Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan Menggunakan Berbagai Substrat
PEMIJAHAN IKAN MASKOKI (
Carrasius auratus
) DENGAN
MENGGUNAKAN BERBAGAI SUBSTRAT
TOMMY PATRIA MARBUN 090302066
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(2)
PEMIJAHAN IKAN MASKOKI (
Carrasius auratus
) DENGAN
MENGGUNAKAN BERBAGAI SUBSTRAT
SKRIPSI
Oleh:
TOMMY PATRIA MARBUN
090302066
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(3)
PEMIJAHAN IKAN MASKOKI (
Carrasius auratus
) DENGAN
MENGGUNAKAN BERBAGAI SUBSTRAT
SKRIPSI
Oleh:
TOMMY PATRIA MARBUN
090302066
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
Nama Mahasiswa NIM
Program Studi
: Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan Menggunakan Berbagai Substrat : Tommy Patria Marbun
: 090302066
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Darma Bakti, M.S Dr.Ir.Nurmatias,M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
(5)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan Menggunakan Berbagai Substrat
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun, Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, April 2014
Tommy Patria Marbun NIM. 090302066
(6)
ABSTRAK
TOMMY PATRIA MARBUN. Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) Dengan Menggunakan Berbagai Substrat. Dibimbing oleh DARMA BAKTI dan NURMATIAS.
Pemijahan ikan mas koki dilakukan secara alami, sehingga keberhasilan pemijahannya masih rendah. Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat tempat meletakan telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis subsrat penempel telur yang memberikan pengaruh terbaik terhadap keberhasilan pemijahan ikan mas koki (Carassius auratus).
Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dan observasi, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Jenis substrat penempel telur yang dipakai sebagai perlakuan yaitu, eceng gondok (Eicchornia
crassipies), tali rafia dan Ijuk. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga
terdapat 9 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah jumlah telur, daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan mas koki (Carassius auratus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur yang dibuahi pada tiap substrat ikan mas koki didapat F hitung >F tabel maka H0 ditolak, ini artinya ada
perbedaan jumlah telur pada substrat untuk ketiga perlakuan yang digunakan. Derajad penetasan telur ikan mas koki yang terbaik adalah Ijuk 63,70%, Eceng gondok 61,20% dan tali rafia 45,79%. Kualitas air pada penelitian ini mempunyai nilai rata-rata: pH 7 dan suhu 280C.
(7)
ABSTRACT
TOMMY PATRIA MARBUN. Spawning goldfish (Carrasius auratus) By Using Various Substrates. Guided by DARMA BAKTI and NURMATIAS.
Goldfish spawning is done naturally, so the success of the nurseries are still low. The success of spawning is influenced by several factors, including the handling of aircraft, particularly in stimulating technological parent spawning, egg incubation and larval treatment. How that can be done to stimulate the provision of parent fish are egg laying substrate. This study aims to determine the type of engaging subsrat eggs that give the best effect on the success of spawning
goldfish (Carassius auratus).
This research uses experimental and observational methods, research design used was a completely randomized design (CRD). Tacks substrate type eggs are used as treatment, water hyacinth (Eicchornia crassipies), rafia rope and sugar falm fiber. Each treatment was repeated three times, so there are 9 units of the experiment. The parameters measured were the number of eggs,
hatchability and larval survival goldfish (Carassius auratus).
The results showed that the number of fertilized eggs on each substrate
goldfish obtained F count>F table then H0 is rejected, it means that there are
differences in the number of eggs on the substrate for all three treatments were used. Degree of hatching eggs goldfish sugar falm fiberbest is 63.70%, 61.20% and hyacinth rafia rope 45.79%. Water quality in this study have average values:
pH 7 and temperature of 28 0C.
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aceh Barat pada tanggal 13 Juni 1991. Anak pertama dari tiga bersaudara ini merupakan putra dari pasangan Bapak Syafran Marbun dan Ibu Nurhaliza Tanjung.
Penulis menamatkan pendidikan di SMA Al-AZHAR Medan dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 Penulis mengikuti perkuliahan dan aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Perairan (HIMASPERA), sebagai asisten praktikum Ekosistem Perairan Pesisir tahun 2010-2011, Biologi Perikanan dan Fisiologi Hewan Air tahun 2011-2013, Ikhtiologi tahun 2011-2013, di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pusat Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dari tanggal 12 Juli 2012–10 Agustus 2012. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan Menggunakan Berbagai Substrat”.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi dengan judul.
“Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan Menggunakan Berbagai Substrat”, yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari selesainya skiripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Syafran Marbun dan Ibu Nurhaliza Tanjung, yang penuh pengorbanan dalam membesarkan, curahan kasih sayang, dukungan moril maupun material serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta saudara saya Albram Bagasta dan Siti Haliza Putri terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Nurmatias, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan ilmu bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi M,Si dan Pindi Patana S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Universitas Sumatera Utara
(10)
Sumberdaya Perairan. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman MSP 2009 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya juga terima kasih kepada temanku Irmaya Pinta S.Pi yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.. Teman-teman yang setia baik suka maupun duka Dayu Kurniawan, Intan Iksaura Ginting, Fery Sitangang, Santi Nirmala Sari.
Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khusunya dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
Batasan Masalah ... 5
Perumusan Masalah ... 6
Hipotesis ... 6
Asumsi ... 6
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Mas Koki ... 7
Morfologi ... 7
Pakan ... 9
Proses Pemijahan ... 10
Substrat ... 12
Kualitas Air ... 13
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
Rancangan Percobaan ... 17
Prosedur Penelitian ... 17
a. Persiapan Media ... 17
b. Seleksi Induk ... 18
c. Pemberian Rangsangan ... 19
d. Pemijahan ... 19
e. Pengamatan Telur... 19
(12)
g. Pemeliharaan Larva ... 20
h. Pakan ... 20
i. Pendederan ... 21
Pengumpulan data ... 21
a. Penghitungan Telur ... 21
b. Daya Tetasan ... 22
c. Survival Larva ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ... 24
Pembahasan ... 26
Jumlah Telur ... 26
Derajad Penetasan ... 29
Kelangsungan Hidup ... 33
Kualitas Air ... 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36
Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
(13)
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Daya Tetas Telur Ikan Maskoki (Carrasius auratus) ... 24
2. Persentase Penetasan Telur Ikan Maskoki (Carrasius auratus) ... 24
3. Kelangsungan Hidup Larva Sampai Berumur 20 Hari ... 25
4. Kualitas Air (Suhu) dari Masing-Masing Perlakuan ... 25
(14)
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4
2. Ikan Maskoki Betina ... 8
3. Ikan Maskoki Jantan ... 9
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Data Jumlah Telur Ikan Maskoki(Carrasius auratus) ... 40
2. Persentase Penetasan Telur Ikan Maskoki ... 41
3. Kelangsungan Hidup Larva sampai Berumur 20 Hari ... 43
4. Foto Alat dan Bahan ... 44
5. Foto Pada Saat Penelitian ... 41
(16)
ABSTRAK
TOMMY PATRIA MARBUN. Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) Dengan Menggunakan Berbagai Substrat. Dibimbing oleh DARMA BAKTI dan NURMATIAS.
Pemijahan ikan mas koki dilakukan secara alami, sehingga keberhasilan pemijahannya masih rendah. Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat tempat meletakan telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis subsrat penempel telur yang memberikan pengaruh terbaik terhadap keberhasilan pemijahan ikan mas koki (Carassius auratus).
Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dan observasi, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Jenis substrat penempel telur yang dipakai sebagai perlakuan yaitu, eceng gondok (Eicchornia
crassipies), tali rafia dan Ijuk. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga
terdapat 9 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah jumlah telur, daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan mas koki (Carassius auratus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur yang dibuahi pada tiap substrat ikan mas koki didapat F hitung >F tabel maka H0 ditolak, ini artinya ada
perbedaan jumlah telur pada substrat untuk ketiga perlakuan yang digunakan. Derajad penetasan telur ikan mas koki yang terbaik adalah Ijuk 63,70%, Eceng gondok 61,20% dan tali rafia 45,79%. Kualitas air pada penelitian ini mempunyai nilai rata-rata: pH 7 dan suhu 280C.
(17)
ABSTRACT
TOMMY PATRIA MARBUN. Spawning goldfish (Carrasius auratus) By Using Various Substrates. Guided by DARMA BAKTI and NURMATIAS.
Goldfish spawning is done naturally, so the success of the nurseries are still low. The success of spawning is influenced by several factors, including the handling of aircraft, particularly in stimulating technological parent spawning, egg incubation and larval treatment. How that can be done to stimulate the provision of parent fish are egg laying substrate. This study aims to determine the type of engaging subsrat eggs that give the best effect on the success of spawning
goldfish (Carassius auratus).
This research uses experimental and observational methods, research design used was a completely randomized design (CRD). Tacks substrate type eggs are used as treatment, water hyacinth (Eicchornia crassipies), rafia rope and sugar falm fiber. Each treatment was repeated three times, so there are 9 units of the experiment. The parameters measured were the number of eggs,
hatchability and larval survival goldfish (Carassius auratus).
The results showed that the number of fertilized eggs on each substrate
goldfish obtained F count>F table then H0 is rejected, it means that there are
differences in the number of eggs on the substrate for all three treatments were used. Degree of hatching eggs goldfish sugar falm fiberbest is 63.70%, 61.20% and hyacinth rafia rope 45.79%. Water quality in this study have average values:
pH 7 and temperature of 28 0C.
(18)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pemasaran ikan hias memperlihatkan perkembangan yang cukup cerah. Hal ini dapat di lihat dari meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di masyarakat. Kondisi ini menimbulkan keinginan para pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan hias.
Budidaya ikan hias selama ini dianggap sebagai usaha sambilan, akan tetapi jika di lihat dari kebutuhan saat ini maka usaha budidaya ikan hias sangat bagus untuk dikembangkan sebagai penghasilan utama karena usahanya dapat memanfaatan pekarangan rumah atau lahan sempit.
Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan Maskoki (Carassius auratus). Ikan Maskoki merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar.
Ikan Maskoki merupakan ikan hias yang berasal dari Cina. Ikan ini disenangi oleh pengemar ikan hias baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itulah ikan hias Maskoki menjadi peluang usaha yang sangat bagus dan potensial untuk di budidayakan di Indonesia, sebab peminat dalam negeri cukup besar dan tidak kalah dengan peminat luar negeri, selain itu kondisi lingkungan sangat mendukung untuk usaha budidaya maupun pembenihan.
Bisnis ikan hias mampu memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan bagi kalangan pembudidaya ikan hias. Harganya yang cukup tinggi
(19)
dan perawatannya tidak terlalu rumit, budidaya ikan Maskoki tergolong mudah sehingga banyak para pembudidaya yang membudidayakan ikan ini.
Sampai saat ini pemijahan ikan Maskoki dilakukan secara alami, sehingga keberhasilan pemijahannya masih rendah. Kegagalan ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu kegagalan persiapan induk yang benar-benar matang gonad dan siap dipijahkan dan kegagalan dalam merangsang induk ovulasi. Sehingga pemijahan yang dilakukan tidak maksimal(Abdullah, 2007).
Melihat dari bentuk dan sifat dari ikan Maskoki banyak penggemar yang hobi memelihara ikan ini walaupun dengan harga yang cukup tinggi. Keberadaanya jenis ikan ini yang berkualitas di pasar masih sangat terbatas, disebabka pembudidaya hanya menginginkan jumlah yang banyak tanpa memperhatikan kualitas dari ikan Maskoki tersebut.
Usaha pembenihan sangat ditentukan oleh jenis induk yang dikawinkan, Untuk mendapatkan anak yang berkualitas diperlukan induk yang bagus, serta cara penanganan baik induk maupun bibit dan tidak kalah penting adalah manajemen pakan dan kualitas air.
Kualitas air yang deperlukan ikan Maskoki adalah pH = 7 dengan suhu air antara 27°C – 30°C. Ikan hias ini dapat dibudidayakan dalam bak semen atau akuarium maupun di kolam tanah asalkan airnya bersih dan ada substrat tempat melengketkan telur.
Melihat dari tingginya permintaan ikan Maskoki dan tidak perlunya penanganan kualitas air yang berlebihan serta masih terbatasnya pembudidayanya khususnya pembenihan yang menghasilkan bibit berkualitas. Keterbatasan ini
(20)
disebabkan oleh rendahnya ilmu pengetahuan dalam pemijahan ikan Maskoki sehingga pemijahan yang dilakukan tidak maksimal.
Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat tempat meletakan telur.
Ikan Maskoki untuk memijah membutuhkan substrat berbentuk benang halus tempat menempelkan telur Selama ini banyak substrat yang digunakan oleh pembudidaya ikan, namun dari berapa substrat yang diberikan belum dikatahui jenis substrat yang disukai oleh ikan Maskoki untuk meletakkan telurnya dengan maksimal. Bedasarkan itulah penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pemijahan Ikan Maskoki (Carrasius auratus) Dengan Menggunakan Substrat Yang Berbeda”
Pemilihan substrat yang tepat untuk pemijahan ikan Maskoki masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh para pembudidaya. Dengan tidak adanya pengetahuan yang baik tentang pemilihan substrat untuk pemijahan ikan Maskoki maka jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan Maskoki tersebut menjadi tidak maksimal dan berpengaruh terhadap daya tetas telur ikan Maskoki. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1
(21)
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Indukan Ikan Maskoki
Daya Tetas Jantan
Pemijahan
Media Penempel Telur
Eceng Gondok
Betina
Ijuk Tali Rafia
Jumlah Telur Kelangsungan Hidup
Substrat yang Terbaik untuk Pemijahan Ikan
(22)
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat substrat yang disukai oleh ikan Maskoki. Sedangkan secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui substrat yang disukai oleh ikan Maskoki berdasarkan jumlah telur yang menempel
b. Mengetahui derajat penetasan dan kelangsungan hidup pada larva waktu pendederan.
Manfaat Penelitian
Jika penelitian ini tercapai maka akan memberi manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan, masyarakat dan mahasiswa sendiri. Manfaat yang akan didapat adalah:
a. Bagi ilmu pengetahuan memberikan sumbangan pikiran tentang cara pembenihan ikan khususnya ikan Maskoki
b. Sebagai informasi dan pertimbangan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pembenihan ikan Maskoki
c. Bagi mahasiswa adalah memperluas cara berfikir mahasiswa dalam memberikan solusi pemecahan masalah pembenihan ikan khusus pebenihan ikan Maskoki
Batasan Masalah
Pemijahan atau pembenihan ikan merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari seleksi induk sampai pada benih ikan yang mempunyai nilai ekonomi. Mengingat banyaknya kegiatan pembenihan, maka data yang dikumpulkan hanya terbatas pada :
(23)
1. Jumlah telur yang menempel pada masing-masing substrat perlakkan. 2. Jumlah telur yang menetas pada masing-masing perlakukan
3. Kelangsungan hidup larva dari masing-masing perlakukan
Perumusan Masalah
Agar tujuan penelitian ini tercapai maka perlu dirumuskan masalah penelitian. Secara umum permasalahan penelitian ini akan melihat;
1. Apakah ada pengaruh jenis substrat terhadap jumlah telur yang menempel pada substrat.
2. Apakah ada pengaruh jenis substrat terhadap daya tetes telur
3. Apakah ada pengaruh jenis substrat terhadap kelangsungan hidup larva
Hipotesis
Dari uraian dan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Jenis substrat berpengaruh terhadap jumlah telur yang menempel pada substrat
2. Jenis substrat berpengaruh terhadap daya tetas telur ikan Maskoki 3. Jenis substrat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva
(24)
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Mas Koki
Ikan Maskoki (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Maskoki adalah ikan omnivora dan bertelur di dasar dengan jumlah lebih dari 1000 butir. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang tetap bersinar sampai sekarang. Awalnya bentuk ikan Maskoki seperti ikan Mas (Cyprinus carpio L), bedanya ikan Maskoki tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Kuncoro, 2009).
Ikan Maskoki diklasifikasikan menurut Axelroad dan Schultz (1983) dalam Martiadi, 2012.
Filum : Chordata Subfilum : Craniata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Ostheichthyes Superordo : Teleostei Ordo : Cyprysoidea Famili : Cypridae Genus : Carrasius
Spesies : Carrasius auratus Morfologi
Menurut ciri-ciri morfologinya ikan Mas koki, ikan ini diduga kuat merupakan hasil evolusi dari jenis crucian carp (Carassius carassius). Adapun ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan ikan Maskoki dengan carp adalah
(25)
tidak adanya sungut pada bagian mulut dan jumlah sisik linea lateralis atau garis lebih sedikit dibandingkan dengan crucian carp. Secara lami ikan Maskoki mempunyai habitat kolam berlumpur, bendungan dan sungai. Ikan ini termasuk omnivora, keadaan mulut yang dapat disembulkan dan struktur insang yang mirip gigi sisir memberi kemampuan untuk mengeluarkan objek yang tidak disukai. Ikan Maskoki ini dapat hidup pada suhu 28oC-34oC (Martiadi, 2012).
Ikan Maskoki mempunyai bentuk tubuh yang beragam dan juga memiliki warna kulit yang bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam, sampai keperak-perakan. Warna ikan Maskoki menunjukan keindahan ikan hias stersebut sehingga sering dijadikan salah satu komponen penting dalam proses seleksi kualitas induk. Warna tubuh ikan Maskoki ada yang terdiri dari satu macam warna saja dan ada pula yang merupakan gabungan dari beberapa warna (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Perbedaan Ikan betina dan ikan jantan. Ikan Betina memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pada bagian perut agak membesar
2. Bentuk dubur besar dan bulat, (Gambar. 2)
(26)
Ikan Jantan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Terdapat benjolan kecil warna putih pada tutup insang atau terkadang pada jari-jari pertama sirip dada, (Gambar. 3)
- Bentuk dubur oval dan kecil, (Yulidc, 2011).
Gambar 3. Ikan Maskoki Jantan
Pakan
Pakan merupakan factor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Dengan beralihnya kegiatan usha budidaya yang berawal memenuhi kebutuhan sendiri menjadi usaha komersial dan tradisional menjadi intensif, maka faktor penyediaan pakan menjadi faktor penentu dalam usaha budidya. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terlambat, akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan (Mardiah, 2009).
Berdasarkan sumbernya, pakan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Makanan alami adalah makanan yang terbentuk secara alamiah, baik di alam maupun lingkungan tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Sedangkan makanan buatan adalah makanan yang dibuat manusia
(27)
dengan bahan dan komposisi tertentu sesuai dengan kebutuhan. Menurut para ahli perikanan, penggunaan makanan alami lebih menguntungkan, karena dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan makanan buatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan gizi dari makanan alami yang lebih baik dan tidak menimbulkan penurunan kualitas air berupa pembusukan yang sering dialami jika menggunakan makanan buatan. Adanya proses pembusukan dari sisa makanan buatan didasar kolam, sering mengakibatkan timbulnya gas-gas beracun, penurunan kandungan oksigen yang larut didalam air dan meningkatkan serangan penyakit.
Daphnia sp. adalah merupakan salah satu pakan alami yang baik untuk larva ikan
air tawar, karena ukurannya sesuai bukaan mulut larva, mudah dicerna dan mempunyai kadar protein yang tinggi, kurang lebih 50% bobot kering. Umumnya Daphnia sp. dikultur dengan menggunakan kotoran ayam/sapi (Mokoginta dkk,2003).
Ikan Maskoki termasuk pemakan segalanya (omnivore), baik sumber pakan yang berasa dari nabati maupun hewani. Sumber pakan nabati berupa dedaunan dari tumbuhan air, sedangkan sumber pakan hewani berupa cacing sutra
(tubifex),dapnia, moina maupun jentik nyamuk. Berbagai bentuk pakan buatan
seperti flakes (serpihan kecil) bubuk maupun pelet (butiran) juga cocok untuk pemeliharaan Maskoki(Basuki, 2007 ).
Proses Pemijahan
Pemijahan Ikan Maskoki dilakukan oleh induk betina dengan melepaskan telur-telur secara bertahap selama periode tertentu dan kemudian dibuahi oleh sperma dari induk jantan. Pembuahan seperti yang dilakukan oleh Maskoki ini dikenal dengan istilah pembuahan eksternal, karena pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuh induk betina (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
(28)
Dalam pemijahan ikan hal yang pertama dilakukan adalah pemilihan induk. Induk yang dipilih harus cukup umur dan biasanya ukuran induk berkolerasi dengan umur. Kalau dipilih induk yang terlalu muda, selain telurnya belum cukup banyak, kematian larva dan benihnya akan sering dijumpai. Sebaliknya pemilihan induk yang terlalu tua, walaupun telurnya banyak, daya tetasnya biasanya kecil (Lesmana dan Dermawan, 2001).
Wadah pemijahan dapat berupa bak–bak kecil atau akuarium yang berukuran agak besar.Ukuran bak yang digunakan cukup sekitar 2x1 X 0.6 meter atau menggunakan akuarium yang mempunyai ukuran 0.8x0.4x0.4 meter agar lebih mudah dalam pengontrolan.
Masukkan ijuk atau tanaman air yang mengapung sebanyak 1/3 luas permukaan wadah sebagai tempat menempelnya telur. Bila wadah pemijahan telah disiapkan, maka pada pagi harinya dimasukkan ikan Maskoki yang sudah birahi.. Jumlah induk yang dimasukkan sebaiknya sepasang saja, karena Maskoki cenderung akan menghasilkan hasil yang lebih baik bila dipijahkan dengan perbandingan dengan satu ekor jantan dan satu ekor betina (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Masukkan induk ikan Maskoki yang akan dipijahkan, biasanya di waktu sore hari, kira-kira pukul 17.00 WIB .Pemantauan pemijahan perlu dilakukan untuk menghindari telur yang sudah dihasilkan di makan kembali oleh induk yang dalam kondisi lapar habis melakukan perkawinan. Segerakan induk diangkat jika proses perkawinan selesai, kembalikan induk ke dalam kolam induk (Palguna, 2011).
(29)
Substrat
Maskoki mempunyai sifat menempelkan telur (adhesif) pada benda-benda yang ada disekitarnya. Batu-batuan, rumput-rumputan maupun tanaman air lainnya dapat digunakan sebagai media tempat menempelkan telur. Jenis tanaman yang digunakan dalam pemijahan Maskoki adalah eceng gondok (Eichornia
crassipes) yang telah dibersihkan akarnya dari lumpur maupun kotoran lainnya.
Selain berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tanaman eceng gondok juga dapat menciptakan suasana romantis bagi Maskoki sehingga dapat mempercepat pemijahan.
Sebelum digunakan sebagai substrat penempel telur, tanaman eceng gondok di rendam dulu dengan menggunakan kalium permanganate selama beberapa menit untuk membunuh bibit penyakit maupun parasite yang ada.
Media lain yang biasa digunakan sebagai tempat menempelkan telur Maskoki adalah ijuk. Ijuk dapat dijepit dengan menggunakan bambu.Kadang-kadang peranan ijuk diganti dengan tali rafia yang sengaja diikat agar seratnya menjadi kecil-kecil dan halus.
Dibandingkan dengan ijuk ataupun tali rafia, penggunaan eceng gondok dapat memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu :
a. Akar tanaman eceng gondok yang menjulur ke dalam air akan memudahkan induk Maskoki untuk menempelkan telurnya. Dengan demikian jumlah telur yang dapat menempel akan lebih banyak, sehingga jumlah telur yang jatuh ke dasar akuarium dapat ditekan
b. Akar tanaman eceng gondok cukup lentur dan lunak sehingga dapat mencegah luka-luka pada tubuh induk Maskoki yang dipijahkan.
(30)
c. Daun tanaman eceng gondok yang cukup lebat akan mampu melindungi telur dan benih Maskoki yang masih peka terhadap derasnya hujan maupun teriknya sinar matahari (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Kualitas air
Kualitas air untuk budidaya sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain suhu, kandungan O2 terlarut, CO2 bebas, pH, NH3, alkalinitas, dan NO2.
Setiap faktor kualitas air tersebut dapat saling berinteraksi dengan parameter lain, sehingga dapat menyebabkan adanya perubahan terhadap kondisi air. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan monitoring terhadap kualitas air secara berkesinambungan karena tidak hanya sekedar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan (reproduksi), tetapi juga kelangsungan hidup ikan (Nugroho,dkk,2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air secara umum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor yaitu faktor fisika (physical factors), kimia(chemical factors) dan biologi (biological factors).
1. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisika yang dapat mempengaruhi kualitas air terutamaadalah cahaya, suhu, densitas air (berat jenis air = BJ), kekeruhan, kecerahan,dan warna air, salinitas dan daya hantar listrik (DHL).
2. Faktor chemis
Faktor kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air terutama adalahAlkalinitas, Kesadahan, pH, DO, COD, nitrat, nitrit, fosfat, amoniak dansebagainya. Alkalinitas merupakan kumpulan anion di dalam air
(31)
yangmenggambarkan kapasitas air sebagai buffer. Satuan alkalinitas dalam mg/Lyang dinyatakan ekivalen dengan CaCO3.
Setiap organisme hidup pastimembutuhkan oksigen untuk respirasi dan akan digunakan dalam prosesmetabolisme untuk merombak bahan organik yang dimakan menjadi sarimakanan yang dimanfaatkan sebagai energi untuk tumbuh berkembang dan bergerak serta CO2 dan H2O sebagai hasil akhirnya/buangannya. DO yang idealuntuk pertumbuhan dan perkembangan organisame yang dipelihara adalah di atas 5 ppm. Ikan akan mati bila dibiarkan lama pada DO dibawah 1 ppm, namun pertumbuhannya lambat bila dipelihara dalamkolam yang DO nya berkisar antara 1-3 ppm. Besarnya kandungan oksigenterlarut di dalam air dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain cuaca,kepadatanfitoplankton, siang dan malam dan dinamika kehidupan organisme yang ada didalamnya.
3. Faktor Biologis
Parameter kualitas air yang termasuk dalam faktor biologis adalah keberadaan fitoplankton, zooplankton, bentuk organisme baik tumbuhan maupun hewannya serta tanaman besar (macrophyte) yang tumbuh di dalam atau pun di sekitar perairan. Keberadaan organisme air ini sangat ditentukanoleh faktor fisika maupun faktor kimia airnya. Namun dari semua parameter kualitas air ini,tumbuhan air merupakan faktor ekologi yang dominan dalam suatu kolam ikan, karena tumbuhan air ini merupakan sumber makanan primer
bagi kehidupan hewan air lainnya. Tumbuhan air merupakan dasar utama dalam rantai makanan di kolam. Dalam kolam intensif, tanaman air memang kurang berperan dalam penyediaan makanan guna meningkatkan produksi kolam,
(32)
namun dengan pemberian makanan tambahan pertumbuhan tanaman air ini akan cepat meningkat. Meskipun aerasi digunakan secara intensif, namun tanaman air tetap merupakan sumber terbesar dalam memproduksi oksigen terlarut dalam kolam melalui proses fotosintesis. Demikian pula sebaliknya, untuk respirsi tanaman air juga merupakan pengkonsumsi oksigen terbesar dalam kolam. Tanaman air yang diinginkan tumbuh dalam kolam adalah fitoplankton, namun bila air kolam jernih, maka tanaman air yang banyak tumbuh adalah bentuk alga dan tanaman macrophytelainnya. Padatnya tumbuhan fitoplankton, bentuk alga maupun macrophyte dapat menyebabkan kekurangan oksigen (oxygen depretion) (Syafriadiman,2009).
(33)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Suamatera Utara
Bahan dan Alat
Dalam melaksanakan penelitian ini akan mengunakan beberapa bahan dan alat. Bahan yang akan digunakan adalah induk ikan koki, deterjen untuk pembersihan media dan eceng gondok, tali rafia berwarna hitam dengan tujuan agar sama dengan substrat yang lain dan ijuk sebagai media uji tempat menempelnya telur ikan Maskoki dengan panjang 20 cm.
Sedangkan peralatan yang akan digunakan untuk melihat kualitas air adalah : akuarium dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm, aerator untuk menambah kandungan oksigen dalam air, termometer untuk mengukur suhu (0C), pH meter untuk mengukur keasaman air, heater untuk menjaga fluktuasi suhu air, pipet untuk mengambil larva maupun telur yang tidak menetas dan peralatan lainnya seperti, tangguk untuk menangkap induk dan larva, timbangan untuk menimbang induk sebelum dan sesudah memijah, serta alat-alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dan observasi. Metode eksperiman yaitu mempertemukan induk jatan dan betina yang sudah matang dalam satu media pengamatan, sedangkan obesrvasi mengamati secara langsung dari seluruh kegiatan pemijahan dan pendederan.
(34)
a
Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Perlakuan A = substrat eceng gondok Perlakuan B = substrat tali plastik Perlakuan C = substrat ijuk
Penempatan perlakuan di setiap media di lakukan secara acak pada akuarium yang telah dipersiapkan. Susunan substrat dari masing masing perlakukan dan ulangan dapat dilihat pada (Gambar. 4):
aquarium 1 akuarium 2 akurium 3
Gambar 4. Letak Substrat Uji, a. eceng gondok, b. tali plastik, dan c. ijuk
Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap pemenihan mulai dari pembersihan media, seleksi induk sampai pada pendederan. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam pembenihan ikan Maskoki adalah:
a. Persiapan Media
Akurium yang akan digunakan terlebih dahulu di cuci bersih mengunakan deterjen, kemudian dikeringkan selama 24 jam. Setelah kering media dimasukan air dengan ketinggian 20 cm. Air yang digunakan berasal dari sumur dalam yang
c
a
b b
c
a
c
a b
(35)
jernih dengan asumsi bahwa air sumur yang diambil tidak mengandung zat-zat berbahaya.
Substrat tempat melengketnya telur mengunakan tumbuhan enceng gondok, tali rafia dan ijuk.Ukurang panjang substrat yang digunakan adalah 20 cm. Substrat yang akan digunakan terlebih dahulu direndam selama 24 jam dengan kalium permanganat (PK). Tujuannya adalah untuk membasmi hama dan penyakit yang menempel pada substrat.
Akuarium yang sudah bersih dan di isi air diberi aerator dengan satu titik disetiap akuarium. Biarkan aerator mengaduk air dalam akuarium selama 48 jam. Setelah diaduk selama 48 jam masukan media uji (eceng gondok, tali rafia dan ijuk) kedalam akuarium.
b. Seleksi Induk
Induk yang akan digunakan adalah induk matang gonad yang dibeli di kolam penangkaran di desa Bakaran Batu, kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Ciri-ciri induk matang gonad adalah: untuk induk betina; perutnya membuncit kebawah dan lunak, urogenital berwarna merah bata dan agak menjulur keluar, pergerakannya lamban dan tidak ada cacat. Sedangkan induk jantan yang matang gonad adalah: perut besar lunak, jika ditekan bagian perut akan mengeluarkan sperma berwarna putih dan tidak cacat.
Ukuran induk yang akan dipijahkan diusahakan berukuran sama, maksudnya adalah supaya jumlah telur dan sperma seimbang dan diharapkan dengan ukuran yang sama tidak terjadi perkelahian sebelum pemijahan.
(36)
Perbandingan induk yang akan dipijahkan adalah 4 : 2. Induk jantan 4 dan induk dan induk betina 2. Hal ini bertujuan agar jumlah sperma dapat membuahi seluruh jumlah telur yang di dikeluarkan induk betina dengan harapan derajat penetasan menjadi lebih tinggi sehingga pemijahan menjadi lebih maksimal.
c. Pemberian Rangsangan
Untuk terjadinya ovulasi (keluarnya telur/sperma) perlu ada rangsangan, rangsangan yang akandiberikan pada induk hanya berupa pemberian substrat tempet melengketkan telur, lawan jenis yang seimbang dan pengaturan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan saat pemijahan, seperti suhu, kandungan oksigen, ketenangan dan cahaya.
Selama pemijahan tidak ada pemberian hormon kepada induk betina maupun induk jantan baik melalui pakan maupun suntikan yang dapat merangsang ikan melakukan ovulasi
d. Pemijahan
Induk yang telah dimasukan dalam media secara berpasangan diharapkan akan memijah pada malam hari. Jika terjadi pemijahan maka pada pagi hari induk akan ditangkap dan diasingkan pada akuarium penampungan, sedangkan telur akan dieramkan dalam akuarium sesuai dengan perlakuan dan ulangan, telur yang dierami dibiarkan dalam akuarium sampai menetas.
e. Pengamatan telur
Telur yang sudah menempel maupun yang berserakan didasar akurium akan diamatiperkembangannya. Jika telur yang ada terserang oleh jamur maka telur akan diambil dan dibuang.Pengamatan telur dilakukan setiap hari. Tujuannya agar tidak terjadi penyerangan ke telur yang lain.
(37)
Dilakukan penghitungan jumlah telur yang keluar secara keseluruhan, maupun jumlah telur yang terbuahi, dan jumlah telur yang menetas. Penghitungannya dapat dilihat ada sub bab pengumpulan data.
f. Penetasan
Telur yang sudah terbuahi akan menetas 42 jam setelah terjadi pemijahan. Telur yang sudah menetas dibiarkan menempel pada akar eceng gondok. Akar eceng gondok akan diangkat dari media jika larva sudah tidak lengket di akar atau menebar di dasar akuarium.
Untuk menguangi infeksi oleh pathogen telur yang tidak menetas akan dibuang.cara yang dilakukan adalah telur yang tidak menetas tersebut di ambil dengan mengunakan pipet.
g. Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas sampai habis kuning telur di dalam tubuh ikan maka masa ini dinamakan masa larva. Pada saat ini yang harus dikontrol adalah kualitas air, baik oksigen mapun perbedaan suhu antara siang dan malam dan derajat keasaman air.
Langkah yang ditempuh adalah menjaga aerator agar jangan mati, memberi heter yang dapat menjaga suhu media di setiap akuarium, sedangkan menjaga derajat keasaman melakukan pergantian air sebanyak sepertiga dari jumlah air yang ada setiap dua hari sekali.
h. Pakan
Sejak telur menetas sampai tiga hari larva tidak diberi pakan. Larva baru diberi pakan setelah berumur tiga hari, pakan yang diberikan adalah kutu air
(38)
(Dhapnia sp). Frekuensi pemberian pakan kutu air (Dhapnia sp) adalah dua kali sehari yaitu pagi jam 08.00 WIB dan sore jam 16.30 WIB.
Frekuensi pemberian kutu air dilakukan dengan cara memberi sebanyak mungkin (edlibithum) dengan harapan larva akan makan sekenyang-kenyangnya.Untuk menjaga kualitas air maka dilakukan pembuangan kotoran larva dengan cara menyipon setiap pagi dan sore, dan pergantian air seper tiga setiap hari.
Setelah berumur 12 hari, bibit ini diberi pakan dengan cacing sutera, pemberiannya seperti pemberian kutu air (edlibithum). Pemberian cacing sampai berumur 20 hari, setelah berumur 20 hari keatas itu bibit diberi pakan pelet ukuran kecil < 1 mili.
i. Pendederan
Ikan yang sudah dapat memakan makanan dari luar tubuh disebut dengan post larva. Pada masa ini dikenal dengan masa pendederan. Pendederan yang akan dilakukan adalah pendederan pertama yaitu sejak bibit di kuning telur sampai memakan kutu air, pendederan kedua adalah masa pemberian cacing sutra dan pendederan ke tiga adalah semenjak benih di beri pakan pelet sampai bibit di jual.
Pengumpulan Data a. Penghitungan Telur
Telur yang menempel pada masing-masing substrat penelitian dihitung dengan mengunakan translit. Translit adalah media yang dibuat berukuran kecil yang akan dikonversikan secara keseluruhan pada substrat perlakukan.
(39)
Cara menghitung telur yang ada dalam substrat adalah dengan cara akar eceng gondok, tali rafia dan ijuk secara bergantian diletakan dalam suatu wadah berukuran 5 x 20 cm. Pada wadah berukuran 5 x 20 tersebut, masukan aalat ukur alat translit yang terbuat dari plastik transparan ukuran 2 x 2 cm.
Translit tersebut dilempar secara acak padaa substrat perlakukan yang telah berisi telur. Pelempaaran secara acak dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Setelah dilempar secara acak, maka dilakukan penghitungan jumlah telur yang tertutup oleh alat translit. Hitung rata-rata telur dari ulangan. Jumlah inilah yang menjadi jumlah ]enghitungan telur secara keseluruhan pada substrat. Untuk lebih jelasnya adalah. Jumlah rata-rata telur yang tertutup alat tranlit dikalikan dengan luas substrat lalu dibagi dengan luas translit.
b. Daya Tetasan
Derajat penetasan adalah jumlah telur yang menetas dalam persen. Perhitungan dilakukan dua hari setelah penetasan. Hal ini dilakukan kerena pada hari kedua larva sudah lepas dari sustrat. Untuk mengetahui persentase penetasan mengunakan translit, cara yang dilakukan adalah menghitung jumlah ikan yang menetas dengan cara. aduk media secara merata, kemudian ambil air yang sudah di aduk sebanyak 500 ml, lalu hitung jumlah larva yang ada dalam air. Lakukan perhitungan sebanyak tiga kali, menggunakan rumus (Fajrin, 2012)
x100% Telur
Seluruh Jumlah
Menetas Telur
Jumlah Tetas
Daya =
c. Survival Larva
Survival larva adalah perentase larva yang hidup selama pemeliharaan larva. Cara penghitungan adalah jumlah larva yang hidup di kali 100% di bagi
(40)
jumlah larva keseluruhan saat menghitung persentase penetasan, menggunkan rumus, (Fajrin, 2012 )
x100% Larva
Seluruh Jumlah
Hidup Larva Jumlah Rate
Survival =
Analisis Data
Hasil pengamatan dari masing-masing perlakaukan ditabulasi kedalam bentuk tabel secara menyeluruh, sehingga dapat mengetahui substrat yang disukai oleh ikan Maskoki.
Data yang dikumpul kemudian dianalisis dengan uji statistik Anova. Uji statistik ini untuk mengatahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Untuk membahas perlakuan ini maka hasil analisis ini akan di diskripsikan dengan data lain. Tujuannya adalah guna melihat hubungan dari beberapa indikator yang diamati dengan perlakuan penelitian.
(41)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap daya tetas telur ikan Maskoki (Carrasius auratus) dengan menggunakan substrat eceng gondok, tali rafia dan ijuk maka diketahui bahwa jumlah telur yang menempel pada masing-masing substrat serta persentase penetasan telur (hatching rate) tidak sama disetiap perlakuan, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1. Daya Tetas Telur Ikan Maskoki (Carrasius auratus)
Perlakuan Ulangan Jumlah telur
(Substrat)
Jumlah Larva
Eceng Gondok 1
2 3 1.750 1.125 1.275 1.138 825 589
Jumlah 4150 2552
Tali Rafia 1
2 3 175 121 132 55 63 78
Jumlah 428 196
Ijuk 1 2 3 725 525 575 496 368 303
Jumlah 1825 1167
Jumlah telur terbanyak yang menempel pada perlakuan eceng gondok yaitu 4150 butir, ijuk 1825 butir dan terendah tali rafia 428 butir, sedangkan daya tetas tertinggi terdapat pada perlakukan ijuk 63,70%, eceng gondok 61,20% dan tali rapia 45,79%, hasil daya tetas dapat dilihat pada Tabel 2.
(42)
Tabel 2. Persentase Penetasan Telur ikan Maskoki (Carrasius auratus)
Perlakuan
Ulangan
1 2 3
Jumlah Rata-rata
Eceng Gondok 65.03 73.33 46.20
185.56 61.52
Tali Rafia 31.43 52.07 59.09 142.59 47.53
Ijuk 68.41 70.10 52.70 191.21 63.73
Kelangsungan hidup larva ikan Maskoki yang dipelihara selama 20 hari atau sampai berukuran benih dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kelangsungan hidup larva sampai berumur 20 hari
Perlakuan Ulangan Kelangsungan
hidup larva
Jumlah larva (%)
Eceng Gondok 1
2 3 835 513 275 51.4 31,4 16,9
Jumlah 1623 33,23
Tali Rafia 1
2 3 25 28 32 29,4 32,9 37,6
Jumlah 85 33.30
Ijuk 1
2 3 234 156 172 41,6 27,7 30,6
Jumlah 562 33.30
Kualitas air sangat menentukan usaha perikanan, kualitas air yang diamati selama penelitian adalah derajad keasaman atau pH dan suhu. Kualitas air hanya diambil pada saat pemijahan, penetasan sampai ukuran larva. Pengamatan kualitas adi dilakukan pada pagi dan siang hari, selama 5 hari, terhitung dari tanggal 07 April 2014 sampai dengan 11 April 2014. Data kualitas air dapat dilihat pada Table 4.
(43)
Tabel 4. Kualitas air (Suhu) dari masing-masing perlakuan Pengamatan
Hari Waktu
Suhu (0C)
Eceng Gondok Tali rafia Kakaban (Ijuk)
Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pagi 25 25 25 25 26 26 26 26 26
Siang 26 26 26 26 25 26 26 26 26
Pagi 25 25 25 26 26 25 25 26 26
Siang 27 27 28 27 27 27 28 27 27
Pagi 25 25 25 25 26 26 26 26 26
Siang 27 27 27 28 27 28 28 27 28
Pagi 25 25 25 25 25 26 25 26 26
Siang 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Pagi 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Siang 26 26 27 27 27 27 27 28 28
Tabel 5. Kualitas air (pH) dari masing-masing perlakuan
Pengamatan
pH
Eceng Gondok Tali rafia Kakaban (Ijuk)
Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pagi 7.0 7.0 7.0 7.0 7.3 7.3 7.2 7.2 7.2
Siang 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.4 7.1 7.1 7.1
Pagi 7.5 7.5 7.5 7.6 7.6 7.5 7.5 7.5 8.0
Siang 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5
Pagi 7.5 7.5 7.5 7.5 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6
Siang 7.7 7.7 7.7 7.8 7.7 7.8 7.8 7.7 7.8
Pagi 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.6 7.5 7.6 7.6
Siang 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 27
Pagi 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5
Siang 7.6 7.6 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.8 7.8
Pembahasan Jumlah Telur
Jika dilihat dari hasil pengamatan, ikan mas koki lebih cenderung meletakan telurnya pada eceng gondok yaitu mencapai 4150 butir, kemudian di ikuti dengan ijuk sebanyak 1825 butir dan terendah pada tali rafia hanya 428 butir. Hasil analisis anova dapat dilihat pada lampiran 1.
(44)
Tingginya jumlah telur pada eceng gondok disebabkan akar tanaman eceng gondok yang menjulur ke dalam air akan memudahkan induk Maskoki untuk menempelkan telurnya. Dengan demikian jumlah telur yang dapat menempel akan lebih banyak, sehingga jumlah telur yang jatuh ke dasar akuarium dapat diminimaalkan Akar tanaman eceng gondok cukup lentur dan lunak sehingga dapat mencegah benturan fisik dari telur berupa luka-luka telur maupun pada tubuh induk Maskoki yang dipijahkan.
Daun tanaman eceng gondok yang cukup lebat secara instink ikan mampu melindungi telur dari sinar matahari secra langsung karena pada paase ini telur masih peka terhadap suhu teriknya sinar matahari.
Hasil pengamatan sebelum pemijahan ikan lebih suka berada di substrat halus, hal ini dapat dilihat ketika induk ikan yang sudah diberok setelah dipijahkan, dan ketika induk ikan dimasukan secara bersamaan, induk ikan lebih banyak berada di dalam gumpalan akar eceng gondok dan tali rafia.
Kebiasaan induk ikan setelah dimasukkan berpasangan dalam akuarium adalahinduk ikan jantan lebih banyak membersihkan akar eceng gondok dan tali rafia, sedangkan induk betina lebih banyak berada di akar eceng gondok tersebut dan hanya sekali-kali berada di tali rafia dan ijuk.
Pengamatan saat melepaskan induk secara bersamaan ke dalam akuarium terlihat bahwa kesukaan induk bermain telur tidak mempengaruhi daya tetas telur. Hal ini terbukti bahwa kesukaan induk bermain di eceng gondok, namun daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan ikjuk.
Menurut Kjakson dalam Fajrin (2012) kebiasaan memijah ikan adalah ikan jantan yang secara aktif mengejar ikan betina dan membawa ikan betina kepada
(45)
substrat yang telah dibersihkan ikan jantan, kemudian ikan betina akan melemparkan telur kepada substrat yang sudah bersih dan lebih padat, lalu ikan jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur yang sudah lengket di substrat.
Hasil pengamatan dan teori Fajrin (2012) dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya jumlah telur yang menempel pada substrat dipengaruhi oleh kebersihan dan jumlah lembaran serabut tempat menempel telur, semakin banyak substrat semakin tinggi jumlah telur yang menempel, selain itu juga dipengaruhi posisi substrat. Substrat yang terjulai ke bawah lebih disukai dan mudah di tempel oleh telur. Ikan betina lebih banyak meletakan telur pada substrat yang bersih baik bersih secara alami maupun bersih setelah di bersihkan oleh ikan jantan.
Hasil pengamatan terlihat bahwa substrat eceng gondok yang bersih dan terjulai kebawah lebih disukai oleh ikan betina untuk meletakkan telurnya. Karena selain bersih, lebar dan terjulai kebawah kesukaan induk betina juga dipegaruhi oleh kehalusan substrat dan kandungan oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinjal (2011), mengatakan bahwa jumlah telur ikan mas yang menempel di hydrilla sp 1.9 kali lebih banyak dari pada di kakaban (ijuk), ini disebabkan oleh perbedaan kandungan oksigen terlarut di dalam air. Kandungan oksigen di lokasi hydrilla splebih tinggi jika di bandingkan di lokasi ijuk. Inilah yang menyebabkan induk ikan betina lebih suka meletakkan telurnya di hydrilla sp.
Selain faktor tersebut di atas tingginya jumlah telur pada eceng gondok juga disebabkan karena akar eceng gondok memiliki tekstur yang lembut sehingga pada saat ikan melepaskan telur dan akan menempel di substrat, telur tersebut
(46)
tidak mendapatkan tekanan fisik seperti melukai telur maupun melukai induk ikan saat memijah. Berdasarkan penelitian Liviawaty dan Afrianto (1990), menyatakan bahwa eceng gondok selain berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tanaman eceng gondok juga dapat menciptakan suasana romantik bagi ikan mas koki sehingga dapat mempercepat pemijahan.
Selanjutnya dipertegas oleh Penyuluh Kelautan dan Perikanan (2011) bahwa tanaman eceng gondok sangat disukai induk Maskoki untuk melekatkan telur karena perakarannya mudah bergerak, rimbun dan panjang menjuntai serta bersih dan lembut. Substrat penempel telur dengan menggunakan eceng gondok
(E. crassipies) memiliki nilai fertilitas tertinggi, hal ini diduga karena akar yang
menjulur ke bawah, rimbun, lentur, halus, dan menggantung di dalam air memudahkan induk untuk menempelkan telur-telurnya sehingga jumlah telur yang jatuh ke dasar akuarium dapat berkurang. Selain itu substrat eceng gondok
(E. crassipies) tidak menyebabkan terjadinya luka-luka pada tubuh induk ketika
bergerak menempelkan telurnya pada substrat.
Penggunaan tali rafia sebagai substrat penempel telur memiliki fertilitas paling rendah. Hal ini diduga karena substrat dengan menggunakan tali rafia sangat licin, sehingga ikan mas koki sulit untuk menempelkan telurnya pada substrat. Selian itu tali rafia juga bersifat magnet yang dapat mengikat partikel atau pun kotoran – kotoran yang terdapat pada akuarium, dengan demikian besar kemungkinan mikrofil telur dapat dimasuki oleh pertikel ataupun tertutup dan akan sulit dimasuki oleh sperma. Inilah saalah satu yang menyebabkan telur tidak terjaadi pembuahan. Selain itu, induk ikan mas koki merasa tidak nyaman dengan substrat yang terbuat dari bahan sintetis dan mengandung zat kimia yang
(47)
mengeluarkaan aroma menyengat yang tidak disukai oleh induk ikan. Zat kimia yang terdapat pada tali rafia juga dapat menghambat perkembangan embrio pada masa inkubasi. (Anonim, 2010) dalam (Wahyuningsih, 2012).
Hasil pengamatan menunjukan bahwa telur yang menempel pada substrat dipengaruhi oleh tekstur dan posisi substrat. Hal ini sesuai dengan analisis varian (Anova) menunjukkan bahwa jumlah telur mas koki yang menempeldisetiap subsrat tidak sama. Hasil penghitungan diketahui bahwa F hitung >F tabel
(29.93>5.14) maka H0 ditolak, ini artinya menunjukkan ada perbedaan jumlah
telur yang menempel pada substrat untuk ketiga perlakuan yang digunakan.
Analisis ini menyimpulkan bahwa jumlah telur yang menempel pada substrat dipengaruhui oleh tekstur dan posisi substrat. Induk ikan betina lebih suka meletakan telurnya di substrat yang ber tekstur halus, bersih dan terjulai kebawah, sedangkan rendahnya jumlah telur yang ada di tali rafia disebabkan oleh posisi tali rafia hanya berada di permukaan dan licin. Tingginya jumlah telur yang menempel pada eceng gondok dan ijuk disebabkan tekstur dan bentuknya menyebar ke bawah.
Derajad Penetasan
Kalau diamati dari derajat penetasan terlihat bahwa persentase penetasan tertinggi terdapat pada perlakuan ijuk, kemudian di ikuti oleh eceng gondok dan tali rafia. Walau persentase penetasan di ijuk lebih tinggi namun karena jumlah telur di eceng gondok tinggi maka jumlah larva yang dihasilkan eceng gondok jauh lebih banyak.
Tinggi rendahnya derajat penetasan sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya persentase pembuahan, faktor lingkungan dan hama penyakit. Faktor
(48)
pembuhan sangat ditentukan oleh seberapa banyak telur yang dapat di buahi oleh sperma, semakin banyak telur yang dibuahi oleh sperma semakin tinggi daya tetasnya dan sebaliknya. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi seperti daya tetas , kualitas air, air yang kurang oksigen dan asam juga akan mempengaruhi daya tetas telur. Begitu juga dengan hama penyakit biasanya hama penyakit berhubungan erat dengan kualitas air. Air yang jelek mengambat pertumbuhan embrio dan akan memudahkan patogen menyerang telur tersebut.
Sedangkan menurut Lely dan Stacy (1983) kegagalan pemijahan ikan Maskoki dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya masa birahi akibat kekurangan rangsangan yang tepat, kondisi induk ikan mas koki yang belum cukup matang gonad meskipun didukung oleh faktor eksternal yang cukup. Faktor internal yang utama adalah tingkat kematangan gonad ikan itu sendiri. Faktor eksternal berupa lingkungan seperti faktor fisika (cahaya, suhu, arus), faktor kimia (pH, kelarutan oksigen, hormon) dan faktor biologis (lawan jenis).
Sedangkan menurut (Affandi dan Tang,) diacu oleh Zairin (2005), penetasan telur dipengaruhi oleh faktor internal berupa kerja hormone dan volume kuning telur serta faktor eksternal berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas cahaya.
Derajad penetasan telur ikan mas koki yang terbaik terdapat pada perlakuan ijuk 63.96%, eceng gondok 61,49% dan terendah tali rapia 45.79%. Derajad penetasan pada tali rafia dikatagorikan rendah sesuai pendapat Priyono di acu oleh Hijriyati (2012) melaporkan bahwa derajat penetasan dengan nilai 30%-50% adalah dianggap rendah.
(49)
Kalau diamati bahwa daya tetas pada perlakuan ijuk (63,71) menunjukan lebih tinggi jika dibandingkan dengan eceng gondok (61,52%). Tingginya jumlah penetasan tersebut diduga akibat banyaknya telur yang terbuahi oleh sperma. Peluang telur yang lengket pada ijuk lebih tinggi terbuahi jika dibandingkan di tali rapia dan eceng gondok. Hal ini disebabkan oleh kerengangan antar ijuk cukup luas sehingga sperma tidak mendapat hambatan oleh substrat untuk membuahi telur, sedangkan tali rafia dan eceng gondok cukup padat sehingga sperma mendapat hambatan untuk membuahi telur. Hasil analisis anova apat dilihat pada lampiran 2.
Hambatan yang dimaksud adalah ketika sperma di keluarkan oleh induk jantan, maka sperma akan bergerak mencari telur akibat dorongan ekor sperma. Ketika pergerkan tersebut mendapat halangan maka sperma tersebut akan membelokan bahkan melemahkan tenaga untuk bergerak, akibatnya sperma mati sebelum sempat membuahi telur. Faktor inilah yang menyebabkan rendahnya daya tetas dari substrat tali rafia dan eceng gondok.
Rendahnya derajat penetasan pada tali rafia selain faktor seperti diatas mungkin disebabkan oleh kotornya tali rafia sehingga telur diserang oleh pathogen akibatnya telur tidak bisa menetas. Menurut Widiyati (1992) telur yang telah dibuahi akan berkembang dan menetas dengan normal jika didukung oleh kondisi lingkungan yang baik, lingkungan dimaksud antara lain, kadar oksigen yang cukup, suhu yang sesuai dan air bersih yang bebas mikroorganisme yang dapat mematikan telur.
Menurut Wahyuningsih (2012)rendahnya daya tetas telur pada substrat tali rafia diduga karena tidak semua telur yang telah dikeluarkan oleh induk ikan
(50)
dapat menetas menjadi larva. Substrat tali rafia bahannya tidak alami, bertekstur licin, dan mengandung zat kimia dari gugusan polyamida karena bahannya berasal dari nylon, polyolefin, polyester. Kandungan zat kimia yang terdapat pada tali rafia dapat menghambat perkembangan embrio pada masa inkubasi telur. Pada substrat tali rafia telur yang dihasilkan oleh induk ikan Maskoki banyak yang jatuh pada dasar akuarium, sehingga telur tidak dapat terbuahi dengan sempurna akibatnya perkembangan embrio menjadi lemah dan telur tidak dapat menetas.
Menurut Bobe dan Lobbe (2010) daya tetas telur ikan dipengaruhi oleh kualitas pemijahan yaitu pertemuan seperma dan telur, penanganan atau manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stress dan kondisi lingkungan seperti suhu dan lama pencahayaan.
Kualitas air sangat besar pengaruhnya dalam penetasan telur karena sifat telur yang pasif menerima apa adanya kondisi lingkungan. Perubahan kualitas air yang mempengaruhi daya tetas adalah oksigen terlarut dan mikroorganisme. Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur perairan, serta tindakan perlakuan pemindahan telur dapat menyebabkan viabilitas telur menjadi menurun sehingga bisa menurunkan derajat penetasan dan abnormalitas larva yang baru menetas (Effendi, 2004).
Hasil analisis variansi (anova) menunjukkan bahwa F hitung<F tabel
(1.412<5.14) Ho diterima, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan tidak memberikan efek yang signifikansi terhadap daya tetas telur ikan mas koki
(Carrasius auratus).Analisis ini menyimpulkan bahwa dari ketiga perlakuan
substrat menunjukkan bahwa daya tetas telur ikan Maskoki di ijuk lebih baik di tali rafia, namun interaksi antara tiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata,
(51)
karena telur yang terbuahi memiliki peluang menetas yang cukup besar. Akan tetapi hasil penelitian jumlah telur yang terbuahi sangat rendah maka dengan demikian derajat penetasan juga menghasilkan jumlah larva sedikit.
Kelangsungan Hidup
Larva adalah berupa anak ikan yang baru menetas bentuk dan kondisinya masih belum sempurna seperti induknya. Larva Maskoki yang telah berumur dua hari, akan tampak seperti jarum. Selama lima hari setelah penetasan fase pertama dalam hidupnya larva tersebut tidak diberi makanan tambahan, sebab masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan makanan. Pemberian makanan dilakukan setelah berusia enam hari karena cadangan makan mualai habis dan larva mulai beradaptasi serta akan mencari makanan disekelilingnya.
Makanan yang diberikan pada awalnya berupa makanan alami dan buatan, berupa kutu air dan kuning telur yang disaring. Setelah umur 2 minggu ikan diberi pakan cacing sutra dengan cara di potong-potong (cincang). Tujuannya agar cacing yang diberikan dapat dimakan oleh larva tersebut, karena makanan yang diberikan harus berukuran kecil sesuai dengan besarnya bukaan mulut ikan tersebut.
Kelangsungan hidup larva ikan Maskoki hingga berukuran benih atau berumur 20 hari adalah: substrat eceng gondok 33,23%, sedangkan perlakuan tali rapia dan ijuk 33.30%. Walau kelangsungan hidup pada perlakuan tali rafia dan ijuk mencapai 33,30%, namun jumlah larva dari masing-masing perlakuan masih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan eceng gondok. Hasil analisis anova dapat dilihat pada lampiaran 3.
(52)
Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan tali rafia dan ijuk disebabkan oleh pengaruh padat tebar. Semakin tinggi padat tebar ikan semakin tinggi kompetisi dari makluk hidup yang ada di dalammnya, seperti kompetisi oksigen, makanan dan mudahnya makluk hidup di serang parasit, serta mempercepat penurunan kualitas air.
Rendahnya kelangsungan hidup pada perlakuan eceng gondok disebabkan oleh faktor padat tebar tinggi, sehingga kualitas air cepat menurun, oksigen berkurang, selera makan ikan rendah, sehingga ikan lemah dan mudah diserang oleh pathogen, akibatnya ikan akan lemah dan lama kelamaan akan mati. Pendapat ini di dukung oleh Nurmatias (1992) bahwa kematian ikan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kualitas air, kondisi ikan. Ikan yang lemah akibat turunnya kualitas air akan memudahkan parasit menyerang ikan tersebut. Umumnya pada masa larva, kematian ikan disebabkan oleh makanan yang kurang tepat, kualitas air rendah sehingga menurunkan stamina ikan, akibatnya ikan mudah diserang parasit.
Hasil analisis variansi (anova) menunjukkan F hitung>F tabel(7.680 > 5.14)
Ho ditolak, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan memberikan efek yang signifikansi terhadap kelangsungan hidup larva.
Adanya perbedaan kelangsungan hidup ditiap perlakuan disebabkan oleh padat tebar, dan kualitas air. Kelangsungan hidup akan tinggi jika padat tebar rendah dan sebaliknya kelangsungan hidup akan rendah jika padat tebar terlalu tinggi.
Kelangsungan hidup ikan selain dipengaruhi oleh patogen, makanan,dan juga dipengaruhi oleh padat tebar. Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan
(53)
tali rafia disebabkan oleh rendahnya padat tebar di wadah. Jadi di dalam wadah pemeliharaan tidak terjadi kompetisi baik pakan maupun oksigen.
Kualitas Air
Hasil pengukuran suhu air selama penelitian berkisar antara 24–280C. Hasil ini masih dikatakan baik dan optimal untuk kelangsungan hidup ikan Maskoki, seperti pernyataan Lingga et al (1993). Suhu air yang cocok untuk ikan Maskoki adalah 20–250C, dengan perbedaan suhu siang dan malam tidak lebih dari 5 0C.
Hasil pengukuran pH air untuk perlakuan eceng gondok (7–8), perlakuan tali rafia (6–7) dan perlakuan ijuk (7–8). Berdasarkan pendapat Lingga et al (1990), ikan mas koki menyukai pH air berkisar antara 7,2-7,5 Dengan demikian maka pH air selama penelitian sedikit di bawah rekomendasi Lingga et al (1990), namun ikan Maskoki pada penelitian ini masih mampu mentolerir pH air yang sedikit bersuasanaasam atau Basa.
Hasil pengamatan diketahui bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam ambang optimal. Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tetas dan kelangsungan hidup ikan uji tidak pengaruhi oleh kualitas air. Tinggi rendahnya daya tetas di duga akibat kurangnya pembuahan telur saat pemijahan dan adanya serangan hama penyakit saat penetasan atau selama embrio. Sedangkan kelangsungan hidup sangat ditentukan oleh kompetisi pakan dan kebutuhan oksigen.
(54)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
A. Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahhwa :
• Ikan Maskoki lebih suka meletakan telurnya pada substrat eceng gondok, kemudian di ikuti ijuk dan tali rafia. Hal ini dikarenakan eceng gondok memiliki substrat halus dan terjulai kebawah
• Daya tetas telur ikan Maskoki yang terbaik adalah pada substrat ijuk mencapai 63,73% kamudian di ikuti oleh substrat eceng gondok 61,52% dan ijuk 47,53%, sebab lebih besar peluang sperma untuk membuahi telur. • Kelangsungan hidup ikan Maskoki di substrat ijuk dan tali rapia mencapai
33,30%dan pada eceng gondok hanya 33,23%, perbedaan ini tidak signifikan. Kelangsungan hidup dipengaruhi oleh kompetisi.
B. Sedangkan secar khusus penelitian ini menyimpul bahwa usaha pembenihan ikan mas koki sebaiknya mengunakan substrat yang berasal dari eceng gondok, karena substrat ini di sukai oleh induk ikan untuk menempelkan telurnya, u selain itdaya tetas dan kelangsungan hidup larva cukup tinggi.
Saran
Walau substrat eceng gondok sangat baik untuk usaha pembenihan, namun kelemahan seperti daya tetas dan kelangsungan hidup masih dapat di naik. Untuk itu diharapkan penelitian lebih lanjut tentang :
• Pengaruh jumlah dan atau perbandingan induk ikan mas koki terhadap daya tetas dan kelangsungan hidupnya
(55)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,N.2007. Efektivitas Pemberian Ovaprim Secara Topikal Pada Proses Ovulasi dan Pemijahan Induk Ikan Mas Koki (Carrasius auratus).Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Affandi, R. dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press. Pekanbaru. Basuki, F. 2007. Optimalisai Pematangan Oosit dan Ovulasi Pada ikan Mas Koki
(Carrasius auratus) Melalui penggunaan Inhibitor Aromatase.Tesis.
Institut Pertanian Bogor.
Effendi, M. I. 2004. Pengantar Akuakultur.Penebar Swadaya. Jakarta.
Fajrin CN. 2012. Penambahan Ekstrak Tauge Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Keberhasilan Pemijahan Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 3. No 3. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNPAD.
Hijriyanti KH. 2012. Kualitas Telur dan Perkembangan Awal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis, Valenciennes (1928) DiDesa Air Saga, Tanjung Pandan, Belitung. Tesis. Universitas Indonesia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Depok.
Kuncoro, E. B. 2009. Ikan Air Tawar. Lily Publisher, Yogyakarta.
Lesmana, S.D. dan Dermawan, I. 2001.Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Liviawaty, E. dan Afrianto, E. 1990.Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Mardiah,U.B. 2009. Pembuatan Pakan Ikan Dari Protein Sel Tunggal Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Martiadi, R. 2012. Investarisai Parasit pada ikan Manvis, Ikan Mas Koki, Ikan Black Ghost dan Ikan Neon Tetra di Daerah Jakarta Selatan, DKI Jakarta.Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Mokoginta,I. Jusadi,D. Pelawi,T.L. 2003. Pengaruh Pemberian Daphnia sp. Yang di Perkaya Dengan Sumber Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Nila, Oreochromis niloticus. Jurnal Akuakultur Vol, 2: 7-11.
(56)
Nugroho,K.P.A Jacob A. Uktolseja dan Agus Sasongko. 2012. Kelayakan Kualitas Air Tempat BudidayaAnguilla bicolor di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. http://www.aquaculturemai.org. Diakases Pada tanggal 15 Maret 2013.
Palguna, H. 2011. Tip Sukses Pembenihan Ikan Mas Koki. http://lintangluku.com Tip-sukses-pembenihan-ikan-mas-koki-oranda.Diakses tanggal 26 Februari 2013.
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. 2011. Pembenihan Ikan Hias Maskoki
(Carrasius auratus). Jakarta.
Syafriadiman.2009. Teknik Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Perikanan Pada Era Industrialisasi.Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen Kualitas Air. Universitas Riau
Sinjal H. 2011. Pengaruh Substrat Ijuk dan Hydrilla sp. Terhadap Derajat Pembuahan dan Penetasan Telur Ikan Mas. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropi. Vol 7 No 1. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Ram Ratulangi Manado.
Sukendi R. M. Putra dan Yurisman. 2012. Keberhasilan Pemijahan Semi Alami Ikan Sepat Mutiara(Trichogaster leeri Blkr) dalam Memproduksi Benih. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk.Vol. 40. No.2. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautanUniversitas Riau Pekanbaru.
Wahyuningsih, S. 2012. Pengaruh Jenis Substrat Penempel Telur Terhadap Tingkat Keberhasilan Pemijahan Ikan Komet(Carassius auratus).Jurnal Perikanan Unram, Volume 1, No. 1. Universitas Mataram.
Yulidc. 2011. Cara pembenihan Ikan Mas Koki. http://perpuskita.com/cara-pembenihan-ikan-mas-koki. Di akses tanggal 26 Februari 2013.
Zairin JR. Pemijahan Ikan Tawes Dengan Sistem Imbas Menggunakan Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4. No (2). Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
(57)
(58)
Lampiran 1. Data Jumlah Telur Ikan Mas koki (Carrasius auratus) yang menetas Anova
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Eceng Gondok 3 4150 1383.333333 106458.3333 Tali Rafia 3 428 142.6666667 814.3333333
Ijuk 3 1825 608.3333333 10833.33333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value
F crit
Between Groups 2356724.22 2 1178362 29.931 0.000756 5.14
Within Groups 236212 6 39369
Total 2592936.22 8
Kesimpulan
Nilai F > F crit (F tabel) 29.9315.14
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah telur yang menempel pada substrat. P-Value (0.000756) < 0.05, maka perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah telur. Jenis substrat yang berbeda berbeda nyata terhadap jumlah telur, yang diindikasikan dari nilai F > F crit atau juga bisa diindikasikan dari P-Value <0.05.
(59)
Lampiran 2 . Persentase Penetasan Telur ikan mas koki (Carrasius auratus)
Anova
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Eceng Gondok 3 184.56 61.52 193.2493
Tali Rafia 3 142.59 47.53 206.7276
Ijuk 3 191.21 63.7366 92.0700333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 463.2898 2 231.645 1.412 0.314 5.14 Within Groups 984.0939 6 164.016
Total 1447.383622 8
Kesimpulan
Nilai F < F crit (F tabel) 1.412 < 5.14
Maka dapat disimpulkan Ho diterima, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan tidak berbeda nyata terhadap persentase penetasan telur ikan mas koki
(Carrasius auratus). P-Value (0.314) > 0.05, maka perlakuan tidak berbeda nyata
terhadap penetasan telur. Jenis substrat yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap persentase penetasan telur, yang diindikasikan dari nilai F < F crit atau juga bisa diindikasikan dari P-Value > 0.05.
(60)
Lampiran 3. Kelangsungan hidup larva sampai berumur 20 hari Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Eceng gondok 3 1623 541.000 78988.00
tali raffia 3 85 28.3333 12.3333333
ijuk 3 562 187.3333 1697.33333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 413188.2222 2 206594.11 7.680 0.022 5.14 Within Groups 161395.3333 6 26899.22
Total 574583.5556 8
Kesimpulan
Nilai F > F crit (F tabel) 7.680> 5.14
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva. P-Value (0.022) < 0.05, maka perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva. Jenis substrat yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa ketiga perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva, yang diindikasikan dari nilai F > F crit atau juga bisa diindikasikan dari P-Value < 0.05.
(61)
Lampiran 4. Foto Alat dan Bahan
Induk Ikan Mas Koki Eceng Gondok
Ijuk Tali Rafia
Aquarium Tanggok
(62)
Lampiran 5. Foto pada saat Penelitian
Persiapan akuarium Pemilihan induk
Persiapan pemijahan Proses pemijahan
(63)
Lampiran 6. Pakan dan Larva Ikan
Pakan larva umur 3-7 hari Larva yang mati
(1)
Lampiran 1. Data Jumlah Telur Ikan Mas koki (Carrasius auratus) yang menetas Anova
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Eceng Gondok 3 4150 1383.333333 106458.3333 Tali Rafia 3 428 142.6666667 814.3333333
Ijuk 3 1825 608.3333333 10833.33333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value
F crit Between Groups 2356724.22 2 1178362 29.931 0.000756 5.14 Within Groups 236212 6 39369
Total 2592936.22 8
Kesimpulan
Nilai F > F crit (F tabel) 29.9315.14
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah telur yang menempel pada substrat. P-Value (0.000756) < 0.05, maka perlakuan berbeda nyata terhadap jumlah telur. Jenis substrat yang berbeda berbeda nyata terhadap jumlah telur, yang diindikasikan dari nilai F > F crit atau juga bisa diindikasikan dari P-Value <0.05.
(2)
Lampiran 2 . Persentase Penetasan Telur ikan mas koki (Carrasius auratus)
Anova SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance Eceng Gondok 3 184.56 61.52 193.2493 Tali Rafia 3 142.59 47.53 206.7276
Ijuk 3 191.21 63.7366 92.0700333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 463.2898 2 231.645 1.412 0.314 5.14 Within Groups 984.0939 6 164.016
Total 1447.383622 8
Kesimpulan
Nilai F < F crit (F tabel) 1.412 < 5.14
Maka dapat disimpulkan Ho diterima, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan tidak berbeda nyata terhadap persentase penetasan telur ikan mas koki
(Carrasius auratus). P-Value (0.314) > 0.05, maka perlakuan tidak berbeda nyata
terhadap penetasan telur. Jenis substrat yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap
persentase penetasan telur, yang diindikasikan dari nilai F < F crit atau juga bisa
diindikasikan dari P-Value > 0.05.
(3)
Lampiran 3. Kelangsungan hidup larva sampai berumur 20 hari Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance Eceng gondok 3 1623 541.000 78988.00 tali raffia 3 85 28.3333 12.3333333
ijuk 3 562 187.3333 1697.33333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 413188.2222 2 206594.11 7.680 0.022 5.14 Within Groups 161395.3333 6 26899.22
Total 574583.5556 8
Kesimpulan
Nilai F > F crit (F tabel) 7.680> 5.14
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, yang berarti bahwa rata-rata ketiga perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva. P-Value (0.022) < 0.05, maka perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva. Jenis substrat yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa ketiga perlakuan berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup larva, yang diindikasikan dari nilai F > F crit atau juga bisa diindikasikan dari P-Value < 0.05.
(4)
Lampiran 4. Foto Alat dan Bahan
Induk Ikan Mas Koki Eceng Gondok
Ijuk Tali Rafia
Aquarium Tanggok
Termometer pH meter
(5)
Lampiran 5. Foto pada saat Penelitian
Persiapan akuarium Pemilihan induk
Persiapan pemijahan Proses pemijahan
(6)
Lampiran 6. Pakan dan Larva Ikan
Pakan larva umur 3-7 hari Larva yang mati
Cacing pakan larva 8-20 hari Larva umur 20 hari