insider trading. Menurut Investopedia definisi insider trading adalah The buying or selling of a security by someone who has access to material, nonpublic information about the security.9 Menurut Yulsafni unsur-unsur dari insider trading, yaitu :10

- Adanya orang dalam

- Informasi material belum disclosure

- Melakukan transaksi karena informasi material.

- Mendapatkan keuntungan yang tidak layak (illicit profit)

7

Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Jakarta, Harvarindo, 2000), h. 113.

8

Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam. (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 21.

9

http://www.investopedia.com/terms/i/insidertrading.asp. Diakses pada 03 November 2014, pukul 18.20 WIB.

10


(20)

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan jenis penelitian hukum untuk perkara In-Concrito. Dimana penulis mencari fakta-fakta yang akurat dan valid tentang sebuah peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan perundang-undang yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.

2. Pendekatan

a. Pendekatan Perundang-Undangan

- Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( Hasil Amandemen).

- KUHPerdata (Bugelijk Wetboek) - KUHP (Wetboek van Strafrecht)

- Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

- Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi.


(21)

b. Pendekatan Konseptual

Didalam UUPM tidak memberikan “batasan” secara tegas mengenai

insider trading. Kata “batasan” dalam hal ini adalah orang-orang yang tidak disebutkan dalam UUPM yaitu mereka yang tidak disebutkan mempunyai suatu celah untuk melakukan tindakan insider trading. Sebenarnya masih ada pihak lain selain yang disebut dalam UUPM yang mestinya masih mungkin pantas untuk dijerat dengan perbuatan insider trading. Pihak lain tersebut adalah orang atau pihak di luar perusahaan yang secara tidak sengaja atau tidak langsung memperoleh informasi dari orang dalam.

Menurut penulis amat diperlukan pengembangan dan penambahan perturan tentang insider trading ini sebab bagitu banyak kelemahan pada Pasal 95 UUPM. Berikut kelemahaan-kelemahan Pasal 95 UUPM ini :

- Tidak disebutkannya pihak-pihak luar emiten secara detail dan sesuai perkembangan dunia pasar modal seperti perusahaan pialang (brokerage firm)11, seorang pialang (broker), Penjamin emisi (underwriting company)12, perusahaan penilai (appraisal company)13, dan pihak-pihak di

11

A brokerage firm, or simply brokerage, is a financial institution that facilitates the buying and selling of financial securities between a buyer and a seller. Brokerage firms serve a clientele of investors who trade public stocks and other securities, usually through the firm's agent stockbrokers.

12

A company or other entity that administers the public issuance and distribution of securities from a corporation or other issuing body. An underwriter works closely with the issuing body to determine the offering price of the securities, buys them from the issuer and sells them to investors via the underwriter's distribution network.

13

A valuation of property (ie. real estate, a business, an antique) by the estimate of an authorized person. In order to be a valid appraisal, the authorized person will have a designation from a regulatory body governing the jurisdiction the appraiser operates within.


(22)

luar perusahaan (emiten) lainnya baik relasi dan afiliasinya yang dapat menunjang praktik insider trading baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

- Undang-Undang Pasar Modal tersebut tidak mengatur ketentuan “pihak lain yang menerima informasi tidak langsung dari insider, tetapi informasi diterima dari tippee yang lain” (secondary tippee) sebagai insider.

- Undang-Undang Pasar Modal Indonesia dalam mengatur kategori insider belum secara maksimal mengatur rambu-rambu insider trading.

3. Data dan sumber data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tidak diperoleh dari sumber pertama yang bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya.

Data sekunder dalam penelitian ini dapat dibagi atas 3 kelompok besar, yaitu :

- Bahan hukum primer yang penulis peroleh dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

- Bahan hukum sekunder diperoleh penulis dari Buku-buku terkait pembahasan hukum dan pasar modal, keterangan, kajian, analisis tentang hukum positif seperti skripsi, makalah seminar,dll.


(23)

- Bahan hukum tertier yang dipergunakan penulis sebagai bahan yang mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Indonesia,Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus Hukum.

4. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan pasar modal, pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet.

5. Metode Pengumpulan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian, kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun hukum positif yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

6. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman


(24)

Penulisan Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi, maka penulis memberikan sistematikanya secara garis besar, sebagai berikut :

Bagian awal skripsi : sampul, lembar berlogo, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata,

Abstract, daftar isi, serta daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri atas :

Bab I Pendahuluan

Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi, dan metode penelitian.

Bab II Peran, fungsi, dan instrumen pasar modal

Membahas berbagai hal mengenai Peran, fungsi, dan instrumen pasar serta teori-teori yang berkaitan dengan pasar modal (stock exchange).

Bab III Pengawasan Pasar Modal di Indonesia

Membahas mengenai segala hal yang berkaitan dengan Pengawasan dalam dunia pasar modal di Indonesia saat ini.


(25)

Trading di Pasar Modal

Membahas mengenai Perlindungan hukum bagi Investor Terhadap Praktik

insider trading, dan bagaimana dampak dari Praktik insider trading. Bab V Penutup

Berisi kesimpulan dan saran


(26)

BAB II

INSTRUMEN PENGATURAN PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Pengertian Pasar Modal

Pasar Modal/Capital Market/Stock Exchange/Stock Market/ dalam dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya.1 Menurut Pasal 1 angka 13 Undang - Undang Nomor 08 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara. Nomor 3587) pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian pasar modal sebagaimana pasar konvensional pada umumnya, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar (market) merupakan saran yang mempertemukan aktivitas pembeli dan penjual untuk seuatu komoditas atau jasa. Pengertian modal (capital) dapat dibedakan :2

1. Barang modal (capital goods) seperti tanah, bangunan, gedung, mesin.

1

Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung : Citra Aditya Bakt, 1999, h. 10.

2

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. . Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Prenada Media, 2004, h. 10.


(27)

2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.

B. Visi dan Misi Ketentuan Perundangan Pasar Modal di Indonesia

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 52 Tahun 1952 Tentang penetapan “Undang-undang Darurat tentang Bursa dan Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79, sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67Perundangan Pasar Modal di Indonesia yakni UU No. 8 Tahun 1995, terdapat visi dan misi bagi pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pasar modal di Indonesia, yakni sebagai berikut :

- Visi : Memajukan pembangunan nasional serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi.

- Misi : Berperan strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.

C. Peran dan Fungsi Pasar Modal

Secara umum, pasar modal mempunyai peran penting bagi perkembangan ekonomi suatu Negara karena pasar modal berfungsi sebagai:3

3

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h 7


(28)

- Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif;

- Sumber pembiayaan yang mudah, murah, cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional;

- Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja dan juga mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi; - Memeperkokoh mechanism financial market dalam menata system moneter,

karena pasar modal; dapat menjadi saran open market operation sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral dan Menekan tingginya bunga menuju suatu rate yang reasonable;

- Sebagai alternative investasi bagi para pemodal.4

Sangat diperlukan hukum yang mengatur seluruh kegiatan di pasar modal, sebab aktivitas di pasar modal amatlah kompleks. Apabila disimpulkan yang merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap pasar modal pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Keterbukaan Informasi;

2. Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku di pasar modal; 3. Pasar yang tertib dan modern;

4. Efisiensi; 5. Kewajiban;

6. Perlindungan Investor.5

4

Departemen Keuangan RI. Seluk Beluk Pasar Modal. (Jakarta : Depkeu RI, Tanpa tahun), h .5.


(29)

Adapun fungsi dari Pasar Modal, secara umum, fungsi pasar modal adalah sebagai sarana penambah modal bagi usaha, sebagai sarana pemerataan pendapatan, sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi, sebagai sarana penciptaan tenaga kerja, sebagai sarana peningkatan pendapatan negara, sebagai indikator perekonomian Negara.6

D. Produk – Produk pada Pasar Modal 1. Reksa Dana

Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi. Melalui dana reksa ini nasihat investasi yang baik “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang” bisa dilaksanakan. Pada prinsipnya investasi pada reksa dana adalah melakukan investasi yang menyebar pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.7

5

Munir Fuady. 1996. Pasar Modal Modern(Suatu Tinjauan Hukum. (Bandung : Citra Adtyia Bakti, ), h.13.

6

Alam S. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jilid 2.(Jakarta: Esis, 2007), h. 70–71 7

Gunawan Widjaya dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran Serta Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Seri Pengetahuan Pasar Modal (Jakarta: Prenada Media Group, 2006.), h 7.


(30)

2. Saham

Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.8 Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Laba yang besar dari saham didistribusikan kepada pemegang saham sebagi dividen.

3. Saham Preferen

Saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.

4. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman.9 Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka. Hanya saja obligasi dapat diperdagangkan.

8

Edilius dan Sudarsono. Kamu Ekonomi Uang dan Bank (Jakarta:Rineka Cipta, 2001), h. 239.

9

Dyah Ratih S. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab, Univ. (Yogyakarta : Atmajaya, 2002), h .82.


(31)

5. Waran

Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.

Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen, terlebih dahulu ia menggunakan waran untuk membeli saham Capital gain bisa didapat bila pemegang obligasi yang disertai waran menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga ketika memperolehnya.10

6. Right Issue

Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue dapat diperdagangkan. Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah dari saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang akan

10


(32)

didapat oleh pembeli right issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.11

E. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:12

- 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

- 1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

- 1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

- Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

- 1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II - 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

11

Ibid., hlm. 35. 12

http://www.tianmarketiva.com/sejarah-bursa-efek-indonesia. Diakses pada 10 Mei 2014, pukul 18.41 WIB.


(33)

- 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

- 1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

- 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

- 1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

- 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

- 1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

- 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.


(34)

- Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

- 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

- 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

- 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems).

- 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

- 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

- 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

- 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

- 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(35)

F. Perusahaan Go Public

Go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya.13 Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi pada pasar perdana (primary market).

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (Secondary Market).

Istilah Emiten dapat kita temukan pada Pasal 1 angka 6 UU no 8 tahun 1995, Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.14 Emiten adalah Pihak yang melakukan penawaran umum efek, baik efek yang bersifat ekuitas (saham), efek yang bersifat hutang (obligasi), efek yang bersifat syariah (sukuk).

Pihak yang melakukan penawaran umum saham / (Go Publik, Initial PublikOffering/IPO) adalah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), karena modal PT direpresentasikan atau dalam bentuk saham, sedangkan pihak yang melakukan penawaran umum obligasi atau sukuk disebut Emiten obligasi/atau sukuk, dimana tidak hanya perusahaan berbentuk PT saja, tetapi

13

Hendy M. Fakhruddim. Go Public. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2008), h 12. 14


(36)

setiap pihak dimungkinkan untuk dapat menerbitkan atau menjual obligasi atau sukuk di pasar modal Indonesia.

Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang – kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sejak perusahaan melakukan penawaran saham perdana di berlangsung maka investor15 akan memilih perusahaan mana yang paling lucrative ke dalam portofolionya.

15

An investor is a person who allocates capital with the expectation of a financial return. The types of investments include: equity, debt securities, real estate, currency, commodity, derivatives such as put and call options, etc. This definition makes no distinction between those in the primary and secondary markets. That is, someone who provides a business with capital and someone who buys a stock are both investors. An investor who owns a stock is known as a shareholder.


(37)

BAB III

SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Pengawasan Pasar Modal Saat Ini

Seiring berkembangnya hukum di tanah air Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 mengisyaratkan bahwa adalah lembaga OJK bertugas menggantikan Bapepam dalam pengawasan kegiatan di pasar modal.1 Dalam Pasal 6 huruf b Undang-Undang No 21 Tahun 2011, OJK melaksanakan tugas dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Kehadiran OJK adalah menggusur BAB Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 ayat (1): “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas,

dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK”.2

Secara normative

1

Inda Rahyani. Hukum Pasar Modal Indonesia, Univ. (Yogyakarta : Atmajaya, 2002), h .82. 2

http://riosidauruk.blogspot.com/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html. Diakses pada, Kamis 16 Oktober 2014. Pukul 15.47 WIB.


(38)

yuridis, dengan terjadinya pengalihan fungsi, tugas serta wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap sector pasar modal dari Bapepam kepada OJK maka seluruh wewenang yang dimiliki oleh Bapepam berdasarkan undang-undang Pasar Modal akan menjadi kewenangan OJK. Menurut pasal 5 UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Peralihan kewenangan tersebut meliputi kewenangan untuk:

a. Memberi :

1. Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;

2. Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan

3. Persetujuan bagi Bank Kustodian;

b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;

c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;

d. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan


(39)

pendaftaran;

e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang dan atau peraturan pelaksanaanya;

f. Mewajibkan setiap Pihak untuk :

1) Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau

2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g. Melakukan pemeriksaan terhadap :

1) Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang;

h. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

i. Mengumumkan hasil pemeriksaan;


(40)

j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dsan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalakan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal

n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal

o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas UUPM atau peraturan pelaksanaannya;

p. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 UU PM;dan

q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang Pasar Modal.


(41)

B. Struktur Pengawan Pasar Modal oleh OJK

Khusus pengawasan terhadap bidang pasar modal, OJK memiliki struktur pengwasan tersendiri berikut srtuktur pengawasan pasar modal OJK:3

Deputi Komisioner Pengawan Pasar Modal I

Deputi ini membawahi beberapa direktorat yang terdiri dari:

- Direktorat Pengaturan Pasar Modal

- Direktorat Standar Akutansi dan Tata Kelola - Direktorat Pasar Modal Syariah

- Direktorat Pemeriksaan dan Penyidikan Pasar Modal - Direktorat Penerapan Sanksi dan Keberatan Pasar Modal

Deputi Komisioner Pengawan Pasar Modal II

Deputi ini membawahi beberapa direktorat yang terdiri dari:

- Direktorat Pengelolaan Investasi - Direktorat Transisi dan Lembaga Efek - Direktorat Penilaian Keuangan Sektor Jasa - Direktorat Penilaian Keuangan Sektor Riil

- Direktorat Lembaga Profesi dan Penunjang Pasar Modal

3


(42)

C. Penyidikan di Bidang Pasar Modal

Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan Bapepam kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk mengenakan denda, pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha serta pembatalan persetujuan pendaftaran (Pasal 102 UU No 8 Tahun 1995) Sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti layaknya Polisi dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan, hal tersebut ada pada Pasal 100 dan 101 UUPM.

Mengenai kewenangan polisionil Bapepam yang didelegasikan oleh OJK sebagai PPNS diatur dalam Peraturan Pemerintah No.46/1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur masalah-masalah mengenai tujuan pemeriksaan, norma dan pedoman umum pemeriksaan serta bagaimana pemeriksaan dilakukan oleh PPNS. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat penegak hukum lainnya, juga dapat melalukan perintah penangkapan sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh pendahulunya yaitu Bapepam.


(43)

D. Lembaga – lembaga di Pasar Modal di Indonesia

Berikut merupakan Lembaga Penunjang pada Pasar Perdana : 4 a. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)

Tugas penjamin efek antara lain adalah memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya dikeluarkan, harga yang wajar dan jangka waktu efek (obligasi dan sekuritas kredit), kemudian dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu menyelesaikan tugas adinistrasi yang berhubungan dengan pengisian dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek, penyusunan prospektus merancang spesimen efek dan mendampingi emiten selama proses evaluasi. Mengatur penyelenggaraan emisi (pendistribusian efek dan menyiapkan sarana-sarana penunjang).

b. Akuntan Publik

Tugas akuntan publik antara lain adalah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapatya, memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan-ketentuan Bapepam,memberikan petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik apabila diperlukan.

c. Konsultan Hukum

Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten dan memberikan pendapat dari sisi hukum tentang keadaan dan keabsahan

4

I Putu Gede Ari Suta, Menuju Pasar Modal Modern. (Yayasan SAD Satria Bakti, 2000), h. 211. Dan lihat pula Yulsafni. Hukum Pasar Modal……h. 58-67


(44)

usaha emiten, yang meliputi anggaran dasar, izin usaha, bukti kepemilikan atas kekayaaan emiten, perikatan yang dilakukan oleh emiten dengan pihak ketiga, serta gugatan dalam perkara perdata dan pidana.

d. Notaris

Notaris bertugas membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta perubahan anggaran dasar dan menyiapkan naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.

e. Agen Penjual

Agen penjual ini umumnya terdiri dari perusahaan pialang (broker/dealer) yang bertugas melayani investor yang akan memesan efek, melaksanakan pengembalian uang pesanan dan menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan.

f. Perusahaan Penilai

Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan melakukan penilaian kembali aktivanya. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui beberapa beesarnya nilai wajar aktiva perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui pasar modal.

Adapun lembaga penunjang dalam emisi obligasi. Dalam emisi obligasi, disamping lembaga penunjang untuk emisi saham juga dikenal lembaga sebagai berikut:


(45)

g. Wali Amanat (Trustee)

Tugas wali amanat adalah menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten, melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta kekayaan emiten yang diterima olehnya sebagai jaminan, memberikan nasihat yang diperhitungkan oleh emiten, melakukan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok beserta bunganya yang harus dilakukan oleh emiten tepat pada waktunya, membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten, memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila diperlukan.

h. Penanggung (Guarantor)

Penanggung bertanggungjawab atas dipenuhinya pembayaran pinjaman pokok obligasi beserta bunganya dari emiten kepada para pemengang obligasi tepat pada waktunya, apabila emiten tidak memenuhi kewajibannya.

i. Agen Pembayar (Paying Agent)

Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya dilakukukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat obligasi telah jatuh tempo. Selain dari pada itu dalam pasar modal juga terdapat lembaga penunjang pasar sekunder yakni, merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di bursa. Lembaga penunjang tersebut terdiri dari:


(46)

j. Pedagang Efek

Di samping melakukan jual beli efek untuk diri sendiri, pedangang efek juga berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek tertentu dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara likuiditas efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di pasar sekunder.

k. Perantara Perdagangan Efek (Broker)

Broker bertugas menerima order jual dan beli investor untuk kemudian ditawarkan dibursa efek, atas jasanya broker mengenakan fee kepada investor. l. Perusahaan Efek

Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas (securities company) dapat menjalankan saru atau beberapa kegiatan, baik sebagai penjamin emisi efek (underwriter) , peranraa pedagang efek, manajer investasi atau penasihat investasi.

m. Biro Administrasi Efek

Yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagaian hak opsi, emisi sertifikat, atau laporan tahunan untuk emiten.

n. Reksa Dana (Mutual Fund)

Reksadana merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana-dana investor yang pada umumnya diinvestasikan dalam bentuk instrumen


(47)

pasar modal atau pasar uang oleh manajer investasi. Atas dana yang dikelola tersebut diterbitkan unit saham atau sertifikat sebagai bukti keikutsertaan investor pada perusahaan reksadana.

E. Menganal Praktik Insider Trading

Menurut Black's Law Dictionary yang dimaksud dari Insider Trading

adalah Where private information is used to create more profit. Sometimes this is considered a crime and punished. Refer to gun jumping.5 Adapun menurut Utpal Bhattacharya dan Hazem Daouk dalam Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1, tahun 2002, Insider trading is the trading of a public company's stock or other securities (such as bonds or stock options) by individuals with access to non-public information about the company. In various countries, trading based on insider information is illegal.6

UUPM dianggap kurang mendukung perlindungan kepada investor, sebab prinsip pengaturan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori penyalahgunaan (misaproprition theory) maka ketika terjadi praktik-praktik perdagangan orang dalam tidak efektif memberikan sanksi hukum kepada keterlibatan orang dalam dalam insider trading

5

http://thelawdictionary.org/insider-trading/ Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 20.29 WIB.

6

Utpal Bhattacharya and Hazem Daouk. The World Price of Insider Trading. (Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1. 2002)


(48)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP

PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL

DI INDONESIA BERDASARKAN UU NO 8 TAHUN 1995

A. Adanya Perdagangan Orang Dalam

Dari beberapa kejahatan yang dilakukan di bursa perdagangan oleh orang dalam (insider trading) adalah yang paling terkenal. Hal ini mungkin karena orang yang mengetahui informasi orang dalam dalam mempergunakannya dalam perdagangan sering dianggap “jenius” dalam perdagangan (karena setiap transaksi yang dilakukannya) membawa keuntungan besar).

Ditinjaun dari prespektif hukum Islam insider trading ini merupakan haram, karena mengandung kebathilan, sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. An Nisaa ayat 29:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan


(49)

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimusesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas, pada dasarnya adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai kepada semua orang (pemodal) secara merata terlebih dahulu sehingga tidak ada satu pihak pun yang diuntungkan, dengen mengingat bahwa informasi di bursa merupakan komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau tidak melakukan investasi. Dengan demikian tidak seorang pun akan diuntungkan terutama apabila yang bersangkutan mempunyai akses terhadap1 manajemen perusahaan.

Larangan pedagangan oleh orang dalam ini mulai diintrodusir dengan diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995, yang kemudian diperkuat dengan diberlakukannya UUPM. Ketentuan mengenai perdagangan orang dalam ini ditentukan dalam Pasal. 95-98 UUPM. Ketentuan selanjutnya dari UUPM ini (Pasal. 96-98) memperluas jangkauan dari Pasal. 95 baik terhadap orang dalam yang mendorong/mempengaruhi orang lain atau memberikan informasi orang dalam kepada pihak lain (Pasal. 96), atau “orang luar” yang berusaha untuk memperoleh

1

Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, (Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998), h 57.


(50)

informasi orang dalam tersebut secara melawan hukum (Pasal. 97) serta juga terhadap perusahaa efek/anggota bursa (Pasal. 98).

Bilamana ditemukan kecenderungan transaksi yang mencolok, seperti kenaikan atau penurunann harga yang luar biasa, volume dan frekuensi perdagangan yang “istimewa” (karena sebelumnya saham tersebut tidak aktif), termasuk aktivitas transaksi Anggota Bursa yang luar biasa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan terhadap semua informasi resmi yang telah dipublikasikan, kemudian emiten juga dihubungi untuk memberikan konfirmasi apakah yang bersangkutan telah memberikan informasi tertentu melalui media massa atau memang ada keadaan/ kejadian yang telah terjadi atau akan dilakukan tetapi masih dirahasiakan.2 Gejala-gejala3 di atas perlu diteliti lebih lanjut karena biasanya mereka yang mempunyai informasi orang dalam akan melakukan tindakan jual atau beli mendahului diumumkannya kejadian-kejadian penting dalam perusahaan.4 Apabila tidak ditemukan cukup alasan yang menunjang adanya indikasi transaksi yang tidak wajar dimaksud, maka penelitian berikutnya

2

Ibid, hal 60 3

Mereka yang mengetahui informasi orang dalam biasanya akan bertindak lebih dahulu, misalnya kalau ada kenaikan pembagian deviden (dibandingkan tahun sebelumnya) atau pengambilalihan (take over) emiten karena setelah pengumuman saham biasanya akan mengalami kenaikan. Sebaliknya akan menjual kalau perusahaan akan mengeluarkan pengumuman yang dapat mengakibatkan penurunan harga saham, misalnya pabaila ada kerugian dalam tahun buku yang bersangkutan.

4


(51)

dilakukan dengan cara memeriksa data base anggota bursa 5 maupun emiten yang bersangkutan yang berkaitan dengan kemungkinan hubungan afiliasi satu dengan yang lainnya.

B. Informasi Materil yang Belum Disebutkan

Ketentuan tentang manipulasi harga dan “insider trading” kelihatannya juga

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya transaksi oleh perusahaan publik terhadap efek sendiri.6

Rahasia berharga (informasi) ini dapat berupa apapun, antara lain seperti yang dicantumkan dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-86/PM/1996, Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut: a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan; b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e. Produk atau penemuan baru yang berarti; f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang; h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya; i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting; k. Tuntutan hukum yang

5

Ibid, hal 61. 6


(52)

penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan; l. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain; m. Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; n. Penggantian Wali Amanat; o. Perubahan tahun fiscal perusahaan.

C. Melakukan Transaksi dimana dengan Informasi Meterial

Hal yang sangat menarik mengenai “perdagangan orang dalam”7 dalam hukum pasar modal kita adalah tidak dicantumkannya unsur “mendapatkan/meperoleh keuntungan” dari transaksi dengan mempergunakan informasi orang dalam.

Dengan demikian UUPM memang melarang sama sekali adanya unsur “informasi orang dalam” ini dalam perdagangan efek di bursa kita tanpa melihat apakah adanya informasi tersebut memberikan keuntungan atau tidak kepada si pengguna informasi tersebut. Larangan perdagangan oleh orang dalam ini begitu pentingnya bahkan punya pesan khusus kepada orang dalam dengan menyatakan

7

Maksud dari “orang dalam” dalam pasar modal yang dikenal di Indonesia hanya meliputi: a. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;

b. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;

c. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam; atau

d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.

Sebagai contoh penjelasan huruf d adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai sebagai orang dalam sampai dengna tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.


(53)

bahwa “orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi agar informasi tidak disalahgunakan oleh pihak yang menerima informasi tersebut untuk8 melakukan pembelian atau penjualan atas efek. Menemukan adanya “insider trading” tidak mudah karena biasanya dengan modus canggih dan kompleks,9 namun indikasi awal dapat dilakukan dengan cara memantau perkembangan transaksi di Bursa.

D. Mendapatkan Keuntungan yang Tidak Layak

Pada pelaksanaan praktik Insider trading di bursa saham motif utama para pelaku adalah mendapatkan keuntungan, namun keuntungan ini tidak dibenarkan sebab diusahakan dengan cara yang tidak legal secara hukum maupun tidak etis secara etika perdagangan bursa, hal seperti ini dikenal dengan Illicit profit, definition is, Not permitted or allowed; prohibited; unlawful; as an illicit trade; illicit intercourse.10 Adapun objek lainnya yang menjadi motif dalam pelaksanaan

insider trading ini menurut Doug Bandow a senior fellow at the Cato Institute adalah The objective of insider trading laws is counter-intuitive: prevent people from using and markets from adjusting to the most accurate and timely

information. The rules target “non-public” information, a legal, not economic

8

Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, (Jurnal Hukum dan Pembangunan), h. 60

9

M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 270

10

West's Encyclopedia of American Law (The Gale Group, Inc. All rights reserved. Copyright, edition 2. 2008)


(54)

concept. As a result, we are supposed to make today’s trades based on

yesterday’s information.

E. Kasus Insider Trading di Indonesia

Berikut merupakan contoh kasus lemahnya kekuatan UUPM untuk menjerat praktik insider trading di Indonesia. Insider Trading pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2007 sebagaimana diberitakan Detik Finance oleh Wahyu Daniel - detikfinance Selasa, 18/12/2007 10:52 WIB:

- Duduk Perkara : “Kasus dugaan Insider Trading PGN menguak ke permukaan pada Januari 2007 lalu. Dugaan muncul akibat penundaaan proyek pipanisasi gas Sumsel-Jabar (SSWJ) yang tidak segera dilaporkan manajemen ke publik. Harga saham pada 12 Januari 2007 terjungkal 23,32 persen menjadi Rp 7.400 per saham. Tidak dilaporkannya penundaan proyek tersebut diduga terkait dengan kepentingan divestasi saham PGN 5,32 persen pada 15 Desember 2006 agar harga ketika divestasi tidak turun”.

- Putusan Hukum : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam-LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap 9 orang karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam kasus perdagangan saham PGN (Insider Trading). Ke-9 Orang itu adalah mantan Dirut PGN WMP Simanjuntak didenda Rp 2,330 miliar, mantan Sekretaris Perusahaan Widyatmiko Bapang sebesar Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo Prijono Rp 53 juta, Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184 juta, dan Thohir Nur Ilhami Rp 317 juta”


(55)

- Analisa Hukum : Menurut penulis sanksi hukum yang dijatuhkan kurang tepat, sebab pada Pasal 104 UU No 8 1995 jelas bahwa perdagangan orang dalam selain dikenakan denda dapat pula sekaligus dikenakan pidana penjara maksimal 10 tahun. Ini merupakan ketidaktegasan dalam implmentasi hukum, yang akibatnya merugikan ribuan investor dan dapat menimbulkan uncondusife market.

F. Perbandingan Insider Trading di Berbagai Negara

Dunia bursa saham di seluruh dunia pada prinsipnya mengenal insider trading ini dengan konsep yang sama, yakni melanggar prisip dari bursa efek berdasarkan "Objectives and Principles of Securities Regulation"published by the International Organization of Securities Commissions (IOSCO) in 1998 and updated in 2003 states that the three objectives of good securities market regulation are:

1. Investor protection,

2. Insuring that markets are fair, efficient and transparent, and

3. Reducing systemic risk.

Adapun perbandingan yang penulis hadirkan dalam skripsi ini mengenai konsep hukum terhadap insider trading di beberapa Negara.

Negara pertama yang penulis bahas adalah Russia, Setelah satu dekade perdebatan dan lobi-lobi untuk pembentukan undang-undang baru Rusia pada

insider trading dan manipulasi pasar akhirnya mulai berlaku tahun Januari 2011 lalu, yakni Federal Law No. 224-FZ “On Insider Trading and Countering Market Manipulation and Amending Certain Russian Legal Acts” (the “Insider Trading


(56)

inter alia defining the term “inside information” and establishing liability for its

unlawful use.11

Negara kedua Amerika Serikat larangan insider trading English and American common law prohibitions against fraud Pada tahun 1909, jauh sebelum UU Bursa Efek disahkan, Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan bahwa direktur perusahaan, yang membeli saham perusahaan tersebut ketika ia tahu itu akan melambungkan harga, melakukan penipuan dengan membeli tetapi tidak mengungkapkan informasi dalam nya .

Bagian 15 dari Securities Act of 1933, terdapat larangan penipuan dalam penjualan efek yang sangat diperkuat oleh Securities Exchange Act of 1934. Bagian 16 (b) dari Securities Exchange Act of 1934 melarang keuntungan short-swing12 (dari setiap pembelian dan penjualan dalam jangka waktu enam bulan) yang dibuat oleh direktur perusahaan, pejabat, atau pemegang saham yang memiliki lebih dari 10% saham perusahaan. Menurut Pasal 10 (b) dari Undang-Undang 1934, SEC Rule 10b-5, melarang penipuan terkait dengan perdagangan

11

http://www.bloomberg.com/news/2013-07-02/russia-claims-first-insider-trading-case-in-unilever-s-kalina.html. Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 22.00 WIB.

12

A Securities & Exchange Commission regulation that requires company insiders to return any profits made from the purchase and sale of company stock if both transactions occur within a six-month period. A company insider, as determined by the rule, is any officer, director or holder of more than 10% of the company's shares.


(57)

efek. The Insider Trading Sanctions Act of 1984 and the Insider Trading and Securities Fraud Enforcement Act of 1988.13

Negara Ketiga adalah Inggris, perundangan yang menyangkut ketentuan bursa efek adalah the Criminal Justice Act 1993, Part V, Schedule 1, and the Financial Services and Markets Act 2000. Menurut organisasi independen Cato visi dan misi peratruran diatas which defines an offence of Market Abuse. It is also illegal to fail to trade based on inside information (whereas without the inside information the trade would have taken place).

Dari beberapa Negara diatas jelaslah bahwa Undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 yang saat ini masih dipakai di Indonesia sudah kurang relevan dengan perkembangan dunia perpasar modalan masa kini dan pergerakan yang masif dari kejahatan insider trading ataupun segala jenis frauds lainnya khususnya dalam pasar modal. Terlihat pula bahwa pengaturan mengenai karakteristik insider trading dalam UUPM belum memadai dan belum mampu menjerat pelaku, karena adanya batasan-batasan dan kekurangan dalam pengaturan yang terdapat dalam Pasal 95-98 UUPM, Ketentuan mengenai larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM belum dapat memberikan perlindungan yang seutuhnya kepada para investor.

13

Thomsen LT. "Testimony Concerning Insider Trading". (SEC. Retrieved December 21, 2011).


(58)

G. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Praktik Insider Trading

Penegakan hukum insider trading mencakup tiga hal, yaitu penegakan secara administratif, perdata, dan pidana. Pada dasarnya UUPM telah meletakkan landasan bagi penegakkan hukum sebagai bentuk perlindungan untuk setiap pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal, yakni Adanya sanksi administratif (Pasal 102 UUPM), Sanksi Pidana (Pasal 103-110 UUPM), Tuntutan ganti kerugian secara perdata (Pasal 111 UUPM).

UUPM dianggap kurang mendukung perlindungan kepada investor, sebab prinsip pengaturan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori penyalahgunaan (misaproprition theory) maka ketika terjadi praktik-praktik perdagangan orang dalam tidak efektif memberikan sanksi hukum kepada keterlibatan orang dalam dalam insider trading sebab UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal masih menganut teori hubungan kepercayaan (fiduciary duty theory).

Teori penyalahgunaan (misappropriation theory) mengatakan setiap orang yang menggunakan inside information atau informasi yang belum tersedia untuk publik melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan sebagai insider. Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty dengan perusahaan.14

14


(59)

Pasal 95 berbunyi : Orang dalam dan Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek :

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud ; dan

b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Apabila Pasal 95 ini dicermati lebih mendalam lagi, maka masih terdapat celah hukum yang dipakai oleh orang dalam (Insider), maupun orang luar yang menerima informasi (Insider) untuk melakukan transaksi efek yang dilarang atau

Insider trading. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 hanya menjangkau orang dalam kapasitas Fiduciary duty theory, sehingga para pelaku yang masuk dalam kategori Misappropriation theory hampir dapat dipastikan akan terhindar dari pelaksanaan Pasal 104 Undang-Undang No 8 tahun 1995 yaitu mengenai sanksi yang dapat dikenakan bagi pelaku Insider trading.15

H. Penyelesaian Hukum Tindakan Insider Trading di Pasar Modal

Kejahatan Insider trading diselesaikan dengan jalan melalui pengadilan, dan tidak dapat diselesaikan dengan jalan Alternative dispute resolution. Dalam pasal 104 UU No 8 Tahun 1995 jelas diutarakan bahwa kejahatan insider trading

15


(60)

hukumannya adalah denda maksimal 15 miliar rupiah dan maksimal penjara 10 tahun.

Tingkat kesulitan penegakan hukum insider trading sebagai salah satu jenis White collar crime. Kenyataan menunjukkan bahwa kasus White collar crime sampai ke pengadilan jauh lebih sulit daripada membawa kasus-kasus konevnsional.16

Kesulitan ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 17

a. Modus operandi dari white collar crime jauh lebih kompleks dibandingkan dengan kejahatan konvensional.

b. Pelaku white collar crime jarang yang mempunyai riwayat hidup kriminil seperti yang umumnya dimiliki oleh pelaku kejahatan konvensional,

c. Kerugian dari white collar crime tidak sejelas kerugian sebagai akibat dari kejahatan konvensional. Dalam kejahatan konvensional kerugian jelas (misalnya: terluka atau terbunuh).18

16

Munir Fuady, Pasar Modal………….h. 180 17

Ibid

18

Sere Intan A. Sinaga. Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Insider Trading di Indonesia. (Pekanbaru, Riau: JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2, 2014) h. 11


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Instrumen Pengaturan Pasar Modal di Indonesia

Berdasarkan Perundangan Pasar Modal di Indonesia yakni UU No. 8 Tahun 1995, terdapat visi dan misi bagi pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pasar modal di Indonesia, yakni, Bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat, bahwa agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan, bahwa sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai pembangunan nasional serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi, Undang-undang Nomor 52 Tahun 1952 Tentang penetapan “Undang-undang Darurat tentang Bursa”, dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan.

2. Sistem Pengwasan Pasar Modal di Indonesia

Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal adalah praktik Insider trading. Dalam pasar modal di Indonesia, praktik


(2)

insider trading tergolong salah satu pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait di dalam sejumlah skandal, apakah itu yang melibatkan emiten swasta ataupun BUMN. Saat ini yang berwenang adalah OJK karena kewenangan BAPEPAM telah pindah sepenuhnya ke OJK, Mulai 31 Desember 2012.

3. Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Pada Pasar Modal di Indonesia Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995

Terdapat kekuatan hukum yang lemah di UUPM terhadap penindakan praktik orang dalam atau insider trading, sebagaimana yang kita lihat dan bandingkan di beberapa Negara peraturan perundangan pasar modal terus direvisi, karena dinia pasar modal amatlah dinamis dan kompleks. Berikut kelemahan dari UUPM dan bahan yang bisa menjadi acuan pembelajaran untuk memperbaiki struktur hukum pasar modal Indonesia;

- Pengaturan mengenai karakteristik insider trading dalam UUPM belum memadai dan belum mampu menjerat para pelaku, karena adanya tidak jelasnya batasan-batasan insider trading yang terdapat dalam Pasal 95-98 UUPM.

- Ketentuan mengenai larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM belum dapat memberikan perlindungan yang seutuhnya kepada para investor. - Tidak disebutkannya pihak-pihak luar emiten secara detail dan sesuai


(3)

trading ini, sehingga pihak-pihak luar tersebut sangat besar kemungkinan melakukan praktik insider trading ini.

- Didalam UUPM tidak memberikan “batasan” secara tegas mengenai insider

trading dan tidak disebutkan juga mengenai informasi yang semestinya dibuka setelah disclosure.

B. Saran

1. Perubahan struktur hukum, substansi hukum, dan penegakan hukum Pasar modal harus dirubah dan ditingkatkan kekredibelitasannya.

2. Diperlukan peraturan khusus mengenai perdagangan orang dalam baik berupa PP baru maupun Peraturan OJK, sebagaimana Insider trading and Securities Fraud Enforcement Act of 1988 di Amerika Serikat, yang penerapannya cukup efektif.

3. Diperlukan pembaharuan Undang-undang Pasar Modal, karena melihat dunia pasar modal yang sangat dinamis dan begitu kompleks.

4. Penegakan Hukum Pasar Modal Terhadap Insider Trading pada Pasar modal di Indonesia:

- Langkah-langkah OJK jika diketahui adanya Insider Trading. - Penindakan hokum bagi para oknum yang terlibat Insider Trading.

5. Perlu diadakan sosialisasi rutin secara komprehensif mengenai praktik insider trading ini ke berbagai perusahaan, berbagai institusi atau lembaga terkait dunia perpasar modalan, melalui seminar, dialog, dll.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Edilius dan Sudarsono. Kamus Ekonomi Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. 1994

Fuady, Munir Pasar Modal Modern (Suatu Tinjauan Hukum). Bandung: Citra Adtyia Bakti. 1996

Gisymar, Najib A. Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung Citra Aditya Bakti, Bandung. 1999

Hendy M. Fakhruddim. Go Public. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008

Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam. Yogyakarta: UII Press. 2001

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Kencana. 2004

Nasution, Bismar. Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama: Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2001

PPJM, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarifhidayatullah. Jakarta: UIN Syahid. 2012

Rahyani, Inda. Hukum Pasar Modal Indonesia, Univ. Yogyakarta : Atmajaya. 2002

Ratih S, Dyah. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab. Yogyakarta:Universitas Atmajaya. 2002

Raywidjaja, I.G. Hukum Pasar Modal. Jakarta: Maspion. 2001

S, Alam. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Esis, Jilid 2. 2007 Suta, I Putu Gede Ari. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria

Bakti. 2000


(5)

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. 2013

Tunggal, Iman Sjahputra. Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Harvarindo. 2000

Widjaya, Gunawan dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran Serta Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Seri Pengetahuan Pasar Modal, Prenada Media Group, Jakarta. 2006 Yulsafni. Hukum Pasar Modal, Bdan Penerbit Iblam, Jakarta. 2005

Peraturan Perundang-undangan :

Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK

Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar Modal, diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995

Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi.

Sumber non-buku :

Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni. 1998 Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan

di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan. 1999

Bhattacharya, Utpal and Hazem Daouk. The World Price of Insider Trading. Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1. 2002

Sinaga. Sere Intan A. Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Insider Trading di Indonesia. (Pekanbaru, Riau: JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2, 2014


(6)

Thomsen LT. "Testimony Concerning Insider Trading". SEC. Retrieved December 21, 2011.

West's Encyclopedia of American Law, edition 2. The Gale Group, Inc. All rights reserved. Copyright 2008.

Sumber Media Elektronik :

"cato.org". cato.org. Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 22.03 WIB. http://www.bloomberg.com/news/2013-07-02/russia-claims-first-insider- trading-case-in-unilever-s-kalina.html. Diakses pada 10 Desember

2014, pukul 22.00 WIB.

http://www.investopedia.com/terms/i/insidertrading.asp. Diakses pada 03 November 2014, pukul 18.20 WIB.

http://thelawdictionary.org/insider-trading/ Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 20.29 WIB.

http://www.tianmarketiva.com/sejarah-bursa-efek-indonesia. Diakses pada 10 Mei 2014, pukul 18.41 WIB.

http://riosidauruk.blogspot.com/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html. Diakses pada 16 Oktober 2014, pukul 15.47 WIB.

http://www.wallstcollege.com/5-investment-quotes-from-sir-john-templeton. Diakses pada, Kamis 20 Januari 2015. Pukul 15.47 WIB.