Varietas Sorgum Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Produksi Biomassa dan Nira Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Ratoon I

18

2.5 Ratoon pada Sorgum

Kelebihan lain dari sorgum adalah tanaman dapat tumbuh kembali setelah dipanen. Ratoon merupakan pemangkasan atau penebasan pada batang bawah tanaman. Hasil keprasan tersebut disebut tunggul. Tunggul hasil pemangkasan batang bawah tersebut nantinya akan tumbuh sebagai tanaman baru dengan sistem perakaran yang baru yang berasal dari tunas yang tumbuh. Menurut Chauchan et al. 1985, beberapa keuntungan dengan cara ini di antaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan benih, kemurnian genetik lebih terpelihara dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman awal. Menurut Alfandi 2006, ratoon merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil tanaman per satuan luas lahan dan per satuan waktu. Keistimewaan dari tanaman sorgum adalah kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dipotong atau dipanen disebut ratoon. Ratoon sorgum dapat dilakukan 2 - 3 kali, sehingga tanaman sorgum dapat memenuhi kebutuhan bahan baku biomas atau biji yang berkesinambungan. Tanam ratoon tidak melibatkan proses penanaman benih karena menggunakan regenerasi batang, dan merupakan sarana yang berguna untuk memulai budidaya pada kondisi kekeringan. Budidaya sorgum dengan sistem ratoon telah telah diterapkan oleh peternak di wilayah kering. Bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga di India, Afrika, bahkan Amerika Serikat Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2012. Menurut Tsuchihashi dan Goto 2004, tanaman induk sorgum dan tanaman ratoon dalam setahun dapat dipanen dua sampai tiga kali, namun daya 19 ratoon bervariasi antar varietas. Penelitiannya menunjukkan bobot biomas segar tanaman primer rata-rata 43,0 tonha, kemudian menurun nyata pada tanaman ratoon pertama menjadi 22,6 tonha dan turun kembali pada pertanaman ratoon kedua menjadi 17,0 tonha. Budidaya sorgum dapat dilakukan pada musim kemarau karena persentase tanaman tumbuh ratoon juga cukup besar dan tanaman ratoonnya lebih toleran terhadap kekeringan dibanding tanaman primer. Pertumbuhan tanaman yang berasal dari tunggul cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Sistem ratoon meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat kering akar pada umur 4 mst, berat kering tajuk umur 4 mst, bobot 1000 biji, serta memberikan hasil bioetanol 87,66 lebih besar dan pakan 59,89 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa ratoon Galuh et al., 2012. Potensi biomassa sorgum juga dapat ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan potensi ratoon I pada sorgum. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan dengan pemeliharaan yang baik ratoon pertama tanaman sorgum masih mampu menghasilkan biomas sampai 80 dibandingkan tanaman utama. Sementara itu pada ratoon kedua masih mampu menghasilkan biomas 60 dibandingkan tanaman utama. Penurunan potensi biomassa disebabkan oleh menurunnya persentase tumbuh ratoon dan umur tanaman yang menjadi lebih pendek Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2012.

2.6 Produksi Nira Sorgum

Nira adalah hasil dari perasan batang sorgum yang mengandung kadar gula brix dan lain sebagainya. Batang sorgum apabila diperas akan menghasilkan nira. 20 Kadar air dalam batang sorgum kurang lebih 70 yang artinya kandungan niranya kurang lebih sebesar itu. Batang sorgum yang menghasilkan nira biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak belum memiliki nilai ekonomis. Mengingat nira sorgum mengandung kadar glukosa yang cukup besar karena nira sorgum manis setara dengan nira tebu Putri, 2009. Proses pemerahan batang nira adalah proses pemisahan nira bagian cair dengan ampas bagian padat, keberhasilan proses ini diukur dengan efisiensi pemerahan, seperti juga halnya pemerahan batang tebu. Batang sorgum manis yang diperas akan menghasilkan nira yang memiliki kadar gula yang hampir sama dengan nira tebu Direktorat Jenderal Perkebunan, 1996. Menurut Hoeman et al. 2001, kelebihan sorgum manis dibanding tebu, yaitu tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomassa yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman tebu; adaptasi sorgum jauh lebih luas dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis lahan, baik lahan subur maupun lahan marjinal; tanaman sorgum memilki sifat lebih tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air dibanding tanaman tebu; kebutuhan air untuk tanaman sorgum hanya sepertiga dari tanaman tebu; sorgum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah daripada tanaman tebu; laju fotosintesis dan pertumbuhan tanaman sorgum jauh lebih tinggi dan lebih cepat dibanding tanaman tebu; menanam sorgum lebih mudah, kebutuhan benih hanya 4,5 –5 kgha dibanding tebu yang memerlukan 4.500–6.000 kg stek batang; umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 3-4 bulan, dibanding tebu yang dipanen pada umur 7 bulan; sorgum dapat diratoon dipanen beberapa kali satu kali tanam. 21 Nira sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila dibandingkan dengan nira tebu. Keunggulannya terletak pada tingkat produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Produksi biji dan biomassa lebih besar dibandingkan dengan tebu. Perbandingan karakteristik budidaya sorgum dengan tebu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Budidaya Sorgum dengan Tebu. Karakteristik Sorgum Tebu Produktivitas Biji dan biomass Biomass Lahan Tanam Marginal Subur Kebutuhan air 332 kgkg bahan kering 3 kali sorgum Laju Fotosintesis Tinggi dan cepat Lebih rendah Kebutuhan benih 4,5-5 kgha 4.500-6.000 kg stekha Umur Produksi 3-4 bulan 10 bulan Sumber : Setyaningsih 2009. Sorgum dapat menghasilkan nira yang memiliki kadar gula yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Walaupun demikian, terdapat beberapa kekurangan nira sorgum dibandingkan dengan nira tebu, yaitu dalam kadar pati serta abunya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Perbedaan karakteristik nira sorgum dengan nira tebu dapat dilihat pada Tabel 2.