Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Pada Film Republik Twitter Karya Kunt Agus (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

GILANG NOVANDA NIM. 41810082

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Gilang Novanda Nama Panggilan : Gilang

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 16 Nopember 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 085722051755

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Ayah : Caca Sulaeman

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama Ibu : Hj. Teguh Kun Parasih

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat Orang Tua : Jln. Kebon Jeruk No. 325 RT. 05 RW 20 Ds. Cibeureum Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi 40535

Motto : Selama masih bernapas, selama itu terdapat kesempatan


(5)

No Tahun Uraian Keterangan 1. 2010 - 2014 Program Sudi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Jurnalistik. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Berijazah

2. 2007 - 2010 SMA ANGKASA, Bandung Berijazah

3. 2004 – 2007 SMP ANGKASA, Bandung Berijazah 4. 1998 – 2004 SDN Cibeureum 1, Bandung Berijazah 5. 1997- 1998 TK TAWEKAL Cibeureum, Bandung Berijazah

PENDIDIKAN NON FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009/2010 Ganesha Operation, Bandung -

2. 2002 English institute PQEC CIMINDI -

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Patroli Keamanan Sekolah (PKS) -

2. 2010 Koma (Komunitas Musik Angkasa) -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Peserta Table Maneer Hotel Amarosa Bandung Bersertifikat 2. 2011 Peserta Islam dan Moralitas Pembangunan Bersertifikat 3. 2011 PesertaWork Shop MC & Radio Annoucer di

Unikom

Bersertifikat


(6)

5. 2012 Peserta Work Shop Sinematogrfi communication, Unikom Bandung

Bersertifikat

6. 2014 Peserta Cepat dan Mudah Membuat Website Online

Bersertifikat

PENGELAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012 Portal Paseban.com -

2. 2013 Surat Kabar Harian Galamedia -

No Uraian

1. Kemampuan Komputer (Ms. Office, Photoshop, Internet, dll) 2. Menulis


(7)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR… ... … vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... ... ....1

1.2 Rumusan Masalah... ... .11

1.2.1 Pertanyaan Makro.. ... ...11

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... ...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... ... ..11

1.3.1 Maksud Penelitian.... ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian.. ... .12

1.4. Kegunaan Penelitian... ... ...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis... ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis... ... ...13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.. ... ....14


(8)

x

2.1.2.2 Proses Komunikasi . ... ...21

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa ... ... ...24

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa.... ... 24

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa . ... ....26

2.1.4 Tinjauan Tentang Film .. ... ..30

2.1.4.1 Pengertian Film.... ... .31

2.1.4.2 Jenis-Jenis Film ... ... ..32

2.1.4.3 Film Sebagai Proses Komunikasi ... ... .34

2.1.4.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa .... ... .36

2.1.4.5 Film Dalam Perspektif Kritis ... 39

2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika ... ...41

2.1.6 Tinjauan Representasi ... ..43

2.1.7 Tinjauan Mengenai Twitter ... .44

2.2. Kerangka Pemikiran.... ... ..45

2.2.1 Hegemoni .... ... .45

2.2.1.1 Sejarah Hegemoni.. ... ..47

2.2.1.2 Konsep Hegemoni . ... ...48

2.2.1.3 Praksis Hegemoni.... ... ..51

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran ... ... ..54

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... ... ....55

3.1 Objek Penelitian... ... ..55


(9)

xi

3.2 Metode Penelitian... ... ..63

3.2.1 Desain Penelitian.... ... ..64

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data.... ... ...76

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 76

3.2.2.2. Studi Lapangan ... 77

3.2.3 Teknik Penentuan Informan.... ... .77

3.2.4 Teknik Analisa Data... ... .. 79

3.2.4.1 Uji Keabsahan Data... ... .80

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.... ... .85

3.2.5.1 Lokasi Penelitian... ... ..85

3.2.5.2 Waktu Penelitian... ... .85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

4.1 Profil Informan ... 88

4.2 Hasil Penelitian ... 89

4.2.1 Level Realitas... 89

4.2.2 Level Representasi ... 93

4.3 Pembahasan ... 97

4.3.1 Sequence Prolog ... 98

4.3.1.1 Level Realitas ... 100

4.3.1.2 Level Representasi ... 105

4.3.1.3 Level Ideologi Pada Sequence Prolog ... 111


(10)

xii

4.3.3 Sequence Epilog ... 123

4.3.3.1 Level Realitas ... 124

4.3.3.2 Level Representasi ... 124

4.3.3.3 Level Ideologi Pada Sequence Epilog ... 127

4.4 Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Pada Film Republik Twitter ... 124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 135

5.1 Simpulan ... 135

5.2 Saran ... 137

5.2.1 Saran Bagi Universitas ... 137

5.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 138

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

xiii

Tabel 3.1 Sequence film Republik Twitter.... ... ..61

Tabel 3.2 Tabel Proses Representasi Fiske.. ... ....66

Tabel 3.3 Data Informan Penelitian ... ... ... 78


(12)

xiv

pesan... ... .35

Gambar 3.1 Poster Film Republik Twitter.. ... ....55

Gambar 4.1 Sequence Prolog ... 98

Gambar 4.2 Sequence Ideological Content ... 112


(13)

xv


(14)

140

Adian, Donny G. 2011. Setelah Marxis. Depok: Koekoesan.

Ardianto & Erdinaya, Lukiati Komala. 2009. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta. Jalasutra.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. PT LKiS Pelangi Aksara.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Effendy, Heru. 2010. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga.

Fiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies; Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta. Jalasutra.

Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge.


(15)

141

Mulyana, Deddy. Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor : PT Ghalia Indonesia.

Santoso, Listiyono. 2007. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sobur, Alex. 2013.Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Stokes, Jane. 2006. How to do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta : PT. Grasindo.

Wibowo, Indiwan S. 2011.Semiotika Komunikasi. Jakarta: MitraWacanaMedia.

Sumber Karya Ilmiah

Larasatim, Gita. Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5 cm. Bandung. Unikom.


(16)

142

Savitri, Imar. 2013. Representasi Berkahirnya Politik Apartheid Dalam Film Invictus. Bandung. Unikom.

Novarina, Novia. 2014. Strategi pemasaran Kedai Kuma Ramen joint melalui jejaring sosial twitter sebagai media promosi. Bandung. Unikom.

Sumber Lain :

Defining Communication Theories, 2006

Kelas Menengah Kelas Apa? Disalin dari Jurnal Prisma Halaman 85- 88, Edisi 2, februari 1984, Jakarta.

Meyer, Thomas. Demokrasidan Libertarian. 2012

Rosidi, Sakban. Analisis Wacana Kritis Sebagai Ragam Paradigma Kajian Wacana.

Internet Searching

Bayupabuna. 2011. Hegemoni:

http://bayupabuna.wordpress.com/2011/10/06/hegemoni/

Yudi. 2012. Paradigma Kritis dan Marxis:

http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-marxisme.html

Teori Hegemoni Media :


(17)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirrabill’alamin, Ucap syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Penelitian ini dengan tepat waktu. Penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat mengikuti sidang skripsi. Terima kasih kepada Ayah dan Ibu saya tercinta, yang selalu mengiringi langkah saya dengan doa, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar dan terselesaikan.

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menghadapi banyak permasalahan namun berkat adanya doa, dorongan dan dukungan akhirnya kendala itu dapat teratasi. Dan penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung. yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

2. Yth. Bapak. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Yang telah mengesahkan penelitian ini sehingga penelitian ini bisa disidangkan dan terima kasih banyak untuk segala ilmu yang telah diberikan selama ini, terima kasih untuk kepercayaan yang diberikan selama ini.


(18)

vii

bimbingannya selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, selaku dosen pebimbing yang telah banyak memberikan masukan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Penelitian ini.

5. Yth. Ibu Rismawaty., S.Sos., M.Si., Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano M.Ikom, Bapak Olih Solihin S.Sos., M.Ikom, Bapak Inggar Prayoga., S.I.Kom, Ibu Tine Agustin, Wulandari., S.I.Kom, selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia. yang telah memberikan ilmu pelajaran dan pengalaman kepada peneliti serta kehangatan dalam setiap perkuliahan.

6. Yth. Ibu Astri Ikawati., A.Md selaku Sekretariat Program Studi Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relation, serta Ibu Ratna yang telah banyak membantu peneliti perihal administrasi.

7. Untuk Mama dan Papa yang selalu telah memberikan segalannya, serta keluarga besar yang telah mendukung selama ini.

8. Untuk rekan – rekan seperjuangan di IK – Jurnal 1 Ade, Una, Bonang, Wildan, Melly, Ecy, Ira, Acung, Ilo, Agung, Egi, Ivan, Ayu, Ale, Rudi, Ijey, serta rekan – rekan eks IK-3 angkatan 2010 Cupeng, Adit, Trivan, Imen, Gusti, Aboy, Deny, Cucu, dan lain-lain.


(19)

viii

telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan penelitian ini dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, Juli 2014 Peneliti


(20)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi, jadi legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media massa dapat menjadi alat untuk membangun dan kultur ideologi dominan.

Pembentukan wacana merupakan media perjumpaan sekaligus konsentrasi antara pihak yang dominan dan pihak yang resisten.(Darma:2009) Hegemoni diperlukan karena pengalaman sosial terus menerus memberi gambaran ideologi dominan. Ideologi dominan terus menerus berhadapan dengan resistensi yang harus diatasinya dalam upaya untuk memenangkan kesepakatan rakyat atas tatanan sosial yang dipromosikannya. Ideologi sebagai kesadaran palsu tetap menekankan peran ideologi dalam menjaga kekuasaan. Hegemoni melibatkan memenangkan dan memenangkan kembali secara terus menerus kesepakatan anggapan di kalangan masyarakat. (Eryanto:2001)

Hegemoni cenderung bekerjadengan cara mencari dukungan yang legimit dan legal dari kelompok mayoritas yang terdominasi melalui proses-proses yang “demokratis”.(Darma:2009)


(21)

Hegemoni lebih menekankan ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Ideologi adalah segala sesuatu yang mendasari aspek-aspek dalam kehidupan kita. Apapun hal yang orang-orang lakukan, terkandung sebuah ideologi.

Ideologi itu bisa datang dari media. Dengan demikian, media melalui pemikiran Althusser didudukkan sebagai media ideologis. Media senantiasa memiliki dan menjalankan ideologi tertentu. Seluruh teks di media dilandasi oleh sebuah ideologi.

Dalam Pandangan Gramsci perubahan sosial bukanlah semata-mata upaya menyangkut masalah kekuatan ekonomi dan fisik, tapi juga melibatkan perebutan wilayah kebudayaan dan ideologi. (Darma:2009). Pertimbangan urgensi eksplorasi dari epistemologi Gramsci yang kiri setidak didasarkan beberapa asumsi. Hubungan dialektis antara epistemologi dan kebudayaan (termasuk politik) yang secara kongkret individual bisa ditafsirkan sebagai hubungan eksistensial, mengangkat pemikiran dan tindakan seorang subjek atau tokoh pada dataran epistemologisnya yang menelanjangi jangkauan, oleh karena sumber, efektifitas, akibat dan pola pengetahuan dan pemikirannya. (Santoso:2007)

Twitter mampu memberi gambaran ideologi dominan dengan mengkonstruksi anggapan umum. Kicauannya mampu menghegemoni dan kerja ideologisnya tersembunyi. Wacana terus-menerus berhadapan dengan resistensi


(22)

yang harus diatasinya dalam upaya untuk memanangkan kesepakatan rakyat atas tatanan sosial yang dipromosikan.

Wacana yang semacam itu mampu mengontrol, mengarahkan, dan meminta seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diinginkan. Kebenaran yang didefinisikan individu sesuai dengan kebenaran yang dikonsepsikan. Twitter dapat menampung berbagai aspirasi masyarakat karena diakses secara bebas oleh penggunanya. Di setiap sudut kota, masyarakat urban tidak bisa melepas Twitter dalam genggamannya. Twitter seperti wajib dimiliki setiap masyarakat urban sebagai identitas di dunia maya.

Bebasnya kabar yang dapat masuk melalui Twitter memacu manusia untuk dapat menguasai, memanipulasi, dan mengeksploitasi suatu isu. Artinya terdapat konsep hegemoni dalam kerangka wacana yang dikontruksi. ‗Kicauannya‘ mampu mempengaruhi pandangan masyarakat dengan isu-isu yang dibuat. Kabar yang beredar di jejaring sosial Twitter merupakan kekuatan yang cukup kuat. Mengingat sebuat aplikasi jejari sosial Twitter sudah mendominasi penyebaran informasi di dalam kehibupan masyarakat urban.

Masyarakat kini menganggap Twitter adalah sebuah kebutuhan sebagai media informasi dan eksistensi diri. Twitter dianggap memberikan segala kepuasan dalam berkomunikasi. Sehingga menjadi candu dan tidak bisa terlepas dari jejaring sosial Twitter dalam aktivitasnya. Twitter merupakan media yang memiliki kekuatan dan dominasi dalam penyampaian informasi terhadap masyarakat melalui jejaring sosial Twitter.


(23)

Adapun keunggulan jejaring sosial twitter dibanding jejaring sosial lainnya diambil dari kompasiana.com. Banyak kelebihan-kelebihan yang kita bisa dapatkan. Tidak hanya berbagi, tapi dari twitter juga kita bisa mendapatkan informasi yang padat singkat, dan jelas.

Hanya 140 karakter itu malah menjadi salah satu ke unggulan twitter. karena dari jumlah yang sedikit itu informasi akan lebih singkat dan lebih mudah untuk di baca. Update timeline cepat, pertemanan tidak terbatas, hingga tokoh masyarakat aktif menggunakan twitter.

Dunia Twitter adalah kombinasi kata ringkas yang menggambarkan eksistensi seseorang di dunia maya juga ekspresinya lewat Twitter. Reaksi yang diberikan satu sama lain saat berekspresi di Twitter, mampu menyimpulkan pemikiran seseorang terhadap sesuatu hal.

Statment dari atau sebuah ‗Tweet‘ mampu bergulir seperti bola salju yang semakin lama semakin besar. Sehingga anggapan tersebut mampu dikonstruksi oleh masyarakat dan menjadi kebenaran konvensional baik subjek maupun objek.

Jejaring sosial Twitter menjadi media yang bagus untuk menyelipkan sebuah ideologi. Sifatnya yang mampu berinteraksi dan melihat respon dari isu yang dibuat menjadi keungtungan tersendiri bagi tatanan sosial yang dipromosikannya.

Jejaring sosial Twitter ini, membuat kabar lebih mudah terbang ke senatero jagad tanpa mengenal batasan tempat dan waktu. Keniscayaan kemajuan teknologi yang tak mungkin dielakkan. Informasi yang didapat beragam. Dari urusan cinta hingga proyek politik.


(24)

Beragam cara informasi di berikan melalui internet tak terkecuali lewat jejaring sosial seperti Twitter yang sekarang lagi banyak digunakan oleh penduduk dunia, berbagai macam akun Twitter khususnya mengenai informasi sudah banyak muncul di dunia bahkan di Indonesia yang memiliki Akun Twitter seputar berita yang mengupas informasi-informasi.

Realitas ini mampu ditangkap Kuntz Agus dalam film garapannya Republik Twitter yang dirilis pada 16 Februari 2012. Boleh jadi karena film ini mengungkap siklus penyamaran di dunia maya khususnya Twitter. Karena masyarakat adalah pelaku sosial di Twitter cyberspace yang diceritakan dalam film ini. Film yang mengangkat fenomena jejaring sosial ini isinya tidak hanya sebatas positif-negatif dari sebuah media sosial. Semua hal yang umum kita jumpai dari Twitter diangkat secara blak-blakan.

Republik Twitter Adalah film yang berlatar belakang kegilaan jaman akan Jejaring Sosial Twitter. Sejak kemunculan “si burung biru” Twitter di jagad virtual, realitas dan dinamika kehidupan virtual semakian riang dengan beragam kicauannya. “Suara rakyat adalah Suara Twitter.” Kutipan Kemal, salah satu tokoh yang ada dalam film Republik Twitter.

Film tersebut menggambarkan masyarakat yang mengangggap jejaring sosial Twitter adalah bagian dari hidupnya. Masyarakat membawa segala aktifitasnya ke dunia maya lewat Jejaring Sosial Twitter. Bahwa masyarakat kebanyakan tidak bisa melewatkan peristiwa hidupnya lewat Twitter. Bahkan dalam realitanya peristiwa dunia juga tidak terlepas dari jejaring Sosial Twitter.


(25)

Secara sepintas, sebenarnya film ini mengisahkan bagaimana kehidupan masyarakat urban dengan komitmen cintanya. Namun peneliti mendapatkan garis cerita dimana dalam film tersebut sarat akan nilai hegemoni dari cara berkomunikasi dan jejaring sosial Twitter mampu menggiring opini publik di kehidupan hari-harinya.

Film yang berlatar belakang jejaring sosial Twitter ini memiliki peran utama cerita tentang masyarakat urban yang tidak bisa dilepaskan dengan kemajuan teknologi. Sukmo, mahasiswa tingkat akhir di Yogjakarta begitu lihai dalam mengelola akun Twitter-nya. Dari eksplorasinya di dunia maya Twitter membawa pertemuan yang tidak lagi dibatasi oleh ruang. Dunia maya membawa masyarakat ke dalam satu tempat di mana tidak bisa dihambat lagi oleh suatu wilayah. Di film ini juga mempertemukan individu dengan yang lainnya lewat jejaring sosial Twitter yang sama-sama aktif di dunia maya. Perburuan informasi menuntut masyarakat untuk mengambil informasi dari segala arah. Begitu juga melalui Twitternya.

Di film Republik Twitter, Twitter tidak jauh dari aktifitas sehari-hari masyarakat. Twitter bisa digunakan untuk mengubah kehidupan seseorang. Jejaring Sosial Twitter menjadi sumber penghasilan karena dibuat sebagai lapangan kerja yaitu mengelola Twitter. Yaitu dengan ditugasi mengangkat sebuah isu dan mengelola kabar dari klien yang ingin eksis di dunia maya dengan berbagai strategi. Hanya bermodalkan 140 karakter di Twitter Sukmo mampu mengangkat seorang tokoh Arief Cahyadi dengan cepat di dunia Twitter. Sehingga kabar tersebut terbawa di dunia nyata. Tapi inilah yang menjebak


(26)

dirinya kedalam lubang hitam yang semakin mengikat. Bisnis pencitraan politik berbasis jejaring sosial yang digawangi Belo terkena kasus dengan bocornya manipulasi kabar yang dikerjakan perusahaannya.

“Generasi menunduk” 1 yang diungkapkan andre adalah salah satu kritik sosial kepada tweeps, dan user social network lainnya karena lupa bahwa dunia bukan hanya maya.

Film Republik Twiter merupakan film yang memiliki banyak pesan yang akan di sampaikan kepada khalayak, pesan – pesan tersebut dapat tertangkap secara visual ataupun lisan. Pesan tentang dampak dari kemajuan teknologi dan jejaring sosial, pesan tentang ketergantungan terhadap Twitter, tentang dominasi Twitter pada penyebaran informasi terhadap masyarakat urban, hingga pesan cinta merupakan unsur – unsur pesan yang tersajikan di dalam film tersebut, makna dari pesan – pesan tersbut sangat jelas sekali tergambarkan di dalam film Republik Twitter, dengan di perkuat melalui gaya berbicara, gestur, mimik wajah dari sang pemain, agar proses penyampaian pesan yang ingin di sampaikan terhadap khalayak bisa di terima dengan baik.

Film merupakan salah satu bentuk dari media massa, dimana fungsi dari Film itu sendiri adalah Pemberi informasi, Pendidikan, dan Hiburan untuk khalayak, karena sifat film yang audio visual menjadi sarana pemberian pesan dan makna untuk khalayak yang efektif.

Dalam sejarahnya, film pada masa modern sebagai media yang cukup efektif dalam menyebarkan pesan atau informasi mempersuasif khalayak, dimana

1


(27)

Rupakata Cinema membuat sebuah film fiksi mengenai perkembangan jaman, dan film tersebut menceritakan dimana masyarakat lebih memilih jejaring sosial untuk mendapatkan informasi, hal tersebut mampu dengan mudah mengangkat atau membuat sebuah isu di dalam upaya untuk memenangkan kesepakatan masyarakat dan dapat menggiring opini khalayak.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2009:127), film saat ini telah menjadi bidang kajian peneliatian yang banyak diminati, dimana banyak unsur – unsur yang dapat di teliti didalam film.

Film dapat mempengaruhi banyak struktur kehidupan yang ada di masyarakat, isu – isu yang disampaikan di dalam sebuah film dapat menimbulkan sebuah opini yang beragam di mata khalayak, perbedaan persepsi juga sering muncul dikarenakan memiliki sudut pandang yang berbeda - beda mengenai pesan atau makna yang ada di dalam suatu film.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda. Kemudian diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti.

Menurut John Fiske, Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama: Pertama, Tanda itu sendiri. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kedua, Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dilambangkan guna memenuhi kebutuhan suatu


(28)

masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Ketiga, Kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (Fiske, 2007:60)

Berhubungan dengan film yang sarat akan simbol dan tanda, maka yang menjadi perhatian peneliti di sini adalah dari segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya yang tersirat. Sederhananya semiotikaa itu adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja. Jalinan tanda dalam film terasa lebih kompleks karena pada waktu yang hampir bersamaan sangat mungkin berbagai tanda muncul sekaligus, seperti visual, audio, dan teks. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film Republik Twitter.

Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan dibenak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjuk sesuatu, yakni objeknya (Fiske, 2007:63).

Film merupakan bentuk dari media massa dan media massa sebagaimana lembaga – lembaga pendidikan, agama, dan seni serta kebudayaan merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membantu kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa. Namun Antonio Gramsci dalam buku Alex Sobur (Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotika dan analisis framing) menyatakan bahwa media massa merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetensi.


(29)

The Codes of Television dari John Fiske sering digunakan pada penelitian untuk menganalisis teks berbentuk gambar gerak atau moving picture. Teori ini menyatakan bahwa peristiwa yang dinyatakan dalam sebuah gambar gerak memiliki kode – kode sosial sebagai level pertama adalah reality (realitas), level kedua adalah representation (representasi), dan level ketiga adalah ideology (ideologi).

Film Republik Twitter menunjukan bagaimana jejaring sosial Twitter mampu digunakan sebagai alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan, dan juga mampu mengkonstruksi anggapan umum dengan mengangkat sebuah isu yang dapat diterima anggapanya oleh masyarakat. Menurut Gramsci, perubahan sosial bukanlah semata-mata upaya menyangkut masalah kekuatan ekonomi dan fisik, tapi juga melibatkan perebutan wilayah kebudayaan dan ideologi. Dari uraian di atas yang akan menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana memahami makna dan tanda – tanda mengenai hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film Republik Twitter. Untuk mengakaji makna dan tanda – tanda mengenai hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film Republik Twitter, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika sebagai pisau bedah dalam penelitian.

Melalui pendekatan Semiotika John Fiske dalam penelitian ini, peneliti akan menelaah realitas, representasi, dan ideologi dari sebuah film yang berjudul “Republik Twitter”. Ketiga level tersebut (realitas, representasi, ideologi), merupakan satu kesatuan dalam semiotika John Fiske. Ketiganya akan


(30)

membentuk pemahaman mengenai makna dan tanda – tanda hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film yang berjudul “Republik Twitter”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan makro sebagai berikut. “Bagaimana Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter

Dalam Film Republik Twitter?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Dari rumusan masalah tersebut peneliti membuat pertanyaan mikro sebagai berikut :

1. Bagaimana level Realitas Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

2. Bagaimana level Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

3. Bagaimana level Ideologi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter dalam adegan film Republik Twitter?


(31)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengkaji level Realitas Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

2. Untuk mengetahui dan mengkaji level Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

3. Untuk mengetahui dan mengkaji level Ideologi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

4. Untuk mengetahui dan mengkaji Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, secara umum dibidang jurnalistik maupun secara khusus untuk yang akan meneliti menggunakan semiotika yang membedah makna dan tanda yang terdapat dalam sebuah karya ataupun media lainya. Onong Uchjana Effendy (2001:102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada masyarakat. Penyebearluasan inforamasi yang berupa “text” merupakan kajian semiotika yang sarat akan tanda-tanda didalamnya. Dalam penelitian ini lebih khusus membahas tentang semiotika yang terdapat dalam sebuah karya berbentuk film.


(32)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu. yaitu mengkaji langsung tentang analisis semiotika yang terdapat dalam sebuah karya film.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia kedepannya dalam mengungkap makna dan tanda dalam sebuah karya film.

3. Bagi Khalayak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang kajian semiotika secara menyeluruh mengenai sebuah pemaknaan yang ada di dalam sebuah film.


(33)

14 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadaisehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika. Melalui metode ini peneliti dapat melihat secara detail maksud pemilihan, pengkombinasian, dan pengunaan tanda – tanda dalam film Republik Twittersehingga dapat merepresentasikan hegemonipada film Republik Twitter, sudah tersampaikan dengan baik dan menarik kesimpulan.


(34)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul

Penelitian Nama Peneliti Metode Yang Digunakan Objek Penelitian Persamaan dan Perbedaan dengan Sripsi ini 1. Representasi

Berakhirnya Politik Apartheid Dalam Film Invictus Karya Sutradara Clint Eastwood Imar Savitri (Unikom Bandung) Metode Penelitian Kualitatif Analisis Semiotika John Fiske Film Invictus tentang berakhirnya politik Apartheid yang diselesaikan melalui cara yang tidak terduga, yaitu melalui olah raga Rugby Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik dari John Fiske. Juga Terdapat Nilai Hegemoni dalam film. Perbedaannya terletak pada film yang dianalisis. Imar menganalisis film Invictus dengan Representasi Berakhirya Politik Aphartheid Sedangkan peneliti menganalisis film Republik Twitter. Dengan Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter.


(35)

2. Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5 cm

Gita Larasati (Unikom Bandung) Metode Penelitian Kualitatif Analisis Semiotika John Fiske

Film 5 cm tentang cinta tanah air yang memiliki hubungan emosional yang kuat Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik dari John Fiske. Juga kedua film tersebut dari Indoneisa dan bersetting di Indonesia. Perbedaannya terletak pada film yang dianalisis. Gita menganalisis film 5 cm dengan Representasi Cinta Tanah Air Sedangkan peneliti menganalisis film Republik Twitter. Dengan Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter. 3. Representasi

Konflik Ideologi Antar Kelas Dalam Film The Help Astri Nur Afidah (Universitas Dipenogoro) Metode Penelitian Kualitatif Analisis Semiotika John Fiske Film Help Representasi Konflik Ideologi Antar Kelas Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu film.


(36)

Pendekatan yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik dari John Fiske. Perbedaannya terletak pada film yang dianalisis Astri menganalisis film The HelpRepresenta si Konvlik Ideologi Antar Kelas Sedangkan peneliti menganalisis film Republik Twitter. Dengan Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter. 2.1.2 Tinjauan Komunikasi

Komunikasi tidak dapat terlepas dari semua aspek kehidupan masyarakat, oleh karena itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos (serba hadir). Artinya, komunikasi berada di manapun dan kapanpun juga. Komunikasi dalam kehidupan manusia terjadi melalui interakasi antar individu, sehingga komunikasi dibutuhkan sebagai salah satu proses interaksi yang bertujuan untuk mengubah pikiran, pandangan, serta perilaku individu tersebut.


(37)

Definisi yang menempatkan komunikasi sebagai suatu proses yaitu definisi Hovland, Janis and Kelley yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah seorang ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa :

Communication is the process by which an individual transmits stimuly (ussually verbal) to modify the behaviour of other individuals”.

Dengan kata lain Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa melalui komunikasi, setiap manusia dapat menyampaikan apa yang didalam pikirannya baik pengiriman lambang-lambang yang berarti seperti bahasa atau simbol untuk mencapai kesamaan makna dengan manusia lain.

Menurut Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menyatakan bahwa fungsi komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan (to inform), yaitu memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yangterjadi, ide atau pikiran, dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate), yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.

3. Menghibur (to entertaint), yaitu komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.


(38)

4. Mempengaruhi (to influence), yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. (Effendy, 1998:36)

Secara garis besar, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dan informasi yang memudahkan dan memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia disegala bidang kehidupan. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan dengan satu sama lain dan mencapai satu kesamaan makna. Profesor Wilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. (Changara, 2002:2)

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek”.

“Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “Communications”

berasal dari kata latin “Communicatio, dan bersumber dari kata “Communis” yang berarti “sama”, maksudnya adalah sama makna. kesamaan makna disini adalah mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan atau dikomunikasikan, Suatu percakapan dikatakan komunikatif apabila


(39)

kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang disampaikan”.(Effendy, 2005 : 9).

Sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek Carl I. Hovland, mendenifisikan “Komunkasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. (Effendy, 2005 : 10).

Sedangkan Menurut Gode (1969:5) yang dikutip oleh Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, memberikan pengertian komunikasi adalah “It is a process that makes common to or several what the monopoly of one or some (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang)”. (Wiryanto, 2004 : 6).

Sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi. Menurut Harold D. Laswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah “Dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With

What Effect”. (Wiryanto, 2004 :7).

Pertanyaan ini mengandung lima unsur dalam komunikasi yang menunjukkan studi ilmiah mengenai komunikasi cenderung untuk berkonsentrasi pada satu atau beberapa pertanyaan diatas :

1. Who (siapa), komunikator yakni orang yang menyampaikan mengatakan, atau menyiatkan pesan-pesan baik secra lisan maupun


(40)

tulisan. dalam hal ini komunikator melihat dan menganalisa factor yang memprakasai dan membimbing kegiatan komunikasi.

2. Say What (mengatakan apa), pesan yaitu: ide, informasi, opini yang dinyatakan sebagai isi pesan dengan menggunakan simbol atau lambang yang berarti.

3. In which channel (melalui saluran apa) media ialah alat yang dipergunakan komunikator untuk menyampaikan pesan agar pesan lebih mudah untuk diterima dan dipahami, biasanya komunikator menggunakan pers, radio, televisi, dan lain-lain.

4. To Whom (kepada siapa) komunikan ialah orang yang menjadi sasaran komunikator dalam menyampaikan pesan. untuk itu seorang komunikator harus mengetahui betul sifat dan kondisi komunikan dimanapun berada.

5. Effeck (efek) yakni efek atau pengaruh kegiatan komunikasi yang di lakukan komunikator kepada komunikan, sehingga terlihat adanya perubahan yang terjadi dalam diri komunikan.

Berdasarkan uraian pengertian komunikasi di atas, maka dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya komunikasi itu merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang atau kelompok (komunikator) kepada orang lain (komunikan), dengan harapan dapat menimbulkan perubahan sikap dan pendapat dari orang yang menjadi sasaran, komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada


(41)

bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Maksud dari lambang disini adalah bahasa, sinyal, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikan kepada komunikator. Menurut Effendy (1998:13) proses komunikasi secara primer dimulai ketika komunikator menjadi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaan ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Dalam proses ini komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder).

Proses komunikasi antarpesonal yang dilakukan secara primer, memungkinkan komunikator dan komunikan bertukar tempat, dalam arti komunikator pada suatu saat dapat menjadi komunikan sehingga


(42)

komunikator yang menerima sandi, dan komunikan dapat menjadi komunikator sehingga komunikan mengirimkan sandi. Dalam proses komunikasi ini, komunikator dapat langsung menangkap langsung umpan balik dari komunikan atau disebut juga immediate feedback. Selain komunikasi antarpesona proses komunikasi secara primer juga dapat berlangsung di dalam komunikasi kelompok, disinipun umpan baliknya dapat segera diterima oleh komunikator.

2. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melakukan komunikasi karena komunikannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Umpan balik dalam berkomunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda, karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu, karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang – lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus


(43)

memperhitungkan ciri – ciri atau sifat – sifat media yang akan digunakan.

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek dan umpan balik.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni :

“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).” (Rakhmat, 2003 : 188).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikais massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi massa itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah : radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya dikenal sebagai media cetak, serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. dkk.Komunikasi Massa Suatu Pengantar Terdiri dari:


(44)

1. Surveillance (Pengawasaan) 2. Interpretation (Penafsiran) 3. Linkage (Pertalian)

4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) 5. Entertainment (Hiburan)

(Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. dkk. 2007: 14).

Surveillance (pengawasaan) Fungsi pengawasan komunikasi

massa dibagi dalam bentuk utama: fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang suatu ancaman; fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok

fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca, pemirsa atau pendengar untuk memperluas wawasan.

Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota

masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi


(45)

(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilali kelompok media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

Entertainment (hiburan) Radio siaran, siarannya banyak

memuat acara hiburan, Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. meskipun memang ada radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa dalam buku Komunikasi Massa (Suatu Pengantar), Elvinaro Ardianto, dkk (2007 : 7) menjelaskan ada delapan karakteristik komunikasi maassa, yaitu :

1. Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Sudah diketahui sebelumnya bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media elektronik maupun media


(46)

cetak. Menurut Wright komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi msaa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen

Komunikan pada massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal, komunikator akan mengenal komunikannya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan lain – lain.


(47)

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative lebih banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000 : 99). Dimensi isi menunjukan suatu muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.

Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaiamana seorang komunikator menyusun pesan secara sitematis, baik sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televise), cara menulis artikel yang baik, dan seterusnya. Semua itu menunjukan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.

6. Komunikasi Bersifat Satu Arah

Selain mempunyai ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi


(48)

massa yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimulasi Alat Indera

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah. Pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan media televis dan film, khalayak menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Dalam komunikais massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi


(49)

khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail atau surat pembaca itu menggambarkan feedback komunikasi massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca, mengirim e-mail itu menunjukan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed).

2.1.4 Tinjauan Tentang Film

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip – prinsip fotografi dan proyektor. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. menonton film ke bisokop menajdi aktivitas popular bagi orang ameria pada tahun 1920 – 1950an.

Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Potter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975 : 246). Film Amerika diproduksi di Hollywood. Film yang dibuat di Hollywood membanjiri pasar global dan mempengaruhi sikap, perilaku dan harapan – harapan orang di belahan dunia.

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. (Agee, et. al., 2001 : 364).


(50)

Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang – orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang – kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri. (Dominick, 2000 : 306).

2.1.4.1 Pengertian Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV (Cangara, 2002:135). Gamble (1986:235) berpendapat, film adalah sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi. Sementara bila mengutip pernyataan sineas new wave asal Perancis, Jean Luc Godar, film adalah ibarat papan tulis, sebuah film revolusioner dapat menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.

Film sebagai salah satu media komunikasi massa, memiliki pengertian yaitu merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh


(51)

(terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005:3).

2.1.4.2 Jenis-Jenis Film

1. Film Cerita (Story Film)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik dimana saja (Effendy, 2003:211).

Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik (Ardianto dan Erdinaya, 2007:139). Dalam Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser (2006:13), Heru Effendy membagi film cerita menjadi Film Cerita Pendek (Short Films) yang durasi filmnya biasanya di bawah 60 menit, dan Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) yang durasinya lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi 90 – 100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk kedalam kelompok ini.

2. Film Dokumenter (Documentary Film)

John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).” Titik berat film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi (Effendy,


(52)

2003:213). Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin (Effendy, 2006:12).

3. Film Berita (News Reel)

Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 2003:212).

4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan menjadi hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Menurut Effendy (2003:216) titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup.

5. Film-film Jenis Lain

a. Profil Perusahaan (Corporate Profile)

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.


(53)

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA).

c. Program Televisi (TV Program)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita.

d. Video Klip (Music Video)

Dipopulerkan pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981, sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. (Effendy, 2006:13-14).

2.1.4.3 Film Sebagai Proses Komunikasi

Beberapa ahli menyebutkan dilihat dari sudut pandang ada beberapa fungsi lain dari film, seperti : Fungsi informatif, fungsi edukatif, bahkan fungsi persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy dalam Elvinaro dan Lukiati. 2004 : 136).

Telah disebutkan diatas beberapa fungsi utama dari film, dari semuanya, fungsi komunikasi adalah yang paling kuat. Hal ini dikarenakan, sejak awal keberadaannya film telah digunakan untuk


(54)

meraih sejumlah besar orang dengan muatan pesan yang ditujukan untuk mempengaruhi tindakan dan cara berpikir mereka. Film adalah salah satu alat komunikasi paling signifikan yang pernah ada sejak munculnya tulisan tujuh ribu tahun yang lalu. (Monaco, 2000 : 64).

Telah disebutkan di awal bahwa keberadaan bioskop menjadi suatu kekuatan dan juga kelemahan bagi film, karena penonton diajak secara statis untuk menikmati film namun di lain pihak hal itu semakin memfokuskan perhatian pada pesan yang hendak disampaikan.

Sedangkan secara sifat, dapat dikatakan media film dapat dinikmati berbeda dengan sarana media massa lainnya, karena film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku itu beserta faktor – faktor pendukungnya. Apa yang terlihat di layar seolah – olah kejadian yang nyata, yang terjadi di hadapan matanya.

Menurut Kotler, efek dari penyampaian sebuah pesan bergantung pada bagaimana cara menyampaikannya (Kotler, 2000 : 634). Seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Interaksi antara Kata-kata, Simbol, dan Gambar dalam menyampaikan pesan

Sumber : Jefkins. 1994 : 62 33 Unsur Verbal:

Kata- Lata

Makna

Unsur Non Verbal: Simbol dan


(55)

Jadi apabila kita berbicara mengenai film, pesan yang ingin disampaikan oleh film sangat ditentukan oleh perpaduan gambar dan suara dan faktor – faktor pendukungnya.

2.1.4.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa menyiarkan informasi yang banyak dengan menggunakan saluran yang disebut media massa. Dalam perkembangannya film banyak digunakan sebagai alat komunikasi massa, seperti alat propaganda, alat hiburan, dan alat – alat pendidikan. Media film dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat atau sarana komunikasi, media massa yang disiarkan dengan menggunakan peralatan film; alat penghubung berupa film.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, Oey Hong Lee (1965:40), misalnya menyebutkan, film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati. (Sobur, 2009:126)

Sebagai salah satu bentuk dari komunikasi massa, film ada dengan tujuan untuk memberikan pesan – pesan yang ingin disampaikan dari pihak kreator film. Pesan – pesan itu terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film tersebut serta terangkum dalam bentuk drama, action, komedi, dan horor. Jenis – jenis film inilah yang


(56)

dikemas oleh seorang sutradara sesuai dengan tendensi masing – masing. Ada yang tujuannya sekedar menghibur, memberi penerangan, atau mungkin kedua-duanya. Ada juga yang memasukan dogma – dogma tertentu sekaligus mengajarkan sesuatu kepada khalayak.

Dalam scopenya, ilmu komunikasi terbagi menjadi tiga, yaitu bentuk spesialisasinya, medianya, dan efeknya. Film termasuk ke dalam medianya, yaitu media massa. Media massa digunakan untuk komunikasi massa karena sifat massalnya. Film juga termasuk media periodik, yang kehadirannya tidak terus menerus tapi berperiode.

Sebagai media massa, content film adalah informasi. Informasi akan mudah dipahami dan tertangkap dengan visualisasi. Pada hakekatnya film seperti juga pers berhak untuk menyatakan pendapat atau protesnya tentang sesuatu yang dianggap salah. Kelebihan film dibanding media massa lainnya terletak pada susunan gambar yang dapat membentuk suasana. Film mampu membuat penonton terbawa emosinya.

Film memiliki semua karakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi media massa, gabungan dari faktor audio dan visual yang dengan segala isinya adalah sarana yang tepat untuk menyampaikan pesannya kepada para penontonnya.

Sebagai suatu bentuk komunikasi massa, film bersama radio dan televisi termasuk dalam kategori media massa periodik. Artinya, kehadirannya tidak secara terus-menerus tetapi berperiode dan termasuk


(57)

media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesan sangat bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal (Baksin, 2003 : 2).

Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi, baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonnya. Film merupakan penjelmaan keterpaduan antara berbagai unsur, sastra, teater, seni rupa, teknologi, dan sarana publikasi. Dalam kajian media massa, film masuk ke dalam jajaran seni yang ditopang oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut menunjang lahirnya karya film.

Film diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung bioskop. Salah satu yang menyebabkan dapat merubah khalayak adalah dari segi tempat atau mediumnya. Karena pengaruh film yang sangat besar terhadap khalayak. Biasanya pengaruh timbul tidak hanya di tempat atau di gedung bioskop saja, akan tetapi setelah penonton keluar dari bioskop dan melanjutkan aktivitas kesehariannya, secara tidak sadar pengaruh film itu akan terbawa terus sampai waktu yang cukup lama (Effendy, 2003 : 208). Yang mudah dan dapat terpengaruh biasanya anak-anak dan pemuda – pemuda. Mereka sering menirukan gaya atau tingkah laku para bintang film.


(58)

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat kepada dampak film terhadap masyarakat. Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.

2.1.4.5Film Dalam Perspektif Kritis

Mengkritisi konstruksi wacana media yang selama ini menjadi wadah idealisme pelaku media. Penulis berharap dapat lebih jauh melihat kekuasaan terhadap teks, dan menemukan konsep yang menarik perihal kekuatan media, serta mengungkap makna yang tersembunyi dengan pandangan kritis terhadap wacana media.

Penerapan Semiotik pada film, berarti harus memperhatikan aspek medium film atau cenema yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis pengambilan kamera dan kerja kamera. Dengan cara ini, peneliti bisa mamahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana misalnya, Close-up. Terdapat pula pada kerja kamera yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek. (Barger, 1982:37) Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam


(59)

upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang labih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. (Sobur:2004:128)

Konsep ‗representasi‘ dalam studi media massa, termasuk film, bisa dilihat dari beberapa aspek bergantung sifat kajiannya. Studi media yang melihat bagaimana wacana berkembang di dalamnya —biasanya dapat ditemukan dalam studi wacana kritis pemberitaan media — memahami ‗representasi‘ sebagai konsep yang “menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan” (Eriyanto, 2001:113).

Menurut Eriyanto (2001:113), setidaknya terdapat dua hal penting berkaitan dengan representasi; pertama, bagaimana seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan bila dikaitkan dengan realias yang ada; dalam arti apakah ditampilkan sesuai dengan fakta yang ada atau cenderung diburukkan sehingga menimbulkan kesan meminggirkan atau hanya menampilkan sisi buruk seseorang atau kelompok tertentu dalam pemberitaan. Kedua, bagaimana eksekusi penyajian objek tersebut dalam media. Eksekusi representasi objek tersebut bisa mewujud dalam pemilihan kata, kalimat, aksentuasi dan penguatan dengan foto atau imaji macam apa yang akan dipakai untuk


(60)

menampilkan seseorang, kelompok atau suatu gagasan dalam pemberitaan.

Sementara itu, menurut John Fiske (1997:5) representasi merupakan sejumlah tindakan yang berhubungan dengan teknik kamera, pencahayaan, proses editing, musik dan suara tertentu yang mengolah simbol-simbol dan kode-kode konvensional ke dalam representasi dari realitas dan gagasan yang akan dinyatakannya.

Menurut Fiske, dalam sebuah praktek representasi asumsi yang berlaku adalah bahwa isi media tidak merupakan murni realitas karena itu representasi lebih tepat dipandang sebagai cara bagaimana mereka membentuk versi realitas dengan cara-cara tertentu bergantung pada posisi sosial dan kepentingannya. Pendapat Fiske mengenai representasi ini berlaku dalam sebuah proses kerja media secara umum dan sudah mulai menyinggung mengenai kaitan antara representasi dengan realitas bentukan yang diciptakan oleh suatu media.

2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap sebagai


(61)

fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang, 1998:262).

Tanda - tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya dalam berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs, “tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code) “sistem tanda” (Segers, 200:4). Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembaca. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Tanda, dalam pandangan Pierce, adalah sesuatu yang hidup


(62)

dan dihidupi (cultivated). Ia hadir dalam proses interpretasi (semiosis) yang mengalir.

2.1.6 Tinjauan Representasi

Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi dalam bukunya yang berjudul Understanding Media Semiotics mengungkapkan bahwa representasi adalah proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu, yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau diarasakan dalam bentuk fisik. Dapat dikaraktersitikan sebagai proses konstruksi bentuk X untuk menimbulkan perhatian kepada sesuatu yang ada secara material atau konseptual, yaitu Y, atau dalam bentuk spesifik Y,X – Y.

Danesi mencontohkan representasi dengan konstruksi X yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada materil atau konsep tentang Y. Sebagai contoh misalnya konsep sex diwakili atau ditandai melalui gambar sepasang sejoli yang sedang berciuman secara romantis.

Hall, rerpresentasi adalah proses social dari “representing”. Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga merupakan proses perubahan konsep – konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk konkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan memalui sistem penandaan yang tersedia, yaitu dialog, tulisan, video, fotografi, dan sebagainya. Representasi adalah produksi makna melaui bahasa. (Hall, 1997).


(63)

John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam represntasi yaitu : 1. Level Reality: Kode yang tercakup dalam level ini adalah penampilan,kostum, riasan, lingkungan, tingkah laku, cara berbicara, bahasa atau geraktubuh, ekspresi, suara.

2. Level Representation: Di level kedua ini kode yang termasuk di dalamnyaadalah seputar kode-kode teknik, seperti kamera, pencahayaan, editing,music, dan suara. Di mana level ini menstransimisikan kode-kodekonvensional.

3. Level Ideology: Level ini adalah hasil dari level realita dan levelrepresentasi yang terorganisir atau terkategorikan kepada penerimaan danhubungan sosial oleh kode-kode ideology, seperti individulisme, patriarki,ras, kelas, materialisme, kapitalisme.

2.1.7 Tinjauan Mengenai Twitter

Twitter merupakan jenis situs jejaring sosial pertemanan yang memungkinkan para penggunanya mendapatkan relasi denganmendaftarkan dirinya pada situs tersebut. Kehadiran jejaring sosial Twitter semakin meramaikan persaingan situs-situs social networking yang sudah ada sebelumnya seperti Friendster, Facebook, Plurk, dan lain-lain.Setiapsitus jejaring sosial mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Twitter didirikan oleh tiga orang, yaitu : Jack Dorsey, Biz Stonedan Even Williams pada bulan Maret tahun 2006, dan baru diluncurkan pada bulan juli di tahun yang sama. Twitter merupakan jejaring sosial


(64)

57micro-blogging yang memfasilitasi anda sebgai pengguna, dapat memberikan informasi terbaru, nformasi tentang diri anda, bisnis, dan lain sebagainya.

Setiap anda menulis pada Twitter, status tersebut disebut dengan Tweets, apabila Tweets anda berjumlah 100 maka anda sudah menulis status pada Twitter sebanyak 100 kali, Tweets merupakan penulisan teks berbasis 140 karakter. Jadi jumlah maksimal karakter yang anda tuliskan sebagai status hanya terbatas pada jumlah maksimal 140 karakter.

Sejak diperkenalkan oleh Jack Dorsey pada tahun 2006, Twittermengalami perkembangan yang cukup pesat di dunia situs jejaring sosial. Twitter dapat dijuluki sebagai “SMS of the internet” sebagai program aplikasi internet untuk mengirim pesan pendek ke aplikasi-aplikasi lain.

2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hegemoni

Hegemoni dapat didefinisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi kemlopok sosial tertentu atas kelompok sosial lainnya yang biasanya lebih lemah. Gagasan mengenai hegemoni dapat ditelusuri balik hingga ke pandangan Antonio Gramsci, salah seorang pendiri partai komunis di italia yang kemudian dipenjara oleh penguasa yang beraliran fasis.

Teori hegemoni Gramsci, atau ideologi sebagai pertentangan / perjuangan, menekankan penekanan yang jauh lebih besar pada resistensi. Teori dari Gramsci juga menekankan bahwa karena kondisi – kondisi sosial


(65)

materialdari mereka berlawanan dengan cara berpikir dominan sehingga memunculkan perlawanan terhadap ideologi dominan.

Hegemoni bisa didefinisikan sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).

Pandangan Gramsci mengenai hegemoni berdasarkan pada gagasan Karl Marx mengenai “kesadaran yang salah” (false consciousness), yaitu keadaan di mana individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka. Gramsci menyatakan bahwa sistem sosial yang mereka dukung justru telah mengeksploitasi diri mereka sendiri, mulai dari budaya popular hingga agama. Menurut Gramsci, kelompok dominan dalam masyarakat berhasil mengarahkan orang kepada perasaan puas terhadap keadaan. Kepercayaan sosial itu sering kali diterima sebagai common sense, yang diterima tanpa banyak dipertanyakan.

Persetujuan (consent) merupakan faktor penting dalam hegemoni. Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka diberikan imbalan (misal kebebasan, barang, dan lain-lain). Pada akhirnya, orang akan lebih menyukai hidup dalam msayarakat dengan berbagai pemberian tersebut dan menerima atau setuju dengan ideologi budaya dominan.

Namun demikian hegemoni merupakan proses yang bersifat cair dan Hall menyebut hegemoni bersifat temporer dengan ciri adanya “pertunjukan pertarungan” (theatre of struggle) yang berarti berbagai ideologi yang ada


(1)

Twitter berjalan menggunakan trending topic sebagai parameter kepercayaan masyarakat terhadap Arief Cahyadi.

Pada sequence ideological content aksi yang ditampilakan, salah satunya pada scene dimana Sukmo dan rekan-rekannya sedang mejalankan rencana di proyek Belo.Mereka fokus membuat isu-isu di Twitter untuk mendapatkan konsesus dari pengguna jejaring sosial Twitter seperti pada menit 37:10. c. Sequence Epilog

Ekspresi yang ditunjukan pada menit 85:36 oleh Kemal menunjukan emosi kemarahannya pada Belo dan rekan-rekannya karena bocornya strategi Kemal bahwa wacana yang menghegemoni di Twitter oleh proyek Belo memiliki kepentingan. Sedangkan Ekspresi Belo dan rekan-rekannya kebingungan. Gerakan Kemal beberapakali menunjuk dengan penuh emosi sedangkan Belo dan rekan-rekannya mematung.

Pada menit 84:53, muncul tampilan gambar Twitter tentang berbagai reaksi-reaksi masyarakat mengenai pemberitaan yang terbit di surat kabar Lini Massa bahwa tweet-tweet yang dibangun Belo dan rekan-rekannya ternyata memiliki kepentingan dan tweet-tweet tersebut berisi caci maki orang terhadap Kemal. Pada menit 90:48, juga menampilkan kembali aktifitas langsung di Twitter yang mencoba kembali menghegemoni nama baik Kemal.

Pada sequence Epilog, terjadi konflik pada menit 85:31 saat Kemal marah dan menuntut Belo karena bocornya ada maksud di balik tweet-tweet yang dibangun proyek Belo. Kemal langsung memukul Sukmo setelah mengetahui bahwa Sukmo lah yang bersedia membocorkan bahwa tweet Arief Cahyadi adalah settingan. Musik yang terdapat pada scene tersebut menunjukan istrument scoring yang serius dan menegangkan.

Pada sequence epilog, yang ditampilkan terdapat pada menit 86:11 saat Belo membela Sukmo meskipun Sukmo tertuduh melakukan kesalahan karena membocorkan berita pada Hanum yang seorang pewarta surat kabar Lini Massa. Kemudian pada menit 89:41 Belo dan rekan-rekannya diminta


(2)

Kemal untuk membersihkan namanya kemudia Belo menyuruh rekan-rekannya beraksi lewat Twitter.

d. Hegemoni Jejaring Sosial Twitter pada Film Republik Twitter

Dalam film Republik Twitter memperlihatkan bagaimana dapat meyakinkan pengguna Twitter dengan wacana-wacana yang dibuatnya adalah benar. Asumsi-asumsi masyarakat dapat digiring melalui media sosial Twitter.

Film dalam Republik Twitter menampilkan suatu tokoh masyarakat bernama Arief Cahyadi dan menjadi perbincangan di dunia maya. Tidak hanya itu, Arief Cahyadi juga menjadi buah bibir di dunia nyata. Kemudian pengguna Twitter dijejali wacana-wacana yang telah dibuat sedemikian rupa oleh Belo dan rekan-rekannya. Masyarakat meyakini Arief Cahyadi merupakan sosok yang dibutuhkan oleh masyarakat akibat dari tweet-tweet yang dibuat Belo dan rekan-rekannya.Tweet-tweet tersebut berisi kebaikan-kebaikan yang terdapat pada sosok Arief Cahyadi. Hal tersebut menunjukan bagaimana kinerja jejaring sosial Twitter dalam menghegemoni masyarakat umum.

Dalam film Republik Twitter, ideologi yang dominan adalah ideologi pemilik modal atau kapitalis. Dalam realitas yang direpresentasikan film Republik Twittersarat akan ideologi kapitalisme.

Peneliti melihat dalam film Republik Twitter ini, ideologi kapitalisme merupakan ideologi yang dianggap tidak baik atau bersifat antagonis. Ideologi kapitalisme liberalis diperankan melalui tokoh Kemal dalam film tersebut. Sedangkan ideologi yang melawan sistem kapitalisme liberalis berkarakter protagonis yang diperankan melalui tokoh Sukmo.

IV. Simpulan

Setelah menganalisis setiap ketegori sequence dalam film Republik Twitter, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa usaha untuk menggambarkan hegemoni dalam jejaring sosial twitter dilakukan dengan memadukan kode-kode dalam level


(3)

realitas, level representasi, dan memadukan keduanya sehingga muncul dalam level ideologi seperti yang terdapat dalam The Codes of Television John Fiske. Pemilihan kode-kode dilakukan sedimikian rupa sehingga dapat ditangkap sebagai peristiwa yang nyata dan merepresentasikan hegemoni jejaring sosial twitter kepada penonton.

Dari sequence prolog, ideological content, dan epilog, maka hegemoni pada level realitas, representasi, dan level ideologi yang terdapat pada ketiga squence tersebut adalah sebagai berikut :

1. Level realitas disampaikan melalui kode-kode appereance (penampilan), dress (kostum), dan make up (tata rias), environment (lingkungan), gesture (gerakan), expression (ekspresi), dan sound (suara). Hasil analisa dari analisa kode-kode The Codes of Television John Fiske pada level realitas peneliti mendapatkan adanya strata-strata sosial yang terdapat dalam film Republik Twitter.

2. Level representasi disampaikan melalui kode-kode camera (kamera), lighting (pencahayaan), editing (penyuntingan), music (musik), character (karakter), action (aksi), dialogue (dialog), serta conflict (konflik). Hasil analisa dari analisa kode-kode The Codes of Television John Fiske pada level representasi peneliti mendapatkan bagaimana secara teknis masyarakat digambarkan mampu menerima budaya cara berkomunikasi yang baru dengan menggunakan jejaring sosial Twitter sehingga menjadi sebuah fenomena. Secara konvensional cerita menunjukan bagaimana fenomena itu digambarkan dalam film menyerupai realita yang sebenarnya.

3. Level ideologi : ideologi dihasilkan dari penggabungan level realitas dan level representasi adalah teori ideologi hegemoni Antonio Gramsci yang terdapat ideologi dominan dan ideologi terdominasi. Ideologi dominan direpresentasikan melalui penokohan Kemal sebagai antagonis yang berideologi kapitalisme liberalis, sedangkan Sukmo yang diperankan oleh Abimana Aryasatya sebagai ideologi yang terdominasi sekaligus yang membongkar kepentingan ideologi dominan merupakan tokoh protagonis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adian, Donny G. 2011. Setelah Marxis. Depok: Koekoesan.

Ardianto & Erdinaya, Lukiati Komala. 2009. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta. Jalasutra.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. PT LKiS Pelangi Aksara.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Effendy, Heru. 2010. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga.

Fiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies; Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta. Jalasutra.

Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge.

Hikmat, Mahi, M. 2011. Etika & HukumPers. Bandung: Batic Press.

Moleong, Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor : PT Ghalia Indonesia. Santoso, Listiyono. 2007. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


(5)

Sobur, Alex. 2013.Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Stokes, Jane. 2006. How to do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang

Pustaka.

Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta : PT. Grasindo. Wibowo, Indiwan S. 2011.Semiotika Komunikasi. Jakarta: MitraWacanaMedia. Sumber Karya Ilmiah

Larasatim, Gita. Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5 cm. Bandung. Unikom.

Nur, Astri A. Representasi Konflik Ideologi Antar Kelas Dalam Film The Help. Semarang. UNDIP.

Savitri, Imar. 2013. Representasi Berkahirnya Politik Apartheid Dalam Film Invictus. Bandung. Unikom.

Novarina, Novia. 2014. Strategi pemasaran Kedai Kuma Ramen joint melalui jejaring sosial twitter sebagai media promosi. Bandung. Unikom.

Sumber Lain :

Defining Communication Theories, 2006

Kelas Menengah Kelas Apa? Disalin dari Jurnal Prisma Halaman 85- 88, Edisi 2, februari 1984, Jakarta.


(6)

Rosidi, Sakban. Analisis Wacana Kritis Sebagai Ragam Paradigma Kajian Wacana.

Internet Searching

Bayupabuna. 2011. Hegemoni:

http://bayupabuna.wordpress.com/2011/10/06/hegemoni/ Yudi. 2012. Paradigma Kritis dan Marxis:

http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-marxisme.html Teori Hegemoni Media :


Dokumen yang terkait

PENCITRAAN ARIF CAHYADI DALAM FILM (Analisis Semiotik dalam Film Republik Twitter Karya Kunt Agus)

1 9 50

Representasi Kelas Sosial Dalam Film Snowpiecer (Analisis Semiotika John Mengenai Representasi Kelas Sosial Dalam Film Snowpiecer Karya Bong Jon Hoo)

1 10 1

Representasi Kritik Sosial Dalam Film Dokumenter Presiden Republik Abu-abu Karya Mutiara Paramitha dan Afief Riyadi (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Kritik Sosial Dalam Film Dokumenter Presiden Republik Abu-abu)

10 62 70

Sistem Informasi Agroteknologi Berbasis Web dan Jejaring Sosial Twitter

0 5 8

ANALISIS OPINI PUBLIK TERHADAP BRAND DI SITUS JEJARING SOSIAL TWITTER MENGGUNAKAN ANALISIS OPINI PUBLIK TERHADAP BRAND DI SITUS JEJARING SOSIAL TWITTER MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER.

0 4 11

REALISASI PERNYATAAN SUMPAH DALAM JEJARING SOSIAL TWITTER: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF.

0 5 41

Analisis perbandingan efektivitas iklan di jejaring sosial facebook, twitter dan instagram.

2 5 141

Pemaknaan Pengguna Twitter (Tweeps) Mengenai Fitur-Fitur Situs Jejaring Sosial Twitter Studi Fenomenologi Pemaknaan Para Pengguna Twitter (Tweeps) Mengenai Fitur-Fitur Situs Jejaring Sosial Twitter Di Indonesia.

0 0 1

Situs Jejaring Sosial Twitter @UI_library pada Perpustakaan Universitas Indonesia.

0 0 2

PERSEPSI MASYARAKAT TWITTER TERHADAP FPI PASCA STATUS “ADIT FPI” DI SITUS JEJARING SOSIAL TWITTER ( STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FPI PASCA STATUS “ADIT FPI” DI SITUS JEJARING SOSIAL TWITTER).

2 4 71