lapkir pendampingan padi 2016
LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL
TANAMAN PANGAN KOMODI TAS PADI
(2)
LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL
TANAMAN PANGAN KOMODI TAS PADI
Ahmad Damiri
Engkos Kosmana
Robiyanto
Catur Yanto Julianto
Syafi’i
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi. Kegiatan ini mempunyai arti penting mendukung Program Percepatan Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi, Jagung dan Kedelai.
Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan tengah tahun ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi tampilan, konten, dan kelengkapan daya serta infromasinya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki pelaksanaan kegiatan dan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Bengkulu, Desember 2016 Penanggung jawab Kegiatan,
I r. Ahmad Damiri, M.Si NI P. 19630920 199203 1 001
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Kegiatan (L/ B) : L (Lanjutan)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : I r. Ahmad Damiri, M.Si b. Pangkat/ Golongan : Pembina / I V.b
c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : Lahan Sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2017
11. Output Tahun 2016 : 1. Tersebarluasnya inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman padi di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
12. Output Akhir : Percepatan adopsi teknologi PTT padi sawah pada kawasan pengembangan tanaman pangan (padi) di Provinsi Bengkulu.
13. Biaya : Rp. 72.059.000,00 (Tujuh puluh dua juta lima puluh sembilan ribu rupiah)
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Shannora Yuliasari, STP, MP I r. Ahmad Damiri, M.Si NI P. 19740731 200312 2 001 NI P. 19630920 199203 1 001
Mengetahui,
Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. I r. Haris Syahbuddin, DEA. Dr. I r. Dedi Sugandi, MP. NI P. 19680415 199203 1001 NI P. 19590206 198603 1 002
(5)
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
DAFTAR I SI ... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPI RAN... vi
RI NGKASAN ... vii
SUMMARY... ix
I ...P ENDAHULUAN ... 1
1.1...L atar Belakang ... 1
1.2...D asar Pertimbangan ... 3
1.3...T ujuan ... 4
1.4...K eluaran yang Diharapkan ... 4
1.5...P erkiraan Dampak dan Manfaat ... 4
I I ...T I NJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Hasil-hasil Penelitian Sebelum ... 9
I I I ...P ROSEDUR PELAKSANAAN... 10
3.1...L okasi kegiatan dan waktu ... 10
3.2...P endekatan ... 10
3.3...R uang Lingkup Kegiatan ... 10
3.4...B ahan dan Alat Kegiatan ... 11
3.5...T ahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 11
I V...H ASI L DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1...S osialisasi dan Koordinasi dengan Dinas Terkait ... 17 4.2...M
empercepat Penyebarluasan I novasi teknologi PTT Padi Kepada Petani Dan Petugas Di Kawasan Pertanian Nasional
(6)
dan Petugas Terhadap Penerapan Komponen Teknologi PTT
Padi ... 24
V...K ESI MPULAN DAN SARAN ... 32
5.1...K esimpulan ... 32
5.2...S aran... 32
5.3...R oadmap Pendampingan ... 32
KI NERJA HASI L PENDAMPI NGAN ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
ANALI SI S RI SI KO ... 37
JADWAL KERJA... 38
PEMBI AYAAN ... 39
PERSONALI A ... 41
DAFTAR TABEL
Halaman 1...K eragaan Penggunaan I nput, Biaya, Produksi, dan Pendapatan Usahatani Padi ... 152...P ersepsi dan Pengetahuan Teknologi Budidaya Padi ... 16
3...P enerapan I novasi Budidaya Padi Sawah di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016 ... 19
4...T ingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Teknologi Pendekatan PTT Budidaya Padi Sawah... 21
5...T ingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Budidaya Padi Sawah Berdasarkan I nterval Kelas ... 21
6...R ataan Skor Persepsi Responden Tentang Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan ... 29
7...H asil t-Test: paired two sample for means tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah bimbingan teknis ... 30
8...R oadmap Kegiatan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian ... 33
(7)
9...D aftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional Tahun 2016 ... 37 10...D
aftar Penanganan Risiko Dalam Pelaksanaan Pendampingan
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tahun 2016 ... 37 11...J
adwal Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Tahun 2016 ... 38 12...P
embiayaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional Tanaman Pangan Tahun 2016 ... 39 13...R
ealisasi Anggaran Belanja Kegiatan ... 40 14...T
enaga Pelaksana Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi
Tahun 2016 ... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1...K
oordinasi dan Sosialisasi Kegiatan BPTP Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016 pada tanggal 15 Februari 2016 ... 17 2...K
ondisi tanaman padi varietas I npari 23 Umur 15 hari setelah tanam ... 22 3...K
ondisi tanaman padi varietas I npari 16, 22 umur 74 hari setelah tanam . 23 4...K
(8)
5...K ondisi serangan hama tikus pada pertanaman padi teknologi petani ... 24 6...P
adi Hazton dengan jarak tanam [ (25 x 25) x 50 cm)] ... ... 25 7...P
adi Hazton dengan jarak tanam [ (25 x 12,5) x 50 cm)] ... ... 25 8...P
adi Hazton dengan jarak tanam [ (20 x 20) x 40 cm)] ... 26 9...K
egiatan bimbingan teknis sistem tanam jajar legowo 2: 1, padi organik, dan padi hazton ... 27 10...P
raktek penanaman padi sistem tanam jajar legowo 2: 1 bersama Kadistannak kab. Bengkulu Utara, Babinsa, penyuluh, dan petani ... 27 11...N
arsumber BPTP (I r. Ahmad Damiri, M.Si) pada acara Bimtek Sosialisasi Pengelolaan Peningkatan Produksi Tanaman Serealia dan Aneka Kacang Tahun 2016 Peta Administrasi Kabupaten Lebong ... 28
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman 1. ... D
(9)
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi di Desa Karya Jaya Kecamatan Marga Sakti Sebelat .... 43 2... P
erkembangan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi di Desa Karya Jaya, Kecamatan Marga Sakti Sebelat ... 44
(10)
RI NGKASAN
1. Judul : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi
2. Unit kerja : BPTP Bengkulu 3. Lokasi : Provinsi Bengkulu
4. Agroekosistem : Lahan Kering dan Lahan Sawah 5. Status (L/ B) : Lanjutan
6. Tujuan : 1. Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman padi di Provinsi Bengkulu.
2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi
7. Keluaran : Tahun 2016
1. Tersebarluasnya inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman padi di Provinsi Bengkulu. 2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, serta
sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi
8. Hasil/ pencapaian : Pada Tahun 2015, pendampingan pengembangan kawasan padi di Provinsi Bengkulu dilaksanakan berupa display varietas padi seluas 14,5 ha yang terdiri dari (a) seluas 6 ha mengelompok pada Kelompok Tani Makmur Desa Taba Tembilang Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara, dan b) seluas lebih kurang 8,5 ha pada delapan lokasi di tujuh Kabupaten/ kota, yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Lebong, dan Muko-muko.
9. Prakiraan Manfaat : 1. Petani dan petugas penyuluh di kawasan pendampingan mendapatkan bimbingan teknis budidaya tanaman padi sesuai dengan teknologi PTT padi melalui berbagai kegiatan diseminasi, seperti display, pelatihan, temu lapang, dan panen raya.
2. Petani mampu merancang usaha tani yang efisien dalam penggunaan input dan pemanfaatan sumberdaya lahan.
3. Terbentuk koordinasi yang semakin baik antara lembaga kelompok tani, penyuluh, dan stakeholders sehingga dapat menjamin ketersediaan saprodi dan implentasi teknologi PTT padi
(11)
10. Prakiraan Dampak : Adopsi dan penerapan inovasi teknologi PTT padi spesifik lokasi di kawasan pertanian nasional tanaman pangan di Provinsi Bengkulu berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi di Provinsi Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
11. Prosedur : Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan nasional tanaman padi mengikuti master plan pengembangan kawasan tanaman padi di Provinsi Bengkulu. Ruang lingkup kegiatan pendampingan meliputi (1) koordinasi, (2) identifikasi kebutuhan teknologi, (3) penyusunan dokumen acuan pelaksanaan inovasi teknologi PTT Padi dengan pendekatan pengembangan kawasan pertanian nasional tanaman pangan di Provinsi Bengkulu, (4) penyiapan bahan informasi dalam bentuk folder dengan materi inovasi teknologi PTT Padi spesifik lokasi, (5) penyebaran informasi teknologi, (6) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh melalui pembuatan display penanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi PTT padi sawah, pelatihan, temu lapang, sosialisasi, dan apresiasi, (7) pembinaan kelembagaan petani, serta (8) monitoring dan evaluasi. Parameter yang diamati meliputi (1) komponen teknologi yang dibutuhkan, (2) jumlah petani dan petugas yang didampingi, (3) respon petani dan petugas terhadap hasil display penanaman padi dengan penerapan teknologi PTT padi, (4) peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas setelah dilaksanakan pelatihan, temu lapang, dan apresiasi, (5) peningkatan jumlah petani yang mengadopsi teknologi yang didemonstrasikan dan luas pertanaman padi yang menerapkan inovasi teknologi.
12. Jangka Waktu : 2 (dua) tahun (2015 -2016)
13. Biaya : Rp. 72.059.000,00 (Tujuh puluh dua juta lima puluh sembilan ribu rupiah)
(12)
SUMMARY
1. Title : Assistance of National Agriculture Area Development of Rice Commodities
2. Work Place : AI AT Bengkulu 3. Location : Bengkulu Province 4. Agro ecosystem : Wetland and dryland 5. Status (L/ B) : Advanced/ Extension
6. Objective : 1. Accelerating the dissemination of technological innovations of integrated rice crop management to farmers and workers in the national agricultural areas of rice crop in Bengkulu Province.
2. I mproving the knowledge, skills, and attitudes of farmers and workers on the application of technology components of integrated rice crop management
7. Output : 1. Spread out the dissemination of technological innovations of integrated rice crop management to farmers and workers in the national agricultural areas of rice plant in Bengkulu Province.
2. I mproved the knowledge, skills, and attitudes of farmers and workers on the application of technology components of integrated rice crop management
8. Results/ achievements: I n 2015, assisting the development area of rice crop in Bengkulu Province was implemented in term of varieties display of 14.5 ha rice crops which consist of (a) an area of 6 ha clustered of Makmur farmer group in Taba Tembilang, Arga Makmur, North Bengkulu District, and b) an area less than 8.5 ha at eight locations in seven regencies / cities, which are Bengkulu City, Seluma, North Bengkulu, South Bengkulu, Rejang Lebong, Lebong, and Muko-Muko. 9. Predicted Benefit : 1. Farmers and extension workers in the dissemination area obtain technical assistance of rice cultivation in a line with technology of integrated rice crop management through a variety of dissemination activities, such as displays, training, field days, and harvest.
2. Farmers were able to design an efficient farming system in input use and utilization of land resources.
3. Formed better coordination between farmer agencies groups, extension workers and stakeholders, to ensure the availability of inputs
(13)
and technology implementation of integrated rice crop management PTT rice
10. Predicted I mpact : Adoption and application of technological innovation of integrated rice crop management specific location in the national agricultural crops in Bengkulu Province will lead to increase the production and productivity of rice crops in Bengkulu Province. These improvements will lead to increasing farmers’ income. I ncreased productivity and production of rice supported and achieve sufficiency and self-sufficiency sustainable rice Bengkulu Province. 11. Procedure : National regional development assistance activities
of rice crops followed the master plan development of the rice crop area in Bengkulu Province. The scope of assistance activities include: (1) coordination, (2) the identification of technology needs, (3) the preparation of the reference document in term of implementation technology innovation of integrated rice crop management to regional development of national agricultural crops in Bengkulu Province, (4) preparation of information materials in the form of a folder with materials technology innovation of integrated rice crop management specific locations, (5) the spread of information technology, (6) enhancing the knowledge and skills of farmers and extension workers through the creation of display rice cultivation with technology innovation of integrated rice crop management paddy fields, training, field gathering, dissemination and appreciation, ( 7) development of farmers institutional, and (8) monitoring and evaluation. The observed parameters include (1) the technology components required, (2) the number of farmers and workers, accompanied by, (3) the response of farmers and workers of the results display rice cultivation with technology implementation of integrated rice crop management, (4) improving the knowledge and skills of farmers and workers after implemented training, field days, and appreciation, (5) an increase in the number of farmers who adopt the demonstrated technology and rice-growing area that has implemented technological innovation 12. Time period : 2 (two) years (2015 -2016)
(14)
72.059.000,-I .
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang saat ini memasuki tahap ke-3 (2015-2019) sebagai kelanjutan dari RPJMN tahap ke-2 (2010-2014) yang telah berakhir. RPJMN tahap ke-3 (2015-2019) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (I PTEK) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pentahapan RPJPN 2005-2025.
Sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional pada RPJMN tahap-3 (2015-2019). Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan sekitar 3,90 % . NAWA CI TA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar I ndonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian pada RPJMN tahap-2 (2010-2014) yang meliputi (1) peningkatan swasembada berkelanjutan padi dan jagung dan swasembada kedelai, gula dan daging sapi, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani. Sampai dengan saat ini telah banyak capaian yang diperoleh meskipun masih perlu upaya peningkatan.
Dalam rangka menjamin pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi sebesar 73,40 juta ton, jagung sebesar 20,33 juta ton, dan kedelai sebesar 1,27 juta ton. Guna mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian melakukan upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi
(15)
padi, jagung dan kedelai dengan berbagai kegiatan yang meliputi: pembangunan/ perbaikan jaringan irigasi tersier (PJI T), optimasi lahan dan air, bantuan alat dan mesin pertanian pra/ pasca panen, bantuan benih dan pupuk, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), pengawalan dan pendampingan terpadu oleh penyuluh, perguruan tinggi dan TNI -AD.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. Melalui pengawalan/ pendampingan program pengembangan kawasan tanaman pangan (padi) diharapkan dapat menerapkan inovasi teknologi PTT padi yang merupakan inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian (Hendayanaet al., 2009).
Upaya untuk peningkatan produktivitas padi adalah melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Model teknologi PTT merupakan sistem penerapan komponen teknologi yang sinergis satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik lingkungan tanaman, kondisi sosial, ekonomi dan budidaya petani yang diharapkan ada efek sinergisme terhadap pertumbuhan tanaman spesifik lokasi serta dinamis dalam susunan teknologinya karena adanya sistem introduksi inovasi secara terus menerus (Makarim dan Las, 2004). Hasil uji coba model PTT pada MK. 2001 di 8 propinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan) masing-masing pada lahan seluas 5 ha menunjukan adanya peningkatan produktivitas padi antara 7,1% -38,4% dibanding teknologi petani (Fagi et al, 2002).
Muatan PTT padi perlu didesiminasikan secara intensif dan menyeluruh sehingga merupakan suatu gerakan penerapan dalam upaya peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Bengkulu Utara sebagai Kawasan Pengembangan Tanaman Pangan di Provinsi Bengkulu. Melalui kegiatan pendampingan/ pengawalan proses adopsi dan difusi inovasi teknologi PTT dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
(16)
1.2. Dasar Pertimbangan
Kementerian Pertanian telah menetapkan salah satu kebijakan operasional pembangunan pertanian melalui pendekatan kawasan sebagaimana dituangkan dalam Permentan 50/ 2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Pendekatan kawasan ini lebih merupakan upaya reorientasi manajemen pembangunan pertanian yang merubah cara pandang pembangunan pertanian dari sudut pandang kawasan sentra produksi yang segregatif menjadi cara pandang kerja sama jaringan kelembagaan antar wilayah dengan komoditas unggulan sebagai perekat utamanya. Melalui pendekatan kawasan ini daya saing wilayah dan komoditas akan dapat dirancang secara optimal, karena dirumuskan sesuai dengan potensi dan prospek daya dukung sumberdaya wilayah hingga mencapai titik optimumnya.
Upaya untuk mewujudkan pengembangan komoditas strategis secara berkelanjutan di Provinsi Bengkulu membutuhkan perencanaan kinerja pengembangan komoditas yang dapat mengakselerasi potensi daya saing komoditas dan wilayah melalui optimalisasi sinergitas pengembangan komoditas (multiple cropping system dan crop livestock system), keterpaduan lokasi kegiatan dan keterpaduan sumber pembiayaan. Keterpaduan pengembangan komoditas yang didukung secara horisontal dan vertikal oleh segenap pelaku dan pemangku kepentingan dalam suatu hamparan yang berskala ekonomis mensyaratkan suatu pendekatan yang berbentuk kawasan. Berdasarkan kelompok komoditas, kawasan pertanian terdiri dari: (1) kawasan tanaman pangan; (2) kawasan hortikultura; (3) kawasan perkebunan; dan (4) kawasan peternakan.
Kabupaten Bengkulu Utara sebagai salah satu sentra produksi padi Provinsi Bengkulu ditetapkan sebagai kawasan pengembangan tanaman pangan padi. Luas lahan sawah di Kabupaten Bengkulu Utara sebesar 14.521 ha, terdiri dari sawah irigasi 9.522 ha, tadah hujan 3.813 ha, pasang surut 50 ha, dan lebak 1.136 ha. Produksi padi sawah sebanyak 102.530 ton dengan produktivitas 4,49 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2015). Secara keseluruhan produktivitas padi sawah di Provinsi Bengkulu lebih rendah dari produktivitas nasional yang mencapai 5,05 ton GKG/ ha. Peningkatan produktivitas masih terbuka untuk ditingkatkan melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya t erpadu (PTT) dan peningkatan I ndeks Pertanaman (I P).
(17)
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi di Kabupaten Bengkulu telah dilaksanakan sejak tahun 2015. Pada tahun 2015, kegiatan pendampingan dilaksanakan dalam bentuk koordinasi dengan dinas pertanian, lembaga penyuluhan, dan instansi terkait lainnya. Guna mempercepat penyebarluasan teknologi PTT Padi sawah, meningkatkan pengetahuan petani dan petugas dilakukan pendampingan budidaya PTT padi berupa display varietas unggul baru dengan rekomendasi pemupukan berdasarkan Kalender Tanam Terpadu (KATAM). Selaian itu juga dilakukan bimbingan teknis dalam pertemuan kelompok dengan materi penanaman padi sistem tanam Jajar Legowo 4: 1 dan rekomendasi pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.
Pada tahun 2016, kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi difokuskan pada pendampingan teknologi PTT padi dengan jajar legowo, teknologi budidaya padi organik, dan teknologi hazton. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi PTT padi sawah kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman padi di Provinsi Bengkulu dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
1.3. Tujuan
a. Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas padi di Provinsi Bengkulu.
b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
a. Tersebarluasnya inovasi teknologi PTT padi kepada petani dan petugas di kawasan pertanian nasional tanaman pangan (komoditas padi) di Provinsi Bengkulu.
b. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani dan petugas terhadap penerapan komponen teknologi PTT padi.
(18)
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman padi di Provinsi Bengkulu ini, antara lain (1) petani dan petugas penyuluh di kawasan pendampingan mendapatkan bimbingan teknis budidaya tanaman padi sesuai dengan teknologi PTT padi melalui berbagai kegiatan diseminasi, seperti display, pelatihan, temu lapang, dan panen raya, (2) petani mampu merancang usaha tani yang efisien dalam penggunaan input dan pemanfaatan sumberdaya lahan, dan (3) terbentuk koordinasi yang semakin baik antara lembaga kelompok tani, penyuluh, dan stakeholders sehingga dapat menjamin ketersediaan saprodi dan implentasi teknologi PTT padi.
Dampak yang diperoleh yaitu adopsi dan penerapan inovasi teknologi PTT padi spesifik lokasi di kawasan pertanian nasional tanaman pangan di Provinsi Bengkulu berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi di Provinsi Bengkulu sebesar 10-20% . Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu.
(19)
I I .
TI NJAUAN PUSAKA
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesibilitas memadai.
Kriteria khusus kawasan tanaman pangan dalam aspek luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan adalah: padi, jagung, dan ubi kayu minimal 5.000 hektar; kedelai minimal 2.000 hektar; kacang tanah minimal 1.000 hektar; serta kacang hijau dan ubi jalar minimal 500 hektar. Disamping aspek luas agregat, kriteria khusus kawasan tanaman pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas (Kementan, 2012).
Kontribusi Badan Litbang Pertanian terhadap pencapaian target produksi beras setiap tahunnya telah ditunjukkan dengan tersedianya berbagai inovasi teknologi padi antara lain varietas unggul (inbrida dan hibrida) dengan penyediaan benih sumbernya, teknologi budidaya spesifik lokasi, panen dan pasca panen, serta komponen teknologi inovatif lainnya. Di lain pihak, secara berkesinambungan inovasi teknologi tersebut terus didiseminasikan kepada pengguna melalui Spectrum Diseminasi Multi Channel serta melalui pendampingan dalam penerapannya.
Strategi peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2012 oleh pemerintah adalah melalui: (1) Peningkatan Produktivitas, (2) Perluasan Areal Tanam dan Optimalisasi Lahan, (3) Pengamanan Produksi, dan(4)Penguatan Manajemen. Prioritas utama pencapaian sasaran produksi padi nasional oleh pemerintah tahun 2012 adalah peningkatan produktivitas padi melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi seluas 3,5juta ha. Sedangkan prioritas kedua adalah melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 10,52juta ha dan perluasan areal tanam seluas
(20)
PTT menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi, sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi yang berkelanjutan (Dirjen Tanaman Pangan, 2008). Ada 5 (lima) prinsip utama PTT Padi yaitu: (1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi
setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan.
(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.
(3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu
(4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
(5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan I ptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.
Dalam pelaksanaan PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas (1) varietas unggul baru, inbrida atau hibrida, (2) benih bermutu dan berlabel, (3) pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos, (4) pengaturan populasi tanaman secara optimum, (5) pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, (6) pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas (1) pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, (2) penggunaan bibit muda (< 21 hari), (3) tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun, (4) pengairan secara efektif dan efisien, (5) penyiangan dengan landak atau gasrok, dan (6) panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun
(21)
melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/ membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi.
Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi berlangsung secara bertahap dan berdasarkan konsep tersebut, maka model percepatan adopsi akan terbangun oleh peubah-peubah yang berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan inovasi. Menurut Tjiptopranoto (2000) dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi maupun sistem usahatani yang dianjurkan dan dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usahataninya, sehingga pendapatan menjadi meningkat.
Salah satu faktor kunci keberhasilan program yang sudah diidentifikasi adalah melakukan pembinaan, pendampingan dan penyeliaan yang sistematis dan intensif. Apabila tidak dilakukan pendampingan, pelaksanaan kegiatan pada umumnya tidak fokus, idak ada rasa memiliki, dilaksanakan apa adanya, dan rawan penyimpangan (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Pendampingan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi dengan proses komunikasi timbal balik, dimana para pelaku menyediakan sekaligus juga menerima informasi dan teknologi serta adanya kesepahaman dan kesepakatan bersama. I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat -sifat antara laian; 1) bermanfaat bagi petani secara nyata, 2) lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah sudah ada, 3) sudah tersedianya bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi, 4) memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi, 5) meningkatkan efisiensi
(22)
2.1. Hasil- hasil Penelitian Sebelumnya
Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan padi berupa display varietas unggul baru di Desa Taba Tembilang Kecamatan Arga Makmur. Komponen inovasi teknologi tersebut meliputi penggunaan benih unggul padi I npari 27, 28, 29, dan 30, penggunaan pupuk sesuai anjuran berdasarkan rekomendasi KATAM, sistem tanam legowo 2: 1, umur bibit muda sampai 1 bulan, dan PHT. Penerapan inovasi teknologi PTT dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 78% dari 2,5 ton/ ha menjadi 4,45 ton/ ha. Display di Kabupaten Bengkulu Selatan varietas I npari 15 dengan hasil 7,7 t/ ha, Kabupaten Seluma varietas I npari 10 dengan hasil 6,2 t/ ha, Kabupaten Mukomuko varietas I npari 15 dengan hasil 7,7 t/ ha, dan Kabupaten Rejang Lebong varietas I npari 10 dengan hasil 6,8 t/ ha.
Percepatan penyebarluasan komponen inovasi teknologi PTT padi sawah dan kalender tanam dilakukan pada pertemuan teknis, berupa: 1) bimbingan penanaman padi sistem tanam Jajar Legowo 4: 1, 2) bimbingan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.
(23)
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Lokasi kegiatan dan w aktu
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tanaman pangan (komoditas padi) pada t ahun 2016 dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2016.
3.2. Pendekatan
Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman pangan akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan partisipatif, spectrum diseminasi multi channel (SDMC) dan penggunaan inovasi teknologi yang tepat.
3.3. Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan pendampingan pengembangan kawasan tanaman pangan komoditas padi meliputi:
1. Koordinasi/ konsultasi dengan dinas terkait.
2. I dentifikasi calon lokasi, calon petani, dan kebutuhan teknologi display varietas unggul baru dengan inovasi teknologi PTT.
3. Bimbingan teknis inovasi teknologi PTT padi sawah bagi petugas, petani display, dan petani GP-PTT.
4. Display teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah seluas 5,2596 ha, teknologi budidaya padi hazton seluas 0,8300 ha, dan teknologi budidaya padi organik seluas 0,8124 ha.
5. Menyiapkan dan menyebarluaskan bahan informasi (cetak dan elektronik) kepada petugas lapang dan petani kooperator.
6. Pertemuan dalam rangka sosialisasi dan temu lapang. 7. Pengawalan dan supervisi penerapan teknologi
8. Narasumber tentang inovasi teknologi PTT padi sawah. 9. Pelatihan teknologi PTT padi sawah.
10. Pengumpulan data teknis, ekonomis, dan sosial melaui wawancara terstruktur dengan petugas dan petani sebanyak 30 orang.
(24)
3.4. Bahan dan Alat Kegiatan
Alat yang digunakan dalam pengkajian ini adalah alat tulis, meja lapang, pena, komputer supplay, meteran, bagan warna daun, tali plastic, gunting, karung plastik, perangkap tikus, dan jaring. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas I NPARI 16, I NPARI 22, I NPARI 32, Sintanur, I PB 3S, DAN I PB 4S, pupuk kandang, Urea, NPK Phonska, KCL, dan Pestisida.
3.5. Tahapan pelaksanaan kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampingan meliputi: a. Persiapan dan perencanaan
Desk study, penyusunan dan penyempurnaan RODHP dan juklak kegiatan pendampingan, pengumpulan informasi awal tentang rencana pelaksanaan kegiatan oleh dinas pertanian provinsi dan kabupaten, potensi sumberdaya lahan, dan kebutuhan teknologi pendamping untuk budidaya padi. Mencari dan menentukan calon lokasi dan calon petani pelaksana kegiatan.
b. Pelaksanaan kegiatan pendampingan
1) Koordinasi dengan dinas/ instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan dilakukan untuk membangun persamaan persepsi, meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinergitas antar lembaga/ instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan pertanian nasional tanaman pangan (komoditas padi).
2) Display teknologi budidaya padi, Display merupakan salah satu metode penyuluhan pertanian untuk memperlihatkan secara nyata, baik ‘cara’ maupun ‘hasil’ dari penerapan suatu inovasi teknologi yang telah teruji dan menguntungkan bagi petani. Display sebagai sarana pembelajaran petani bertujuan:
-Mempercepat proses diseminasi teknologi padi kepada petani;
-Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan teknologi padi;
-Menerapkan berbagai metode penyuluhan;
(25)
Petani pelaksana seb an y ak 10 - 15 or an g d en g an p aket d isplay inovasi teknologi PTT padi sawah irigasi seluas 5,2596 ha, teknologi budidaya Hazton seluas 0,8300 ha, teknologi budidaya padi organik seluas 0,8124 ha. Paket Teknologi yang diterapkan pada pelaksanaan display merupakan hasil rekomendasi dari Balitbangtan/ perguruan tinggi. Penyediaan bahan pembelajaran display merupakan stimulan agar kelompoktani dapat menerapkan teknologi sesuai dengan rekomendasi. Apabila bahan pembelajaran yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan lapangan, maka diharapkan dapat dipenuhi oleh swadaya petani.
3) Pelatihan Petugas dan Petani
Pelatihan petugas dan petani dilaksanakan berdasarkan tahapan perkembangan tanaman dan kebutuhan informasi terkait usahatani padi. Materi pelatihan disesuaikan dengan kondisi lapangan sehingga menjawab kebutuhan pengguna. Narasumber dapat berasal Penyuluh Pertanian di Bapeluh/ BP4K dan penyuluh BP3K yang telah mengikuti latihan teknis, pejabat/ staf teknis pada dinas yang menangani pertanian, penyuluh/ peneliti BPTP, dosen perguruan tinggi dan pihak lain yang terkait dengan topik pembahasan.
4) Diseminasi I nformasi dan Teknologi Pertanian
Teknologi yang diterapkan pada pelaksanaan upaya khusus peningkatan produksi padi merupakan teknologi telah terekomendasi dan teruji dalam meningkatkan produksi dan produktivitasa komoditas dimaksud. Untuk memberikan keyakinan kepada para petani agar tidak ragu-ragu dalam menerapkan teknologi tersebut, maka diperlukan adanya kegiatan diseminasi informasi dan teknologi yang bertujuan diantaranya: -Meningkatkan adopsi dan inovasi teknologi hasil penelitian dan
pengkajian melalui kegiatan komunikasi, promosi dan komersialisasi; -Penyebaran paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan menghasilkan
(26)
5) Pengawalan dan Supervisi Penerapan Teknologi
Pengawalan dan supervisi penerapan teknologi dalam pendampingan PTT padi sawah dilakukan pada lokasi pelaksanaan display. Selain itu juga pada lokasi petani pelaksana program gerakan tanam padi dengan penerapan jajar legowo, pengembangan desa pertanian organik untuk padi, serta pengembangan padi dengan teknologi hazton. Hasil pengawalan dan supervisi tersebut menjadi bahan masukan dalam perbaikan rekomendasi teknologi PTT spesifik lokasi.
6) Evaluasi Pelaksanaan Pendampingan PTT
Evaluasi kegiatan pendampingan dilakukan untuk mengukur kinerja dan efektivitas yang dilakukan melalui metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan/ kuesioner. Responden diambil dari petani pelaksana display dan petani pelaksana program gerakan tanam padi dengan penerapan jajar legowo, pengembangan desa pertanian organik untuk padi, serta pengembangan padi dengan teknologi hazton. Kegiatan evaluasi ini diharapkan mendapatkan umpan balik efektivitas pendampingan dari stakeholders dan petani pelaksana.
7) Penyusunan laporan
Perkembangan kegiatan dilaporkan secara periodik dalam bentuk laporan bulanan, tri wulan, semester dan akhir kegiatan. Laporan merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban secara administarsi sekaligus sebagai bukti pelaksanaan kegiatan pendampingan.
c. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data komponen hasil (data agronomis, produksi, kesuburan lahan), komponen biaya (biaya input, tenaga kerja, biaya lainnya), penerimaan dari display PTT padi sawah, budidaya padi hazton, dan budidaya padi organik, respon petani, persepsi petani dan petugas terhadap hasil display. Responden dari data ini adalah seluruh petani yang terlibat dalam kegiatan display teknologi. Sedangkan untuk percepatan diseminasi teknologi PTT padi sawah diukur dari jumlah bahan diseminasi yang disampaikan, jumlah petani/ petugas yang terlibat dan memperoleh manfaat dari kegiatan pendampingan, dan umpan balik kebutuhan teknologi. Peningkatan pengetahuan
(27)
didekati dengan data perubahan prilaku petani (peningkatan pengetahuan dan keterampilan, minat terhadap inovasi teknologi. Responden dari data ini adalah seluruh petani pelaksana gerakan tanam jajar legowo yang telah mendapat materi/ pelatihan.
d. Analisis data
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan daftar pertanyaan ( kuesioner). Wawancara dilakukan pada petani, penyuluh pertanian, dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran karya-karya ilmiah dan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang memberikan informasi dan data yang relevan dengan topik pengkajian ini.
Analisis data yang digunakan dalam pengkajian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum dan menjelaskan mengenai biaya dan pendapatan petani padi teknologi PTT, hazton, organik, dan teknologi petani di lokasi pendampingan yang diurai secara deskriptif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan usahatani, analisis rasio penerimaan dan biaya (R/ C ratio) , dan analisis komparatif.
Analisis Pendapatan Usahatani. Model analisis yang digunakan untuk mengetahui pendapatan usahatani padi sawah teknologi PTT, hazton, organik, dan teknologi petani (Soekartawi, 2002) adalah
:
Keterangan :
= Pendapatan bersih usahatani TR = Total penerimaan (Total Revenue) TC = Total Biaya (Total Cost)Y = Produksi yang diperoleh P = Price (Harga)
PY = Harga Produksi FC = Biaya Tetap
(28)
Analisis Kelayakan Usahatani. Untuk mengetahui kelayakan usahatani teknologi PTT, hazton, organik, dan teknologi petani, digunakan rumus (Suratiyah, 2006) sebagai berikut:
Keterangan :
R/ C = Ratio Penerimaan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Kriteria keputusan:
R/ C > 1; Usaha tani layak diusahakan
R/ C = 1; Usahatani impas (tidak untung tidak rugi) R/ C < 1; Usahatani tidak layak
Analisis Komparatif. Pengujian dilakukan untuk menganalisis perbedaan dan persamaan penerapan teknologi PTT padi sawah, padi hazton, padi organik, dan teknologi petani. Komponen yang dianalisis adalah keragaan penggunaan input (benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja), keragaan produksi, biaya, dan pendapatan. Data disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Keragaan Penggunaan I nput, Biaya, Produksi, dan Pendapatan Usahatani Padi
No. Teknis PTT Hazton Organik Petani
1 Benih (kg) 2. Umur tanam
3. Jumlah bibit/ rumpun 4. Sistem tanam
5. Penggunaan pupuk (kg)
- Urea
- SP-36
- NPK Phonska
- Organik
- Lainnya
6 Penggunaan pestisida (liter) 7. Penggunaan tenaga kerja (HOK) 8. Biaya usahatani (Rp/ ha)
9. Produksi (Kg/ ha)
10. Penerimaan usahatani (Rp/ ha)
Untuk menggambarkan persepsi dan sikap responden terhadap display teknologi yang dibuat dilakukan analisis data secara statistik deskriptif. Penyajian
(29)
data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuan pengkajian, apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi
.
Tingkat pengetahuan dan persepsi petani dihitung dengan pendekatan tertimbang atau pendekatan proporsi. Metode ini dilakukan dengan cara mengitung rasio jumlah responden yang memberikan pernyataan tertentu terhadap keseluruhan responden. Pernyataan akan dibuat dalam lima kelas, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), KS (kurang setuju), dan TS (tidak setuju) dengan nilai rangking 5, 4, 3, 2, dan 1 (Hendayana, 2014).
Tabel 2. Persepsi dan Pengetahuan Teknologi Budidaya Padi
No. Penyataan Penilaian Total
SS S R KS TS
1. 2.
Metode pre-experimental design dengan pre-test dan post-test dilakukan untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan responden pada berbagai metode penyuluhan yang diterapkan sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan (pelatihan, apresiasi/ temu lapang).
(30)
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Dinas Terkait
Sebelum pelaksanaan kegiatan Pendampingan Penggembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Nasional (Komoditas Padi) di Kabupaten Bengkulu Utara terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan I nstitusi terkait. Koordinasi dilakukan dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara (Gunawan. R. MM), Kepala Bidang Tanaman Pangan (Tatang Syuryadie, H., SP., M.Si), Kasie Tanaman Pangan (Sri Susilowati, B.Sc) dan Kasie Statistik Pertanian (Esti H. Siregar, SP). Sosialisasi dan Koordinasi dilakukan untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau menyepakati pelaksanaan kegiatan pendampingan sehingga dapat saling mendukung keberhasilan kegiatan (Gambar 1).
Gambar 1. Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan BPTP Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016 pada tanggal 15 Februari 2016
Dari kegiatan ini diperoleh informasi pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2016 Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya, a). kegiatan Gerakan Tanam padi dengan Penerapan Jajar Legowo seluas 4.475 ha, b). Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi seluas 20 ha, dan c). Pengembangan Padi dengan Teknologi Hazton seluas 25 ha. Kegiatan ini masih dalam tahap persiapan di Dinas Pertanian dan Peternakan Bengkulu Utara dikarenakan belum selesainya revisi DI PA. Menurut Ka. Bid Tanaman Pangan saat ini CPCL kegiatan tersebut belum
(31)
dapat dipastikan, namun akan didistribusikan diseluruh kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara.
Untuk mendukung kegiatan dinas tersebut, BPTP akan melakukan pendampingan berupa; a). display teknologi budidaya padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) , budidaya padi organik dengan pendekatan sistem of rice intensification (SRI ), dan teknologi budidaya Hazton, b) pelatihan dan narasumber, dan c). bahan informasi. Lokasi display berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara adalah Kecamatan Arma Jaya dan Marga sakti Sebelat. Pertimbangan pemilihan Kecamatan Arma Jaya karena akan dilaksanakan kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi dan sistem irigasi persawahan sudah baik serta terpisah dari areal persawahan disekitarnya. Sedangkan untuk lokasi Marga Sakti Sebelat, wilayah ini memiliki areal persawahan yang cukup luas namun jarang mendapat perhatian/ bimbingan untuk pengembangan sektor pertaniannya.
4.2. Mempercepat Penyebarluasan I novasi Teknologi PTT Padi Kepada Petani Dan Petugas Di Kaw asan Pertanian Nasional Tanaman Padi di Provinsi Bengkulu
Teknologi PTT Padi Saw ah
Penerapan inovasi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT di Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah. Hasil identifikasi terhadap tiga komponen utama PTT padi sawah menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru mencapai 3,38% , sistem tanam jajar 2: 1 dan 4: 1 sebanyak 6,76% dan 42,02% , dan rekomendasi belum dilaksanakan sesuai dosis dan frekuensi pemupukan. Selain itu, untuk mendukung program pemerintah daerah berupa; gerakan tanam padi dengan penerapan jajar legowo, pengembangan desa pertanian organik untuk padi, dan pengembangan padi dengan teknologi Hazton.
Pada lokasi display, inovasi merupakan langkah yang efektif dalam mentransfer teknologi ke petani, karena petani sebagai pengguna bisa langsung menilai sifat-sifat unggul maupun kelemahan dari varietas yang diuji
.
Hasil identifikasi terhadap penerapan inovasi PTT, terdiri dari penggunaan varietas,(32)
Tabel 3. Penerapan I novasi Budidaya Padi Sawah di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016
No. Komponen teknologi Persentase
1. Penggunaan benih - varietas unggul baru - padi lokal
- varietas unggul
3,83 18,77 77,40 2. Rekomendasi pemupukan berdasarkan KATAM
- Sesuai - Tidak sesuai
3,53 96,47 3. Sistem tanam
- Jajar legowo - Tegel
48,79 51,21
Sumber: Data primer (diolah) 2016
Berdasarkan tabel diatas, penggunaan benih di Kabupaten Bengkulu Utara didominasi oleh VU Mekongga, Ciherang, dan Cigeulis dengan penggunaan VUB I NPARI 13, 16, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 30, dan 32. Dominasi distribusi varietas unggul dipengaruhi oleh kegiatan pengembangan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Sedangkan penggunaan VUB tersebar pada lokasi-lokasi display dan pengkajian teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP Bengkulu.
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan/ atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008). Varietas padi juga merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi karena teknologinya murah dan penggunaannya sangat praktis (Badan Litbang Pertanian, 2007
).
Hasil penerapan berbagai varietas unggul baru (VUB) di Jawa Tengah dapat meningkatkan rata-rata produktivitas 1,0-2,4 t/ ha atau (16,26- 39,02% ) dibandingkan produktivitas varietas I R 64 (Suhargiantono, 2006).Selain penggunaan VUB, komponen teknologi anjuran lainnya adalah pengaturan populasi tanaman dengan jajar legowo. Sistem tanam ini merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect).
(33)
Keuntungan penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2: 1 diantaranya (i) semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir), (ii) pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah, (iii) penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi, dan (iv) penggunaan pupuk lebih berdaya guna (Suhendrata et al, 2004: Badan Litbang Pertanian, 2007a; Suhendrata et al, 2008).
Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanam sistem jajar legowo dua baris dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm dapat meningkatkan produksi antara 560-1.550 kg/ ha dibandingkan dengan taman sistem tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm, dan R/ C meningkat dari 1,16 menjadi 1,43 dengan peningkatan keuntungan Rp1.352.000/ ha (Widarto dan Yulianto, 2001). Hasil pengkajian yang dilaksanakan di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada MT I 2 007/ 2008 (November 2007- Maret 2008) menunjukkan bahwa dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo 4: 1 (empat baris) dapat meningkatlkan produktivitas padi varietas Cisantana rata-rata ± 1,03 t/ ha atau 18,00% dibandingkan dengan sistem tanam t egel ( Tota Suhendrata, 2008).
Pelaksanaan display didahului dengan pengumpulan data/ informasi tingkat pengetahuan petani terhadap inovasi budidaya padi sawah. Data diinventarisasi dengan kuesioner terhadap 13 orang responden calon pelaksana display. Secara kelompok pemahaman responden terhadap inovasi PTT sebesar 3,55 pada skala 1-5, artinya responden sudah mengetahui inovasi PTT padi sawah (Tabel 4).
Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Teknologi Pendekatan PTT Budidaya Padi Sawah
No Komponen inovasi Tingkat pengetahuan
1. Varietas unggul baru 3,096
2. Bibit muda 3,808
3. Jajar legowo 3,692
4. Pemupukan 3,436
5. PHT 3,369
(34)
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani secara individu terhadap inovasi PTT dilakukan pembobotan dengan menggunakan interval kelas. Tingkat pengetahuan petani berkisar antara 2,77-4,27 dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden berada dalam kategori rendah-sedang. Nilai pembobotan menggunakan tiga kelas interval seperti ditunjukkan Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Budidaya Padi Sawah Berdasarkan I nterval Kelas
No. Kategori Kelas interval Frekuensi Persentase (% )
1. Rendah 2,7 3,2 5 38,46
2. Sedang 3,3 3,8 7 53,85
3. Tinggi 3,9 4,4 1 7,69
Sumber: Data primer (diolah) 2016
Berdasarkan data Tabel 4 dan 5, diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden masih rendah sampai sedang. Hal ini karena usahatani padi bukan merupakan usahatani utamanya. Usahatani utama petani di lokasi adalah kelapa sawit dan usahatani padi hanya sebagai usahatani tambahan, sehingga pengetahuan terhadap inovasi padi relatif lemah.
Display I novasi Tekologi Padi Saw ah
Display merupakan salah satu upaya yang efektif untuk memperkenalkan inovasi kepengguna. Display inovasi budidaya padi sawah dilaksanakan pada lahan Kelompok Tani Karya Utama Desa Karya Jaya Kecamatan Marga Sakti Sebelat dan Desa Tanjung Agung Palik Kecamatan Tanjung Agung Palik Kabupaten Bengkulu Utara.
a. Display I novasi Tekologi Padi Saw ah Desa Karya Jaya
Pada lokasi Desa Karya Jaya, teknologi yang diterapkan adalah PTT padi sawah dan teknologi budidaya padi organik. Display teknologi dilaksanakan oleh 11 orang kooperator dengan luas lahan 6.34 ha.
I novasi budiddaya PTT menggunakan varietas unggul baru (I npari 16, 22, 32, I PB 3S, dan I PB 4S), benih bermutu, pengolahan tanah sempurna, penggunaan bahan organic 0,5 t/ ha, sistem tanam legowo 2: 1 (25 x 50x 12,5
(35)
cm), bibit umur muda, 1-3 batang per rumpun, rekomendasi pemupukan berdasarkan kalender tanam terpadu (KATAM) dengan dosis pupuk urea 150 kg/ ha dan NPK-Phonska 200 kg/ ha, serta pengendalian OPT berdasarkan PHT. Penanaman padi dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai dengan 23 April 2016, lamanya waktu penanaman ini disebabkan keterbatasan alat mesin pertanian untuk pengolahan lahan dan tenaga tanam. Penerapan sistem tanam jajar legowo 2: 1 disajikan pada Gambar 1.
Gambar 2. Kondisi tanaman padi varietas I npari 23 umur 15 hari setelah tanam
Pengamatan pertanaman display dilakukan pada penerapan teknologi yang dianjurkan. Secara keseluruhan petani telah melaksanakan sesuai anjuran. Penerapan komponen teknologi sudah mulai dipahami petani dan akan dilakukan kembali pada musim berikutnya. Kondisi pertanaman selanjutnya dilakukan pada umur 6 HST (Gambar 3, 4, dan 5).
(36)
Gambar 3. Kondisi tanaman padi varietas I npari 16, 22 umur 74 hari setelah tanam
Gambar 4. Kondisi serangan hama tikus tanaman padi varietas I npari 16 umur 63 hari setelah tanam
(37)
Gambar 5. Kondisi serangan hama tikus pada pertanaman padi teknologi petani.
Pada fase primordia tanaman diserang hama tikus dengan intesitas beragam, sekitar 5-25% seperti ditunjukkan Gambar 3 dan 4 serta hama burung. Pengendalian telah dilakukan dengan teknik pengumpanan dan sanitasi lahan. Serangan hama tikus lebih parah pada pertanaman tegel dengan kerusakan hampir 100% (Gambar 5). Serangan hama tikus ini juga dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang merupakan perkebunan kelapa sawit. Selain hama tikus, pertanaman juga terserang hama walang sangit dan kresek.
Penanaman padi dilaksanakan mulai tanggal 06 April sampai 30 April 2016. Hasil yang diperoleh bervariasi dengan 50% rendah (antara 1 -3 t/ ha) dan 50% sedang antara 4 – 6 t/ ha. Kondisi ini disebabkan banyaknya serangan tikus dan kepinding tanah. Pada lahan sekitar display, pada musim tanam yang sama, banyak yang tidak panen.
b. Display I novasi Tekologi Padi Saw ah Desa Tanjung Agung Palik Pada lokasi Desa Tanjung Agung Palik, teknologi yang diterapkan adalah Hazton padi sawah. Display teknologi dilaksanakan oleh 1 orang kooperator dengan luas lahan 0,8 ha. I novasi teknologi Hazton menggunakan varietas unggul baru (I npari 22), benih bermutu, pengolahan tanah sempurna, sist em tanam legowo 2: 1 [ (25 x 25) x 50 cm)] , [ (25 x 12,5) x 50 cm)] , [ (20 x 20) x 40 cm)] , bibit tua umur 25 – 30 hari, 20-30 batang per rumpun, pukuk Urea 125
(38)
Penanaman padi dilaksanakan mulai tanggal 25 Juni 2016. Hasil yang diperoleh masing-masing sistem tanam yaitu: a. 6,50 t/ ha untuk jarak tanam [ (25 x 25) x 50 cm)] ; 6,67 t/ ha untuk jarak tanam [ (25 x 12,5) x 50 cm)] ; dan 6,82 t/ ha untuk jarak tanam [ (20 x 20) x 40 cm)] .
Kondisi pertanaman pada saat menjelang panen umur 71 hari setelah tanam seperti Gambar 6, 7, dan 8.
Gambar 6. Padi Hazton dengan jarak tanam [ (25 x 25) x 50 cm)]
(39)
Gambar 8. Padi Hazton dengan jarak tanam [ (20 x 20) x 40 cm)]
4.3. Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan, Serta Sikap Petani dan Petugas Terhadap Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi
a. Bimbingan Teknis
Untuk meningkatkan pengetahuan petani dan tenaga penyuluh pertanian di lapangan telah diadakan bimbingan teknis inovasi teknologi sistem tanam jajar legowo 2: 1, padi organik, dan padi hazton di lahan kelompok tani Karya Utama Desa Karya Jaya Kecamatan Marga Sakti Sebelat Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 5 April 2016. Bimbingan teknis dikuti oleh petani sebanyak 83 orang yang berasal dari anggota kelompok tani Karya Utama, perwakilan kelompok tani padi Kecamatan Marga Sakti Sebelat. Kegiatan bimtek juga diikuti oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara, Danramil 423-06 Putri Hijau, Koordinator Penyuluh Kecamatan, penyuluh, dan Babinsa (Gambar 9 dan 10)
(40)
Gambar 9. Kegiatan bimbingan teknis sistem tanam jajar legowo 2: 1, padi organik, dan padi hazton.
Gambar 10. Praktek penanaman padi sistem tanam jajar legowo 2: 1 bersama Kadistannak kab. Bengkulu Utara, Babinsa, penyuluh, dan petani.
Efektivitas bimbingan teknis diukur dengan tingkat keterampilan responden dalam penarikan caplak dan cara tanam jajar legowo 2: 1 untuk inovasi PTT, padi organik, dan padi hazton. Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa petani sudah terampil dalam pekerjaan tersebut.
b. Narasumber
Penyuluh sebagai aparat pemerintah yang bertugas di desa sebagai ujung tombak pembangunan pertanian dan sebagai agen pembaharuan. Untuk
(41)
menjalankan tugas pokoknya dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta merubah sikap petani dalam berusahatani yang lebih baik sangat membutuhkan informasi dan pemahaman program-program yang akan di laksanakan, untuk itu sangat diperlukan upaya bimbingan teknis, pem binaan dan pembekalan bagi penyuluh.
Kegiatan Bimtek Sosialisasi Pengelolaan Peningkatan Produksi Tanaman Serealia dan Aneka Kacang Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara. Bimbingan teknis dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016 di Ruang Pertemuan BPK Kecamatan Ketahun dan tanggal 26 April 2016 di Balai Desa Magelang Kecamatan Kerkap. Peserta Bimtek adalah koordinator penyuluh kecamatan, penyuluh PNS, Babinsa, THL TBPP dan penyuluh swadaya dengan jumlah peserta 60 orang. Narasumber kegiatan ini berasal dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kebupaten Bengkulu Utara dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu (Gambar 11). Materi yang disampaikan dari BPTP terkait inovasi budidaya padi dengan pendekatan PTT, teknologi padi organik dengan pendekatan System of Rice I ntensification (SRI ), teknologi hazton, PTT jagung, dan PTT kedelai.
Gambar 11. Narsumber BPTP (I r. Ahmad Damiri, M.Si) pada acara Bimtek Sosialisasi Pengelolaan Peningkatan Produksi Tanaman Serealia dan Aneka Kacang Tahun 2016
(42)
Efektivitas Pelatihan
Analisis rataan skor dengan menggunakan rentang kriteria dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan setiap responden sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Rataan skor persepsi responden terhadap pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Skor Persepsi Responden Tentang Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan
No Kriteria yang diteliti
Pengetahuan Sebelum Sesudah Rataan Skor Kriteria Rataan Skor Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengetahuan tentang Varietas Unggul Pengetahuan tentang Sistem Tanam Jajar Legowo
Pengetahuan tentang Umur dan jumlah bibit
Pengetahuan tentang kebutuhan benih padi per hektar
Pengetahuan tentang rekomendasi pupuk, varietas dan waktu tanam (KATAM)
Pengetahuan tentang frekuensi pemupukan pada pertanaman padi Pengetahuan tentang pengendalian HPT secara terpadu
Pengetahuan tentang waktu panen yang tepat.
Pengetahuan tentang penanganan pasca panen yang tepat
2,77 3,38 4,23 4,00 2,31 3,23 3,62 4,31 4,08 Baik Kurang Cukup Baik Baik Kurang Cukup Cukup Baik Baik 4,54 4,00 4,08 4,31 4,38 3,69 4,15 4,15 4,77 4,69 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Rata-rata 3,59 Cukup 4,28 Baik
Sumber: Data primer (diolah), 2016
No. Kriteria yang diteliti Sebelum Sesudah
Rataan Skor
Kriteria Rataan Skor
Kriteria
(43)
Pengetahuan tentang Sistem Tanam Jajar Legowo
Pengetahuan tentang Umur dan jumlah bibit
Pengetahuan tentang kebutuhan benih padi per hektar
Pengetahuan tentang rekomendasi pupuk, varietas dan waktu tanam (KATAM)
Pengetahuan tentang frekuensi pemupukan pada pertanaman padi Pengetahuan tentang pengendalian HPT secara terpadu
Pengetahuan tentang waktu panen yang tepat.
Pengetahuan tentang penanganan pasca panen yang tepat
Data pada Tabel 6 menunjukan bahwa, persepsi responden terhadap pengetahuan sebelum pelatihan berada pada kriteria kurang sampai baik, dengan skor rata-rata 3,59. Skor tertinggi berada pada pengetahuan tentang Pengendalian Hama/ Penyakit secara terpadu (skor 2,77) kriteria cukup karena selama ini pendampingan oleh penyuluh dan pengamat hama/ penyakit tetap dilakukan bahkan telah dilakukan SL-PHT. Sedangkan skor terendah pada pengetahuan tentang pemupukan berimbang dan bahan organik (skor 2,28). Hal ini dikarenakan selama ini bimbingan yang diberikan dalam pelaksanaan pemupukan berimbang didasarkan pada anjuran dosis yang ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi tanah dan belum adanya sosialisasi atau bimbingan terkait dengan pemanfaatan jerami sebagai pupuk organik yang berguna untuk pupuk tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah.
Perbedaan pengetahuan yang nyata antara sebelum dan sesudah bimbingan teknis dapat terlihat pada hasil t -Test: Paired Two Sample for
(44)
respoden. Hasil analisis uji beda terhadap pengetahuan petani sebelum dan sesudah pelatihan diperoleh peningkatan sebesar 0,683, dari 3,593 menjadi 4,276. Nilai korelasi pearson sebesar 0,9023 sehingga bisa dikatakan hubungan sangat erat antara bimbingan teknis dengan peningkatan pengetahuan responden.
Tabel 7. Hasil t-Test: paired two sample for means tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah bimbingan teknis
Variable 1 Variable 2
Mean Variance Observations Pearson Correlation
Hypothesized Mean Difference df
t Stat
P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
3,593 0,44329 10 0,902281534 0 9 -5,484396003 0,000193973 1,833112923 0,000387947 2,262157158
4,276 0,109648889 10
Sumber: Data primer (diolah), 2016
Berdasarkan uraian sebelumnya maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan tentang konsep PTT pada tanaman padi ke arah yang lebih baik. Artinya sasaran dari pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan peserta tercapai. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Kamil (2010) yaitu tujuan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
(45)
V.
KESI MPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Display inovasi teknologi PTT padi sawah dan teknologi padi organik dlaksanakan pada Kelompok Tani Karya Utama Desa Karya Jaya di Kecamatan Marga Sakti Sebelat dengan menanam varietas I npari-16, 22, 23, 32, I PB 3S, dan I PB 4S seluas 6,34 ha. Hasil yang diperoleh bervariasi dengan 50% rendah (antara 1 -3 t/ ha) dan 50% sedang (antara 4 – 6 t/ ha). Kondisi ini disebabkan banyaknya serangan tikus dan kepinding tanah. 2. Display teknologi hazton dilakukan di Desa Tanjung Agung Palik Kecamatan
(46)
25) x 50 cm)] ; 6,67 t/ ha untuk jarak tanam [ (25 x 12,5) x 50 cm)] ; dan 6,82 t/ ha untuk jarak tanam [ (20 x 20) x 40 cm)] .
3. Terjadi peningkatan pengetahuan petani dari sebelumnya sebesar 2,77 menjadi 4,27 sesudah pelatihan.
5.2. Saran
Penerapan inovasi teknologi PTT di tingkat petani dalam upaya peningkatan produksi padi masih rendah. Untuk itu perlu peningkatan intensitas dan frekuensi pendamping oleh petugas lapang guna mempercepat adopsi teknologi dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan petani.
5.3. Roadmap Pengkajian
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas padi telah dilaksanakan dari tahun 2015 untuk Provinsi Bengkulu berupa display teknologi dan narsumber dalam bimbingan teknis. Roadmap kegiatan disajikan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Roadmap Kegiatan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian
Kegiatan Tahun/ Kabupaten
2015 2016
Display inovasi teknologi PTT
1. Kec. Arga Makmur Bengkulu Utara
-VUB I npari 27, 28, 29, dan 30, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
-Peningkatan Produksi 78% (2,5-4,45 t/ ha)
2. Kabupaten Bengkulu Selatan
-VUB I npari 15, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
-Produksi 7,7 t/ ha
3. Kabupaten Seluma
-VUB I npari 10, Jajar legowo
1. Kecamatan Margasakti Sebelat
-PTT, VUB I npari 16, 22, 32, PB 3S, dan I PB 4S, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
-Padi organik, VUB I npari 23, Jajar legowo 2: 1, PHT
-Tanam 5 April 2016
2. Kecamatan Tanjung Agung Palik Kab.
(47)
2: 1, Katam, PHT Produksi 6,2 t/ ha
4. Kabupaten Mukomuko
-VUB I npari 15, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
Produksi 7,7 t/ ha
5. Kabupaten Rejang Lebong
-VUB I npari 10, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
Produksi 6,8 t/ ha
Bengkulu Utara
-Padi Hazton, VUB I npari 23, Jajar legowo 2: 1, Katam, PHT
-Tanam 25 Juni 2016
Bimbingan teknis
1. Penanaman padi sistem tanam Jajar Legowo 2: 1.
2. Bimbingan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi.
1. Bimbingan inovasi teknologi PTT padi sawah, teknologi padi organik, teknologi padi hazton, PTT Jagung, dan PTT Kedelai di Bengkulu Utara
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN
Dengan telah dilaksanakan koordinasi, sosialisasi dan Display inovasi teknologi PTT padi sawah dan teknologi padi organik pada dua lokasi yaitu pada: 1) Kelompok Tani Karya Utama Desa Karya Jaya di Kecamatan Marga Sakti Sebelat, yang menanam varietas I npari-16, 22, 23, 32, I PB 3S, dan I PB 4S pada areal seluas 6,34 ha. Hasil yang diperoleh bervariasi dengan 50% rendah (antara 1 -3 t/ ha) dan 50% sedang (antara 4 – 6 t/ ha) dan 2) Display teknologi hazton telah dilakukan di Desa Tanjung Agung Palik Kecamatan Tanjung Agung Palik
(48)
PTT padi sawah memberikan dampak yang positif terhadap tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan yaitu sebesar 0,683 dari 3,593 menjadi 4,276.
Dengan pengetahuan petugas dan petani yang telah meningkat, kemungkinan keberhasilan usahatani padi ke depan akan lebih baik. Namun demikian perlu dilakukan pembinaan lanjutan terutama permasalahan pengendalian hama tikus. Hal ini karena serangan tikus yang sudah sangat menghawatirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
Badan Litbang Pertanian, 2007 . Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Teknis Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Jakarta.
Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang Tahun 2009-2014. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Kepahiang.
(49)
Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Fagi.A.M,I .Las, M. Syam, A.K. Makarim, dan A. Hasanuddin. 2002. Penelitian Padi Menuju Repolusi Hijau Lestari. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mempercepat -pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ Diakses 22 Juni 2011] .
Hendayana, R. 2014. Persepsi dan Adopsi Teknologi; Teori dan Praktek Pengukuran. Disampaikan dalam Kegiatan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Peneliti Sosial Ekonomi dalam Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan. Bogor.
Kamil, H.M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Alfabeta. Bandung. Ken Suratiyah, 2006. I lmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.
Makarim, A.K. dan I . Las, 2004. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah I rigasi Melalui Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Seminar Kebijakan Padi pada Pekan Padi Nasional I I , 15 Juli 2004, Sukamandi.
Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rambe, S.S.M.R. 2013. I dentifikasi Masalah Teknologi dan Kelembagaan dalam Pengembangan Kawasan Jeruk Di Kabupaten Lebong. Prosiding Temu Teknis. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Sembiring H, 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai esar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi
Soekartawi, 2002. Ekonomi Pertanian.Universitas I ndonesia, Press. Jakarta. Suhargiantono, 2006. Program percepatan peningkatan produktivitas padi di
Jawa Tengah. Makalah pada Pertemuan teknis peningkatan kinerja jaringan penyuluhan pertanian. BPTP Jawa Tengah.
(50)
Suhendrata T, E. Kushartanti dan S. Joni Munarso, 2008. Keragaan Beberapa Padi Varietas Unggul Baru di Lahan Sawah I rigasi Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian.
Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.
Tota Suhendrata. 2008. Peran I novasi Teknologi Pertanian dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November 2008.
Widarto dan Yulianto, 2001. Teknologi tanam padi sistem jajar legowo dua baris. Rekomendasi paket teknologi pertanian Propinsi JawaTengah. BPTP Jawa Tengah.
ANALI SI S RI SI KO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Table 9).
Tabel 9. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tahun 2016
(51)
1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan
tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi
- Program
pengembangan kawasan hortikultura tidak berjalan optimal 2 Penyediaan bahan
diseminasi terlambat
- Pencetakan bahan diseminasi terlambat karena banyaknya pemesanan
- Pelaksanaan aplikasi inovasi teknologi tidak sesuai rekomendasi 3 Teknologi tidak
sepenuhnya diadopsi petani
- Teknologi yang diintroduksikan sulit diterapkan
- Peningkatan produktivitas tidak optimal
4 Petani kooperator kurang kooperatif
- Tingkat pengetahuan yang rendah
- Pelaksanaan
demplot/ percontohan kurang lancar
Tabel 10. Daftar Penanganan Risiko Dalam Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tahun 2016
NO. RI SI KO PENYEBAB PENANGANAN
1 Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan
tupoksinya sendiri dan belum
terintegrasi
- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait secara lebih intensif
2 Penyediaan bahan diseminasi terlambat
- Pencetakan bahan diseminasi
terlambatkarena banyaknya pemesanan
- Melakukan
pencetakan di tempat lain
3 Teknologi tidak sepenuhnya diadopsi petani
- Teknologi yang diintroduksikan sulit diterapkan
- Melakukan modifikasi agar teknologi lebih mudah digunakan 4 Petani kooperator
kurang kooperatif
- Tingkat pengetahuan yang rendah
- Membimbing petani secara intensif - Memberi motivasi
secara terus menerus
JADWAL KERJA
Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Tahun 2016
No Uraian kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan RDHP 2 Penyusunan/ pembahasan
(52)
5 Laporan bulanan 6 Laporan tengah tahun 7 Laporan akhir tahun
PEMBI AYAAN
Tabel 12. Pembiayaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Tahun 2016
Kode Jenis Pengeluaran Volume Harga
Satuan
Biaya
521211 Belanja Bahan 8.250.000
- Konsumsi 101 OH 50.000 5.050.000
- Fotocopy, jilid, cetak dan dokumentasi
1 Paket 3.200.000 3.200.000
(53)
- Honor petugas lapang 6 OH 200.000 1.200.000
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 6.000.000
- UHL petani 44 OH 50.000 2.200.000
521811 Belanja barang untuk persediaan barang konsumsi 27.509.000 - Bahan pendampingan dan bahan
pendukung lainnya
1 Paket 24.230.000 24.430.000
- ATK dan komputer suplies 1 Paket 4.000.000 3.059.000
522151 Belanja Jasa Profesi 2.500.000
- Narasumber, fasilitator, evaluator, moderator
8 OJ 500.000 2.500.000
524111 Belanja perjalanan biasa 25.000.000
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,- s/ d Rp. 5.000.000)
5 OP 5.000.000 25.000.000
524119 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 5.400.000
- Akomodasi dan konsumsi dalam rangka focus group discussion , pertemuan dengan pettani dan stakeholder
30 OH 180.000 5.400.000
Jumlah total 72.059.000
Tabel 13. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan
No Jenis Pengeluaran
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(% )
Persentase Fisik (% ) 1. Belanja bahan
(54)
No Jenis Pengeluaran
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(% )
Persentase Fisik (% ) 1. Belanja bahan
-
Konsumsi 5.050.000 100,00 100,00-
Photocopy dan dokumentasi 3.200.000 100,00 100,00-
Honor petugas lapang 1.200.000 100,00 100,00 3. Belanja Barang Non Operasional Lainnya-
UHL petani 2.200.000 100,00 100,004. Belanja barang untuk persediaan barang konsumsi - Bahan pendampingan dan
bahan pendukung lainnya
24.444.750 99,98 100,00 - ATK dan komputer suplies 3.059.000 100,00 100,00 5. Belanja jasa profesi
-
Narasumber, evalator, fasilitator, moderator1.500.000 60,00 100,00 6. Belanja perjalanan biasa
-
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara 365.000 s/ d 5.000.000)21.535.000 86,14 100,00
Jumlah 67.513.750 93,69 100,00
(55)
Tabel 14. Tenaga Pelaksana Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi Tahun 2016
No Nama/ NI P
Jabatan Fungsional/
Bidang keahlian
Jabatan dalam Kegiatan dan Uraian Tugas
Alokasi Waktu (Jam / minggu) 1 Hamdan, SP.,
M.Si 19770621 200212 1001 Peneliti Muda/ Sosek Pertanian Penanggung jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. 2. Membuat perencanaan,
mengkordinir pelaksanaan kegiatan pendampingan. 3. Mengendalikan kegiatan
terkait fisik dan keuangan secara periodik.
15
2 I r. Ahmad Damiri, M.Si 19630920 199203 1 001 Penyuluh Pertanian Madya/ Agronomi Anggota
1. Membantu membuat perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendampingan. 2. Membantu pelaksanaan
kegiatan terkait kegiatan agronomi.
10
3 Engkos Kosmana, S.St 19870101 201503 1 001 Calon Penyuluh Anggota
1. Membantu membuat perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendampingan. 2. Membantu pelaksanaan
kegiatan terkait kegiatan pengkajian agronomi.
5
4 Robiyanto, SP 19800103 200710 1 001
Teknisi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan, pengambilan data, kuisioner
2. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan di lapangan
5
5 Catur Yanto Julianto, A.Md 19630727 198603 1 003
Administrasi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan, pengambilan data, kuisioner
2. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan di lapangan 5 6 Syafi’i 19691012 199903 1 002 Teknisi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan
(56)
(57)
Lampiran 1. Denah Lokasi Display PTT Padi Sawah Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi di Desa Karya Jaya Kecamatan Marga Sakti Sebelat
U
10.891 m2
Nuryanto 5.284 m2
Haryono 7.697 m2
Ponidi
11.612 m2 Tatok
4.116 m2
Daguk 8.165 m2
Satui
3.641 m2
Daguk
7.233 m2
Takat
776 m2 Sudiro 1.058 m2
Sudiro
622 m2 Anto
4.954 m2 Anto 4.858 m2
Nasib 5.874 m2
Narno
2.558 m2 Nursalin
(1)
- Honor petugas lapang 6 OH 200.000 1.200.000 521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 6.000.000
- UHL petani 44 OH 50.000 2.200.000
521811 Belanja barang untuk persediaan barang konsumsi 27.509.000 - Bahan pendampingan dan bahan
pendukung lainnya
1 Paket 24.230.000 24.430.000 - ATK dan komputer suplies 1 Paket 4.000.000 3.059.000
522151 Belanja Jasa Profesi 2.500.000
- Narasumber, fasilitator, evaluator, moderator
8 OJ 500.000 2.500.000
524111 Belanja perjalanan biasa 25.000.000
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,- s/ d Rp. 5.000.000)
5 OP 5.000.000 25.000.000
524119 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 5.400.000 - Akomodasi dan konsumsi dalam
rangka focus group discussion , pertemuan dengan pettani dan stakeholder
30 OH 180.000 5.400.000
Jumlah total 72.059.000
Tabel 13. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan No Jenis Pengeluaran
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(% )
Persentase Fisik (% ) 1. Belanja bahan
-
Konsumsi 5.050.000 100,00 100,00-
Photocopy dan dokumentasi 3.200.000 100,00 100,00 2. Honor yang output kegiatan(2)
No Jenis Pengeluaran
Realisasi Anggaran
(Rp)
Persentase Keuangan
(% )
Persentase Fisik (% ) 1. Belanja bahan
-
Konsumsi 5.050.000 100,00 100,00-
Photocopy dan dokumentasi 3.200.000 100,00 100,00-
Honor petugas lapang 1.200.000 100,00 100,00 3. Belanja Barang Non Operasional Lainnya-
UHL petani 2.200.000 100,00 100,004. Belanja barang untuk persediaan barang konsumsi - Bahan pendampingan dan
bahan pendukung lainnya
24.444.750 99,98 100,00 - ATK dan komputer suplies 3.059.000 100,00 100,00 5. Belanja jasa profesi
-
Narasumber, evalator, fasilitator, moderator1.500.000 60,00 100,00 6. Belanja perjalanan biasa
-
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara 365.000 s/ d 5.000.000)21.535.000 86,14 100,00
(3)
Tabel 14. Tenaga Pelaksana Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi Tahun 2016
No Nama/ NI P
Jabatan Fungsional/
Bidang keahlian
Jabatan dalam Kegiatan dan Uraian Tugas
Alokasi Waktu (Jam / minggu) 1 Hamdan, SP.,
M.Si 19770621 200212 1001 Peneliti Muda/ Sosek Pertanian Penanggung jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan. 2. Membuat perencanaan,
mengkordinir pelaksanaan kegiatan pendampingan. 3. Mengendalikan kegiatan
terkait fisik dan keuangan secara periodik.
15
2 I r. Ahmad Damiri, M.Si 19630920 199203 1 001 Penyuluh Pertanian Madya/ Agronomi Anggota
1. Membantu membuat perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendampingan. 2. Membantu pelaksanaan
kegiatan terkait kegiatan agronomi.
10
3 Engkos Kosmana, S.St 19870101 201503 1 001 Calon Penyuluh Anggota
1. Membantu membuat perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendampingan. 2. Membantu pelaksanaan
kegiatan terkait kegiatan pengkajian agronomi.
5
4 Robiyanto, SP 19800103 200710 1 001
Teknisi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan, pengambilan data, kuisioner
2. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan di lapangan
5
5 Catur Yanto Julianto, A.Md 19630727 198603 1 003
Administrasi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan, pengambilan data, kuisioner
2. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan di lapangan 5 6 Syafi’i 19691012 199903 1 002 Teknisi Anggota
1. Membantu kegiatan di lapangan
(4)
(5)
Lampiran 1. Denah Lokasi Display PTT Padi Sawah Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
Tanaman Pangan Komoditas Padi di Desa Karya Jaya Kecamatan Marga Sakti Sebelat
U
10.891 m2
Nuryanto 5.284 m2
Haryono 7.697 m2
Ponidi 11.612 m2
Tatok
4.116 m2
Daguk 8.165 m2
Satui
3.641 m2
Daguk
7.233 m2
Takat
776 m2 Sudiro 1.058 m2
Sudiro
622 m2 Anto
4.954 m2 Anto 4.858 m2
Nasib 5.874 m2
Narno
2.558 m2 Nursalin
(6)
Lampiran 2.
Perkembangan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi
di Desa Karya Jaya, Kecamatan Marga Sakti Sebelat
No Petani Luas
Lahan
Benih
(Kg) Varietas
Pestisida (Paket)
Pupuk (Kg)
Tanggal
tanam Pupuk I
Dosis (Kg)
Pupuk II Dosis (Kg) Pupuk III Dosis (Kg)
NPK Urea Petro
ganik NPK Urea NPK Urea NPK Urea
a. Teknologi PTT
1 Nuryanto 5.000 15 IPB 4S 0,5 100 75 250 06-Apr 13-16 Apr 50 25 4-7 Mei - 25 18-21 Mei 50 25
2 Takat 5.000 15 IPB 3S 0,5 100 75 250 11-Apr 18-21 Apr 50 25 9-12 Mei - 25 23-26 Mei 50 25
3 Anto 5.576 15 Inpari 32 0,5 112 84 279 23-Apr 30 Apr-3Mei 56 28 21-24 Mei - 28 4-7 Juni 56 28
4 Sudiro 1.834 5 Inpari 32 0,25 37 28 92 15-Apr 22-25 Apr 18 9 13-16 Mei - 9 27-30 Mei 18 9
5 Nasib 4.858 10 Inpari 32 0,5 97 73 243 19-Apr 26-29 Apr 49 24 17-20 Mei - 24 31 Mei-3
Juni 49 24
6 Nursalin 2.558 10 Inpari 16 0,25 51 38 128 15-Apr 22-25 Apr 26 13 13-16 Mei - 13 27-30 Mei 26 13
7 Narno 5.874 20 Inpari 32 0,5 117 88 294 20-Apr 27-30 Apr 59 29 18-21 Mei - 29 1-4 Juni 59 29
8 Tatok 5.000 10 Inpari 16 0,5 100 75 250 13-Apr 20-23 Apr 50 25 11-14 Mei - 25 25-28 Mei 50 25
9 Tatok 6.612 50 Inpari 22 0,75 132 99 331 13-Apr 20-23 Apr 66 33 11-14 Mei - 33 25-28 Mei 66 33
10 Ponidi 5.000 10 Inpari 16 0,5 100 75 250 13-Apr 20-23 Apr 50 25 11-14 Mei - 25 25-28 Mei 50 25
11 Haryono 5.284 20 Inpari 16 0,5 106 79 264 13-Apr 20-23 Apr 53 26 11-14 Mei - 26 25-28 Mei 53 26
b. Teknologi Padi Organik (SRI)
12 Takat 2.233 10 Inpari 23 0,25 22 33 447 11-Apr 11 11 9-12 Mei - 11 23-26 Mei 11 11
13 Nuryanto 5.891 - Inpari 23 0,50 59 88 1.178 06-Apr 29 29 4-7 Mei - 29 18-21 Mei 29 29