I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan

22 4. Melaksanakan kaji terap komponen teknologi, peragaan varietas padi, jagung, kedelai, dan temu lapang, bersamaan dengan pelaksanaan SL PTT dikonsolidasikan pada satu titik dalam kawasan. 5. Menjadi narasumber teknologi padi, jagung dan kedelai pada pelatihan PL-2 di tingkat provinsi. 6. Menyediakan publikasi dan menyampaikan teknologi tepat guna sebagai bahan materi penyuluhan. 7. Melakukan cek adopsi komponen teknologi PTT. 8. Menyampaikan laporan hasil pengawalan pendampingan kepada Kepala BB Pengkajian dengan tembusan kepada Kepala Puslitbang Tanaman Pangan untuk diteruskan pada posko P2BN sebagai laporan Badan Litbangtan.

4.2.2. I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan

I dentifikasi dilakukan dengan melakukan kajian kebutuhan dan peluang pada petani kooperator pelaksana display varietas. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis informasi masalah, kendala dan peluang yang dihadapi petani dalam usahatani padi dan mengidentifikasi teknologi sesuai kebutuhan untuk diterapkan di wilayah tersebut agar dapat mengembangkan peluang untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi. Data utama yang dikumpulkan adalah teknologi eksisting yang dilaksanakan oleh petani. Teknologi yang diidentifikasi disesuaikan dengan komponen teknologi PTT yang terdiri dari 2 komponen teknologi yaitu komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar adalah komponen yang sangat dianjurkan untuk diterapkan. Komponen ini terdiri atas: 1 Varietas modern VUB PH PTB, 2 benih berlabel dan sehat, 3 pengaturan populasi tanaman jajar legowo, 4 pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD PUTS petak omisi Permentan No 40 2007, dan 5 Pengendalian Hama Terpadu PHT sesuai Organisme Pengganggu Tanaman OPT sasaran. Komponen teknologi pilihan adalah komponen yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani. Komponen ini terdiri atas: 1 penggunaan bahan organik pupuk kandang amelioran, 2 penanaman bibit muda 21 hari, 3 pengolahan tanah yang baik, 4 23 pengolahan air optimal pengairan berselang, 5 pupuk cair PPC, pupuk organik, pupuk bio hayati ZPT, pupuk mikro, 6 penanganan panen dan pasca panen. I dentifikasi yang telah dilaksanakan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah. Hasil identifikasi disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Data Teknologi Eksisting petani pelaksana display varietas di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah tahun 2014 No Komponen Teknologi Kabupaten Seluma Bengkulu Tengah 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Penggunaan VUB 0,00 28,57 14,28 57,14 0,00 66,67 26,67 6,67 0,00 0,00 2 Benih berlabel 0,00 14,28 28,57 42,85 14,28 66,67 26,67 6,67 0,00 0,00 3 Jajar legowo 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 93,33 6,67 0,00 0,00 0,00 4 Pupuk sesuai rekomendasi 28,57 0,00 28,57 28,57 14,28 80,00 20,00 0,00 0,00 0,00 5 Pengendalian OPT 28,57 14,28 28,57 28,57 0,00 86,67 6,67 6,67 0,00 0,00 6 Pengembalian jerami 42,85 0,00 28,57 28,57 0,00 86,67 0,00 13,33 0,00 6,67 7 Pupuk kandang 71,42 28,57 0,00 0,00 0,00 93,33 6,67 0,00 0,00 0,00 8 Bibit muda 0,00 0,00 42,85 0,00 57,14 6,67 0,00 66,67 13,33 13,33 9 Olah tanah sesuai musim 0,00 0,00 14,28 14,28 71,42 6,67 13,33 13,33 66,67 0,00 10 Pengairan berselang 0,00 0,00 14,28 28,57 57,14 6,67 40,00 53,33 6,67 0,00 11 Pupuk cair 0,00 57,14 42,85 0,00 0,00 73,33 13,33 6,67 6,67 0,00 12 Gabah segera dirontok 14,28 0,00 0,00 0,00 85,71 0,00 6,67 6,67 6,67 80,00 Keterangan: 1= Tidak pernah, 2= jarang, 3= kadang-kadang, 4= sering, 5= selalu Hasil identifikasi teknologi menunjukkan bahwa teknologi dasar yang paling banyak diterapkan oleh petani kooperator di Kabupaten Seluma adalah sistem tanam jajar legowo. Semua petani telah menerapkan sistem tanam ini dengan pola jajar legowo 4: 1. Petani mendapatkan informasi mengenai sistem tanam ini dari Peneliti Penyuluh BPTP Bengkulu yang sebelumnya juga pernah melaksanakan kegiatan litkajibangrap didaerah tersebut termasuk penggunaan caplak roda untuk memudahkan pembuatan pola tanam. Untuk memasyarakatkan sistem tanam jajar legowo, Pihak Dinas Pertanian Kabupaten Seluma juga memberikan bantuan berupa pengadaan caplak roda yang telah disebarkan dibeberapa lokasi sentra padi di Kabupaten Seluma. Selain sistem tanam jajar legowo, teknologi pilihan yang banyak diterapkan di Kabupaten Seluma adalah penanaman bibit muda 21 hari, pengairan berselang dan olah tanah sesuai dengan musim. Ketiga komponen teknologi ini dianggap petani mudah untuk diterapkan dan sesuai dengan kondisi lokasi Kabupaten Seluma. Secara umum, petani kooperator di Kabupaten Seluma telah berusaha untuk menerapkan teknologi PTT dalam usahataninya namun terkadang masih 24 terkendala dengan modal usaha dan kepemilikan sarana dan prasarana. Penggunaan pupuk sesuai rekomendasi misalnya, terkadang petani terkendala dengan modal untuk membeli pupuk atau ketersediaan pupuk yang langka. Berbeda dengan Kabupaten Seluma, petani di Kabupaten Bengkulu Tengah sama sekali belum banyak menerapkan komponen PTT dalam usahatani padi sawah mereka. Rata-rata petani masih melakukan kegiatan usahataninya dengan teknologi tradisional secara turun temurun. Jenis benih yang digunakan masih merupakan varietas lokal ataupun benih hasil turunan dari usahatani sebelumnya. Petani yang menggunakan varietas baru berlabel biasanya memperoleh benih tersebut dari bantuan Pemerintah. Alasan keterbatasan modal usaha menjadi salah satu kendala petani untuk memperoleh varietas unggul baru dan berlabel. Sistem tanam yang diterapkan oleh petani di Kabupaten Bengkulu Tengah adalah sistem lorong enam baris dengan satu lorong dan menggunakan dosis pupuk sesuai dengan kemampuan modal untuk membeli pupuk. Petani juga belum mengembalikan jerami ke lahan. Tradisi di Kabupaten Bengkulu Tengah setelah kegiatan perontokan padi, jerami dikumpulkan dilahan lalu dibakar. Hal ini karena minimnya pengetahuan petani mengenai manfaat jerami padi dan juga teknologi pemanfaatan jerami untuk kompos atau pakan ternak. Orientasi usaha yang masih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga mengakibatkan petani masih memberikan input produksi sesuai kemampuan. Kelembagaan petani kelompok tani yang juga belum menjalankan fungsinya secara baik juga mengakibatkan petani kurang bersemangat untuk berkelompok dan mengakibatkan petani kekurangan informasi mengenai teknologi pertanian. Secara umum, petani kooperator di Kabupaten Bengkulu Tengah masih sangat membutuhkan pendampingan teknologi dalam usahatani padi sawah mereka. Kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai teknologi usahatani padi sawah menjadi kendala utama dalam usaha peningkatan produksi padi. Perbaikan teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan untuk memecahkan masalah aktual di lapang diharapkan dapat menjadi motor 25 penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional khususnya daerah penelitian Adnyana dan Kariyasa, 2006 Berdasarkan survey terhadap petani responden yang terlibat dalam kegiatan Display Varietas Unggul Baru maka diperoleh data tentang penerapan teknologi padi spesifik lokasi pada tabel 6 : Tabel 6. Penerapan Komponen Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada areal yang didampingi No Komponen Teknologi Total unit PTT Jumlah Unit PTT yang menerapkan Persentasi adopsi Komponen Dasar 1 Varietas unggul baru 7 7 100 2 Benih bermutu dan berlabel 7 7 100 3 Pengaturan populasi tanaman 7 5 71,42 4 Pemupukkan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 7 7 100 5 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 7 4 57,14 Komponen Pilihan 1 Pengolahan lahan sesuai musim dan pola tanam 7 7 100 2 Penggunaan bibit muda 21 hari 7 7 100 3 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 7 7 100 4 Pengairan secara efektif dan efisien intermitten 7 3 42,85 5 Penyiangan mekanis bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll 7 1 14,28 6 Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dan dikeringkan 7 7 100

4.2.3. Apresiasi dan sosialisasi teknologi PTT