32
Lia Febria Kurnianingsih, 2013 Kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit
Pare Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
B. Lokasi
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka, karena kesenian Gaok yang akan diteliti hanya hidup dan
berkembang di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dikarenakan di daerah lain tidak terdapat kesenian Gaok yang dipimpin oleh Abah
Rukmin dalam pelaksanaan babarit pare. Desa Kulur berada di sebelah Timur di wilayah Kabupaten Majalengka dan
tinggi rata-rata tempat wilayahnya berada antara 200-400 m dari permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa Kulur, yaitu sebelah Utara yang berbatasan dengan
Kecamatan Cigasong. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sindangkasih, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kawunghilir. Sedangkan sebelah Selatan
Desa Kulur ini berbatasan dengan Desa Cibodas. Dalam Buku Profil Desa dan Kelurahan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga
Berencana BPMDPKB Kabupaten Majalengka 2011:1-3
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung dan mencatat semua data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang
menyangkut data-data mengenai tentang kesenian Gaok sebanyak tiga kali.
33
Lia Febria Kurnianingsih, 2013 Kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit
Pare Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Adapun yang dilakukan penulis dalam observasi ini adalah mengapresiasi pertunjukan Seni Gaok pada upacara babarit pare untuk selanjutnya diolah
hingga menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian. Observasi pertama dilakukan pada tanggal 14 September 2012 yaitu
melihat lokasi dimana kesenian Gaok berada, selain itu juga berkenalan dengan Abah Rukmin selaku narasumber sekaligus pimpinan dari kesenian Gaok dan
meminta izin untuk melakukan penelitian kepada kepala Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka mulai pukul 10:00 sd 15:00.
Observasi kedua pada tanggal 6 Desember 2012 mempersiapkan tanggal acara pertunjukan kesenian Gaok pada upacara babarit pare Di Desa Kulur
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka di kediaman rumah Abah Rukmin yaitu di waktu senggang yakni antara pukul 13:00 sampai dengan 16:30, hal ini
dilaksanakan agar tidak mengganggu aktivitas para pemain Gaok yang mayoritas para pemainnya bekerja sebagai petani.
Observasi ketiga pada tanggal 23 Desember 2012 mengamati struktur dari awal hingga akhir pertunjukan yang dimulai pada pukul 20:00 sd 23:00 di Balai
Kampung Tarikolot Desa Kulur Kecamatan majalengka Kabupaten Majalengka.
2. Wawancara
Teknik berikutnya yang dilakukan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah teknik wawancara. Teknik ini merupakan teknik yang paling penting
dalam penyusunan skripsi karena sebagian besar sumber diperoleh melalui wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh sumber lisan terutama
34
Lia Febria Kurnianingsih, 2013 Kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit
Pare Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
sejarah lisan, yang dilakukan dengan cara berkomunikasi dan berdiskusi dengan beberapa tokoh yang terlibat atau mengetahui secara langsung maupun tidak
langsung bagaiman pertunjukan kesenian Gaok pada upacara babarit pare. Wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara gabungan yaitu
perpaduan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur atau berencana adalah wawancara yang terdiri dari suatu daftar
pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua wawancara yang diwawancarai diberi pertanyaan yang sama sengan kata-kata dan tata urutan
yang seragam. Sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumya dari suatu daftar pertanyaan dengan
susuna kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti. Kebaikan dari penggabungan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
adalah agar tujuan wawancara lebih fokus. Selain itu agar data yang diperoleh agar lebih mudah diolah dan yang terakhir narasumber lebih bebas
mengungkapkan apa saja yang dia ketahui. Dalam teknis wawancara penulis mencoba mengkolaborasikan atara kedua teknik tersebut, yaitu dengan wawancara
terstruktur penulis membuat susunan pertanyaan yang sudah dibuat, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak terstruktur yaitu penulis memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan sebelumya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang brkembang kepada tokoh atau
pelaku sejarah. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2012 dikediaman beliau
dengan narasumber utama Abah Rukmin Dalang yang terletak di RT13 RW06
35
Lia Febria Kurnianingsih, 2013 Kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit
Pare Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No. 18 Kampung Tarikolot Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka tentang bagaimana sejarah kesenian Gaok pada upacara babarit pare.
Selanjutnya wawancara dengan anggota pemain Gaok pada tanggal 5 Desember 2012 dikediaman Abah Domo yang terletak di RT09 RW04 Blok Ahad Desa
Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dan dikediaman Abah Kari RT03 RW01 Blok Sabtu Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka mengenai awal mula mereka gabung dalam kesenian Gaok. Selain itu juga wawancara dilakukan kepada beberapa pemain waditra, salah satunya adalah
Bapak Oman pemain goong pada tanggal 14 Januari 2013 mengenai ada berapa macam pola pukulan dan awal mulai gabung dalam kesenian Gaok. Kemudian
dengan masyarakat setempat yaitu Bapak Wawan, Ukan, dan Edoh pada tanggal 20 Oktober 2012 mengenai bagaimana respon penonton jika pertunjukan seni
Gaok di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dipertunjukan.
Selain narasumber tersebut, wawancara juga dilakukan dengan pihak pemerintahan Desa Kulur, yaitu Ibu Nyai Yunengsih selaku Kepala Desa Kulur
guna mendapatkan informasi yang tentang keberadaan seni Gaok pada upacara babarit pare di Kabupaten Majalengka. wawancara terhadap beliau dilakukan
pada tanggal 14 Januari 2013 di Balai Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Wawancara yang bersangkutan tersebut menggunakan
pedoman wawancara terlampir. Instrumen yang digunakan adalah alat tulis, media rekam, dan kamera digital.
36
Lia Febria Kurnianingsih, 2013 Kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit
Pare Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3. Studi Litelatur