DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahap – Tahap Model Pembelajaran Inkuiri
18 Tabel 2.2. Tahap
– Tahap Pembelajaran Konvensional Di Sekolah 20
Tabel 2.3. Massa Jenis beberapa Zat 28
Tabel 3.1. Two Group Pretest – Posttest Design
32 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Materi Pokok Zat dan Wujudnya
33 Tabel 3.3. Validitas Instrumen Penelitian
34 Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
36 Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Tes
37 Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas, Tingkat Kesukaran Tes, dan Daya
39 Pembeda
Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pretes 50
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 50
Tabel 4.4. Uji Kemampuan Rata-Rata Pretes 51
Tabel 4.5. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data Postes 54
Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Data Postes 54
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Rata-Rata Postes 55
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Inquiry Model 13
Gambar 2.2. Skematik Model Pembelajaran Konvensional 22
Gambar 2.3. Contoh dan Letak Partikel Zat Padat yang Tersusun 22
Teratur Gambar 2.4. Contoh dan Partikel-Partikel Zat Cair yang Tersusun
22 Tidak Teratur
Gambar 2.5. Contoh dan Partikel-Partikel Dalam Gas Dapat Bergerak 23 dengan Bebas
Gambar 2.6. Diagram Perubahan Wujud Zat 23
Gambar 2.7. Kohesi antara Partikel Air di Permukaan Daun 25
Gambar 2.8. Meniskus Cekung dan Meniskus Cembung 26
Gambar 2.9. Peristiwa Kapilaritas 27
Gambar 2.10. Bagan Kerangka Konseptual 29
Gambar 4.1. Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen dan 49
Kelas Kontrol Gambar 4.2. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen dan
53 Kelas Kontrol
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 64
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa LKS 85
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol 95
Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar 110
Lampiran 5. Instrumen Tes Hasil Belajar 121
Lampiran 6. Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian 125
Lampiran 7. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 128
Lampiran 8. Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda 130
Instrumen Lampiran 9. Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian
134 Lampiran 10. Tabulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas
137 Kontrol
Lampiran 11. Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Estándar Deviasi Data 141
Pretes Lampiran 12. Uji Normalitas Data Pretes
142 Lampiran 13. Uji Homogenitas Varians Data Pretes
146 Lampiran 14. Uji Hipotesis Nilai Pretes Uji t Dua Pihak
148 Lampiran 15. Tabulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas
151 Kontrol
Lampiran 16. Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Estándar Deviasi Data 155
Postes Lampiran 17. Uji Normalitas Data Postes
156 Lampiran 18. Uji Homogenitas Varians Data Postes
160 Lampiran 19. Uji Hipotesis Nilai Postes Uji t Satu Pihak
162 Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian
167 Lampiran 21. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
171 Lampiran 22. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
172 Lampiran 23. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t
174
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM seutuhnya adalah misi pendidikan yang
menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas SDM ini menjadi suatu keharusan yang di emban pendidikan formal dalam memasuki
globalisasi dewasa ini. Akan tetapi masalah utama dalam pembelajaran pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.
Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga
dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses
berpikirnya Trianto, 2009 : 5. Dalam proses pembelajaran fisika, guru juga sering menjadikan siswa
sebagai objek belajar bukan sebagai subjek belajar. Guru selalu menyajikan materi fisika dalam bentuk rumus-rumus dan perhitungan yang sulit, sehingga banyak
siswa yang kurang menyukai pelajaran fisika karena menganggap belajar fisika itu sulit , tidak menarik, dan membosankan. Padahal Fisika pada dasarnya menarik
untuk dipelajari karena di dalamnya dapat dipelajari gejala-gejala atau fenomena yang terjadi di jagad raya.
Pernyataan diatas juga didukung oleh kenyataan dilapangan, dimana berdasarkan pengalaman peneliti ketika melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu PPLT di SMA Negeri 1 Sei Bamban, di kalangan siswa telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran
yang sulit untuk dipahami, dan membosankan. Faktor-faktor penyebab munculnya kesan yang tidak baik terhadap mata pelajaran fisika ini antara lain, karena model
belajar yang digunakan cenderung berpusat pada guru teacher centered dan
2
tidak bervariasi sehingga menyebabkan kejenuhan pada siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Proses pembelajaran yang seperti ini secara
langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada setiap jenjang pendidikan.
Hal yang sama juga peneliti temukan di SMP Santo Yoseph Medan. Dimana dari yang angket yang diberikan kepada siswa 37 orang siswa, 57,5
siswa menganggap fisika itu sulit dan kurang menarik. Adapun yang menjadi alasan mereka adalah karena selama ini guru hanya menyuruh siswa mengerjakan
soal-soal yang banyak mengandung rumus-rumus. Respon siswa terhadap fisika ini juga terlihat dari hasil ujian fisika semester ganjil di kelas VII yang memiliki
rata – rata 56.1 sementara Ketuntasan Kompetensi Minimal KKM di sekolah
tersebut untuk mata pelajaran fisika adalah 60. Nilai rata-rata ini masih belum mencapai nilai KKM.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rengki Sitanggang, S.Si selaku guru fisika di SMP Santo Yoseph, mengatakan bahwa model pembelajaran
yang sering digunakan Bapak Rengki Sitanggang, S.Si masih model konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah, mencatat, dan mengerjakan soal
serta model pembelajaran cooperative yaitu diskusi. Dimana model pembelajaran ini masih bersifat teacher centered.
Menurut Trianto 2009 : 6 juga telah dipaparkan dalam bukunya mengenai rendahnya hasil belajar siswa karena pembelajaran yang didominasi
oleh pembelajaran konvensional. Artinya dalam pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Siswa tidak memiliki
keterlibatan untuk menemukan dan merumuskan sendiri informasi sebagai bahan pengajaran.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, diperlukan suatu cara yang bisa memperbaiki proses pembelajaran, salah satu cara yang ditawarkan adalah dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri. Alasan ini didasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya yakni proses
pembelajaran yang menekankan pada ingatan dan pemahaman materi pelajaran yang berpusat pada guru sehingga kegiatan berfikir siswa tidak dioptimalkan.