D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan menyertakan beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan
kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh I.B Priyatna Putra, dkk dari Universitas
Udayana, tahun 2012, yang berjudul “Insider Trading dalam kegiatan pasar modal menurut Undang-undang Pasar
Modal 1995.” Penelitian tersebut menjelaskan secara mendasar aspek fiduciary duty yang termaktub dalam
Undang-undang Pasar Modal 1995. Skripsi yang disusun oleh Taufik Arfi Wargadalam dari Universitas
Indonesia, tahun 2008, yang berjudul “Tinjauan Hukum Indikasi terjadinya Insider Trading pada kasus ISE Holding and Business Partners di Amerika
Serikat dikaitkan dengan penegakan hukum Insider Trading di Indonesia.” Penelitian tersebut menjelaskan perbandingan penanganan dan penegakan hukum
kejahatan insider trading di Negara Amerika Serikat dengan penanganan dan penegakan hukum yang ada di Indonesia.
Buku dari Yulsafni, yang berjudul “Hukum Pasar Modal”, diterbitkan oleh Badan Penerbit Iblam, Jakarta, tahun 2005. Pada buku karangan Yulsafni ini
hanya diuraikan definisi dan teori-teori dasar mengenai pasar modal, sedangkan aspek praktik insider trading dibahas mengenai teori dan dampaknya bagi dunia
pasar modal.
Sebagai perbandingan sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis menguraikan perihal bagaimana ketidakpastian hukum dari UUPM yang kini
masih berlaku dan buruknya law enforcement khusunya untuk perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik insider trading di pasar modal. Jadi terdapat
perbedaan pembahasan dan masalah yang diangkat penulis dengan penilitian- penelitian kejahtan insider trading yang sudah ada.
E. Kerangka Teoritis
Terdapat beberapa asas hukum yang menyangkut penindakan kejahatan insider trading ini, yakni asas kepastian hukum certaintly of law menghendaki
adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek
yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. Menurut Sudikno Mertukusumo kepastian
hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik. Terasa jelas bahwa penindakan tegas kejahatan insider
trading ini perlu adanya kepastian hukum demi melindungi para shareholder. Asas itikad baik good faith dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat 3
Kitab Undang undang Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam praktik kejahatan insider trading ini, terlihat jelas
bahwa para oknum melakukan skema dan intrik perdagangan sekuritas dengan unsur bad faith.
Terdapat tiga teori yang dikenal dalam praktik perdagangan efek di pasar modal, yaitu :
4
- Disclose or Abstain Theory
Menentukan pilihan yaitu membuka informasi disclose kepada pedaganginvestor lain atau tidak membuka informasi materil tetapi juga tidak
boleh melakukan transaksi perdagangan abstain atau tidak merekomendasikan kepada pihak lain.
- Fiduciary Duty Theory
Fiduciary Duty Theory didasarkan kepada doktrin common law common law yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hubungan lain
berdasarkan kepercayaan. trust or confidence dengan perushaan. Berdasarkan teori tersebut siapa saja yang dibayar oleh perusahaan untuk melakukan tugas
yang diberikan, maka dia mempunya duty kepada perusahaan untuk menjalankan tugasnya, yang bersangkutan tidak boleh mengambil manfaat bahkan harus
mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan. -
Misappropriation Theory Misappropriation Theory adalah mengenai transaksi yang dilakukan oleh
orang luar perusahaan secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum tersedia bagi masyarakat maka dianggap sama telah melakukan iinsider trading.
4
Yulsafni. Hukum Pasar Modal, Jakarta:Bdan Penerbit Iblam, 2005, h. 111 - 112
Adapun pendapat Sir John Templeton dalam dunia investasi saham yang
terkenal yakni Bull markets are born on pessimism, grown on scepticism, mature
on optimism and die on euphoria.
5
Ini bermakna bahwa dunia pasar modal amatlah penuh resiko dan dinamis.
Menurut penelitian penulis tidak terciptannya kepastian hukum dalam pengaturan pasar modal Indonesia dan adanya ketidakselarasan teori-teori hukum
dan pasar modal menyebabkan mewabahnya insider trading dan sudah barang tentu semakin sulit ditindak. Perlu diketahui bahwa penindakan hukum akan baik
bila struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum berjalan selaras.
F. Kerangka Konseptual