Dalam menyikapi anggaran yang tidak terpunuhi tersebut, melakukan langkah pertama membuat skala prioritas dan kedua
kegiatan tetap dilaksanakan dengan mencari sumber dana yang lain atau mengatur dana yang ada. Hal ini memperkuat anggapan
sebelumnya bahwa puskesmas di Kota Banjar mengkombinasikan pendekatan penyusunan anggaran budget based targeting dan target
based budgeting artinya besarnya anggaran telah ditetapkan terlebih dahulu, baru setelah itu target dan jenis kegiatan disesuaikan dengan
besarnya anggaran yang tersedia
16
namun di sisi lain target yang harus dicapai juga telah ditetapkan terlebih dahulu pada Surat
Keputusan Walikota Banjar nomor 901 tahun 2005 sehingga improvisasi yang diambil ada puskesmas yang tetap melaksanakan
seluruh kegiatan dengan dana yang ada dengan harapan target-target dapat tercapai.
Proses improvisasi yang dilakukan puskesmas guna memenuhi transparansi dan akuntabilitas dibicarakan dan dilaporkan melalui
forum-forum yang ada yaitu lokakarya mini, lokakarya bulanan atau mengadakan furum khusus untuk membahas dan mengevaluasi
kegiatan dan pencapaian target berjalan.
3. Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pada puskesmas di Kota Banjar meliputi APBD Kota, PKPS BBMJPS
BKKapitasi Askeskin, APBD Propinsi dan APBN. Hal ini sesuai dengan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bahwa dasar pendanaan pemerintahan daerah meliputi untuk pelaksanaan
desentralisasi di danai APBD dan untuk pelaksanaan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan di danai APBN. Sumber dana program KIA di puskesmas terdiri dari APBN, APBD Propinsi dan APBD Kota
sedangkan dana PKPS BBMJPKMM adalah dana APBN yang dialokasikan langsung ke puskesmas dengan sistem penggunaan
diatur oleh Keputusan Menkes yang terakhir nomor 417MenkesSKIV2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin Tahun 2007 dan untuk di Kota Banjar ditindaklanjuti dengan SK Walikota maupun SK Kepala
Dinas Kesehatan. Namun sebenarnya ada sumber lain yaitu sumber dari masyarakat
dan swasta. Idealnya puskesmas dapat menghitung berapa anggaran dari sumber-sumber dana tersebut termasuk dari masyarakat dan
swasta untuk dijadikan bahan menghitung berapa jumlah pengeluaran pembiayaan kesehatan pemerintah dan swasta.
4. Capaian Target
Puskesmas mempunyai anggaran yang cukup seperti terlihat pada tabel 1.3 terlihat bahwa masih banyak anggaran yang dapat
dimanfaatkan puskesmas terutama dana smber PKPS BBMJPKMM untuk pembiayaan program KIA dan tabel 1.4 tentang anggaran
Program KIA, disamping itu berdasar wawancara mendalam perencanaan yang dibuat untuk program KIA pembiayaannya relatif
terpenuhi. Namun ketercukupan anggaran ternyata tidak berbanding lurus terhadap pencapaian target program karena dari data yang ada
capaian program KIA pada Dinas Kesehatan Kota Banjar Tahun 2006 seperti terlihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Pencapaian Hasil Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
di Kota Banjar Tahun 2006
No Indikator SPM Target
Capaian Kesenja
ngan 1.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4
85 68,3 -16,7 2.
Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
Kesehatan 75 62,4 -12,6
3. Persentase ibu hamil resiko tinggi
yang dirujuk 85 5,9 -79,1
4. Persentase kunjunagan neonatus
80 70,1
-9,9 5.
Persentase kunjungan bayi 80
16,3 -63,7
6. Persentase cakupan bayi BBLR
yang ditangani 85 90,2 5,2
Berdasar tabel 4.9 terlihat dari 6 indikator program pelayanan kesehatan ibu dan bayi hanya satu indikator yang telah memenuhi
target yaitu persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani, sedangkan 5 lima indikator lainnya belum mencapai target.
Anggaran bukan satu-satunya penyebab keberhasilan program ada faktor lain yang meliputi faktor internal yaitu kinerja petugas,
motivasi petugas, target berdasarkan data proyeksi terlalu tinggi tidak sesuai dengan sasaran yang ada di lapangan. Faktor eksternal yaitu
lingkunganmasyarakat, kepercayaan, kesadaran dan kooperatif masyarakat, kemitraan yang kurang. Hal ini sejalan dengan teori Blum
bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, dapat
diartikan keberhasilan suatu program kesehatan selain anggaran ditentukan pula oleh perilaku masyarkat dan lingkungan yang ada di
masyarakat.
Tetapi dengan anggaran yang cukup dapat pula kegagalan pencapaian target disebabkan oleh manajemen pengelolaan keuangan
yang kurang tepat sehingga anggaran tidak berpengaruh signifikan pada kinerja petugas sehingga target program tidak tercapai, karena
berdasar wawancara diketahui evaluasi yang dilakukan oleh puskesmas maupun dinas lebih pada evaluai proses dan output jarang
melakukan evaluasi input yang diantaranya meliputi ketersediaan SDM, kemampuan pengelola anggaran di puskesmas dan ketepatan
penggunaan anggaran. Disamping itu berdasar data yang ada pemegang keuanganbendahara sebagian besar dipegang secara
rangkap oleh tenaga fungsional seperti bidan, perawat sehingga mereka dalam mengelola keuangan atau program tidak dapat fokus.
Kondisi ini terjadi dapat disebabkan keterbatasan SDM di puskesmas atau kepercayaan pimpinan terhadap seseorang.
5. Dasar pengalokasian anggaran