Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carrasius auratus)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG ASTAXANTHIN PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS 100302026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG ASTAXANTHIN PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
SKRIPSI
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS 100302026
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG ASTAXANTHIN PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA IKAN MASKOKI (Carassius auratus)
SKRIPSI
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS 100302026
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Artha Maria Gabriella Sitorus Nim : 100302026 Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, April 2015
Artha Maria Gabriella Sitorus NIM. 100302026

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carrasius auratus)

Nama

: Artha Maria Gabriella Sitorus

NIM : 100302026

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syammaun Usman, M.P Ketua

Dr. Ir. Nurmatias, M.Si Anggota


Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

ABSTRAK
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS. Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan NURMATIAS.
Ikan Maskoki (Carassius auratus) di Indonesia merupakan satu diantara ikan hias air tawar yang banyak digemari dan popular diseluruh masyarakat. Ikan maskoki memiliki harga stabil di pasaran dan cukup terjangkau dengan permintaan pasar yang terus meningkat Ikan maskoki mempunyai keistimewaan pada warna dan bentuk tubuh termasuk keindahan sirip-siripnya. Warna yang cerah dan cemerlang merupakan daya tarik ikan maskoki dalam penentuan nilainya. Oleh karena itu, warna harus ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Usaha untuk meningkatkan warna dilakukan dengan teknik manipulasi pigmen dengan menambahkan suplemen ke dalam pakan. Suplemen tersebut berupa Astaxanthin yang optimal untuk meningkatkan warna ikan Maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama hari. Penambahan Astaxanthin melalui pakan yang dapat meningkatkan warna pada Ikan Maskoki. Pemberian pakan apung yang diperkaya Astaxanthin dosis 1% menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan dosis lainnya. Penambahan Astaxanthin pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang Ikan Maskoki.
Kata kunci : Astaxanthin, Carassius auratus, Ikan Maskoki, Warna

ABSTRACT
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS. Effect of Astaxanthin Concentration in Diet to Increase Color of Goldfish (Carassius auratus). Supervised by SYAMMAUN USMAN and NURMATIAS.
Goldfish in Indonesia is popular and likely ornamental fish for all of society. Goldfish have a stable price in the market and quite affordable with the ever-increasing market demand. Goldfish as ornamental fish have interesting colour and excellence in body shapes especially the beauty of their fins. The bright and brilliant colors of Goldfish is an attraction that affect it economical values. Thus, the color should be upgraded and maintained its quality. Such efforts to increase color will be done by pigments manipulation techniques with adding suplement into the feeds. The suplement pigments can be obtained from Astaxanthin. The purpose of this research is to know dosage Astaxanthin thet optimal to increase the color of Goldfish.this research using Complete Random Design (CRD) with three repetition, with the dose treatment by 0%, 1%, 3%, and 5% for up during 28 days. Additional Astaxanthin through the feed can increasing colors of the Goldfish. The nutrient that enriched with Astaxanthin dosage is 1% can produce brighter colors than the other dose. Additional Astaxanthin in the feed has no effect on growth of Goldfish
Keywords : Astaxanthin, Carassius auratus, Color, Goldfish

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 9 November 1992 dari ayah Timbo Sitorus, SE dan ibu Dra. Lasmaria Sirait. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Budi Murni 2 Medan pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Putri Cahaya Medan pada tahun 2004-2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Medan. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2010 melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok, Jawa Barat dari tanggal 20 Juli sampai 20 Agustus 2013. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA). Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)” yang dibimbing oleh Ir. Syammaun Usman, M.P dan Dr. Ir. Nurmatias, M.Si.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus).

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesarbesarnya kepada Ayahanda Timbo Sitorus, Ibunda Lasmaria Sirait dan abangda Polin Palti Raja Sitorus, kakanda Arina Taruli Sitorus, dan adinda Arthur Tota Sitorus yang telah memberikan dukungan materi kasih sayang dan doa kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Syammaun Usman, M.P dan Bapak Dr. Ir. Nurmatias, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, perhatiannya, arahan berharga kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Progran Studi, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak R. Gatot Pahlawan, S.Pi di UPTD Budidaya, Wahyu Pison Perdana Sianturi, Pesta Saulina Sitohang S.Pi, Maria Christie Sembiring S.Pi, Fretty Frederika Sitorus, Dwi Aulia Alwi S.Pi, Denny Hutasoit S.Pi, Dian Roy Nugraha Sembiring S.Pi, Ricky Suranta Barus S.Pi, Wildan Panjaitan, Daniel Sinaga, dan seluruh rekan mahasiswa yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembanagn ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya.
Medan, April 2015
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................

i

ABSTRACT ...............................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................


iii

KATA PENGANTAR...............................................................................

iv

DAFTAR ISI..............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

x


PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................... Perumusan Masalah................................................................................ Kerangka Pemikiran ............................................................................... Tujuan Penelitian.................................................................................... Manfaat Penelitian..................................................................................

1 3 3 5 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Maskoki (Carassius auratus) ............................................ Kebiasaan Makannan dan Kebiasaan Makan ......................................... Warna Pada Ikan .................................................................................... Astaxanthin.............................................................................................

6 9 12 14

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... Alat dan Bahan Penelitian..................................................................... Rancangan Percobaan ........................................................................... Prosedur Penelitian................................................................................ Persiapan Ikan Uji ...................................................................... Persiapan Pakan.......................................................................... Pemeliharaan Ikan ...................................................................... Pengamatan Hasil.................................................................................. Pengukuran Warna Ikan ............................................................. Pengukuran Panjang Ikan ........................................................... Pengukuran Bobot Ikan .............................................................. Analisis Data .........................................................................................

17 17 18 18 18 19 19 20 21 21 22 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...................................................................................................... Warna ........................................................................................... Pertumbuhan ................................................................................ Kualitas Air .................................................................................. Pembahasan........................................................................................... Perubahan Warna ......................................................................... Pertumbuhan Panjang................................................................... Pertumbuhan Berat....................................................................... Kualitas Air .................................................................................. Mortalitas .....................................................................................

23 23 24 25 25 25 30 32 34 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


37 37

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................. 2. Ikan Maskoki Oranda............................................................................ 3. Perubahan Warna Ikan Maskoki ........................................................... 4. Grafik Pertumbuhan Panjang Rata-rata Harian..................................... 5. Grafik Pertumbuhan Berat Rata-rata Harian......................................... 6. Perubahan Panjang Ikan Maskoki......................................................... 7. Perubahan Berat Ikan Maskoki .............................................................

4 18 27 31 33 34 34

DAFTAR TABEL

No.

Teks


Halaman

1. Optimum Kualitas Air Ikan Maskoki.................................................... 2. Kandungan Tepung Astaxanthin........................................................... 3. Data Perubahan Warna Ikan.................................................................. 4. Data Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan .......................................... 5. Data Kualitas Air Penelitian.................................................................. 6. Data Perubahan Warna Ikan Maskoki................................................... 7. Data Pertumbuhan Panjang ikan Maskoki ............................................ 8. Data Pertumbuhan Berat ikan Maskoki ................................................

9 16 23 24 25 25 30 32

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Denah Penempatan Akuarium Yang Berisikan Ikan Maskoki Dengan Masing-Masing Perlakuan .......................................................

42

2. Daftar Panelis ........................................................................................ 3. Modifikasi Alat Pengukur Warna ......................................................... 4. Perhitungan Statistik Warna.................................................................. 5. Perhitungan Statistik Panjang ............................................................... 6. Perhitungan Statistik Berat.................................................................... 7. Perubahan Warna Ikan .......................................................................... 8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .........................................................


43 44 45 47 48 49 52

ABSTRAK
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS. Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan NURMATIAS.
Ikan Maskoki (Carassius auratus) di Indonesia merupakan satu diantara ikan hias air tawar yang banyak digemari dan popular diseluruh masyarakat. Ikan maskoki memiliki harga stabil di pasaran dan cukup terjangkau dengan permintaan pasar yang terus meningkat Ikan maskoki mempunyai keistimewaan pada warna dan bentuk tubuh termasuk keindahan sirip-siripnya. Warna yang cerah dan cemerlang merupakan daya tarik ikan maskoki dalam penentuan nilainya. Oleh karena itu, warna harus ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Usaha untuk meningkatkan warna dilakukan dengan teknik manipulasi pigmen dengan menambahkan suplemen ke dalam pakan. Suplemen tersebut berupa Astaxanthin yang optimal untuk meningkatkan warna ikan Maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama hari. Penambahan Astaxanthin melalui pakan yang dapat meningkatkan warna pada Ikan Maskoki. Pemberian pakan apung yang diperkaya Astaxanthin dosis 1% menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan dosis lainnya. Penambahan Astaxanthin pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang Ikan Maskoki.
Kata kunci : Astaxanthin, Carassius auratus, Ikan Maskoki, Warna

ABSTRACT
ARTHA MARIA GABRIELLA SITORUS. Effect of Astaxanthin Concentration in Diet to Increase Color of Goldfish (Carassius auratus). Supervised by SYAMMAUN USMAN and NURMATIAS.
Goldfish in Indonesia is popular and likely ornamental fish for all of society. Goldfish have a stable price in the market and quite affordable with the ever-increasing market demand. Goldfish as ornamental fish have interesting colour and excellence in body shapes especially the beauty of their fins. The bright and brilliant colors of Goldfish is an attraction that affect it economical values. Thus, the color should be upgraded and maintained its quality. Such efforts to increase color will be done by pigments manipulation techniques with adding suplement into the feeds. The suplement pigments can be obtained from Astaxanthin. The purpose of this research is to know dosage Astaxanthin thet optimal to increase the color of Goldfish.this research using Complete Random Design (CRD) with three repetition, with the dose treatment by 0%, 1%, 3%, and 5% for up during 28 days. Additional Astaxanthin through the feed can increasing colors of the Goldfish. The nutrient that enriched with Astaxanthin dosage is 1% can produce brighter colors than the other dose. Additional Astaxanthin in the feed has no effect on growth of Goldfish
Keywords : Astaxanthin, Carassius auratus, Color, Goldfish

PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara perairan dengan potensi hasil perikanan
cukup besar, baik dari komoditas konsumsi maupun nonkonsumsi. Salah satu komoditas nonkonsumsi yang berpengaruh terhadap sistem perekonomian masyarakat adalah ikan hias (Yuliani, 2013). Ekspor ikan hias diharapkan mampu menghasilkan devisa negara dan meningkatkan kesejahterakan masyarakat perikanan, khususnya petani ikan hias (Mulyani, 2013).
Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi yaitu komoditas ikan hias di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Namun, besarnya potensi tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar ikan hias di dunia. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik adalah salah satu faktor yang menyebabkan produksi nasional tidak dapat menghasilkan kualitas yang mampu bersaing di pasar global Indonesia. Salah satu permasalahan yang ditemukan antara lain warna dan morfologi ikan hias produksi Indonesia kurang menarik.
Berbeda dengan ikan yang dikonsumsi, ikan hias mempunyai keunikan tersendiri. Apabila ikan konsumsi nilai atau harganya ditentukan dari bobot badan dan rasanya, nilai ikan hias ditentukan dari penampilannya. Daya tarik ikan hias dapat diukur dari warna yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan atau staminanya (Lesmana dan Daelami, 2009).
Warna yang cerah dan cemerlang merupakan daya tarik utama ikan hias dalam penentuan nilainya. Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin


tinggi nilainya. Oleh karena itu, warna harus dapat ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pakan ikan adalah dengan teknik manipulasi pigmen, yang dilakukan dengan cara memperkaya kandungan sel pigmen dalam tubuh ikan melalui pemberian pakan yang mengandung astaxanthin (carophyll pink).
Dalam akuakultur, astaxanthin merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai sumber pigmen dalam meningkatkan penampilan warna ikan hias. Astasanthin juga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan, makanan, dan pengobatan. Hal ini karena astaxanthin memiliki kandungan beta-karoten. Astaxanthin banyak ditemukan pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti moluska, krustase dan ikan (Oryza, 2010). Selain diperoleh dari sumbersumber alami, astaxanthin juga diproduksi secara sintetis dan sudah diperjualbelikan dalam bentuk bubuk dengan merek dagang tergantung pabrik pembuatannya.
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat adalah ikan maskoki (Carassius auratus). Ikan maskoki berasal dari Cina, namun varietasnya semakin berkembang saat merambah ke negeri Jepang, dan dikenal dengan nama Catassius auratus Var Japonicus. Ikan ini memiliki keistimewaan dalam hal keanekaragaman warna, jenis, dan keindahan sirip-siripnya. Saat ini, ikan maskoki digunakan sebagai hiasan akuarium ataupun kolam di rumah karena memiliki bentuk warna yang indah.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pemberian pakan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan dapat membuat ikan kehilangan warna, padahal warna ikan maskoki mempengaruhi nilai seni dan akan

meningkatkan nilai jual. Astasanthin merupakan pakan sintetis yang dapat meningkatkan kualitas warna ikan maskoki. Sejauh ini belum diketahui dosis yang dapat meningkatkan kualitas warna dari ikan maskoki, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Konsentrasi Tepung Astaxanthin Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)”.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas warna ikan maskoki yang akan diikuti dengan meningkatnya nilai/harga jual, dan selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan (pembudidaya), serta meningkatkan kepuasan bagi penikmatnya.
Perumusan Masalah 1. Apakah penambahan tepung astaxanthin dalam pakan ikan berpengaruh
terhadap peningkatan warna ikan mas koki? 2. Berapakah dosis tepung astaxanthin yang ditambahkan dalam pakan ikan untuk
menghasilkan peningkatan warna yang baik untuk ikan mas koki?
Kerangka Pemikiran Ikan maskoki merupakan ikan yang paling banyak digemari serta banyak
ditemukan di lingkungan masyarakat Indonesia. Ikan maskoki mempunyai banyak keunggulan, diantaranya: harganya stabil dan cukup terjangkau, cepat besar dan responsif terhadap pemberian pakan tambahan. Ikan maskoki juga merupakan ikan hias yang mengandalkan warna dan bentuk tubuhnya yang sangat indah. Namun, seringkali pemberian pakan yang tidak mengandung pigmen warna yang

dibutuhkan dapat membuat ikan kehilangan warna. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan suplemen dalam pakan, yaitu astaxanthin. Kidd (2011), mengatakan bahwa astaxanthin akan memberikan warna merah cerah terhadap daging dan eksoskeleton hewan, serta dapat memberikan pengaruh yang baik untuk budidaya perikanan dalam hal pewarnaan tubuh ikan.
Capelli dan Cysewski (2008) juga mengungkapkan bahwa ikan yang mengkonsumsi astaxanthin akan memiliki warna yang lebih berkilau, namun dosis yang optimal untuk meningkatkan kualitas warna ikan maskoki belum diketahui. Secara ringkas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Ikan Hias

Warna

Lingkungan


Pakan

Pigmen

Tepung Astaxanthin

Peningkatan Warna Ikan

Morfologi Gen

Gerakan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.

Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung astaxanthin pada pakan ikan dalam
peningkatan warna ikan mas koki. 2. Mengetahui dosis penambahan tepung astaxanthin yang optimal untuk
merubah warna ikan mas koki.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
informasi kepada masyarakat terutama pembudidaya mengenai pakan yang dibutuhkan untuk perubahan warna ikan mas koki dan dosis penambahan tepung astaxanthin yang optimal pada pakan buatan untuk memperoleh warna yang baik untuk ikan mas koki.


TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Maskoki (Carassius auratus) Ikan maskoki adalah jenis ikan hias yang memiliki bentuk tubuh beragam
dan juga memiliki warna yang menarik dan bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam, keperak-perakan dan kombinasi dari berbagai warna. Ikan maskoki juga merupakan salah satu komoditas yang banyak diminta pasar dunia. Jumlahnya memang tidak sebanyak jenis ikan hias air tawar yang lain andalan Indonesia, tetapi hampir setiap eksportir menyertakan ikan maskoki (Beauty, dkk., 2012).
Selain populer, ikan maskoki mudah dalam pembudidayaannya dan selain itu juga lebih menguntungkan. Membudidayakan ikan maskoki tidak memerlukan lahan yang cukup luas dan siklus reproduksinya relatif singkat dengan harga jual yang cukup tinggi. Ikan maskoki digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Dengan harga yang relatif terjangkau, ikan maskoki memiliki pasaran dan tingkat permintaan yang stabil. Komoditas air tawar ini banyak diminati oleh konsumen ikan hias untuk dipelihara di dalam akuarium. Ikan mas koki memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan jenis ikan hias air tawar lainnya (Bachtiar, 2004).
Ikan maskoki memiliki bentuk tubuh yang unik dan sisik yang sangat menarik. Ikan mas koki tergolong ke dalam jenis ikan yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Bentuk tubuh ikan mas koki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang

sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga

baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas koki ditutupi

oleh sisik yang berukuran relatif kecil (Fajrin, dkk., 2012).

Menurut Kottelat, dkk (1993), klasifikasi ikan maskoki berdasarkan

taksonomi digolongkan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Sub kelas : Teleostei

Ordo

: Clupeiformes

Sub ordo : Cyprinoidea

Famili

: Cyprinidae

Genus

: Carassius

Spesies

: Carassius auratus

Ciri-ciri morfologi ikan maskoki adalah sebagai berikut: ikan maskoki

memiliki sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari

tulang keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip

punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur

(anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan

bergerigi dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang.

Garis rusuk atau gurat sisi (linnea lateralis) pada ikan mas koki tergolong

lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang

sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Wahyuningsih dan Barus, 2007).

Menurut Liviawaty dan Aprianto (1990), semenjak pertama kali ditemukan hingga dipelihara orang, sampai sekarang terdapat kurang lebih 15 macam maskoki yang telah dikenali dan digemari oleh masyarakat, yaitu : Mutiara, Sukiyu, Red head, Ekor Kipas, Kaliko, Spencer, Teleskop, Tosakin, Lion head, Tosa, Black moor, Bulldog, Rancu, Buble eye, dan Celestial.
Salah satu jenis ikan maskoki yang populer adalah Ikan maskoki varietas Oranda (Spencer). Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip punggung (Iskandar dan Sitanggang, 2003), hal tersebut dapat diamati pada Gambar 2.
Gambar 2. Ikan Maskoki Oranda (Spencer) (www.tropicalifish.com, 2010) Secara umum, ikan maskoki termasuk ikan yang mampu beradaptasi
dengan berbagai variasi kualitas air dan suhu (Bachtiar, 2002). Meskipun demikian, pengelolaan air tetap perlu diperhatikan agar tidak membahayakan ikan. Berikut merupakan nilai optimum kualitas air ikan maskoki yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Optimum Kualitas Air Ikan Maskoki
Parameter Suhu (0C) DO (ppm)
pH Amonia (ppm)
Nitrit (ppm) (Sumber : Lesmana, 2007)

Kisaran 23 – 29 5,0 -8,0 6,5 - 8,0 0,00 - 0,15 0,00 - 0,10

Kebiasaan Makanan dan Kebiasaan Makan Dalam kegiatan budidaya perikanan, baik pada tahap kegiatan pembenihan
maupun pembesaran, pakan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. Pakan yang dibutuhkan harus mempunyai mempunyai formula yang lengkap, mengandung bahan-bahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan sintasan kultivan yang pada ahirnya dapat meningkatkan produktifitas dan keuntungan (Sutikno, 2011).
Bagi ikan, pakan tidak hanya berfungsi sebagai “penyambung” hidup. Namun, gizi yang terkandung didalamnya juga dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kandungan gizi yang harus terdapat dalam pakan antara lain protein, lemak (lipid), karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein diperlukan ikan untuk pertumbuhan dan mengganti sel yang rusak. Lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi, sementara vitamin dan mineral membantu proses metabolisme, mengatur proses fisiologi, membentuk enzim, dan menunjang kesehatan ikan (Bachtiar, 2003).
Menurut Liviawaty dan Aprianto (1990), guna mempertahankan kelangsungan hidupnya, ikan membutuhkan semua komponen pakan dalam

jumlah tertentu, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Ikan sangat efisien dalam mengkonsumsi protein dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat, baik protein hewani maupun nabati. Meskipun umumnya lebih mahal, kualitas protein hewani relatif lebih baik dibandingkan dengan protein nabati, karena kandungan asam aminonya lebih lengkap.
Ada dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan, yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Sedangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya, yang didasarkan pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomisnya (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Berdasarkan tingkat kebutuhannya (Afrianto dan Liviawaty, 2005) pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pakan tambahan; pakan suplemen; pakan utama. Pakan Tambahan, adalah pakan yang dibuat sengaja untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengnan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan Suplemen, adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen (nutrisi) tertentu. Pakan Utama, adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan keseluruhan pakan alami.
Jumlah makanan (dosis) yang diberikan pada ikan dapat mempengaruhi jumlah makanan yang diserap oleh tubuh. Dosis makanan yang diberikan pada ikan jangan terlalau berlebihan agar tidak menciptakan kondisi buruk di dalam air, maupun dalam tubuh ikan. Dosis makanan yang umum diberikan dalam satu hari

berkisar antara 3-5% dari berat total ikan yang dipelihara. Makanan ini tidak diberikan sekaligus, tetapi diberikan secara bertahap. Jumlah makanan yang diberikan pada setiap waktu makan tergantung dari frekuensi pemberian. Artinya, jika frekuensi pemberian pakan dilakukan empat kali sehari, mka jumlah yang diberikan setiap waktu makan adalah ¼ dari dosis yang telah ditentukan (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Semua hewan membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan yang ada di dalam lambungnya. Pada ikan maskoki, waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan dalam lambungnya berkisar antara 3-4 jam. Berdasarkan kenyataan ini, agar makanan yang diberikan dapat dikonsumsi lebih banyak, sebaiknya maskoki baru diberi makanan berikutnya setelah 3-4 jam kemudian. Dengan demikian, frekuensi makanan pada maskoki dapat dilakukan sebanyak 68 kali dalam sehari semalam, namun untuk mudahnya petani hanya memberikan makan 2-3 kali dalam sehari semalam. Alternatif lain yang dianggap cukup baik adalah memberikan makanan berupa kombinasi antara makanan buatan dan alami. Makanan buatan diberikan pada siang hari dan makanan alami diberikan pada malam hari dengan jumlah lebih banyak. Berdasarkan pertimbangan tertentu, beberapa petani sengaja memberikan makanan buatan kepada maskoki yang dipelihara. Ukuran dari makanan buatan harus disesuaikan dengan lebar mulut maskoki. Maskoki kecil umumnya diberi makanan berupa larutan, semakin besar ukurannya semakin bertambah besar pula ukuran makanan buatan yang diberikan (Liviawaty dan Aprianto, 1990).

Warna pada Ikan Warna merupakan salah satu parameter dalam penentuan nilai ikan hias.
Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin tinggi nilainya. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena adanya perubahan jumlah sel pigmen. Perubahan jumlah sel pigmen ini biasanya disebabkan oleh stres lingkungan, kekurangan sinar matahari, kualitas air, penyakit, dan kurang pakan terutama kandungan pigmen dalam pakan (Said, dkk., 2005).
Warna yang indah pada ikan terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen (kromatofor) pada lapisan epidermis. Ikan memiliki sel khusus penghasil pigmen, yaitu iridrosit dan kromatofor. Iridrosit merupakan sel cermin untuk memantukan warna diluar tubuhnya. Kromatofor adalah sel-sel yang mengandung pigmen, meliputi pigmen hitam (melanofor), kuning (xanthofor), merah atau oranye (erythrofor), sel refleksi kemilau (iridofor), dan putih (leukofor). Tinggi dan rendahnya konsentrasi dan jumlah sel pigmen akan mempengaruhi tegas dan kaburnya warna. Perubahan jumlah sel pigmen dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon pituitary dan adrenalin (yang disekresikan dari otak) secara khusus dan khas (Satyani, 2005).
Faktor makanan berpengaruh dalam pembentukan warna ikan hias, oleh sebab itu perlu diberikan pakan yang dapat mendukung penampakan warna tersebut. Umumnya ikan yang berwarna merah atau kuning membutuhkan pakan yang memiliki kandungan karotenoid lebih tinggi untuk mempertahankan keindahan warnanya (Said, dkk., 2005).
Selain sebagai sumber energi dan pertumbuhaan, masih banyak fungsi lain dari pakan bagi ikan, salah satunya berfungsi sebagai pembentuk warna tubuh

ikan yang banyak dimanfaatkan dalam budidaya ikan hias. Pakan yang digunakan untuk membentuk warna tubuh ikan tidak berbeda dengan pakan buatan lainnya, kecuali adanya penambahan pigmen. Ikan yang diberi pakan yang mengandung pigmen akan memiliki warna tubuh yang lebih cemerlang (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Ada dua jenis pigmen yang berperan dalam pembentukan warna tubuh ikan, yaitu karoten dan melanin. Karoten membentuk warna kuning, oranye, dan merah, sedangkan melanin membentuk warna coklat sampai hitam. Jumlah pigmen pada tubuh ikan relatif stabil. Pigmen atau karotenoid dalam bentuk bahan anorganik yang biasa digunakan untuk pembentukan warna tubuh pada pembuatan pakan ikan adalah astaxanthin. Keuntungan lain dari penggunaan jenis pigmen ini adalah dapat membantu proses reproduksi dan meningkatkan proses metabolisme tubuh (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar di dalam sel pigmen warna, akibat dari rangsangan yang berbeda, seperti suhu, cahaya, dan lain-lain.
Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel

saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi gelap (Evan, 1993). Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna merah pada eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih jelas.
Penyerapan karotenoid dalam sel–sel jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna merah pada eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih jelas (Indarti, dkk., 2012).
Variasi warna merupakan gabungan dari warna – warna yang dikontrol oleh sistem saraf dan hormonal ikan. Kromatofor memiliki kemampuan berubah untuk menyesuaikan dengan lingkungan dan aktifitas seksual. Perubahan warna karena adanya stres lingkungan seperti cahaya matahari, kualitas air dan kandungan pigmen dalam pakan (Sari, dkk., 2012).
Astaxanthin Menurut Gupta and Jha (2006), astaxanthin merupakan pigmen alami yang
dikenal sebagai karotenoid yang memiliki warna merah yang secara alami terdapat pada tanaman dan beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur dan bakteri, serta pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti moluska, krustase dan ikan. Namun, jenis karotenoid yang

paling efektif dan dominan untuk pewarnaan pada ikan adalah karotenoid dari kelas xantofil jenis astaxanthin.
Astaxanthin dapat digunakan sebagai suplemen pakan untuk peningkatan warna ikan hias (Satyani dan Sugito, 1997). Secara umum, ikan akan menyerap astaxanthin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna merah. Namun, dapat pula beberapa ikan mengubah astaxanthin ini menjadi pigmen dasar lutein yang kuning atau zeaxanthin yang oranye tergantung kebutuhannya (Subamia, dkk., 2010).
Astaxanthin dapat diperoleh dari berbagai organisme laut, meliputi tumbuhan mikroskopik yang dikenal sebagai mikroalga, serta didapat dari beberapa jenis ikan seperti salmon, tuna, dan trout, juga terdapat pada sekelompok crustacea (Amin, dkk, 2012). Selain diperoleh dari sumber-sumber alami, astaxanthin juga diproduksi secara sintetis yang sudah diperjualbelikan dalam bentuk bubuk. Astaxanthin sintetis diperoleh dengan cara mengekstrak bahanbahan, seperti: alga renik Haematococus pluvialis yang dikenal mempunyai kandungan astaxanthin yang tinggi. Selain itu, astaxanthin dapat pula diperoleh melalui proses fermentasi sebangsa kamir Xanthophyllomyces dendrorhous atau dengan cara mengekstrak dari udang-udangan seperti dari krill Antartik (Euphausia superba) (McCoy, 1999).
Menurut Munifah dan Wikanta (2008), astaxanthin atau (3,3’-dihydroxyβ,β’-carotene-4,4’-dione) merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki kandungan 10 kali lipat dibandingkan antioksidan dari beta-karoten yang ditemukan pada wortel, 100 kali lipat dari Vitamin E dan 1.000 kali lipat lebih kuat dari Coenzyme Q10 (CoQ10).

Menurut Naguib (2000), Astaxanthin merupakan antioksidan yang paling kuat yang pernah ditemukan di alam. Astaxanthin memiliki aktifitas antioksidan 10 kali lebih kuat dari kelompok karoten berupa canthaxanthin, lutein, dan zeaxanthin. Didalam astaxanthin terkandung karoten yang penting, yaitu berupa: α-karoten, β-karoten, likopen, lutein, zeaxanthin, dan β-cryptoxanthin (Schulz, et al, 2005). Kandungan tepung astaxanthin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Tepung Astaxanthin

Komponen Kimia Air
Protein Lemak Karbohidrat Sodium Energi (Sumber: Oryza, 2010)

Tepung Astaxanthin (100 g) 0.00 0.03 22.0 78.0
0.17 mg 510 kal

Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami (Simpson et al., 1981), sedangkan sumber karotenoid bagi ikan yang dipelihara secara artifisial berasal dari pakan buatan yang jumlahnya sedikit. Karotenoid tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus ditambahkan ke dalam pakan (Fuji, 1993). Ikan hias air tawar yang diberi pakan astaxanthin dapat membuat warnanya menjadi lebih berkilau atau cemerlang (Sasson, 1991).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus–September 2014, di Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Jl. Bunga Ganyong, Kelurahan Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.
Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 12 unit akuarium
ukuran 40 x 20 x 20 cm3 sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer melihat suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisma (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.
Sedangkan untuk mengetahui perubahan warna menggunakan alat yang dimodifikasi. Alat ini dibuat dengan menggunakan pencampuran warna. Perubahan warna kuning kemudian semakin meningkat. Peningkatan warna dengan cara penambahan kontras 20% per nomor perubahan dan alat pengukur warna ini dibuat sesuai dengan acuan TCF (Toca Color Finder).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ikan maskoki ukuran ± 6,62 cm dengan berat ± 5,05 gr, air bersih, tepung Astaxanthin, pakan

buatan berupa pelet ikan hias (Takari), progol untuk perekat progol pada pakan, dan lain-lain.
Metode Penelitian Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini adalah :
1. Perlakuan A0 : Pemberian tepung Astaxanthin 0% 2. Perlakuan A1 : Pemberian tepung Astaxanthin 1% 3. Perlakuan A2 : Pemberian tepung Astaxanthin 3% 4. Perlakuan A3 : Pemberian tepung Astaxanthin 5% Denah penempatan akuarium yang berisikan Ikan Maskoki dengan masing – masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Prosedur Penelitian 1. Persiapan Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan maskoki yang berukuran ± 6,62 cm dengan berat ± 5,05 gr (berasal dari induk yang sama, umur yang sama dan ukuran yang sama). Sebelum ikan dimasukan ke dalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama dua hari. Selama adaptasi ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji. Pengamatan perubahan warna diamati setiap 7 hari selama 28 hari.

2. Persiapan Pakan Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet ikan
hias (Takari) dan dicampur dengan Astaxanthin sesuai dengan perlakuan. Pakan yang digunakan untuk kontrol tidak mengandung astaxanthin, sedangkan perlakuan 1% mengandung 1 g serbuk astaxanthin dalam 100 g pakan, 3 g dalam 100 g pakan pada perlakuan 3%, dan 5 g dalam 100 g pakan untuk perlakuan 5%.
Astaxanthin yang digunakan berupa tepung dalam bentuk kering. Kemudian masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan ikan hias. Adapun tahapan pencampuran Astaxanthin dalam pakan ialah : Tepung astaxanthin sesuai dosis terlebih dahulu dicampur dengan progol (2-3 g/kg pakan) dalam satu wadah dan diaduk sampai merata. Kemudian, tepung astaxanthin yang telah diaduk merata dengan progol diberi air dengan dosis 150 ml/kg pakan dan dibiarkan sampai 10 menit. Selanjutnya, pakan Takari dituang ke dalam wadah tepung astaxanthin bersama progol yang telah dilarutkan dalam air. Lalu diaduk campuran tersebut, sampai seluruh tepung astaxanthin sudah lengket merata pada pakan. Jika seluruh tepung astaxanthin sudah lengket kemudian dikering anginkan campuran tersebut sampai kering selama 30-60 menit. Jika selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau maka pakan tersebut dibuang dan harus dibuat kembali.
3. Persiapan Air Media Persiapan air media merupakan hal yang cukup penting dalam
pemeliharaan ikan. Air sebagai media hidup ikan sebelum digunakan, sebaiknya dilakukan treatment/perlakuan terlebih dahulu. Adapun tahapan yang dilakukan

selama penelitian dalam melakukan persiapan air media ialah, air dari sumur gali yang dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak tandon. Selanjutnya, air tersebut dialirkan ke dalam ember penampung yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam air. Air yang ada di ember penampung, diberi aerator yang berfungsi untuk mengurangi jumlah karbon dioksida, dan mengurangi kandungan konsentrasi gas terlarut. Air diendapkan kurang lebih selama 1 hari. Selanjutnya, air dapat digunakan dalam pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika pengambilan air, aerator dimatikan sehinggga sisa – sisa metabolisme dalam air mengendap. Air yang digunakan yaitu 75 % dari tinggi air dalam ember.
4. Pemeliharaan Ikan Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang
berukuran 40 x 20 x 20 cm3. Akuarium dicuci menggunakan detergen hingga bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator sebagai penyuplai oksigen.
Sebelumnya ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap media budidaya. Setelah masa adaptasi selesai ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang, difoto dan dimasukkan ke dalam akuarium.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 28 hari dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yakni pada jam 10.00 dan 15.00 WIB pada masingmasing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari berat ikan, yang membedakan hanyalah perlakuannya.

Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyifonan setiap hari. Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10% pada wadah pemeliharaan. Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap 7 hari sekali.
Perubahan warna ikan uji adalah perbandingan warna awal dengan perubahan warna akhir. Perbandingan warna ini melihat dari nomor yang ditunjukan dari perubahan tersebut.
Pengamatan Hasil Pengamatan hasil dilakukan setiap 7 hari selama 28 hari pemeliharaan.
Pengamatan hasil meliputi pengukuran panjang, bobot dan warna ikan.
1. Pengukuran Warna Ikan Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat pengukur warna
yang dimodifikasi sendiri. Cara pengamatan yaitu difokuskan pada dua warna yang mendekati pada keseluruhan permukaan tubuh. Pengamatan terhadap intensitas warna maskoki menggunakan alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun). Daftar panelis dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan

terhadap intensitas warna maskoki dilakukan dengan pemberian nilai atau pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3 hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah pekat. Modifikasi alat pengukur warna dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Pengukuran Panjang Ikan Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai
ujung ekor ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan kertas millimeter. Pertumbuhan panjang dihitung dengan rumus :
Pm = Pt – P0 Keterangan : Pm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)
Pt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm) P0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)
3. Pengukuran Bobot Ikan Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Pertambahan
bobot dihitung dengan rumus : Wm = Wt – W0
Keterangan : Wm : Pertambahan bobot mutlak ikan (g) Wt : Bobot ikan pada waktu ke-t (g) W0 : Bobot ikan pada waktu ke-0 (g)

Analisis Data Data peningkatan kualitas warna yang diperoleh (hasil selisih pengukuran
warna awal hingga warna akhir pada modifikasi alat pengukur warna) dianalisis dengan analisa statistik menggunakan SPSS yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (penggunaan tepung Astaxanthin) akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Jujur atau Tukey. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Warna

Ikan Maskoki mengalami perubahan warna selama penelitian dari masing-

masing perlakuan. Data perubahan warna Ikan Maskoki dari masing-masing

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Perubahan warna Ikan Maskoki yang

tertinggi terdapat pada perlakuan A1 (4,13), kemudian diikuti perlakuan A2 (2,73),

perlakuan A0 (2,47) dan terendah perlakuan A3 (1,53). Pada perlakuan kontrol

(A0), ikan Maskoki juga mengalami perubahan namun tidak sebaik pemberian

Astaxanthin. Perhitungan statistik warna dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel. 3 Data Perubahan Warna Ikan Maskoki dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Ulangan

1

Pengamatan (Hari Ke-) 7 14 21

28

1 18,6 19,8 20,4 20,6 21,4

A0 2 20 20,4 21,6 22,2 22,4

3

19,8 20,44 20,8 21,05

22

Jumlah

58,4 60,64 62,8 63,85 65,8

Rata-rata

19,47

20,213

20,93

21,283

21,93

Perubahan

0

0,743

0,717

0,353

0,647

1 20,4 21,2 22,4 23,8 23,8

A1 2 19,6 21,8 22,2 23,8 24,2 3 19,4 20,4 23 22,6 23,8

Jumlah

59,4 63,4 67,6 70,2 71,2

Rata-Rata

19,8

21,13

22,53

23,4 23,733

Perubahan

0 1,33 1,4 0,87 0,333

1 18,6 19,4 19.6 20.6 21.2

A2 2 18,4 20 20.8 21.4 21.6 3 20.6 21.6 22 22.6 23

Jumlah

57,6 61 62.4 64.6 65.8

Rata-Rata

19.2

20.3

20.8

21.53

21.93

Perubahan

0 1,1 0,5 0,73 0,4

1 19,4 20 20,2 20,6 21

A3 2 21 21,2 21,6 22,2 22,2 3 20,2 21 21,8 21,8 22

Jumlah

61,6 62,2 63,6 64,6 65,2

Rata-Rata

20,53 20,733

21,2

21,53 21,733

Perubahan

0

0,203

0,467

0,33

0,203

Pertumbuhan

Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan setiap 7 hari sekali

selama masa pemeliharaan 28 hari, selain perubahan warna Ikan Maskoki juga

mengalami perubahan pertumbuhan yaitu panjang dan berat ikan

Data pertumbuhan berat dan panjang Ikan Maskoki dari masing–masing

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Pertumbuhan terbaik Ikan Maskoki selama

penelitian terdapat pada perlakuan A1 (0,48 cm dan 1.27 g), kemudian diikuti

perlakuan A3 (3,07 cm dan 1 g), per